Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PANGAN

DETEKSI MIKROBA PADA BAHAN PANGAN TAPE ES POTENG

NAMA : FEBRIYANTI ANGRENI


NIM : H411 13 054
KELOMPOK : 4 (EMPAT C)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mikrobiologi pangan (food microbiology) adalah salah satu cabang dari mikrobiologi

yang mempelajari peranan mikrobia, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan,

pada rantai produksi makanan sejak dari pemanenan, penangkapan, pemotongan,

penanganan, penyimpanan, pengolahan, distribusi, pemasaran, penghidangan sampai siap

dikonsumsi.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari bahan

pangan, karena demi kelangsungan hidupnya. Seiring perkembangan zaman telah dilakukan

penelitian mengenai Keberadaan mikroba pada makanan. Ada yang tidak berbahaya bagi

manusia, beberapa mikroba mengakibatkan kerusakan makanan, menimbulkan penyakit, dan

menghasilkan racun. Mikroba dapat juga menguntungkan, misalnya: menghasilkan produk-

produk makanan khusus. Makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai

macam mikroba. Mikroba dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat, dan

menjadikan lemak atau minyak. Pengolahan bahan pangan antara lain meliputi: pengendalian

mikroba dalam bahan pangan, prinsip pengawetan bahan pangan, metode-metode

pengawetan bahan pangan, serta fermentasi dan produk-produk olahan hasil

fermentasi. Kandungan mikroba di bahan pangan dapat memberikan keterangan yang

mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut

serta keefektifan metode pengawetannya. Banyak makanan yang memanfaatkan mikroba

untuk proses pembutannya ntah itu bakteri maupun jamur. Kebanyakan, makanan produk

olahan menggunakan mikroba sebagai organisme yang memfermentasi. Jadiapabila, selama

ini kita selalu menganggap bahwa mikroba identik dengan kata bahaya dan penyakit, hal
tersebut salah. Karena banyak mikroba yang berguna sebagai bahan pembuatan makanan

berfermentasi. Beberapa makanan yang memanfatkan mikroba adalah tempe, yogurt, susu,

nata de coco, tape dan masih banyak lagi.

Sejarah mikrobiologi pangan sebenarnya bersamaan dengan kehadiran manusia di

muka bumi namun sangat sulit ditentukan titik mulanya secara pasti. Sejak manusia dapat

memproduksi makanan sebenarnya juga mulai dipelajari kerusakan makanan dan timbulnya

keracunan makanan. Karena banyak sekali makanan yang memanfaatkan mikroba dalam

pembuatannya, maka penulis ingin mempelajari lebih lanjut mengenai mikrobiologi pangan.

Sehingga penulis menyusun laporan praktikum ini.

I.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk menghitung ALT (Angka Lempeng Total)

2. Untuk menghitung nilai MPN dan SPC

3. Untuk menghitung jumlah kapang yang terdapat pada bahan pangan

4. Untuk melihat keberadaan bakteri Salmonella dan Vibrio.

I.3 Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu, 11 Mei 2016, pukul 14:00-17:00 WITA, di

Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Enterobacteriaceae termasuk dalam famili bakteri, sebagian besar lebih dikenal

bersifat patogen, seperti Salmonella dan Eschericia coli. Ilmu genetika menempatkan

Enterobacteriaceae di antara Proteobacteria , dan mereka memberikan perintah mereka

sendiri (Enterobacteriales). Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup diusus besar

manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada komposisi material. Sebagian

kuman enterik ini tidak menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah) bila kuman tetap

berada di dalarn usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan dimana terjadi perubahan pada host

atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak diantara kuman ini

mampu menimbulkan penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia. Organisme-organisme di

dalam famili ini pada kenyataannya mempunyai peranan penting di dalam infeksi nosokomial

misalnya sebagai penyebab infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, dan infeksi lainnya.

Anggota Enterobacteriaceae yang bentuk batang, dan biasanya memiliki panjang 1-5

pM. Seperti Proteobacteria lain mereka bersifat Gram negatif, anaerob fakultatif , dapat

memfermentasi gula untuk menghasilkan asam laktat dan berbagai produk akhir lainnya.

