Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang


disebabkan oleh bakteri mikrobacterium tuberkulosa.Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya.Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan dengan bagian tubuh manusia lainnya.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade
terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia . TBC merupakan
masalah kesehatan,baik dari sisi angka kematian,angka kejadian,maupun
diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang,
Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita diantara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Pada tahun 1999 WHO global surveillance memperkirakan di
Indonesia terdapat 583.000 penderita tuberculosis pertahun dengan 262.000
BTA positif atau insiden rate kira kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian
akibat tuberculosis diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap
tahun.Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kasus diatas maka rumusan masalah pada kasus ini adalah
a. Bagaimana proses patofisiologi penyakit tuberkulosa paru?
b. Bagaimana tanda dan gejala tuberkulosa paru?
c. Bagaimana pengobatan pada pasien tuberkulosa paru?
d. Bagimana asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosa?

1
C. Tujuan

a. Tujuan umum
Penulisan dalam laporan ini diajukan untuk mengetahui bagaimana
pencegahan dan pengobatan penyakit tuberculosis paru, serta dapat
mengetahui apa - apa saja yang menjadi dasar dari penyakit tuberculosis
paru.

b. Tujuan Khusus
Mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala,serta komplikasi
yang muncul pada pasien dengan tuberculosis paru.

1) Mengetahui tentang cara penatalaksanaan pasien dengan tuberculosis


paru.
2) Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada pasien dengan
tuberculosis paru.
3) Mampu menetapkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah
keperawatan yang ada.
4) Mampu menyusun intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang ada.
5) Mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai waktu yang
telah ditetapkan.
6) Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah diketahui.

D. Manfaat
1. Bagi instanti lahan praktek
a. sebagai bahan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien
gangguan sistem pernafasan khususnya tuberkulosa paru.

2
b. sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menetapkan dan
menentukan program kebijakan dalam upaya pencegahan penyakit
tuberkulosa paru.
c. sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
pada pasien tuberkulosa paru

2. institusi pendidikan
a. sebagai salah satu bacaan kepustakaan
b. sebagai salah satu referensi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan keperawatan.
c. sebagai wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam pendidikan
keperawatan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Tuberculosis paru atau TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh kuman Mycrobacterium tuberkulosa dengan gejala yang sangat
bervariasi (Price,2001) .
Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi saluran napas bawah. Penyakit
ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberkulosis, yang
biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu
individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau
alveolus (Elizabeth J Corwin, 2009)
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
mycrobacterium tuberculosis yang menyebabkan kerusakan pada paru-paru
yang menimbulkan gangguan berupa batuk dan sesak nafas.
B. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar 2.1

4
1. ANATOMI
a. Hidung

Hidung merupakan organ pertama pernapasan yang dilalui oleh


udara luar. Didalam rongga hidung terdapat rambut dan selaput lendir
yang berguna untuk menyaing udara yang masuk, lendir berguna
untuk melembabkan udara, dan konka untuk menghangatkan udara
pernapasan.
b. Faring

Faring merupakan percabangan dua saluran,yaitu saluran


tenggorokan yang merupakan saluran pernapasan,dan saluran
kerongkongan yang merupakan saluran pencernaan.

c. Laring

Merupakan bagian pangkal dari saluran pernapasan. Laring


tersusun atas tulang rawan yang berupa lempengan dan membentuk
struktur jakun. Diatas laring terdapat epiglotis yang akan menutup saat
menelan. Katup berfungsi mencegah makanan dan minuman masuk ke
saluran pernapasan. Pada pangkal laring terdapat pita suara yang akan
bergetar jika terhembus udara dari paru-paru.
d. Trakea

Batang tenggorokan terletak di daerah leher depan


kerongkongan. Batang tenggorokan berbentuk pipa dengan panjang 10
cm , dinding trakea terdiri dari 3 lapisan. Lapisan dalam berupa epitel
berlendir. Lapisan tengah tersusun atas cincin tulang rawan yang
berfungsi untuk mempertahankan bentuk pipa dari batang
tenggorokan,sedangkan selaput lendir yang sel selnya berambut getar
berfungsi menolak debu dan benda asing yang masuk bersama udara

5
pernapasan. Akibat tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk dan
bersin.

e. Bronkus

Ujung tenggorokan yang bercabang dua disebut dengan


bronkus, yaitu bronkus kiri dan kanan. Struktur bronkus kanan lebih
pendek dibandingkan dengan struktur bronkus kiri, kedua bronkus
masing masing masuk kedalam paru-paru. Didalam paru-paru bronkus
bercabang menjadi bronkiolus yang menuju setiap lobus. Bronkus
sebelah kanan bercabang menjadi 3 bronkiolus dan sebelah kiri
bercabang menjadi 2 bronkiolus. Cabang bronkiolus yang paling kecil
masuk kedalam gelembung paru-paru yang disebut alveolus. Dinding
alveolus mengandung banyak kapiler darah.

f. Paru-paru

Paru-paru terletak dalam rongga dada diatas diafragma.


Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada
dengan rongga perut. Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru
sebelah kiri dan kanan. Paru paru kanan memiliki 3 glambir sedangkan
paru-paru sebelah kiri memiliki 2 glambir. Paru-paru dibungkus oleh 2
selaput,yaitu selaput pleura. Selaput pleura sebelah luar yang
berbatasan dengan dinding bagian dalam rongga dada disebut pleura
parietal, sedangkan yang membungkus paru-paru disebut pleura
visceral. Diantara kedua selaput tersebut terdapat rongga pleura yang
berisi cairan pleura yang berfungsi untuk mengatasi gesekan pada saat
paru-paru mengembang dan mengempis.

6
2. FISIOLOGI
a. Ventilasi

Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke


paru. Ventilasi paru mencakup gerakan dasar atau kegiatan bernafas
atau inspirasi dan ekspirasi. Udara yang masuk dan keluar terjadi
karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan
atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif
(752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara
akan masuk ke alveoli
Inspirasi → bersifat aktif

Selama inspirasi terjadi kontraksi otot diafragma dan intercosta


eksterna, hal ini akan meningkatkan volume intrathorak →
menurunkan tekanan intratorak → tekanan intrapleural makin negatif
→ paru berkembang → tekanan intrapulmonary menjadi makin
negatif → udara masuk paru.

Ekspirasi → bersifat pasif

Selama ekspirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan interkosta


eksterna, hal ini akan menurunkan volume intratorak → meningkatkan
tekanan intratorak → tekanan intrapleural makin positif → paru
mengempis → tekanan intrapulmonal menjadi makin positif → udara
keluar paru.
Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor :
1) Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan
nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke
paru.
2) Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan.
3) Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru

7
4) Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal
interkosta, internal interkosta, otot abdominal.
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru
untuk dioksigenisasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah
dioksigenisasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel
kanan jantung. Darah ini memfungsikan paru bagian respirasi dan ikut
serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapler
dan alveolus.
c. Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi
tinggi ke area konsentrasi rendah. Oksigen terus menerus berdifusi
dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida
(CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli.Difusi udara
respirasi terjadi antara alveolus dengan membran kapiler. Perbedaan
tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses
difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100
mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg
sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya
dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan alveoli
40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

C. ETIOLOGI

Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium


tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut
pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan

8
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini
dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif.Pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk Droplet (percikan Dahak).Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang
dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui
pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh
lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.Bila
hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.

9
D. PATOFISIOLOGI

Diagram 2.1
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat
lainnya.Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet
nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu
dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang
terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini
terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi
bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan air-
borne infection.

10
Bakteri yang terisap akan melewati pertahanan saluran pernapasan dan
masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi di mana terjadi implantasi bakteri,
bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan
fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer (fokus Ghon).Reaksi juga
terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan fokus primer
disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang
baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau tes
Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh
tubuh melalui berbagai jalan, yaitu:
1. Percabangan bronkhus
Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring.
2. Sistem saluran limfe
Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak
langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus
limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.
3. Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau
mengangkut material yang mengandung bakteri tuberkulosis dan
bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah, yaitu
tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
4. Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak
berkembang lebih jauh dan bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang
biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat
kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat
yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri
tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali.Inilah yang disebut
reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer.Infeksi ini dapat

11
terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi.Selain itu, infeksi
pasca-primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang
baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri dorman yang aktif
kembali.Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer
terutama berada di daerah apeks paru.
5. Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita
yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB.Infeksi
primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB.Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan
sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat
kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe
akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi
sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu.Adanya
infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler).Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman
akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-
kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan
kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan
menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang
diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar
6 bulan.

12
6. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau


tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk.Ciri khas
dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.
7. Pengaruh Infeksi HIV

Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh


seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik,
seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit
parah bahkan mengakibatkan kematian.

E. MANIFESTASI KLINIS
Tandadan gejala
1. Batuk lebih dari 3 minggu
2. Batuk berdarah/berdahak
3. Sakit dada
4. Demam selama lebih dari 3 minggu
5. Penurunan berat badan
6. Malaise,Keringat dingin pada malam hari
7. Anoreksia
8. Sesak nafas

13
F. KOMPLIKASI

Penyakit TB paru apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan


komplikasi,yang dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut

1. Komplikasi dini
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Empiema
d. Laryngitis
e. Menjalar ke organ lain seperti usus
2. Komplikasi lanjut
a. Obstruksi jalan nafas
b. Kerusakan parenkim berat
c. Amiloidosis
d. Karsinoma paru
e. Sindrom gagal nafas dewasa

G. KLASIFIKASI TB PARU

Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :


1. Berdasarkan organ yang terinvasi

TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak


termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB
Paru dibagi menjadi 2, yaitu :
a. TB Paru BTA Positif : Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-
kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu)
hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai
pemeriksaan radiologi paru menunjukan gambaran TB aktif.

