MIKROBIOLOGI PANGAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
Mikrobiologi pangan (food microbiology) adalah salah satu cabang dari mikrobiologi
yang mempelajari peranan mikrobia, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan,
dikonsumsi.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari bahan
pangan, karena demi kelangsungan hidupnya. Seiring perkembangan zaman telah dilakukan
penelitian mengenai Keberadaan mikroba pada makanan. Ada yang tidak berbahaya bagi
produk makanan khusus. Makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai
menjadikan lemak atau minyak. Pengolahan bahan pangan antara lain meliputi: pengendalian
mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut
untuk proses pembutannya ntah itu bakteri maupun jamur. Kebanyakan, makanan produk
ini kita selalu menganggap bahwa mikroba identik dengan kata bahaya dan penyakit, hal
tersebut salah. Karena banyak mikroba yang berguna sebagai bahan pembuatan makanan
berfermentasi. Beberapa makanan yang memanfatkan mikroba adalah tempe, yogurt, susu,
muka bumi namun sangat sulit ditentukan titik mulanya secara pasti. Sejak manusia dapat
memproduksi makanan sebenarnya juga mulai dipelajari kerusakan makanan dan timbulnya
keracunan makanan. Karena banyak sekali makanan yang memanfaatkan mikroba dalam
pembuatannya, maka penulis ingin mempelajari lebih lanjut mengenai mikrobiologi pangan.
Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu, 11 Mei 2016, pukul 14:00-17:00 WITA, di
TINJAUAN PUSTAKA
bersifat patogen, seperti Salmonella dan Eschericia coli. Ilmu genetika menempatkan
manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada komposisi material. Sebagian
kuman enterik ini tidak menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah) bila kuman tetap
berada di dalarn usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan dimana terjadi perubahan pada host
atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak diantara kuman ini
dalam famili ini pada kenyataannya mempunyai peranan penting di dalam infeksi nosokomial
misalnya sebagai penyebab infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, dan infeksi lainnya.
Anggota Enterobacteriaceae yang bentuk batang, dan biasanya memiliki panjang 1-5
pM. Seperti Proteobacteria lain mereka bersifat Gram negatif, anaerob fakultatif , dapat
memfermentasi gula untuk menghasilkan asam laktat dan berbagai produk akhir lainnya.
Kebanyakan juga dapat mengubah nitrat menjadi nitrit, walaupun ada pengecualian
katalase. Namum apabila diuji dengan tes oksidase, maka hasilnya negatif. Kebanyakan
memiliki banyak flagel digunakan untuk bergerak, tetapi ada juga beberapa kelompok yang
1993).
Untuk menentukan jumlah bakteri yang ada di dalam suatu medium maka dapat
1. Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell counts). Pada cara ini di hitung semua
bakteri yang ada di dalam suatu medium biakan baik yang hidup maupun yang mati.
2. Jumlah bakteri yang hidup (Viable count). Cara ini hanya menggambarkan jumlah sel
yang hidup saja, sehingga lebih tepat jika dibandingkan dengan cara yang pertama
tadi.
Koloni yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari satu sel
atau berabtai. Bila ditumbuhkan pada suatu medium dengan lingkungan yang sesuai, maka
kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni saja. Berdasarkan hal tersebut
sering kali digunakan istilah Colony Forming Units (CFU) yang digunakan untuk
dalam laboratorium, pengenceran di lakukan dengan botol pengenceran seperti lazimnya pada
SPC, namun dapat pula menggunakan tabung reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan
botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah.
yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar
dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk
padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Metode MPN
digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya dilakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah
inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan
mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung
Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Dalam
metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam
hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan
dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel, beberapa tabung yang
lainnya mengandung lebih dari satu sel atau tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan
demikian setelah inkubasi, diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang
dinyatakan sebagai tabung positif, sedangkan tabung lainnya negative (Fardiaz, 1993).
Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang
pertama 10 ¹, 10 ², dan 10 ³. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya
pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008):
Standar plate Count (Angka Lempeng Total) adalah menentukan jumlah bakteri
dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan banyaknya bakteri dengan
mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung atas formasi bakteri di dalam media
tempat tumbuhnya dan masing-masing bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang
tunggal. Adapun prinsip dari metode hitung cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih
hidup ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat di lihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa
menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan sebagainya. Metode hittung cawan ini
merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jassad renik karena beberapa
3. Dapat digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari suatu jassad renik yang mempunyai penampakan yang
spesifik.
Penetapan jumlah bakteri di dalam suatu populasi bakteri mungkin saja akan mengalami
hambatan. Hal ini karena tidak semua sel yang ada di dalam suatu biakan itu mampu untuk
hidup secara trus- menerus. Jadi dalam perhitungan ini maka yang dianggap sebagai sel hidup
adalah sel yang membentuk koloni di dalam medium biakan atau dapat juga digunakan
bakteri yang mampu membentuk suspensi di dalam medium biakan. Sel- sel yang mampu
hidup terus adalah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah selnya.
Pada jumlah total sel, maka ikut dihitung semua sel yang tampak atau yang dapat dihitung
dengan cara yang lainnya, sehingga dengan demikian sel-sel mati dan cacat akan ikut
Sebagian besar penyakit pada manusia disebabkan oleh makanan yang tercemar
bakteri patogen, seperti penyakit tipus, disentri, botulisme, dan hepatitis A. Penyakit lain
yang disebabkan oleh bakteri dan sering menimbulkan masalah serta memiliki dampak yang
cukup berbahaya terhadap kesehatan manusia antara lain adalah antraks, salmonellosis,
tercemar mikroba me-lebihi ambang batas akan menjadi ber-lendir, berjamur, daya
simpannya menurun, berbau busuk, rasa tidak enak, dan menyebabkan gangguan kesehatan
bila dikonsumsi. Mikroba yang dapat mencemari daging antara lain adalah Salmonella sp., E.
Kapang merupakan mikroba dalam kelompok Fungi yang berbentuk filamen, yaitu
struktumya terdiri dari benang-benang halus yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa
membentuk kumpulan massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa
menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih seperti kapas yang tumbuh
pada tempe. Kapang juga mempunyai struktur yang disebut spora yang pada umumnya
terletak pada ujung-ujung dari hifa, dan merupakan struktur yang sangat ringan dan mudah
kondisi substrat dan lingkungan yang baik spora dapat bergerminasi dan tumbuh menjadi
struktur kapang yang lengkap. Dari satu struktur kapang dapat dihasilkan beratus-ratus spora
yang mudah menyebar dan mencemari pangan, kemudian tumbuh menjadi bentuk kapang
yang lengkap. Jika dilihat dl bawah mikroskop, berbagai jenis kapang mempunyai struktur
hifa dan spora yang berbeda-beda, dan karakteristik struktur tersebut digunakan untuk
tergantung dari jenis kapangnya. Oleh karena itu pertumbuhan kapang pada pangan mudah
dilihat dengan mata, yaitu ditandai dengan perubahan warna yang menunjukkan adanya spora
kapang dan sering disebut sebagai bulukan. Selain dapat menyebabkan kerusakan pangan,
beberapa kapang tertentu juga bermanfaat karena digunakan dalam proses fermentasi pangan
(Lay, 1994)
Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif
tinggi.Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik
dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada
pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0. Vibrio sp merupakan salah satu bakteri
patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili
Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel
batang yang melengkung dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan
oksidase dan Buckleerak dengan satu flagella pada ujung sel (BPOM, 2009).