Kebanyakan juga dapat mengubah nitrat menjadi nitrit, walaupun ada pengecualian

(misalnya Phoptorhadus ). Apabila Enterobacteriaceae diuji dengan tes katalase maka

hasilnya positif, hal tersebut menunjukkan bahwa Enterobacteriaceae mengandung enzim

katalase. Namum apabila diuji dengan tes oksidase, maka hasilnya negatif. Kebanyakan

memiliki banyak flagel digunakan untuk bergerak, tetapi ada juga beberapa kelompok yang

non-motil. Enterobacteriaceae merupakan bakteri non-spora dan membentuk reaksi katalase

bervariasi antara Enterobacteriaceae. Sebagian besar strainnya memiliki fimbria adhesif.


Dalam pertumbuhannya, Enterobacteriaceae kurang atau sedikit memerlukan NaCl (Fardiaz,

1993).

Untuk menentukan jumlah bakteri yang ada di dalam suatu medium maka dapat

digunakan beberapa cara sebagai berikut (Lay, 1994):

1. Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell counts). Pada cara ini di hitung semua

bakteri yang ada di dalam suatu medium biakan baik yang hidup maupun yang mati.

2. Jumlah bakteri yang hidup (Viable count). Cara ini hanya menggambarkan jumlah sel

yang hidup saja, sehingga lebih tepat jika dibandingkan dengan cara yang pertama

tadi.

Koloni yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari satu sel

mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok

atau berabtai. Bila ditumbuhkan pada suatu medium dengan lingkungan yang sesuai, maka

kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni saja. Berdasarkan hal tersebut

sering kali digunakan istilah Colony Forming Units (CFU) yang digunakan untuk

perhitungan jumlah mikroorganisme hidup (Dwidjoseputro, 1996).

Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Di

dalam laboratorium, pengenceran di lakukan dengan botol pengenceran seperti lazimnya pada

SPC, namun dapat pula menggunakan tabung reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan

botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah.

Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme

yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar

dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo, 1996).

Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di

dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk

padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Metode MPN
digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya dilakukan

berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah

inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan

mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung

Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Dalam

metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam

hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan

dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel, beberapa tabung yang

lainnya mengandung lebih dari satu sel atau tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan

demikian setelah inkubasi, diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang

dinyatakan sebagai tabung positif, sedangkan tabung lainnya negative (Fardiaz, 1993).

Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang

pertama 10 ¹, 10 ², dan 10 ³. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya

pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008):

Bakteri = nilai MPN x 1/pengenceran tengah.

Standar plate Count (Angka Lempeng Total) adalah menentukan jumlah bakteri

dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan banyaknya bakteri dengan

mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung atas formasi bakteri di dalam media

tempat tumbuhnya dan masing-masing bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang

tunggal. Adapun prinsip dari metode hitung cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih

hidup ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang

biak dan membentuk koloni yang dapat di lihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa

menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan sebagainya. Metode hittung cawan ini

merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jassad renik karena beberapa

hal yaitu (Ferdiaz, 1993):


1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung

2. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus

3. Dapat digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang

terbentuk mungkin berasal dari suatu jassad renik yang mempunyai penampakan yang

spesifik.

Penetapan jumlah bakteri di dalam suatu populasi bakteri mungkin saja akan mengalami

hambatan. Hal ini karena tidak semua sel yang ada di dalam suatu biakan itu mampu untuk

hidup secara trus- menerus. Jadi dalam perhitungan ini maka yang dianggap sebagai sel hidup

adalah sel yang membentuk koloni di dalam medium biakan atau dapat juga digunakan

bakteri yang mampu membentuk suspensi di dalam medium biakan. Sel- sel yang mampu

hidup terus adalah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah selnya.

Pada jumlah total sel, maka ikut dihitung semua sel yang tampak atau yang dapat dihitung

dengan cara yang lainnya, sehingga dengan demikian sel-sel mati dan cacat akan ikut

terhitung (Indra, 2008).

Bakteri Media Media Selektif Hasil positif


Enrichmen

E. coli BGLBB, LB, EMBA,Mc Koloni hijau metalik dengan bintik


BHIB concey hitam di tegah

BSA, SCB, SSA, BSA Koloni keruh atau bening, tidak


Salmonella thypi
berwarna bagian tengah mungkin
SELENITIF
berwarna hitam.