14
b. TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif dan
pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif.TB Paru
dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi berdasarkan
tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas
dianggap berat.
c. TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
1) TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal
2) TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB
tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.
2. Berdasarkan tipe penderita

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.


Ada beberapa tipe penderita :
a. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari
satu bulan.
b. Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian
kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA positif.
c. Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat
pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke
kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah.

15
d. Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang
sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan
atau lebih, kemudian datang kembali berobat.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Gambaran foto thorax yang menunjang tuberculosis yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas
b. Bayangan bercak
c. Adanya kavitas
d. Kelainan bilateral terutama di lapangan paru atas
e. Bayangan milie
2. pemeriksaan darah rutin : LED normal/meningkat,limfositosis
3. pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik tb paru Basil
Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang
setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna
oleh alcohol asam.
4. Tes mantoux : Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian
atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit).
Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
a. Pembengkakan : 0–4mm,uji mantoux negatif.
(Indurasi) Arti klinis : tidak ada infeksi
Mikobakterium tuberkulosa.

16
b. Pembengkakan : 3–9mm,uji mantoux meragukan.
(Indurasi) Hal ini bisa karena kesalahan teknik,
reaksi silang dengan Mikobakterium
atipik atau setelah vaksinasi BCG.

c. Pembengkakan :≥ 10mm,uji mantoux positif.


(Indurasi) Arti klinis : sedang atau pernah
terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa.

I. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologi
a. Memodifikasi diet : banyak makan makanan yang bergizi (diet TKTP)
b. Mengurangi aktivitas yang berlebih
c. Hindari merokok dan minum alcohol
d. Jika terjadi sesak,posisikan pasien dengan posisi semifowler dan latih
pasien untuk teknik nafas dalam dan batuk efektif.
2. Farmakologi
Pemberian obat anti tuberkulosa, Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak
pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II
(Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala
TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)
memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.Obat
yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu:
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid.

17
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin.

3. Pengobatan TBC pada orang dewasa


a. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan


etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum
obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
1) Penderita baru TBC paru BTA positif.
2) Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
b. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3

Diberikan kepada:
1) Penderita kambuh.
2) Penderita gagal terapi.
3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
c. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada: penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung
aktif.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas pasien
Nama : Tn. B
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa,Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : pensiunan PNS TNI
Status : Menikah
Alamat : kp.kertajaya , 02/11,Padalarang
Tgl.masuk RS : 20 september 2016,pukul 18.00
Tgl. pengkajian : 20 September 2016
Diagnose medis : Tuberkulosa paru aktif
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.N
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : kp.kertajaya 02/11 Padalarang
Hub.dengan klien : Anak

19
2. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Keluhan utama : sesak nafas
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dustira melalui UGD pada tanggal 20
september 2016 pukul 18.00 dengan keluhan sesak nafas. Sesak dirasakan
seperti dibebani,sesak dirasakan sepanjang hari, keluhan sesak bertambah
ketika pasien beraktivitas dan banyak bicara dan bekurang ketika pasien
beristirahat. Keluhan sesak disertai keluhan batuk berdahak berwarna
hijau kental tidak bercampur darah dengan keluhan pasien susah
mengeluarkan dahak dan kadang kadang disertai keluhan demam.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit
yang sama seperti saat ini atau pun penyakit lainnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
yang sama seperti saat ini,dan pasien mengatakan dalam keluarganya tidak
memiliki riwayat penyakit menular lainnya seperti Aids,hepatitis dll.
e. Riwayat alergi
Pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
obat,cuaca,maupun makanan.

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : pasien tampak lemah
b. Tingkat kesadaran : compos mentis GCS 15 (E: 4M: 6V: 5)
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Suhu : 36,0 °C
Respirasi : 28 x/menit
Nadi : 88 x/menit

