Anda di halaman 1dari 9

Pertemuan 3

Cahaya adalah Partikel


Konsep

Pada pertemuan ini kita akan membahas satu lagi karakter cahaya yaitu cahaya sebagai partikel.
Pada pertemuan lalu kita telah membahas karakter cahaya sebagai gelombang. Kedua karakter
gelombang ini sangat fundamental pada perumusan teori kuantum pada awal-awal
pengembangan fisika modern.
Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 terjadi krisis dalam ilmu fisika. Sejumlah hasil
eksperimen menghendaki konsep-konsep baru yang sama sekali tidak cocok dengan fisika klasik.
Melalui berbagai usulan konsep yang pada saat itu dirasakan sangat radikal dan dikuatkan
dengan berbagai eksperimen yang brilian, pada akhirnya didapatkan suatu teori yang sampai saat
ini dapat memuaskan sebagian besar persoalan fisika yaitu teori kuantum. Berikut ini adalah
diskusi tentang beberapa fenomena yang memerlukan konsep-konsep baru untuk
menjelaskannya. Konsep-konsep baru tersebut diantaranya adalah sifat partikel dari radiasi, sifat
gelombang dari materi, dan kuantisasi dari besaran-besaran fisis.

3.1 Mendeteksi Foton


Cahaya selalu datang dalam bentuk “paket-paket” yang disebut foton, deteksi yang rutin saat ini.
Efisiensi kuantum sebuah detektor merupakan fraksi dari foton yang datang. Gambar 3.1
membantu mengilustrasikan bagaimana efesiensi kuantum dapat diukur. Enam panel elektronik
yang dihasilkan mengilustrasikan pembentukan bertahap dari suatu gambar dengan semakin
meningkatnya jumlah foton yang terkumpul melalui kamera ideal dimana setiap foton terdeteksi
dan menghasilkan titik yang lebih terang. Karena foton datang satu per satu, Gambar dibuat
dengan rendahnya jumlah foton terlihat seperti kumpulan titik, dengan keseluruhan pola yang
tampak bertahap sebagai jumlah titik yang meningkat.
Kecerahan diketahui sebagai banyaknya jumlah foton dalam suatu kamera real (nyata) dan
membandingkan image yang terbentuk dengan gambar seperti ini, maka seseorang dapat
menetapkan terdeteksinya fraksi foton. Sebagai contoh, image yang terbentuk dengan
foton seperti terlihat pada image C, dimana kamera ideal akan menghasilkan hanya dengan
foton, besarnya efisiensi kuantumnya sekitar 10%.

Eksperimen yang sama dapat diatur dengan menggunakan mata manusia, yaitu dengan meminta
seseorang untuk melihat emisi (pancaran) proyektor sebagai jumlah foton per detik. Jika
seseorang mengasumsikan bahwa matanya mampu mengabaikan foton yang datang lebih dari,
katakanlah, berselang 0.2 detik (dimana menyatakan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan
manusia untuk menerima perubahan image), seseorang dapat mengubah jumlah foton per detik
menjadi jumlah foton per image, dan dengan demikian diperoleh perkiraan kasar dari efisiensi
kuantum.
Hasilnya cukup mengejutkan, yaitu:
(i) Efisiensi kuantum mata manusia adalah sekitar 5% pada tingkat pencahayaan rendah.
(ii) Efisiensi kuantum dari film fotografi sedikit lebih rendah, kurang dari 1%.
(iii)Efisiensi kuantum dari Charge-Coupled Device (“CCD”, yang ditemukan dalam kamera
digital) berkisar dari 50-90%.
Charge-coupled devices
Dalam semikonduktor, terdapat energi gap antara tingkat elektronik yang terisi disebut
pita valensi, dan tingkat elektronik kosong disebut pita konduksi. Ketika energi foton
yang diserap mencukupi, hal ini dapat menyebabkan elektron tereksitasi didalam gap,
keluar dari pita valensi dan masuk ke pita konduksi. Pada kamera CCD, tegangan
diberikan untuk memimpin gate yang digunakan untuk mengirim gelombang potensial
pada semikonduktor, menciptakan array yang besar dari sumur kecil untuk elektron,
masing-masing per pixel. Seperti diilustrasikan dalam gambar, elektron tereksitasi
oleh foton yang jatuh kedalam sumur terdekat, dimana sekitar satu jam menduduki
posisinya, hingga akhirnya gambar tersebut terlihat. Tampilan diselesaikan melalui
pemberian tegangan ke gate untuk membuat elektron disimpan, sari sumur ke sumur,
ke tepi kamera, dimana elektron dikumpulkan dan dihitung.