Pseudomonas Koloni kecil dan sedang, jernih,


aeruginosa BHIB MHA, CETA sedikit keruh. Koloni hijau
berfluoresen

Koloni berukuran kecil dan berwarna


Staphylococcus BHIB VJA hitam, dikelilingi oleh areal berwarna
aureus kuning yang enunjukkan terjadinya
fermentasi manitol.
Vibrio cholera
APW TCBSA
Koloni kuning permukaan agak
datar, bagian tengah keruh dan
bagian pinggir bening atau koloni
kuning agak kering dilingkari zone
kuning.

Gambar : Tabel seleksi bakteri (Fardiaz, 1993)

Sebagian besar penyakit pada manusia disebabkan oleh makanan yang tercemar

bakteri patogen, seperti penyakit tipus, disentri, botulisme, dan hepatitis A. Penyakit lain

yang disebabkan oleh bakteri dan sering menimbulkan masalah serta memiliki dampak yang

cukup berbahaya terhadap kesehatan manusia antara lain adalah antraks, salmonellosis,

brucellosis, tuberkulosis, klostridiosis, E. coli, koli-basilosis, dan S. aureus, Daging yang

tercemar mikroba me-lebihi ambang batas akan menjadi ber-lendir, berjamur, daya

simpannya menurun, berbau busuk, rasa tidak enak, dan menyebabkan gangguan kesehatan

bila dikonsumsi. Mikroba yang dapat mencemari daging antara lain adalah Salmonella sp., E.

coli, Coliform, Staphylococcus sp., dan Pseudomonas (Fardiaz, 1993).

Kapang merupakan mikroba dalam kelompok Fungi yang berbentuk filamen, yaitu

struktumya terdiri dari benang-benang halus yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa

membentuk kumpulan massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa

menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih seperti kapas yang tumbuh

pada tempe. Kapang juga mempunyai struktur yang disebut spora yang pada umumnya

terletak pada ujung-ujung dari hifa, dan merupakan struktur yang sangat ringan dan mudah

menyebar kemana-mana. Spora merupakan alat perkembangbiakan kapang, karena pada

kondisi substrat dan lingkungan yang baik spora dapat bergerminasi dan tumbuh menjadi

struktur kapang yang lengkap. Dari satu struktur kapang dapat dihasilkan beratus-ratus spora
yang mudah menyebar dan mencemari pangan, kemudian tumbuh menjadi bentuk kapang

yang lengkap. Jika dilihat dl bawah mikroskop, berbagai jenis kapang mempunyai struktur

hifa dan spora yang berbeda-beda, dan karakteristik struktur tersebut digunakan untuk

mengidentifikasi kapang. Spora kapang pada umumnya mempunyai warna tertentu

tergantung dari jenis kapangnya. Oleh karena itu pertumbuhan kapang pada pangan mudah

dilihat dengan mata, yaitu ditandai dengan perubahan warna yang menunjukkan adanya spora

kapang dan sering disebut sebagai bulukan. Selain dapat menyebabkan kerusakan pangan,

beberapa kapang tertentu juga bermanfaat karena digunakan dalam proses fermentasi pangan

(Lay, 1994)

Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif

tinggi.Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik

dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada

pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0. Vibrio sp merupakan salah satu bakteri

patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili

Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel

batang yang melengkung dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan

oksidase dan Buckleerak dengan satu flagella pada ujung sel (BPOM, 2009).

Vibrio cholerae dan kebanyakan vibrio lain tumbuh dengan baik pada suhu 370 C

pada berbagai jenis media, termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan

asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. V cholerae tumbuh dengan baik pada agar

thiosulfate-citrate-bile-sukrose (TCBS), yang menghasilkan koloni berwarna kuning.Vibrio

adalah oksidase positif, yang membedakan mereka dari bakteri enterik gram negatif yang

tumbuh pada agar darah. Ciri yang khas, vibrio tumbuh pada ph yang sangat tinggi ( 8,5-9,5 )

dan sangat cepat mati oleh asam. Karenanya pembiakkan pada media yang mengandung

karbohidrat yang dapat difermentasi, akan cepat mati.Di wilayah dimana kolera menjadi
endemik, mengkultur langsung tinja pada media selektif seperti TCBS, dan media yang

diperkaya seperti air peptone alkalin adalah sesuai. Namun kultur rutin pada media spesial

seperti TCBS umumnya tidak diperlukan pada wilayah dimana kolera jarang terjadi (Siagian,

2002).

Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, dan

tidakmenghasilkan spora.Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur

dandaging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna.

Sakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis (BPOM, 2009).

Media spesifik untuk Salmonella mengandung komponen seperti pepton atau protein

hidrolisat, ekstrak daging sapi atau ekstrak khamir, dan agar yang ditambahkan dengan tujuan

untuk mempertahankan daya isotoniknya maupun sebagai buffer.Media selektif untuk yang

umum digunakan untuk Salmonella adalah SSA (Salmonella Shigella Agar).Pada media SSA

Salmonella tidak berwarna atau berwarna coklat muda, merah muda atau kekuningan dan

transparan, mungkin bagian tengahnya berwarna hitam (Dwyana, 2013).


BAB III

METODE PERCOBAAN

III. 1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah enkas, bunsen, timbangan digital,

erlenmeyer, cawan petri, tabung reaksi, mortar, pastel, tabung durham, rak tabung, inkubator,

oven, handsprayer, spoit dan korek api.

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel makanan es poteng (tape

singkong), label, spiritus, kapas, aquades steril, alkohol, Laktosa broth, Pepton Water, media

SSA, media SCB, media TCBSA, dan media PDA.

III. 2 Prosedur Kerja

III.2.1 Pengenceran Sampel

1. Sebelum digunakan sampel terlebih dahulu dihaluskan dengan mortar dan pastel, lalu

ditimbang sebanyak 5 gr dan dimasukkan kedalam 45 ml aquadest, dianggap sebagai

pengenceran 10-1

2. Diambil sampel poteng (tape singkong) sebanyak 1 ml dimasukan kedalam Erlenmeyer

yang beisi aquades steril sebanyak 9 ml kemudian dihomogenkan dan dianggap sebagai

pengenceran 10-2

3. Diambil 1 ml dari pengenceran 10-2 dan dimasukan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml

aquades steril kemudian dihomogenkan dan dianggap sebagai pengenceran 10-3

4. Dilakukan pengenceran yang sama dari tabung reaksi 10-3 dimasukan ke tabung reaksi

berisi 9 ml aquades steril 10-2, sampai ke tabung reaksi 10-6.

III.2.2 Perhitungan jumlah bakteri koliform dengan metode Most Probable Number

(MPN)
1. Disiapkan 9 tabung reaksi yang didalamnya beisi medium Lactose broth sebanyak 9 ml

dan tabung durham.

2. Kemudian 3 tabung Lactose broth yang petama diisi dengan larutan pengencer 10-1

diambil sebanyak 1 ml, 3 tabung reaksi berikutnya diisi dengan larutan pengencer 10 -2,

kemudian 3 tabung terakhir diisi dengan larutan pengencer 10-3.

3. Kemudian 9 tabung reaksi diinkubasi pada suhu 370 C selama 1x24 jam.

4. Setelah diinkubasi kemudian dihitung jumlah tabung positif yang ditandai dengan adanya

gelembung pada tabung durham dan perubahan warna pada medium, dari warna hijau

menjadi kuning.

5. Dilakukan perhitungan menggunakan metode MPN dengan acuan table MPN.

III.2.3 Penentuan angka lempeng total dengan metode Standar Plate Count (SPC)

1. Disiapkan 3 cawan petri steril

2. Diambil 1 ml sampel dari tiga tabung pengenceran terakhir, cawan petri 1 diisi dengan

10-3, cawan petri 2 diisi dengan 10-4 dan cawan petri 3 diisi dengan 10-5

3. Ditambahkan media Nutrien Agar secukupnya pada setiap cawan petri dan dicampurkan

serata mungkin, supaya sampel menyebar.

4. Kemudian 3 cawan petri diinkubasi pada suhu 37 c selama 1x24 jam.

5. Setelah ke 3 cawan petri diinkubasi, dilakukan perhitungan jumlah koloni mikroba yang

tumbuh pada setiap cawan petri dengan menggunakan acuan syarat SPC.

6. Kemudian dihitung jumlah koloni sel/ml dengan menggunakan rumus SPC.

III.2.4 Deteksi bakteri SalmonellaSp.pada sampel makanan

1. Disiapkan 1 cawan petri dan 1 tabung reaksi

2. Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam cawan petri

steril serta ditambahkan media SSA, kemudian diratakan agar sempel menyebar.
3. Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi

yang berisi media SCB dan dihomogenkan.

