Anda di halaman 1dari 2

Keadilan distributif berfokus pada keadilan atas hasil, seperti gaji dan

pengakuan yang karyawan terima. Hasil dapat dialokasikan dengan berbagai cara.
Contohnya, perusahaan akan mendistribusikan kenaikan gaji secara seimbang antar
karyawan atau perusahaan mendasarkannya pada karyawan yang paling
membutuhkan uang. Para karyawan cenderung menerima hasil kerjanya yang
paling adil ketika hasil kerja mereka didistribusikan secara seimbang (Robbins dan
Judge 2015, 234).

Keadilan prosedural adalah persepsi karyawan tentang keadilan atas proses


yang digunakan untuk mendistribusikan reward (Mattenson et al. 2014, 127).
Thibaut dan Walker (1975) berpendapat bahwa prosedur dilihat adil ketika
berbicara tentang proses pengendalian, artinya mereka akan menyuarakan pendapat
dalam sebuah upaya untuk mempengaruhi hasil keputusan. Sebaliknya Leventhal
(1980) memperluas konsep keadilan prosedural dalam konteks keputusan alokasi
sumber daya. Dia berpendapat bahwa alokasi prosedur akan dilihat adil ketika
mereka menaati beberapa “Aturan” seperti konsistensi, bias, akurasi, perbaikan,
dan etika (Colquitt 2012, 1).

Keadilan interaksional adalah persepsi karyawan terhadap keadilan atas


komunikasi yang diberikan kepada karyawan dari pihak yang berkuasa (Mattenson
et al. 2014, 127). Colquitt (2001) mengatakan bahwa keadilan interaksional terbagi
menjadi dua kategori yakni keadilan interpersonal dan keadilan informasional.
Persepsi atas rasa hormat, sopan, bermartabat di dalam satu perlakuan atau ketika
mengambil keputusan adalah bagian dari keadilan interpersonal sementara
kecukupan penjelasan yang diberikan dalam hal spesifik, tepat waktu dan jujur
adalah bagian dari keadilan informasional (Usmani dan Jamal 2013, 357).
Keadilan temporal berkaitan dengan distribusi waktu yang adil (Usmani dan Jamal
2013, 353). Goodin (2010) memperkenalkan konsep keadilan dalam hal distribusi
waktu, terutama kekuatan diskresioner dari waktu ke waktu yang dimiliki
seseorang. Setiap orang memiliki waktu 24 jam dan memiliki cara tersendiri dalam
menghabiskan waktunya.

Keadilan temporal adalah bagaimana seorang karyawan merasakan haknya


atas waktu yang diberikan kepadanya setiap hari untuk menyelesaikan tugasnya.
Waktu adalah sumber daya, sehingga organisasi harus mendistribusikan waktu
kerja secara merata pada seluruh karyawannya, terlepas mereka karyawan tetap,
pekerja paruh waktu, memiliki anggota keluarga atau tidak, karena setiap orang
memiliki hak untuk mengakses waktu luangnya sehingga mereka dapat
mengurangi stres, merasa puas dengan pekerjaan mereka dan meningkatkan
produktivitas (Usmani dan Jamal 2013, 358).

Keadilan spasial mengacu pada fokus penekanan terhadap aspek spasial atau
geografik dari keadilan. Ini melibatkan distribusi yang adil dalam konteks ruang
atas sumber daya yang bernilai sosial dan kesempatan untuk memanfaatkannya.
Secara geografis pembangunan tidak merata atau keterbelakangan juga
memberikan kerangka untuk memahami proses yang menghasilkan ketidakadilan.
Soja (2008) mengatakan bahwa diskriminasi ruang dikenakan oleh organisasi
karena geografi. Pemahaman dan analisis penciptaan geografi yang tidak adil dan
struktur spasial organisasi dapat membantu untuk menafsirkan ketidakadilan
spasial organisasi dan dengan demikian merumuskan kebijakan territorial yang
bertujuan menanggulanginya (Usmani dan Jamal 2013, 360)

Anda mungkin juga menyukai