3.2 Radiasi Benda Hitam


Dari pengalaman kita sehari-hari, kita semua sudah tahu bahwa jika suatu benda dipanaskan
maka dia akan memancarkan radiasi elektromagnetik. Dalam kesetimbangan, distribusi rapat
energi spectral yang diradiasikan bergantung pada panjang gelombang, λ, dan suhu mutlak, T.
untuk in biasanya dapat didefinisikan kuantitas E.(λ, T), daya emisi, sebagai energi yang
dipancarkan pada panjang gelombang λ tiap satuan luas tiap satuan waktu. Penelitian teoritas
tentang radiasi termal dimulai tahun 1859 oleh Kirchhoff. Dari kajian teoretis ini dapat
didefinisikan benda hitam (black body). Yaitu benda-benda yang mampu menyerap seluruh
radiasi yang tiba padanya. Untuk benda hitam, hasil eksperimental dari rapat energi radiasi, u(λ,
T), terhadap panjang gelombang, λ, pada suatu suhu tertentu.

Rapat energi ………… Rayleigh-Jeans


--------- Wien
eksperimen

Panjang Gelombang λ

Wien (1894) dengan model fungsi tebakannya mendapatkan hasil sesuai dengan untuk panjang
gelombang kecil (frekuensi tinggi), akan tetapi untuk panjang gelombang yang besar tidak
sesuai. Sebaliknya Rayleigh dan Jeans (1900) dengan model fisika klasik mendapatkan hasil
sesuai dengan panjang gelombang besar (frekuensi rendah), tetapi untuk panjang gelombang
kecil tidak sesuai. Hasil ini disebut bencana ultraviolet, karena pada panjang gelombang ultra
violet rapat energinya menjadi besar sekali, dan ini sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan.
Dengan menginterpolasikan rumus Wien untuk frekuensi tinggi dan rumus Rauleigh-Jeans untuk
frekuensi rendah, Planck (1900) berhasil membangkitkan suatu formula yang cocok untuk semua
frekuensi yaitu :

( ) ⁄

Dua bulan setelah penemuan ini Planck dapat menurunkan rumus tersebut dengan
mengasumsikan bahwa radiasi diemisikan dalam kuanta dengan energi kuanta :
Ε = hf
Dari sinilah gagasan dualisme partikel-gelombang mulai berkembang. Akan tetapi dengan
keterbatasan eksperimental, sampai tahap ini belum ada hasil eksperimen yang menunjukkan
bahwa radiasi elektromagnetik menjalar dengan partikel, maka dengan perumusan tersebut
Planck baru dapat mengatakan bahwa radiasi benda hitam terbentuk sebagai partikel kemudian
menjalar sebagai gelombang.
3.3 Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik merupakan emisi elektron ketika sinar cahaya mengenai permukaan logam. Efek
fotolistrik berperan penting dalam perkembangan mekanika kuantum sampai saat ini. Efek
fotolistrik digunakan untuk menyelidiki secara alamiah level energi elektronik didalam logam.
Kebalikan efek fotolistrik, dimana foton diemisikan ketika sinar elektron mengenai permukaan
juga digunakan.

Diagram dari perangkat Lenard digunakan untuk mengamati efek fotolistrik pada tahun 1902
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2. Sinar cahaya yang menyinari melalui celah ke dalam
vacuum chamber mengenai katoda logam. Foton menyebabkan elektron terpental dari katoda
(katoda adalah elektroda yang mampu memancarkan elektron), beberapa atau semuanya yang
bergerak melewati vacuum chamber ke anoda (elektroda yang menyerap elektron), menyebabkan
arus mengalir melalui ammeter. Dengan memberikan tegangan diantara katoda dan anoda, fraksi
elektron yang terkumpul dapat diubah. Sederhananya, kita asumsikan bahwa katoda dan anoda
terbuat dari logam yang sama (efek fotolistrik terjadi untuk non-logam juga, tapi katoda dan
anoda harus menghantarkan listrik jika arusnya terukur). Ketergantungan arus terhadap tegangan
pada panjang gelombang foton yang tetap ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Observasi
a) Ketika potensial (V) besar dan positif, arus (I) menjadi jenuh (saturasi) saat Imax.

interpretasi yang nyata adalah bahwa arus saturasi terjadi ketika medan listrik menyebabkan
potensial (V) yang digunakan cukup kuat untuk memandu semua pancaran elektron ke
anoda, dimana mereka mengalir kembali ke katoda melalui ammeter. Jika setiap pancaran
elektron dikumpulkan, peningkatan potensial tidak dapat meningkatkan arus lebih lanjut.
b) Ketika , arus I = 0. Potensial disebut sebagai stopping potential (potensial henti)
Interpretasi ini menyatakan bahwa, saat , hanya foton yang paling aktif
memancarkan elektron yang mampu melewati potensial penghalang sebesar ke anoda.

Observasi (a) dan (b) memiliki penjelasan klasik yang masuk akal. Berikut tiga pengamatan yang
sangat sulit untuk dijelaskan menggunakan fisika klasik:
c) Tidak ada delay yang terlihat antara awal penyinaran dan pengamatan arus
Gambaran klasik bahwa energi cahaya datang dengan lancar dan pemanasan di katoda stabil
sampai menjadi cukup panas untuk memancarkan elektron. Satu hal yang tidak diduga
pancaran elektron awal secara langsung, terutama ketika intensitas cahaya rendah
d) Tidak ada intensitas ambang cahaya. Arus maksimum Imax selalu sebanding dengan
intensitas, tidak peduli seberapa rendah intensitasnya.
Dalam gambaran klasik, jika intensitasnya sangat rendah, Satu hal yang tidak diduga katoda
terjadi pemanasan yang cukup untuk memancarkan elektron.
e) Potensial henti (V0) bergantung pada logam dan frekuensi foton ( ), tetapi tidak pada
intensitas cahaya.
Berdasarkan fisika klasik, jika intensitasnya meningkat, katoda akan menjadi panas dan
elektron yang dipancarkan akan memiliki energi kinetik yang lebih banyak. Oleh karena itu,
potensial hentinya akan meningkat.
Pengukuran relasi hubungan antara dan ditunjukkan pada Gambar 3.4. Persamaan yang
menggambarkan grafik ini adalah:

bergantung pada logam yang digunakan untuk katoda, tetapi slope


adalah umum, bergantung pada material katoda dan intensitas cahaya.

Penjelasan Sederhana Einstein namun Revolusioner


 Fungsi kerja (W), yang biasanya dinyatakan dalam eV, merupakan energi minimum yang
diperlukan untuk elektron terpental dari logam.
 Sinar yang dating sebagai paket-paket/foton/kuanta energy .
 Tidak ada delay atau intensitas ambang karena satu foton hanya dapat melepaskan satu
elektron.
 Gambar 3.5 mengilustrasikan ide Einstein dan menunjukkan bagaimana hukum
kekekalan energi berlaku

karena , maka berlaku bahwa


Hertz mengamati bahwa jika suatu logam mengkilat di iradiasi dengan cahaya yang, dia dapat
memancarkan elektron. Peristiwa ini disebut efek fotolistrik. Ahli fisika lainnya mendapatkan
bahwa electron baru dapat dipancarkan jika frekuensi cahaya cukup tinggi. Jadi dalam hal ini ada
frekuensi ambang yang harganya bervariasi dari satu logam ke logam yang lain. Hanya cahaya
dengan frekuensi lebih besar dar frekuensi ambang yang akan menghasilkan arus elektron foto.
Ada beberapa hal yang mendasar yang tidak dapat dijelaskan melalui teori elektromagnetik
klasik diantaranya :
i. Energi yang dibawa gelombang elektromagnetik sebanding dengan intensitas sumber
cahaya akan tetapi energi elektron foto tidak tergantung dari intensitas cahaya tetapi
bercariasi secara linear dengan frekuensi dari cahaya datang.
ii. Menurut teori gelombang, untuk dapat mengkonsentrasikan sejumlah energi pada suatu
elektron diperlukan selang waktu antara datangnya radiasi dengan terpancarnya electron
foto, akan tetapi faktanya tidak selang waku tersebut tidak teramati setidaknya tidak ada
yang lebih lama dari 10-9 sekon, bahkan untuk radiasi dengan intensitas yang sangat
rendah.

Dari fakta ini dan dari hasil yang didapatkan Planck, Einstein memberikan analisa sebagai
berikut :
i. Radiasi terdiri dari kumpulan kuanta dengan energi hf
ii. Dalam transfer energi dari yang berlangsung secara sangat cepat elektron mengambil
energi hf tersebut
iii. Sejumlah energi W (disebut fungsi kerja permukaan) diperlukan untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam
iv. Hubungan antara kecepatan electron maksimum vmax dan frekuensi f :
peristiwa efek fotolistrik menunjukkan bahwa transfer energi terjadi pada suatu tumbukan
tunggal antara foton dan elektron. Dalam tumbukan tunggal tersebut dari energi foton
sebagian dipakai untuk melepaskan elektron dari permukaan dan sebagian lagi untuk
ditransfer menjadi energi kinetik elektron. Kesimpulan penting yang diberikan Einstein
berkaitan dengan efek foto listrik ini adalah bahwa radiasi dapat terbentuk sebagi parikel
dan menjalar sebagai patikel pula.

Anda mungkin juga menyukai