20
d. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
Bentuk normal simetris, tidak ada massa/lesi,warna rambut putih dan
bersih.
2) Mata
Bentuk simetris,tidak sembab,tidak ada peradangan,konjungtiva
anemis, sclera putih tidak ikterik.
3) Telinga
Bentuk simetris normal,tidak ada lesi/massa,bersih,serumen sedikit.
4) Hidung
Lubang hidung simetris, tidak ada
sumbatan,perdarahan,inflamasi,nyeri/massa,tampak pernafasan cuping
hidung.
5) Mulut
Bibir lembab,tidak ada lesi/inflamasi,tidak sumbing,gigi bersih tidak
ada karies,gusi tidak ada inflamasi dan nyeri,lidah bersih warna merah
muda,tidak ada pembesaran tonsil.
6) Leher
Tidak ada nyeri dan massa,tidak ada pembengkakankelenjar tyroid.
7) Dada
Bentuk simetris,tampak retraksi dada,suara tambahan nafas ronchi +/+
8) Abdomen
Abdomen datar,tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan hepar.
9) Ekstremitas atas : tidak ada oedem,tepasang infuse ditangan sebelah
kiri,dapat bergerak.
Ekstremitas bawah : tidak ada oedem,dapat bergerak bebas.
10) Kuku dan kulit
Warna kulit dan kuku normal tidak ada sianosis

21
4. Tabel 3.1 POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
DI RUMAH
JENIS AKTIVITAS DI RUMAH
SAKIT
1. POLA MAKAN DAN
MINUM
- Makan
Jenis makanan Nasi,sayur,lauk Nasi,bubur,sayur,la
pauk,buah. uk pauk,buah.
Frekuensi 3x1 3x1
Jumlah makanan 1 porsi habis 1 porsi habis
Bentuk makanan Makan biasa Diet lunak,TKTP
Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada Tidak ada
- Minum
Jenis minuman Air putih,kopi,teh Air putih,teh
Frekuensi 7-8 x/hari 7-8 x/hari
Jumlah minuman 1,5 liter 1,5 liter
Gangguan/keluhan Tidak ada Tidak ada
2. POLA ELEMINASI
- BAB
Frekuensi 1 x sehari Pasien belum BAB
Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna dan konsistensi Kuning,lembek Tidak terkaji
Bau Bau khas Tidak terkaji
Keluhan Tidak ada Tidak terkaji
- BAK
Frekuensi 3-5 x sehari 3-5 x sehari
Jumlah Cukup Cukup
Warna Kuning Kuning
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Keluhan Tidak ada Tidak ada

22
3. POLA ISTIRAHAT
- Siang
Waktu 13.00 – 15.00 Tidak tentu
Lama 2 jam 3-4 jam
Keluhan Tidak ada Pasien mengatakan
tidur terganggu
sesak dan batuk
- Malam
Waktu 20.00 – 04.30 20.00 – 04.30
Lama 8 jam 8 jam
keluhan Tidak ada Pasien mengatakan
tidur terganggu
sesak dan batuk

4. PERSONAL
HYGIENE
Mandi 1 x sehari 1 – 2 hari sekali
Cuci rambut 2-3 x seminggu Pasien tidak cuci
rambut
Gosok gigi 1 x sehari 1 x sehari
Ganti pakaian 1 x sehari 1 x sehari
Gunting kuku Dipotong bila Dipotong bila
panjang panjang
5. POLA AKTIVITAS
Mobilisasi Bebas Tirah baring
Waktu/lama 8-10 jam Tidak terkaji
Keluhan Tidak ada Pasien mengatakan
aktivitasnya
terbatas karena
keluhan sesak
6. KEBIASAN
Merokok Ya Tidak
Alcohol Tidak Tidak

23
5. DATA PENUNJANG
a. Table 3.2 .Pemeriksaan lab darah ,Selasa, Tanggal 20 september 2016.
NILAI
HEMATOLOGI HASIL SATUAN
RUJUKAN
Haemoglobin 8.2 g/dl 13.0 – 18.0
Eritrosit 2 10^6/ul 4.0 – 5.5
Leukosit 14.7 10^6/ul 4.0 – 10.0
Hematokrit 24.2 % 38.2 – 51.0
Trombosit 604 10^6/ul 150-450
NILAI
MCV,MCH,MCHC HASIL SATUAN
RUJUKAN
MCV 86.1 /L 25.0 – 100.0
MCH 29.2 Pq 25.0 – 32.0
MCHC 33.9 g/dl 32.0 – 36.0
ROW 14.4 % 10.0 – 16.0
NILAI
HITUNG JENIS HASIL SATUAN
RUJUKAN
Basofil 0.3 % 0.0 – 1.0
Erosofil 0.1 % 1.0 – 4.0
Segimen 83.7 % 50.0- 80.0
Limfosit 6.4 % 25.0 – 50.0
Monosit 10.1 % 4.0 – 8.0

b. Radiologi / foto thorax (Rabu,21 september 2016)


Hasil : pulmo tampak infiltrate
Kesan : TB paru

24
6. Tabel 3.3 THERAPY OBAT

OBAT PEMBERIAN DOSIS FUNGSI


Cefexim Oral 3 x 1 tab Mengobati infeksi
bakteri pada system
pernafasan
Ambroxol Oral 3 x 1 tab Mengencerkan dahak
agar mudah
dikeluarkan/meredakan
batuk
Ranitidine Oral 2 x 1 amp Mengurangi rasa mual
(500 mg)
RHZE Oral 1 x 1 tab Obat anti tuberkulosis
Infus Ringel Intravena 20 tts/menit Mengembalikan
laktat keseimbangan elektrolit
Therapy Binasal kanul 3 liter/menit Mencegah dan
oksigen memperbaiki hipoksia
jaringan

