PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kasus diatas maka rumusan masalah pada kasus ini adalah
a. Bagaimana proses patofisiologi penyakit tuberkulosa paru?
b. Bagaimana tanda dan gejala tuberkulosa paru?
c. Bagaimana pengobatan pada pasien tuberkulosa paru?
d. Bagimana asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosa?
1
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Penulisan dalam laporan ini diajukan untuk mengetahui bagaimana
pencegahan dan pengobatan penyakit tuberculosis paru, serta dapat
mengetahui apa - apa saja yang menjadi dasar dari penyakit tuberculosis
paru.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala,serta komplikasi
yang muncul pada pasien dengan tuberculosis paru.
D. Manfaat
1. Bagi instanti lahan praktek
a. sebagai bahan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien
gangguan sistem pernafasan khususnya tuberkulosa paru.
2
b. sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menetapkan dan
menentukan program kebijakan dalam upaya pencegahan penyakit
tuberkulosa paru.
c. sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
pada pasien tuberkulosa paru
2. institusi pendidikan
a. sebagai salah satu bacaan kepustakaan
b. sebagai salah satu referensi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan keperawatan.
c. sebagai wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam pendidikan
keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Tuberculosis paru atau TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh kuman Mycrobacterium tuberkulosa dengan gejala yang sangat
bervariasi (Price,2001) .
Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi saluran napas bawah. Penyakit
ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberkulosis, yang
biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu
individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau
alveolus (Elizabeth J Corwin, 2009)
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
mycrobacterium tuberculosis yang menyebabkan kerusakan pada paru-paru
yang menimbulkan gangguan berupa batuk dan sesak nafas.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Gambar 2.1
4
1. ANATOMI
a. Hidung
c. Laring
5
pernapasan. Akibat tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk dan
bersin.
e. Bronkus
f. Paru-paru
6
2. FISIOLOGI
a. Ventilasi
7
4) Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal
interkosta, internal interkosta, otot abdominal.
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru
untuk dioksigenisasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah
dioksigenisasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel
kanan jantung. Darah ini memfungsikan paru bagian respirasi dan ikut
serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapler
dan alveolus.
c. Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi
tinggi ke area konsentrasi rendah. Oksigen terus menerus berdifusi
dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida
(CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli.Difusi udara
respirasi terjadi antara alveolus dengan membran kapiler. Perbedaan
tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses
difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100
mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg
sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya
dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan alveoli
40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
C. ETIOLOGI
8
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini
dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif.Pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk Droplet (percikan Dahak).Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang
dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui
pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh
lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.Bila
hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.
9
D. PATOFISIOLOGI
Diagram 2.1
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat
lainnya.Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet
nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu
dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang
terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini
terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi
bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan air-
borne infection.
10
Bakteri yang terisap akan melewati pertahanan saluran pernapasan dan
masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi di mana terjadi implantasi bakteri,
bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan
fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer (fokus Ghon).Reaksi juga
terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan fokus primer
disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang
baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau tes
Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh
tubuh melalui berbagai jalan, yaitu:
1. Percabangan bronkhus
Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring.
2. Sistem saluran limfe
Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak
langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus
limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.
3. Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau
mengangkut material yang mengandung bakteri tuberkulosis dan
bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah, yaitu
tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
4. Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak
berkembang lebih jauh dan bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang
biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat
kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat
yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri
tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali.Inilah yang disebut
reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer.Infeksi ini dapat
11
terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi.Selain itu, infeksi
pasca-primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang
baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri dorman yang aktif
kembali.Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer
terutama berada di daerah apeks paru.
5. Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita
yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB.Infeksi
primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB.Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan
sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat
kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe
akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi
sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu.Adanya
infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler).Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman
akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-
kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan
kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan
menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang
diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar
6 bulan.
12
6. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)
E. MANIFESTASI KLINIS
Tandadan gejala
1. Batuk lebih dari 3 minggu
2. Batuk berdarah/berdahak
3. Sakit dada
4. Demam selama lebih dari 3 minggu
5. Penurunan berat badan
6. Malaise,Keringat dingin pada malam hari
7. Anoreksia
8. Sesak nafas
13
F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi dini
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Empiema
d. Laryngitis
e. Menjalar ke organ lain seperti usus
2. Komplikasi lanjut
a. Obstruksi jalan nafas
b. Kerusakan parenkim berat
c. Amiloidosis
d. Karsinoma paru
e. Sindrom gagal nafas dewasa
G. KLASIFIKASI TB PARU
14
b. TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif dan
pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif.TB Paru
dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi berdasarkan
tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas
dianggap berat.
c. TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
1) TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal
2) TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB
tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.
2. Berdasarkan tipe penderita
15
d. Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang
sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan
atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Gambaran foto thorax yang menunjang tuberculosis yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas
b. Bayangan bercak
c. Adanya kavitas
d. Kelainan bilateral terutama di lapangan paru atas
e. Bayangan milie
2. pemeriksaan darah rutin : LED normal/meningkat,limfositosis
3. pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik tb paru Basil
Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang
setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna
oleh alcohol asam.
4. Tes mantoux : Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian
atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit).
Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
a. Pembengkakan : 0–4mm,uji mantoux negatif.
(Indurasi) Arti klinis : tidak ada infeksi
Mikobakterium tuberkulosa.
16
b. Pembengkakan : 3–9mm,uji mantoux meragukan.
(Indurasi) Hal ini bisa karena kesalahan teknik,
reaksi silang dengan Mikobakterium
atipik atau setelah vaksinasi BCG.
I. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologi
a. Memodifikasi diet : banyak makan makanan yang bergizi (diet TKTP)
b. Mengurangi aktivitas yang berlebih
c. Hindari merokok dan minum alcohol
d. Jika terjadi sesak,posisikan pasien dengan posisi semifowler dan latih
pasien untuk teknik nafas dalam dan batuk efektif.
2. Farmakologi
Pemberian obat anti tuberkulosa, Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak
pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II
(Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala
TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)
memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.Obat
yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu:
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid.
17
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin.
Diberikan kepada:
1) Penderita kambuh.
2) Penderita gagal terapi.
3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
c. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada: penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung
aktif.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas pasien
Nama : Tn. B
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa,Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : pensiunan PNS TNI
Status : Menikah
Alamat : kp.kertajaya , 02/11,Padalarang
Tgl.masuk RS : 20 september 2016,pukul 18.00
Tgl. pengkajian : 20 September 2016
Diagnose medis : Tuberkulosa paru aktif
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.N
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : kp.kertajaya 02/11 Padalarang
Hub.dengan klien : Anak
19
2. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Keluhan utama : sesak nafas
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dustira melalui UGD pada tanggal 20
september 2016 pukul 18.00 dengan keluhan sesak nafas. Sesak dirasakan
seperti dibebani,sesak dirasakan sepanjang hari, keluhan sesak bertambah
ketika pasien beraktivitas dan banyak bicara dan bekurang ketika pasien
beristirahat. Keluhan sesak disertai keluhan batuk berdahak berwarna
hijau kental tidak bercampur darah dengan keluhan pasien susah
mengeluarkan dahak dan kadang kadang disertai keluhan demam.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit
yang sama seperti saat ini atau pun penyakit lainnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
yang sama seperti saat ini,dan pasien mengatakan dalam keluarganya tidak
memiliki riwayat penyakit menular lainnya seperti Aids,hepatitis dll.
e. Riwayat alergi
Pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
obat,cuaca,maupun makanan.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : pasien tampak lemah
b. Tingkat kesadaran : compos mentis GCS 15 (E: 4M: 6V: 5)
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Suhu : 36,0 °C
Respirasi : 28 x/menit
Nadi : 88 x/menit
20
d. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
Bentuk normal simetris, tidak ada massa/lesi,warna rambut putih dan
bersih.
2) Mata
Bentuk simetris,tidak sembab,tidak ada peradangan,konjungtiva
anemis, sclera putih tidak ikterik.
3) Telinga
Bentuk simetris normal,tidak ada lesi/massa,bersih,serumen sedikit.
4) Hidung
Lubang hidung simetris, tidak ada
sumbatan,perdarahan,inflamasi,nyeri/massa,tampak pernafasan cuping
hidung.
5) Mulut
Bibir lembab,tidak ada lesi/inflamasi,tidak sumbing,gigi bersih tidak
ada karies,gusi tidak ada inflamasi dan nyeri,lidah bersih warna merah
muda,tidak ada pembesaran tonsil.
6) Leher
Tidak ada nyeri dan massa,tidak ada pembengkakankelenjar tyroid.
7) Dada
Bentuk simetris,tampak retraksi dada,suara tambahan nafas ronchi +/+
8) Abdomen
Abdomen datar,tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan hepar.
9) Ekstremitas atas : tidak ada oedem,tepasang infuse ditangan sebelah
kiri,dapat bergerak.
Ekstremitas bawah : tidak ada oedem,dapat bergerak bebas.
10) Kuku dan kulit
Warna kulit dan kuku normal tidak ada sianosis
21
4. Tabel 3.1 POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
DI RUMAH
JENIS AKTIVITAS DI RUMAH
SAKIT
1. POLA MAKAN DAN
MINUM
- Makan
Jenis makanan Nasi,sayur,lauk Nasi,bubur,sayur,la
pauk,buah. uk pauk,buah.
Frekuensi 3x1 3x1
Jumlah makanan 1 porsi habis 1 porsi habis
Bentuk makanan Makan biasa Diet lunak,TKTP
Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada Tidak ada
- Minum
Jenis minuman Air putih,kopi,teh Air putih,teh
Frekuensi 7-8 x/hari 7-8 x/hari
Jumlah minuman 1,5 liter 1,5 liter
Gangguan/keluhan Tidak ada Tidak ada
2. POLA ELEMINASI
- BAB
Frekuensi 1 x sehari Pasien belum BAB
Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna dan konsistensi Kuning,lembek Tidak terkaji
Bau Bau khas Tidak terkaji
Keluhan Tidak ada Tidak terkaji
- BAK
Frekuensi 3-5 x sehari 3-5 x sehari
Jumlah Cukup Cukup
Warna Kuning Kuning
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Keluhan Tidak ada Tidak ada
22
3. POLA ISTIRAHAT
- Siang
Waktu 13.00 – 15.00 Tidak tentu
Lama 2 jam 3-4 jam
Keluhan Tidak ada Pasien mengatakan
tidur terganggu
sesak dan batuk
- Malam
Waktu 20.00 – 04.30 20.00 – 04.30
Lama 8 jam 8 jam
keluhan Tidak ada Pasien mengatakan
tidur terganggu
sesak dan batuk
4. PERSONAL
HYGIENE
Mandi 1 x sehari 1 – 2 hari sekali
Cuci rambut 2-3 x seminggu Pasien tidak cuci
rambut
Gosok gigi 1 x sehari 1 x sehari
Ganti pakaian 1 x sehari 1 x sehari
Gunting kuku Dipotong bila Dipotong bila
panjang panjang
5. POLA AKTIVITAS
Mobilisasi Bebas Tirah baring
Waktu/lama 8-10 jam Tidak terkaji
Keluhan Tidak ada Pasien mengatakan
aktivitasnya
terbatas karena
keluhan sesak
6. KEBIASAN
Merokok Ya Tidak
Alcohol Tidak Tidak
23
5. DATA PENUNJANG
a. Table 3.2 .Pemeriksaan lab darah ,Selasa, Tanggal 20 september 2016.
NILAI
HEMATOLOGI HASIL SATUAN
RUJUKAN
Haemoglobin 8.2 g/dl 13.0 – 18.0
Eritrosit 2 10^6/ul 4.0 – 5.5
Leukosit 14.7 10^6/ul 4.0 – 10.0
Hematokrit 24.2 % 38.2 – 51.0
Trombosit 604 10^6/ul 150-450
NILAI
MCV,MCH,MCHC HASIL SATUAN
RUJUKAN
MCV 86.1 /L 25.0 – 100.0
MCH 29.2 Pq 25.0 – 32.0
MCHC 33.9 g/dl 32.0 – 36.0
ROW 14.4 % 10.0 – 16.0
NILAI
HITUNG JENIS HASIL SATUAN
RUJUKAN
Basofil 0.3 % 0.0 – 1.0
Erosofil 0.1 % 1.0 – 4.0
Segimen 83.7 % 50.0- 80.0
Limfosit 6.4 % 25.0 – 50.0
Monosit 10.1 % 4.0 – 8.0
24
6. Tabel 3.3 THERAPY OBAT
25
- Pasien mengatakan - Pemeriksaan foto thorax
tidurnya terganggu tgl.21 september 2016
karena batuk dan sesak Hasil foto thorax : tampak
- Pasien mengatakan tb paru
dahaknya berwarna hijau - TTV
kental,tidak ada darah TD : 130/70 mmHg
R : 28 x / menit
Suhu : 36.0°c
Nadi : 88 x / menit
26
- Pemeriksaan lab darah
tgl.20 september 2016:
Leukosit 14.7 10^6/ul
- Pemeriksaan foto
thorax,hasil : tb paru
- Auskultasi suara
nafas tambahan
ronchi +/+
- Sputum pasien
kental berwarna
hijau
- Leukosit 14.7
10^6/ul
- Foto thorax: tb
paru aktif
27
Data subjektif
Sesak
28
B. Tabel 3.6 DIAGNOSA PRIORITAS KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3 Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan gejala klinis batuk dan
sesak
29
C. Tabel 3.7 PERENCANAAN / INTERVENSI
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi nafas pasien 1. Untuk mengetahui kedalaman nafas pasien
efektif tindakan keperawatan
berhubungan dalam waktu 2 x 24 2. Observasi TTV (TD,N,R,S) 2. Frekuensi nafas abnormal dapat menunjukan
dengan jam diharapkan pola setiap 5 jam sekali ketidak efektifan pola nafas
penurunan nafas pasien efektif
ekspansi paru. dengan kriteria hasil : 3. Posisikan pasien dengan posisi 3. Posisi semi fowler dapat meningkatkan
- Pergerakan semifowler ekspansi paru dan memudahkan untuk
Data subjektif dinding dada bernafas
normal
- Pasien - Tidak tampak 4. Ajarkan pasien teknik nafas 4. Untuk mengembalikan pola nafas efektif dan
mengeluh pernafasan cuping dalam memenuhi kebutuhan oksigen
sesak nafas hidung
Dalam batas
Data objektif normal TTV
TD : 130/70 5. Pemberian therapy oksigen 5. Memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh
- Pasien mmHg 3l/menit melalui binasal kanul
tampak R : 28 x/menit
lemah S : 36.0 C
- Tampak N : 88 x/menit 6. Batasi pengunjung pasien 6. Untuk menciptakan suasana yang
retraksi - Leukosit dalam kaya oksigen dan nyaman
dada batas normal 4.0 –
- Tampak 10.0 10^6/ul
30
pernafasan
cuping hidung 7. Lanjutkan advis dokter dalam 7. Memberikan obat anti tuberculosis dan
pemberian obat RHZE 1 x 1 mengobati infeksi pada saluran nafas
- TTV - Hasil foto thorax tablet dan obat cefexim 3 x 1
- TD:130/70 tidak tampak tablet
mmHg infiltrate
S : 36.0 c
R :28 x / menit
N :88 x / menit
- Leukosit
14.7
10^6/ul
- Foto
thorax: tb
paru aktif
2. Bersihan jalan Setelah dilakukannya 1. Kaji keluhan batuk pasien 1. Mengetahui keluhan batuk pasien dan
nafas tidak efektif tindakan keperawatan mengetahui intervensi selanjutnya
berhubungan selama 2 x 24 jam
dengan diharapkan bersihan
penumpukan jalan nafas pasien 2. Observasi TTV (TD,N,R,S) 2. Mengkaji frekuensi nafas dan fungsi nafas
sekret efektif teratasi setiap 5 jam sekali dapat mengetahui tanda keefektifan bersihan
dengan kriteria hasil : jalan nafas
31
Data subjektif - Batuk berdahak
berkurang atau
- Pasien bahkan hilang 3. Ajarkan pasien teknik batuk 3. Membiasakan pasien batuk efektif dan
mengeluh - Sesak berkurang efektif memudahkan pasien mengeluarkan sekret
batuk dengan frekuensi
berdahak nafas 16-20 x
- Pasien /menit 4. Anjurkan pasien untuk banyak 4. Untuk membantu meredakan batuk dan
mengeluh - Suara nafas minum air hangat mencairkan sekret
sesak vesikuler
5. Lanjutkan advis dokter dalam 5. Mengencerkan dahak agar mudah
Data objektif pemberian obat ambroxol3 x 1 dikeluarkan/meredakan batuk
tablet
- Auskultasi
suara nafas
tambahan
ronchi +/+
- Sputum
pasien
kental
berwarna
hijau
- Leukosit
14.7
10^6/ul
32
3. Gangguan polaSetelah dilakukan 1. Kaji pola tidur pasien 1. Untuk mengetahui pola tidur pasien
tidur berhubungantindakan keperawatan
dengan gejala
selama 2 x 4 jam 2. Anjurkan pasien tidur 2. Untuk memudahkan pasien bernafas pada
klinis batuk dan diharapkan pola tidur dengan posisi semi fowler saat pasien tidur
sesak pasien efektif .
Dengan kriteria hasil 3. Ciptakan suasana nyaman 3. Untuk membantu kenyamanan pasien
: dan tenang saat tidur
- Pasien dapat
Data subjektif beristirahat tidur 4. Lanjutkan advis dokter 4. Memudahkan pasien mengeluarkan
dengan optimal dalam pemberian obat sputum yang mengganggu pada saat tidur
- Pasien tanpa adanya ambroxol 3 x 1 dan meredakan batuk
mengataka gangguan sesak
n tidurnya dan batuk
terganggu - Tidak ada suara
karena nafas tambahan
gejala ronchi
batuk dan
sesak
Data objektif
- Auskultasi
33
paru ronchi
+/+
- Lama tidur
pasien 8
jam,tergan
ggu batuk
dan sesak
34
D. Tablel 3.8 IMPLEMENTASI
Diagnosa
Implementasi 21-09-2016 paraf 22-09-2016 Paraf
keperawatan
1. Pola nafas 1. Mengkaji pola 14.00 08.00
tidak efektif nafas pasien Hasil : tampak retraksi Hasil : Tampak retraksi
berhubungan dada,tampak permafasan dada,tampak pernafasan
dengan cuping hidung cuping hidung
penurunan
ekspansi paru
2. Mengobservasi 14.00 08.00
TTV Hasil Hasil
TD : 130/80 mmHg TD 130/60mmHg
S : 36.0 °C S : 35,7 °C
R : 24 x/menit R : 22 x / menit
N : 80x/menit N : 78 x/ menit
35
mengatakan
nyaman untuk
bernafas
36
6.Membatasi 16.00
pengunjung pasien Respon :
- pasien
mengatakan
nyaman
37
2. Mengajarkan 15.00
teknik batuk Respon :
efektif - pasien dapat
melakukan
teknik batuk
efektif
- pasien
mengatakan
sudah bisa
mengeluarkan
dahaknya
38
4. Melanjukan advis 15.00 10.00
dokter dalam Repon : Respon :
pemberian obat - pasien - pasien meminum
ambroxol 3 x 1 meminum obat yang diberikan
obat yang perawat
diberikan - pasien mengatakab
perawat batuknya bekurang
- pasien dan dahaknya bisa
mengatakan dikeluarkan
batuknya
berkurang dan
dahaknya bisa
dikeluarkan
39
2. menganjurkan 20.00
pasien tidur denga Respon:
n posisi semi - pasien tidur
fowler dengan posisi
semi fowler
- Pasien
mengatakan
nyaman dan
nyaman untuk
bernafas
3. menciptakan 20.00
suasana nyaman Respon :
- pasien
tampak
nyaman dan
tenang
- Pasien
mengatakan
sudah bisa
tidur tenang
40
4. memberikan obat 20.00
ambroxol 3 x 1 Respon :
- pasien
meminum
obat yang
diberikan
perawat
- pasien
mengatakan
batuknya
berkurang dan
mulai bisa
tidur tenang
41
E. Tabel 3.9 EVALUASI
DIAGNOSA
22-09-2016 PARAF 23-09-2016 PARAF
KEPERAWATAN
42
2. Bersihan jalan nafas S : S:
tidak efektif - pasien mengeluh - pasien
berhubungan dengan batuk berdahak mengatakan
penumpukan sekret nya sudah batuk
Data subjektif berkurang berdahaknya
- Pasien mengeluh - Pasien sudah berkurang
batuk berdahak mengatakan - Pasien
- Pasien mengatakan sudah bisa mengatakan
susah mengeluarkan mengeluarkan dahaknya sudah
dahak dahaknya bisa dikeluarkan
- Pasien mengatakan O : O:
dahaknya berwarna - batuk masih - batuk masih
hijau kental tidak berdahak berlendir
berwarna hijau
bercampur darah - berwarna kuning
dan kental
- Auskultasi paru dan kental
ronchi +/+ - Auskultasi paru
Data objektif ronchi +/+
- Auskultasi suara A:
nafas tambahan A - masalah teratasi
ronchi +/+ - masalah belum sebagian
- Sputum pasien teratasi P:
kental berwarna P - intervensi
hijau - intervensi dilanjutkan
- Leukosit 14.7 dilanjutkan (intervensi 1-4)
(intervensi 1-4)
43
10^6/ul
44
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
45
3. Intervensi
Tahap perencanaan pada Tn.B dengan diagnose medis tuberkulosa
paru,membutuhkan kerjasama antar keluarga dan tim medis lainnya.
Dibawah bimbingan perawat,perencanaan dapat dirumuskan dengan
masalah yang ditemukan.
4. Implementasi
Untuk menunjang keberhasilan asuhan keperawatan pada Tn.B,tentu
memerlukan koordinasi antar tim kesehatan dan keluarga pasien.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan yang direncanakan. Berdasarkan hasil
catatan perkembangan kondisi pasien selama perawatan, semua hasil
tindakan keperawatan yang dilakukan dapat teratasi.
B. Saran
1. Untuk instansi
Mohon dalam penggunaan sarana dan prasarana RS lebih dilengkapi agar
dapat dipergunakan dengan semaksimal mungkin. Dan untuk
perawat,dimohon untuk lebih memperbanyak memberikan penyuluhan
kepada pasien.
2. Untuk pasien
Diharapkan menjalin komunikasi dan kerjasama yang lebih dekat dengan
petugas kesehatan,lebih mematuhi instruksi dari tim kesehatan agar cepat
pulih kembali.
3. Untuk siswa/i
a. Jaga nama baik almamater
b. Patuhi tata tertib
c. Pemahaman materi lebih ditingkatkan
46
d. Tingkatkan komunikasi dengan pasien,perawat,dokter dan tim
kesehatan lainnya.
47
BAB V
PENUTUP
Segala puji bagi Allah S.W.T Karena pada akhirnya laporan studi kasus ini dapat
terselsaikan. Terimakasih kepada semua orang yang telah membantu sehingga
laporan ini dapat terselsaikan,khususnya kepada guru pembimbing kami Ibu Deviani
Gartini AMK,Kami memohon maaf sebesar besarnya apabila pada laporan ini
terdapat kata-kata yang tidak berkenan dan masih banyak kekurangan. Agar laporan
ini dapat lebih baik lagi, kami harap para pembaca agar berkenan untuk memberikan
kritik dan saran agar dapat membuat laporan penyusun untuk lebih baik lagi
nantinya.Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan pendidikan kepada para
pembaca sekalian.
penyusun
48
49