4. Kemudian cawan petri dan tabung reaksi diinkubasi selama 1X24 jam dengan suhu 37 C.

5. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada cawan petri dan tabung reaksi yang terindikasi

terdapat bakteri Salmonella.

III.2.5 Deteksi bakteri Vibrio Sp.pada sampel makanan

1. Disiapkan 1 cawan petri dan 1 tabung reaksi

2. Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam cawan petri

setril serta ditambahkan media TCBSA, kemudian diratakan agar sempel menyebar.

3. Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi

yang berisi media Pepton Water dan dihomogenkan.

4. Kemudian cawan petri dan tabung reaksi diinkubasi selama 1X24 jam dengan suhu 37 C.

5. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada cawan petri dan tabung reaksi yang terindikasi

terdapat bakteri Vibrio sp.

III.2.6 Deteksi jamur atau kapang pada sampel makanan

1. Disiapkan 3 cawan petri steril

2. Diambil 1 ml sampel dari tiga tabung pengenceran terakhir, cawan petri 1 diisi dengan

10-3, cawan petri 2 diisi dengan 10-4 dan cawan petri 3 diisi dengan 10-5

3. Ditambahkan media Potato Dextrose Agar (PDA) secukupnya pada setiap cawan petri

dan dicampurkan serata mungkin, supaya sampel menyebar.

4. Kemudian 3 cawan petri diinkubasi pada suhu 37 c selama 1x24 jam.

5. Setelah ke 3 cawan petri diinkubasi, dilakukan perhitungan jumlah koloni kapang yang

tumbuh pada setiap cawan petri.


BAB IV

HASIL DANPEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Pertumbuhan mikroba Medium Plate Count Agar (PCA)

10-3 10-4 10-5

Tabel Pengamatan Plate Count Agar :

Tingkat
10-3 10-4 10-5
Pengenceran
Jumlah Koloni TBUD TBUD 420

IV.1.2 Pertumbuhan mikroba pada Medium Potato Dextrose Agar (PDA)

10-3 10-4 10-5


Tabel Pengamatan Pertumbuhan jamur pada medium PDA :

Tingkat
10-3 10-4 10-5
Pengenceran
Jumlah Koloni TBUD TBUD 32

IV.1.3 Pertumbuhan mikroba pada Medium Salmonella Shigella (SS) Agar

Sampel dari media


-1 enrichment SCB pada
10 (1 x 24 jam)
SSA (1 x 24 jam)

IV.1.4 Pertumbuhan mikroba pada Medium Thiosulfat Citrate Bile Salt Sucrose Agar
(TCBSA)

Sampel dari media


10-1 (1 x 24 jam) enrichmentPepton Water pada
IV.1.5 Pertumbuhan mikroba pada Medium Lactosa
TCBSA Broth (LB)

(
1

x
Seri A 10-1(1 x 24 jam) Seri B10-2 (1 x 24 jam) Seri C10-3 (1 x 24 jam)

IV.1.6 Pertumbuhan mikroba pada Medium Enrichment

Media Pepton Water Media SCB 10-2 (1 x 24 jam)


10-2 (1 x 24 jam)
IV.2 Pembahasan

IV.2.2 Pertumbuhan mikroba pada Medium Plate Count Agar (PCA)selama 1x 24 jam

Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil dalam

tiap 1 mL dari sampel (tape singkong) yang diperiksa pada tingkat pengenceran 10-3,10-4, 10-
5
. Prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah

sampel makanan ditumbuhkan dengan menggunakan metode tuang kemudian di inkubasi

selama 1 x 24 jam.

Setelah diinkubasi diperoleh jumlah sel mikroba pada pengenceran 10-3 adalah 6.439,

pengenceran 10-4 adalah 4.292 dan tingkat pengenceran 10-5 adalah 420. Dari hasil

perhitungan tersebut, berdasarkan standar yang digunakan dalam Standar Plate Count yaitu

jika semua hasil pengenceran lebih dari 300 maka koloni pada cawan petri, berarti

pengenceran yang dibuat terlalu rendah. Oleh karena jumlah koloni pada pengenceran yang

tertinggi yang dihitung. Hal tersebut sesuai syarat SPC ketiga, sehingga hasilnya adalah

sebagai berikut :
1
Jumlah sel =vxnx f

Keterangan, v = Jumlah sampel yang ditumbuhkan

n = Jumlah koloni dalam cawan

f = Faktor pengenceran
1
= v x n x 10−5

1
= 1 x 420 x10−5

= 420 x 10-5

= 4,2x 107

Dari hasil perhitungan nilai Angka Lempeng Total didapatkan 4,2x 107 pertumbuhan

bakteri pada Sampel (tape singkong).