Vibrio cholerae dan kebanyakan vibrio lain tumbuh dengan baik pada suhu 370 C
pada berbagai jenis media, termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan
asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. V cholerae tumbuh dengan baik pada agar
adalah oksidase positif, yang membedakan mereka dari bakteri enterik gram negatif yang
tumbuh pada agar darah. Ciri yang khas, vibrio tumbuh pada ph yang sangat tinggi ( 8,5-9,5 )
dan sangat cepat mati oleh asam. Karenanya pembiakkan pada media yang mengandung
karbohidrat yang dapat difermentasi, akan cepat mati.Di wilayah dimana kolera menjadi
endemik, mengkultur langsung tinja pada media selektif seperti TCBS, dan media yang
diperkaya seperti air peptone alkalin adalah sesuai. Namun kultur rutin pada media spesial
seperti TCBS umumnya tidak diperlukan pada wilayah dimana kolera jarang terjadi (Siagian,
2002).
tidakmenghasilkan spora.Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur
dandaging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna.
Sakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis (BPOM, 2009).
Media spesifik untuk Salmonella mengandung komponen seperti pepton atau protein
hidrolisat, ekstrak daging sapi atau ekstrak khamir, dan agar yang ditambahkan dengan tujuan
untuk mempertahankan daya isotoniknya maupun sebagai buffer.Media selektif untuk yang
umum digunakan untuk Salmonella adalah SSA (Salmonella Shigella Agar).Pada media SSA
Salmonella tidak berwarna atau berwarna coklat muda, merah muda atau kekuningan dan
METODE PERCOBAAN
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah enkas, bunsen, timbangan digital,
erlenmeyer, cawan petri, tabung reaksi, mortar, pastel, tabung durham, rak tabung, inkubator,
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel makanan es poteng (tape
singkong), label, spiritus, kapas, aquades steril, alkohol, Laktosa broth, Pepton Water, media
1. Sebelum digunakan sampel terlebih dahulu dihaluskan dengan mortar dan pastel, lalu
pengenceran 10-1
yang beisi aquades steril sebanyak 9 ml kemudian dihomogenkan dan dianggap sebagai
pengenceran 10-2
3. Diambil 1 ml dari pengenceran 10-2 dan dimasukan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml
4. Dilakukan pengenceran yang sama dari tabung reaksi 10-3 dimasukan ke tabung reaksi
III.2.2 Perhitungan jumlah bakteri koliform dengan metode Most Probable Number
(MPN)
1. Disiapkan 9 tabung reaksi yang didalamnya beisi medium Lactose broth sebanyak 9 ml
2. Kemudian 3 tabung Lactose broth yang petama diisi dengan larutan pengencer 10-1
diambil sebanyak 1 ml, 3 tabung reaksi berikutnya diisi dengan larutan pengencer 10 -2,
3. Kemudian 9 tabung reaksi diinkubasi pada suhu 370 C selama 1x24 jam.
4. Setelah diinkubasi kemudian dihitung jumlah tabung positif yang ditandai dengan adanya
gelembung pada tabung durham dan perubahan warna pada medium, dari warna hijau
menjadi kuning.
III.2.3 Penentuan angka lempeng total dengan metode Standar Plate Count (SPC)
2. Diambil 1 ml sampel dari tiga tabung pengenceran terakhir, cawan petri 1 diisi dengan
10-3, cawan petri 2 diisi dengan 10-4 dan cawan petri 3 diisi dengan 10-5
3. Ditambahkan media Nutrien Agar secukupnya pada setiap cawan petri dan dicampurkan
5. Setelah ke 3 cawan petri diinkubasi, dilakukan perhitungan jumlah koloni mikroba yang
tumbuh pada setiap cawan petri dengan menggunakan acuan syarat SPC.
2. Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam cawan petri
steril serta ditambahkan media SSA, kemudian diratakan agar sempel menyebar.
3. Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi
4. Kemudian cawan petri dan tabung reaksi diinkubasi selama 1X24 jam dengan suhu 37 C.
5. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada cawan petri dan tabung reaksi yang terindikasi
2. Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam cawan petri
setril serta ditambahkan media TCBSA, kemudian diratakan agar sempel menyebar.
3. Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi
4. Kemudian cawan petri dan tabung reaksi diinkubasi selama 1X24 jam dengan suhu 37 C.
5. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada cawan petri dan tabung reaksi yang terindikasi
2. Diambil 1 ml sampel dari tiga tabung pengenceran terakhir, cawan petri 1 diisi dengan
10-3, cawan petri 2 diisi dengan 10-4 dan cawan petri 3 diisi dengan 10-5
3. Ditambahkan media Potato Dextrose Agar (PDA) secukupnya pada setiap cawan petri
5. Setelah ke 3 cawan petri diinkubasi, dilakukan perhitungan jumlah koloni kapang yang
HASIL DANPEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tingkat
10-3 10-4 10-5
Pengenceran
Jumlah Koloni TBUD TBUD 420
Tingkat
10-3 10-4 10-5
Pengenceran
Jumlah Koloni TBUD TBUD 32
IV.1.4 Pertumbuhan mikroba pada Medium Thiosulfat Citrate Bile Salt Sucrose Agar
(TCBSA)
(
1
x
Seri A 10-1(1 x 24 jam) Seri B10-2 (1 x 24 jam) Seri C10-3 (1 x 24 jam)
IV.2.2 Pertumbuhan mikroba pada Medium Plate Count Agar (PCA)selama 1x 24 jam
Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil dalam
tiap 1 mL dari sampel (tape singkong) yang diperiksa pada tingkat pengenceran 10-3,10-4, 10-
5
. Prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah
selama 1 x 24 jam.
Setelah diinkubasi diperoleh jumlah sel mikroba pada pengenceran 10-3 adalah 6.439,
pengenceran 10-4 adalah 4.292 dan tingkat pengenceran 10-5 adalah 420. Dari hasil
perhitungan tersebut, berdasarkan standar yang digunakan dalam Standar Plate Count yaitu
jika semua hasil pengenceran lebih dari 300 maka koloni pada cawan petri, berarti
pengenceran yang dibuat terlalu rendah. Oleh karena jumlah koloni pada pengenceran yang
tertinggi yang dihitung. Hal tersebut sesuai syarat SPC ketiga, sehingga hasilnya adalah
sebagai berikut :
1
Jumlah sel =vxnx f
f = Faktor pengenceran
1
= v x n x 10−5
1
= 1 x 420 x10−5
= 420 x 10-5
= 4,2x 107
Dari hasil perhitungan nilai Angka Lempeng Total didapatkan 4,2x 107 pertumbuhan
Pertumbuhan jamur atau kapang pada medium PDA setelah di inkubasi 1 x 24 jam
yaitu, diperoleh pertumbuhan jamur pada semua tingkat pengenceran yaitu 10-3,10-4,10-5
menggunakan metode hitung cawan. Pada pengenceran 10-3, 10-4 pertumbuhan jamur TBUD,
dan Pada pengenceran 10-5 di dapatkan pertumbuhan jamur 32. Perhitungan cawan tersebut
berdasarkan standar yang digunakan dalam Standar Plate Count memenuhi syarat ke 3 yaitu
pengenceran tertinggi yang dihitung yaitu 32. Jadi, mikroorganisme/mL sampel adalah
sebagai berikut :
1
Jumlah sel =vxnx f
f = Faktor pengenceran
1
= v x n x 10−5
1
= 1 x 32 x10−5
= 32 x 10-5
= 3,2 x 10-6
Dari hasil perhitungan nilai SPC didapatkan 3,2 x 10-6 pertumbuhan jamur pada
Poteng (tape singkong). Namun, perhitungan ini tidak menunjukkan sel yang sebenarnya,
karena kemungkinan terjadinya suatu koloni dari lebih dari satu sel, hal ini dapat
IV.2.3 Pertumbuhan mikroba pada Medium SCB dan Salmonella Shigella (SS) Agar
Medium SCB merupakan medium enrichment pada bakteri Salmonella sp. setelah
diinkubasi 1 x 24 jam tidak diperoleh adanya pertumbuhan bakteri karena tidak adanya
pertumbuhan bakteri Salmonella sp. setelah diinkubasi 1 x 24 jam tidak ditemukan adanya
bakteri Salmonella sp. karena tidak adanya perubahan pada media. Jika ada pertumbuhan
Untuk memastikan tidak adanya Salmonella sp. pada sampel (Tape singkong), maka
dilakukan pertumbuhan kembali pada medium selektif yaitu SSA dari medium SCB sebanyak
IV.2.4 Pertumbuhan mikroba pada Medium Pepton Water dan Medium Thiosulfat
Medium Pepton Water (PW) merupakan medium enrichment pada bakteri Vibrio sp.
Media TCBSA merupakan medium selektif pertumbuhan bakteri Vibrio sp. setelah
diinkubasi 1 x 24 jam ditemukan adanya bakteri Vibrio cholera yaitu koloni berwarna
kuning sebanyak 78 koloni pada cawan petri dari pengenceran 10-1. Jadi, mikroorganisme/mL
f = Faktor pengenceran
1
= v x n x 10−1
1
= 1 x 78 x10−1
= 78 x 10-1
= 7,8
Dari hasil perhitungan nilai SPC didapatkan 7,8 pertumbuhan bakteri patogen pada
Adanya pertumbuhan bakteri pada media enrichment (Pepton Water) maka dilakukan
pertumbuhan kembali pada medium selektif yaitu TCBSA untuk memperoleh hasil maksimal
yang di inkubasi 1 x 24 jam.Setelah di inkubasi tidak terjadi pertumbuhan, hal ini disebabkan
adanya kemungkinan bahwa bakteri tersebut bukan bakteri Vibrio sp. yang tumbuh pada
medium Pepton Water sehingga pada medium selektif tidak terjadi pertumbuhan.
mikroba yaitu Seri A 10-1 dan Seri B10-2 yang ditandai adanya perubahan warna dari hijau
menjadi kuning dan adanya gas di dalam tabung durham pada tingkat pengenceran 10-
1
dengan tiga seri tabung, pada tingkat pengenceran 10-2 juga terjadi pertumbuhan mikroba
dengan tiga seri tabung yang ditandai adanya perubahan dari hijau menjadi hijau kekuning-
kuningan dan terdapat gas di dalam tabung durham. Pada tingkat pengenceran 10-3 tidak
terjadi pertumbuhan karena tidak adanya perubahan pada media. Sehingga, didapatkan
kombinasi nilai MPN dari setiap tingkat pengenceran adalah 3, 3, 0, angka kombinasi ini
berdasarkan tabel MPN yaitu 240, jadi MPN Count adalah sebagai berikut :
1
MPN Count = Nilai MPN x 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
1
= 240 x 10−2
= 2,4 x 10-4
Perubahan media yang berwarna hijau menjadi kuning dan terdapatnya gas di dalam
yang bereaksi dengan BTB (Bromtimol biru) sehingga terjadi perubahan media, dimana
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh berdasarkan tujuan praktikum adalah telah dilakukan
berbagai uji untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada bahan pangan melalui
perhitungan ALT, pada perhitungan ini diperoleh hasil perhitungan nilai Angka Lempeng
MPN, pada metode ini diperoleh hasil 2,4 x 10-4. Kemudian dilakukan deteksi bakteri
Coliform, Salmonella sp.dan Vibrio sp. serta menghitung total jumlah jamur atau kapang.
Pada sampel poteng (tape singkong) yang diuji tidak diperoleh adanya bakteri
Salmonella dan juga Vibrio. Pada perhitungan jumlah jamur atau kapang diperoleh hasil
perhitungan nilai SPC yaitu 3,2 x 10-6 pertumbuhan jamur pada sampel(tape singkong).
V.2 Saran
Sebaiknya praktikum ini tidak dilakukan sekaligus satu waktu untuk semua peserta,
Dwyana, Z., 2013, Deteksi Mikroba Pangan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Gobel, Risco, B., dkk. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Siagian, A., 2002, Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber Pencemarannya,
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-albiner3.pdf.Diakses pada 13 Mei 2016,
pukul 10.00 WITA.