7. Table 3.4 PENGELOMPOKAN DATA


DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Pasien mengeluh sesak - Pasien tampak lemah
nafas - Tampak retraksi dada
- Pasien mengeluh batuk - Tampak pernafasan
berdahak cuping hidung
- Pasien mengeluh demam - Auskultasi ronchi +/+
dimalam hari - Sputum pasien berwarna
- Pasie mengeluh lemas hijau kental,darah (-)
- Pasien mengeluh susah - Lama tidur pasien 8
mengeluarkan dahak jam,terganggu batuk dan
- Pasien mengatakan sesak sesak
bertambah ketika - Pemeriksaan lab darah tgl
berbicara dan banyak 20 september 2016 :
aktivitas Leukosit 14.7 10^6/ul

25
- Pasien mengatakan - Pemeriksaan foto thorax
tidurnya terganggu tgl.21 september 2016
karena batuk dan sesak Hasil foto thorax : tampak
- Pasien mengatakan tb paru
dahaknya berwarna hijau - TTV
kental,tidak ada darah TD : 130/70 mmHg
R : 28 x / menit
Suhu : 36.0°c
Nadi : 88 x / menit

8. Tabel 3.5 ANALISA DATA


MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
Data subjektif
Invasi bakteri Pola nafas tidak
- Pasien mengeluh mycrobacterium efekif berhubungan
sesak nafas tuberkulosa ke saluran dengan penurunan
pernafasan ekspansi paru
Data objektif

- Pasien tampak Reaksi infeksi/inflamasi
lemah dan merusak parenkim
paru
- Tampak retraksi ↓
dada Ekspansi paru menurun
- Tampak ↓
pernafasan Oksigen kurang dari
cuping hidung kebutuhan tubuh

- TD:130/70 Sesak
mmHg ↓
S : 36.0°c Pola nafas tidak efektif
R : 28 x / menit
N : 88 x / menit

26
- Pemeriksaan lab darah
tgl.20 september 2016:
Leukosit 14.7 10^6/ul
- Pemeriksaan foto
thorax,hasil : tb paru

Data subjektif Invasi bakteri


mycrobacterium
- Pasien mengeluh tuberkulosa Bersihan jalan tidak
batuk berdahak ↓ efektif berhubungan
- Pasien dengan penumpukan
mengatakan Inflamasi parenkim paru sekret
susah ↓
mengeluarkan Produksi sekret
dahak meningkat
- Pasien ↓
mengatakan Penumpukan sekret
dahaknya dijalan nafas
berwarna hijau ↓
kental tidak
bercampur darah Bersihan jalan nafas tidak
efektif
Data objektif

- Auskultasi suara
nafas tambahan
ronchi +/+
- Sputum pasien
kental berwarna
hijau
- Leukosit 14.7
10^6/ul
- Foto thorax: tb
paru aktif

27
Data subjektif

- Pasien Invasi bakteri Gangguan pola tidur


mengatakan mycrobacterium berhubungan dengan
tidurnya ↓ gejala sesak dan
terganggu karena Reaksi inflamasi batuk
gejala batuk dan parenkim paru
sesak
- Pasien mengeluh
lemah Produksi Ekspansi
sekret dada
Data objektif
- Auskultasi paru meningkat menurun
ronchi +/+
- Lama tidur pasien
8 jam,terganggu
batuk dan sesak
- Pasien tampak
lemah
Batuk Pola nafas
tidak
efektif

Sesak

Gangguan pola tidur

28
B. Tabel 3.6 DIAGNOSA PRIORITAS KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

2 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpuka sekret

3 Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan gejala klinis batuk dan
sesak

29
C. Tabel 3.7 PERENCANAAN / INTERVENSI
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi nafas pasien 1. Untuk mengetahui kedalaman nafas pasien
efektif tindakan keperawatan
berhubungan dalam waktu 2 x 24 2. Observasi TTV (TD,N,R,S) 2. Frekuensi nafas abnormal dapat menunjukan
dengan jam diharapkan pola setiap 5 jam sekali ketidak efektifan pola nafas
penurunan nafas pasien efektif
ekspansi paru. dengan kriteria hasil : 3. Posisikan pasien dengan posisi 3. Posisi semi fowler dapat meningkatkan
- Pergerakan semifowler ekspansi paru dan memudahkan untuk
Data subjektif dinding dada bernafas
normal
- Pasien - Tidak tampak 4. Ajarkan pasien teknik nafas 4. Untuk mengembalikan pola nafas efektif dan
mengeluh pernafasan cuping dalam memenuhi kebutuhan oksigen
sesak nafas hidung
Dalam batas
Data objektif normal TTV
TD : 130/70 5. Pemberian therapy oksigen 5. Memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh
- Pasien mmHg 3l/menit melalui binasal kanul
tampak R : 28 x/menit
lemah S : 36.0 C
- Tampak N : 88 x/menit 6. Batasi pengunjung pasien 6. Untuk menciptakan suasana yang
retraksi - Leukosit dalam kaya oksigen dan nyaman
dada batas normal 4.0 –
- Tampak 10.0 10^6/ul

30
pernafasan
cuping hidung 7. Lanjutkan advis dokter dalam 7. Memberikan obat anti tuberculosis dan
pemberian obat RHZE 1 x 1 mengobati infeksi pada saluran nafas
- TTV - Hasil foto thorax tablet dan obat cefexim 3 x 1
- TD:130/70 tidak tampak tablet
mmHg infiltrate
S : 36.0 c
R :28 x / menit
N :88 x / menit

- Leukosit
14.7
10^6/ul
- Foto
thorax: tb
paru aktif

2. Bersihan jalan Setelah dilakukannya 1. Kaji keluhan batuk pasien 1. Mengetahui keluhan batuk pasien dan
nafas tidak efektif tindakan keperawatan mengetahui intervensi selanjutnya
berhubungan selama 2 x 24 jam
dengan diharapkan bersihan
penumpukan jalan nafas pasien 2. Observasi TTV (TD,N,R,S) 2. Mengkaji frekuensi nafas dan fungsi nafas
sekret efektif teratasi setiap 5 jam sekali dapat mengetahui tanda keefektifan bersihan
dengan kriteria hasil : jalan nafas

31
Data subjektif - Batuk berdahak
berkurang atau
- Pasien bahkan hilang 3. Ajarkan pasien teknik batuk 3. Membiasakan pasien batuk efektif dan
mengeluh - Sesak berkurang efektif memudahkan pasien mengeluarkan sekret
batuk dengan frekuensi
berdahak nafas 16-20 x
- Pasien /menit 4. Anjurkan pasien untuk banyak 4. Untuk membantu meredakan batuk dan
mengeluh - Suara nafas minum air hangat mencairkan sekret
sesak vesikuler
5. Lanjutkan advis dokter dalam 5. Mengencerkan dahak agar mudah
Data objektif pemberian obat ambroxol3 x 1 dikeluarkan/meredakan batuk
tablet
- Auskultasi
suara nafas
tambahan
ronchi +/+
- Sputum
pasien
kental
berwarna
hijau

- Leukosit
14.7
10^6/ul

32
3. Gangguan polaSetelah dilakukan 1. Kaji pola tidur pasien 1. Untuk mengetahui pola tidur pasien
tidur berhubungantindakan keperawatan
dengan gejala
selama 2 x 4 jam 2. Anjurkan pasien tidur 2. Untuk memudahkan pasien bernafas pada
klinis batuk dan diharapkan pola tidur dengan posisi semi fowler saat pasien tidur
sesak pasien efektif .
Dengan kriteria hasil 3. Ciptakan suasana nyaman 3. Untuk membantu kenyamanan pasien
: dan tenang saat tidur
- Pasien dapat
Data subjektif beristirahat tidur 4. Lanjutkan advis dokter 4. Memudahkan pasien mengeluarkan
dengan optimal dalam pemberian obat sputum yang mengganggu pada saat tidur
- Pasien tanpa adanya ambroxol 3 x 1 dan meredakan batuk
mengataka gangguan sesak
n tidurnya dan batuk
terganggu - Tidak ada suara
karena nafas tambahan
gejala ronchi
batuk dan
sesak

Data objektif

- Auskultasi

33
paru ronchi
+/+
- Lama tidur
pasien 8
jam,tergan
ggu batuk
dan sesak

34
D. Tablel 3.8 IMPLEMENTASI
Diagnosa
Implementasi 21-09-2016 paraf 22-09-2016 Paraf
keperawatan
1. Pola nafas 1. Mengkaji pola 14.00 08.00
tidak efektif nafas pasien Hasil : tampak retraksi Hasil : Tampak retraksi
berhubungan dada,tampak permafasan dada,tampak pernafasan
dengan cuping hidung cuping hidung
penurunan
ekspansi paru
2. Mengobservasi 14.00 08.00
TTV Hasil Hasil
TD : 130/80 mmHg TD 130/60mmHg
S : 36.0 °C S : 35,7 °C
R : 24 x/menit R : 22 x / menit
N : 80x/menit N : 78 x/ menit

3. Memberikan 14.00 09.00


posisi semi Respon : Respon :
fowler - Pasien - pasien mengikuti
mengikuti anjuran perawat
anjuran - pasien mengatakan
perawat nyaman untuk
- pasien bernafas

35
mengatakan
nyaman untuk
bernafas

4. Mengajarkan 15.00 10.00


pasien teknik Respon : Respon :
nafas dalam - pasien dapat - pasien mengatakan
melakukan nyaman
teknik nafas - pasien mengatakan
dalam sesaknya berkurang
- pasien
mengatakan
sesaknya
sedikit
berkurang
5. Memberikan 15.30
therapy oksigen Respon :
3l/menit - pasien
tampak
tenang
- Pasien
mengatakan
sesaknya
sedikit
berkurang

36
6.Membatasi 16.00
pengunjung pasien Respon :
- pasien
mengatakan
nyaman

7.Melanjutkan advis 15.00 10.00


dokter dalam Respon : Respon :
pemberian obat - pasien - pasien meminum
RHZE 1 X 1 , meminum obat yang diberikan
Cefexim 3 x 1 obat yang perawat
diberikan
perawat

2. Bersihan jalan 1. Mengobservasi 14.00 08.00


nafas tidak TTV Hasil : Hasil :
efektif TD : 130/80 mmHg TD : 130/60
berhubungan S : 36.0 °C S : 35,7 °C
dengan R : 24 x/menit R : 22 x / menit
penumpukan N : 80x/menit N : 78 x/ menit
sekret

37
2. Mengajarkan 15.00
teknik batuk Respon :
efektif - pasien dapat
melakukan
teknik batuk
efektif
- pasien
mengatakan
sudah bisa
mengeluarkan
dahaknya

3. Menganjurkan 16.00 09.00


pasien untuk Respon : Respon :
banyak minum air - pasien - pasien mengikuti
hangat mengikuti anjuran perawat
anjuran - Pasien mengatakan
perawat batuknya berkurang
- pasien
mengatakan
batuknya
bekurang

38
4. Melanjukan advis 15.00 10.00
dokter dalam Repon : Respon :
pemberian obat - pasien - pasien meminum
ambroxol 3 x 1 meminum obat yang diberikan
obat yang perawat
diberikan - pasien mengatakab
perawat batuknya bekurang
- pasien dan dahaknya bisa
mengatakan dikeluarkan
batuknya
berkurang dan
dahaknya bisa
dikeluarkan

3. Gangguan pola 1. Mengkaji pola 20.00


tidur tidur Hasil :
berhubungan - pasien tidak
dengan gejala dapat tidur
klinis batuk dan karena gejala
sesak batuk dan
sesak

39
2. menganjurkan 20.00
pasien tidur denga Respon:
n posisi semi - pasien tidur
fowler dengan posisi
semi fowler
- Pasien
mengatakan
nyaman dan
nyaman untuk
bernafas
3. menciptakan 20.00
suasana nyaman Respon :
- pasien
tampak
nyaman dan
tenang
- Pasien
mengatakan
sudah bisa
tidur tenang

40
4. memberikan obat 20.00
ambroxol 3 x 1 Respon :
- pasien
meminum
obat yang
diberikan
perawat
- pasien
mengatakan
batuknya
berkurang dan
mulai bisa
tidur tenang

41
E. Tabel 3.9 EVALUASI
DIAGNOSA
22-09-2016 PARAF 23-09-2016 PARAF
KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak fektif S : S:


berhubungan dengan - Pasien mengeluh - Pasien mengeluh
menurunnya eskpansi sesaknya sesaknya
paru sedikit berkurang berkurang
O: O:
Data subjektif - Respirasi 24 x / - Respirasi 22x /
- Pasien mengeluh sesak menit menit
nafas - Pasien tampak - Pasien tampak
lemah lemah
Data objektif - Tampak retraksi A:
- Pasien tampak lemah dada - Masalah teratasi
- Tampak retraksi dada - Tampak sebagian
- Tampak pernafasan pernafasan P:
cuping hidung cuping hidung - Intervensi
A: dilanjutkan
- Masalah belum (intervensi 1-7)
teratasi
P:
- Intervensi
dilanjutkan
(intervensi 1-7)

42
2. Bersihan jalan nafas S : S:
tidak efektif - pasien mengeluh - pasien
berhubungan dengan batuk berdahak mengatakan
penumpukan sekret nya sudah batuk
Data subjektif berkurang berdahaknya
- Pasien mengeluh - Pasien sudah berkurang
batuk berdahak mengatakan - Pasien
- Pasien mengatakan sudah bisa mengatakan
susah mengeluarkan mengeluarkan dahaknya sudah
dahak dahaknya bisa dikeluarkan
- Pasien mengatakan O : O:
dahaknya berwarna - batuk masih - batuk masih
hijau kental tidak berdahak berlendir
berwarna hijau
bercampur darah - berwarna kuning
dan kental
- Auskultasi paru dan kental
ronchi +/+ - Auskultasi paru
Data objektif ronchi +/+
- Auskultasi suara A:
nafas tambahan A - masalah teratasi
ronchi +/+ - masalah belum sebagian
- Sputum pasien teratasi P:
kental berwarna P - intervensi
hijau - intervensi dilanjutkan
- Leukosit 14.7 dilanjutkan (intervensi 1-4)
(intervensi 1-4)

43
10^6/ul

3. Gangguan pola tidur S : S:


berhubungan dengan - pasien mengeluh - pasien mengeluh
gejala klinis batuk dan tidurnya sedikit tidurnya sudah
sesak terganggu karena bisa tenang
batuk dan sesak O:
Data subjektif O - pasien tidur
- Pasien mengatakan - pasien tidak tidur nyenyak
tidurnya terganggu sedikit nyenyak - Respirasi : 22x /
karena gejala batuk Respirasi : 24 x / menit
dan sesak menit - Ronchi +/+
Data objektif Ronchi +/+ A:
- Auskultasi paru A - masalah teratasi
ronchi +/+ - masalah belum sebagian
- Lama tidur pasien 8 teratasi P:
jam,terganggu P - Intervensi
batuk dan sesak - Intervensi dilanjutkan
dilanjutkan (intervensi 1-4)
(intervensi 1-4)

44
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penyusun melakukan asuhan keperawatan pada Tn.B (80 th)


dengan gangguan sistem pernafasan atas indikasi tuberculosis paru di ruang
perawatan paru-paru Rumah sakit TK.II Dustira kota Cimahi. Asuhan
keperawatan dilakukan pada pasien Tn.B dengan gangguan sistem pernafasan
atas indikasi tuberkulosa paru. Pada proses pelaksanaan didukung oleh teori
yang penyusun dapatkan dari berbagai sumber dan diterapkan menggunakan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan
,intervensi keperawatan ,implementasi keperawatan ,dan evaluasi. Maka
penyusun dapat menarik kesimpulan bahwa :
1. Tahap pengkajian
Pada tahap pengkajian penyusun melakukan teknik wawancara,baik
pasien,keluarga pasien,dan perawat ruangan. Hal tersebut dilakukan untuk
mendapatkan data secara objektif maupun subjektif.
2. Diagnosa keperawatan
Penyusun menemukan diagnosa keperawatan pada Tn.B yaitu :
a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru.
b) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret.
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala klinis batuk dan
sesak.

45
3. Intervensi
Tahap perencanaan pada Tn.B dengan diagnose medis tuberkulosa
paru,membutuhkan kerjasama antar keluarga dan tim medis lainnya.
Dibawah bimbingan perawat,perencanaan dapat dirumuskan dengan
masalah yang ditemukan.
4. Implementasi
Untuk menunjang keberhasilan asuhan keperawatan pada Tn.B,tentu
memerlukan koordinasi antar tim kesehatan dan keluarga pasien.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan yang direncanakan. Berdasarkan hasil
catatan perkembangan kondisi pasien selama perawatan, semua hasil
tindakan keperawatan yang dilakukan dapat teratasi.
B. Saran
1. Untuk instansi
Mohon dalam penggunaan sarana dan prasarana RS lebih dilengkapi agar
dapat dipergunakan dengan semaksimal mungkin. Dan untuk
perawat,dimohon untuk lebih memperbanyak memberikan penyuluhan
kepada pasien.
2. Untuk pasien
Diharapkan menjalin komunikasi dan kerjasama yang lebih dekat dengan
petugas kesehatan,lebih mematuhi instruksi dari tim kesehatan agar cepat
pulih kembali.
3. Untuk siswa/i
a. Jaga nama baik almamater
b. Patuhi tata tertib
c. Pemahaman materi lebih ditingkatkan

46
d. Tingkatkan komunikasi dengan pasien,perawat,dokter dan tim
kesehatan lainnya.

47
BAB V
PENUTUP

Segala puji bagi Allah S.W.T Karena pada akhirnya laporan studi kasus ini dapat
terselsaikan. Terimakasih kepada semua orang yang telah membantu sehingga
laporan ini dapat terselsaikan,khususnya kepada guru pembimbing kami Ibu Deviani
Gartini AMK,Kami memohon maaf sebesar besarnya apabila pada laporan ini
terdapat kata-kata yang tidak berkenan dan masih banyak kekurangan. Agar laporan
ini dapat lebih baik lagi, kami harap para pembaca agar berkenan untuk memberikan
kritik dan saran agar dapat membuat laporan penyusun untuk lebih baik lagi
nantinya.Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan pendidikan kepada para
pembaca sekalian.

Bandung, November 2016

penyusun

48
49

Anda mungkin juga menyukai