IV.2.2 Pertumbuhan mikroba pada Medium Potato Dextrose Agar (PDA)

Pertumbuhan jamur atau kapang pada medium PDA setelah di inkubasi 1 x 24 jam

yaitu, diperoleh pertumbuhan jamur pada semua tingkat pengenceran yaitu 10-3,10-4,10-5

menggunakan metode hitung cawan. Pada pengenceran 10-3, 10-4 pertumbuhan jamur TBUD,

dan Pada pengenceran 10-5 di dapatkan pertumbuhan jamur 32. Perhitungan cawan tersebut

berdasarkan standar yang digunakan dalam Standar Plate Count memenuhi syarat ke 3 yaitu

pengenceran tertinggi yang dihitung yaitu 32. Jadi, mikroorganisme/mL sampel adalah

sebagai berikut :
1
Jumlah sel =vxnx f

Keterangan, v = Jumlah sampel yang ditumbuhkan

n = Jumlah koloni dalam cawan

f = Faktor pengenceran
1
= v x n x 10−5

1
= 1 x 32 x10−5

= 32 x 10-5

= 3,2 x 10-6

Dari hasil perhitungan nilai SPC didapatkan 3,2 x 10-6 pertumbuhan jamur pada

Poteng (tape singkong). Namun, perhitungan ini tidak menunjukkan sel yang sebenarnya,

karena kemungkinan terjadinya suatu koloni dari lebih dari satu sel, hal ini dapat

memperkecil perhitungan jumlah yang sebenarnya.

IV.2.3 Pertumbuhan mikroba pada Medium SCB dan Salmonella Shigella (SS) Agar

Medium SCB merupakan medium enrichment pada bakteri Salmonella sp. setelah

diinkubasi 1 x 24 jam tidak diperoleh adanya pertumbuhan bakteri karena tidak adanya

perubahan pada media.


Medium SSA (Salmonella Shigella Agar) merupakan medium selektif untuk

pertumbuhan bakteri Salmonella sp. setelah diinkubasi 1 x 24 jam tidak ditemukan adanya

bakteri Salmonella sp. karena tidak adanya perubahan pada media. Jika ada pertumbuhan

bakteri Salmonella sp. maka media akan mengalami perubahan.

Untuk memastikan tidak adanya Salmonella sp. pada sampel (Tape singkong), maka

dilakukan pertumbuhan kembali pada medium selektif yaitu SSA dari medium SCB sebanyak

1 mL kemudian di inkubasi 1 x 24 jam. Setelah di inkubasi tidak ditemukan adanya

pertumbuhan.Jadi keberadaan Enterobacteriaceae patogen khususnya Salmonella sp. pada

Poteng (tape singkong) tidak ada atau hasilnya negative.

IV.2.4 Pertumbuhan mikroba pada Medium Pepton Water dan Medium Thiosulfat

Citrate Bile Salt Sucrose Agar (TCBSA)

Medium Pepton Water (PW) merupakan medium enrichment pada bakteri Vibrio sp.

setelah diinkubasi 1 x 24 jam di dapatkan pertumbuhan bakteri yang ditandai adanya

perubahan pada media yaitu timbulnya kekeruhan.

Media TCBSA merupakan medium selektif pertumbuhan bakteri Vibrio sp. setelah

diinkubasi 1 x 24 jam ditemukan adanya bakteri Vibrio cholera yaitu koloni berwarna

kuning sebanyak 78 koloni pada cawan petri dari pengenceran 10-1. Jadi, mikroorganisme/mL

sampel adalah sebagai berikut :


1
Jumlah sel =vxnx f

Keterangan, v = Jumlah sampel yang ditumbuhkan

n = Jumlah koloni dalam cawan

f = Faktor pengenceran
1
= v x n x 10−1

1
= 1 x 78 x10−1
= 78 x 10-1

= 7,8

Dari hasil perhitungan nilai SPC didapatkan 7,8 pertumbuhan bakteri patogen pada

Poteng (tape singkong).

Adanya pertumbuhan bakteri pada media enrichment (Pepton Water) maka dilakukan

pertumbuhan kembali pada medium selektif yaitu TCBSA untuk memperoleh hasil maksimal

yang di inkubasi 1 x 24 jam.Setelah di inkubasi tidak terjadi pertumbuhan, hal ini disebabkan

adanya kemungkinan bahwa bakteri tersebut bukan bakteri Vibrio sp. yang tumbuh pada

medium Pepton Water sehingga pada medium selektif tidak terjadi pertumbuhan.

IV.2.5 Pertumbuhan mikroba pada Medium Lactosa Broth (LB)

Setelah diinkubasi 1 x 24 jam, didapatkan 2 seri tabung positif ditumbuhi oleh

mikroba yaitu Seri A 10-1 dan Seri B10-2 yang ditandai adanya perubahan warna dari hijau

menjadi kuning dan adanya gas di dalam tabung durham pada tingkat pengenceran 10-
1
dengan tiga seri tabung, pada tingkat pengenceran 10-2 juga terjadi pertumbuhan mikroba

dengan tiga seri tabung yang ditandai adanya perubahan dari hijau menjadi hijau kekuning-

kuningan dan terdapat gas di dalam tabung durham. Pada tingkat pengenceran 10-3 tidak

terjadi pertumbuhan karena tidak adanya perubahan pada media. Sehingga, didapatkan

kombinasi nilai MPN dari setiap tingkat pengenceran adalah 3, 3, 0, angka kombinasi ini

berdasarkan tabel MPN yaitu 240, jadi MPN Count adalah sebagai berikut :
1
MPN Count = Nilai MPN x 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ

1
= 240 x 10−2

= 2,4 x 10-4

Perubahan media yang berwarna hijau menjadi kuning dan terdapatnya gas di dalam

tabung durham disebabkan adanya bakteri koliform yaitu kelompok bakteri


Enterobacteriaceae pada Poteng (tape singkong) yang memfermentasi laktosa pada media

yang bereaksi dengan BTB (Bromtimol biru) sehingga terjadi perubahan media, dimana

kehadiran bakteri ini merupakan suatu indikator pencemaran.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh berdasarkan tujuan praktikum adalah telah dilakukan

berbagai uji untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada bahan pangan melalui

perhitungan ALT, pada perhitungan ini diperoleh hasil perhitungan nilai Angka Lempeng

Total sebesar 4,2 x 107pertumbuhan bakteri pada Poteng (tape singkong).

MPN, pada metode ini diperoleh hasil 2,4 x 10-4. Kemudian dilakukan deteksi bakteri

Coliform, Salmonella sp.dan Vibrio sp. serta menghitung total jumlah jamur atau kapang.

Pada sampel poteng (tape singkong) yang diuji tidak diperoleh adanya bakteri

Salmonella dan juga Vibrio. Pada perhitungan jumlah jamur atau kapang diperoleh hasil

perhitungan nilai SPC yaitu 3,2 x 10-6 pertumbuhan jamur pada sampel(tape singkong).

V.2 Saran

Sebaiknya praktikum ini tidak dilakukan sekaligus satu waktu untuk semua peserta,

sehingga praktikum bisa berjalan efektif.


DAFTAR PUSTAKA

BPOM, 2009, Keracunan Pangan Akibat Bakteri Patogen, http://www2.pom.go.


id/public/siker/desc/produk/racunbakpatogen.pdf. Diakses pada tanggal 13 Mei
2016, pukul 09.00 WITA.

Dwidjoseputro, S., 1996, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Dwyana, Z., 2013, Deteksi Mikroba Pangan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Ferdiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gobel, Risco, B., dkk. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Hadioetomo, R., 1996, Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek, Gramedia, Jakarta.

Indra. 2008. http//ekmon-saurus/bab-5-Morfologi-mikroba/.htm . Diakses pada tanggal 13


Mei 2016. Pukul 09.00 WITA.

Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Siagian, A., 2002, Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber Pencemarannya,
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-albiner3.pdf.Diakses pada 13 Mei 2016,
pukul 10.00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai