Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan kegawat darurat (dalam keadaan emergensi) sehari-
hari adalah hak asasi manusia atau hak setiap orang merupakan kewajiban yang
harus dimiliki oleh semua orang. Pemerintah dan segenap masyarakat
bertanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Sampai saat ini pelayanan kesehatan kegawatdaruratan (dalam
keadaan emergensi) belum menjadi bagian utama dari agenda pembangunan
kesehatan. Di lain pihak sebenarnya pelayanan kesehatan emergensi sudah
dilaksanakan secara sporadik dan tidak terstruktur dalam sistem pelayanan
kesehatan.
Maraknya bencana yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir, baik
bencana alam maupun bencana karena ulah manusia disamping terjadi keadaan
kegawatdauratan sehari-hari yang semakin meningkat baik kuantitas, kualitas
maupun intensitas kejadian. Hal ini menyadarkan kita semua perlunya menata
pelayanan kesehatan emergensi secara efektif, efisien, dan terstruktur. Kegiatan
ini harus bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau
oleh seluruh masyarakat dan masyarakat perlu secara aktif berpartisipasi. Usaha
kesehatan diatas mencakup usaha peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitative). Dalam upaya
penyembuhan tercakup upaya penanggulangan penderita gawat darurat. Agar
upaya penanggulangan gawat darurat dapat berfungsi dengan baik maka
diperlukan buku pedoman pelayanan gawat darurat sebagai acuan pelaksanaan
pelayanan penderita gawat darurat sehari-hari.

B. Tujuan panduan
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.
Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat
kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
 Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
 Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan
 Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 1


C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang Lingkup kegiatan pelayanan gawat darurat UPTD Puskesmas Tanah
Kalikedinding adalah memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat
yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan selama 24 jam terus
menerus, terpisah dari unit pelayanan lain di dalam puskesmas.

D. Batasan Operasional
Batasan Operasional di bawah ini merupakan batasan istilah yang
bersumber dari buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat tahun 1992, 1995, dan
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu tahun 2004.
1. SPGDT (Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu) adalah suatu sistem
pelayanan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra
rumah sakit, pelayanan di rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit.
2. IGD adalah Adalah unit pelayanan pra rumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan.
3. Triage Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat
ringannya trauma / penyakit serta kecepatan penanganan /
pemindahannya.
4. Prioritas Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang
timbul.
5. Survey Primer Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi
yang mengancam jiwa.
6. Survey Sekunder Adalah melengkapi survei primer dengan mencari
perubahan – perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin
parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan
mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
7. Pasien Gawat darurat adalah Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
8. Pasien Gawat Tidak Darurat adalah Pasien berada dalam keadaan gawat
tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut
9. Pasien Darurat Tidak Gawat adalah Pasien akibat musibah yang datang
tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya
luka sayat dangkal.
10. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat adalah Misalnya pasien dengan ulcus
tropium , TBC kulit , dan sebagainya

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 2


11. Kecelakaan ( Accident ) Adalah Suatu kejadian dimana terjadi interaksi
berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga
menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat – tempat umum lainnya.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat,
terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain

E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dapat pertimbangan dalam penyelenggaraan
pelayanan unit gawat darurat dirumah sakit diperlukan peraturan
perundang!undangan pendukung (aspek legal)
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
2. Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
3. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS /
GDE / VII / 1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 3


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Klasifikasi Sumber Daya Manusia


1. Penanggung jawab Gawat Darurat adalah dokter umum
2. Perawat pelaksana Gawat Darurat adalah Lulusan dari DIII Keperawatan
yang memiliki sertifikat GELS, PPGD, BLS, dengan masa kerja lebih dari
2 tahun.
3. Petugas kebersihan adalah petugas cleaning service

B. Distribusi Ketenagaan
Jumlah dan kualifikasi tenaga dokter dan perawat gawat darurat harus
memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan pasien. Gawat Darurat harus
memiliki dokter terampil dan perawat terampil dengan dibuktikan adanya
pelatihan yang masih berlaku.
Atas dasar tersebut di atas maka penanggung jawab gawat darurat
membuat pola kebutuhan tenaga gawat darurat dan disampaikan kepada Kepala
Puskesmas sebagai dasar untuk merencanakan kebutuhan tenaga dan dasar
untuk mengukur kecukupan jumlah dan kualifikasi tenaga dokter atau perawat
gawat darurat, dengan melakukan rekrutment dan seleksi terhadap tenaga yang
dipersiapkan.

C. Jadwal Kegiatan
Pengaturan dokter jaga Gawat Darurat dibuat oleh penanggung jawab
gawat darurat, terdiri dari 1 orang dokter umum yang stand by pada hari Senin-
Jumat pada dinas pagi pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB dan
hari sabtu pada dinas pagi pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB
Pengaturan jadwal jaga perawat gawat darurat dibuat oleh penanggung
jawab gawat darurat, terdiri dari tiga shift dalam 24 jam. Shift pagi jam 07.00-
14.00 WIB ada 1 sampai 2 orang perawat jaga, shift sore jam 14.00-21.00 WIB 1
sampai 2 orang perawat jaga, dan shift malam jam 21.00-07.00 WIB 1 orang
perawat jaga.
Untuk menghadapi situasi tertentu misalnya menghadapi mudik lebaran
atau malam tahun baru dimana sering terjadi kecelakaan maka dilakukan
pengaturan jadwal perawat ulang sesuai kebutuhan.
Jadwal jaga perawat disusun setiap bulan oleh Koordinator perawat
Gawat DArurat dengan sepengetahuan Koordinator Gawat darurat dan
Penanggung jawab UKP. Bila perawat berhalangan memenuhi jadwal jaga yang

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 4


sudah ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada koordinator Perawat Gawat Darurat .
Jadwal jaga perawat Gawat Darurat terpasang di papan informasi UKP.

D. Pelatihan
Pelatihan – pelatihan yang perlu diikuti oleh dokter dan perawat di gawat
darurat dalam melakukan triase , antara lain :
1. Basic Life Support (BLS)
2. Basic Trauma Life Support (BTLS) dan Basic Trauma Cardiac Life
Support (BTCLS)
3. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
4. Advanced Trauma Life Support (ATLS)
5. Advanced Trauma Care For Nurse (ATCN)
6. Advanced Cardiac Support (ACLS)
7. Pelatihan-pelatihan lain tentang kegawatdaruratan
8. Pelatihan menghadapi bencana missal, kebakaran dan evakuasi pasien

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 5


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Terlampir

B. Standar Fasilitas
Sarana dan prasarana fisik ruangan-ruangan di Gawat Darurat dalam
melakukan triase, sesuai dengan Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
tahun 2004 dan alat life saving adalah sebagai berikut :
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang Gawat Darurat, antara lain :
– Tempat tidur
– Tensimeter
– Oksigen sentral dan selang O2
– Monitor set
– Oksimeter
– Defibrilator
– Suction set
– EKG
– Syringe pump set
– Nebulizer
– Lampu senter
– Stetoskop
– Papan keras
– Neck collar
– Catheter set (dengan berbagai ukuran)
– Nasigastric tube set (dengan berbagai ukuran)
– Tempat sampah
– Emergency trolley
– Ventilation bag dewasa
– Ventilation bag anak
– Ventilation bag bayi
– Laryngoscope + blade
– Endotracheal tube (dengan berbagai ukuran)
– Stilet
– Spuit (dengan berbagai ukuran)
– Jelly
– Sarung tangan

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 6


– Plester
– Gunting plester
– Oropharyngeal tube/guedel (dengan berbagai ukuran)
2. Infus Trolley
– Infusion set (microdrip, macrodrip, blood set)
– Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran)
– Tourniquet
– Alkohol swab
– Plester
– Gunting plester
3. Cairan infus, obat dan alat kesehatan
a. Cairan infus
– RL
– NaCl 0,9%
– D 10% (500 cc)
b. Obat
– Adrenalin injeksi
– Atropine sulfate injeksi
– Diazepam suppository
– Dexamethasone injeksi
– Aminophyline injeksi
– NaCL 0.9% 25 ml
– Aquadest 25 ml
– Natrium bicarbonate
– Lidocaine injeksi
– ISDN
– Asam asetilsalisilat
– MgSO4 20%
c. Spuit (dengan berbagai ukuran)
d. Jarum suntik (dengan berbagai ukuran)
Adapun kelengkapan alat kesehatan yang dperlukan, antara lain:
a. Stetoskop
b. Termometer
c. Tensimeter
d. Otoscope
e. Palu reflek
f. Lampu senter

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 7


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

PELAYANAN TRIASE
Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan korban dalam
menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dankecepatan penanganan serta
pemindahan. Pasien diseleksi berdasarkan sistem pelevelan sebagai berikut :
1. Pasien gawat darurat (Level 1)
Respon time : Segera
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya serta anggota badannya akan menjadi cacat bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.
Contoh : Cardiac arrest/henti jantung, Anafilaksis syok, Trauma multipel /
kompleks / cedera berat yang membutuhkan resusitasi, syok, Pasien tidak
sadar (GCS 3-9), over dosis, kejang, cedera kepala berat, Obstruksi jalan
nafas berat.
2. Pasien gawat tidak darurat (level 2)
Respon time : kurang dari 15 menit
Pasien berada dalam keadaan gawat, akan menjadi kritis dan
mengancam nyawa bila tidak segera mendapat pertolongan atau tidakan
darurat.
Contoh : Nyeri dada akut, aritmia jantung hebat, cedera kepala (GCS 10
13),Gangguan pernafasan berat (PO2 < 85%) Nyeri hebat, sengatan/gigitan
binatang berbisa Overdosis (sadar), Gangguan psikiatri berat, Perdarahan,
Fraktur luas, Pasien dengan suhu > 39oC
3. Pasien darurat tidak gawat (level 3)
Respon time : kurang dari 30 menit
Pasien berada dalam keadaan tidak stabil, dapat berpotensi
menimbulkan masalah serius tetapi tidak memerlukan tindakan darurat,
dan tidak mengancam nyawa.
Contoh : Cedera kepala (GCS 14-15), Nyeri abdomen sedang, Fraktur tertutup
Penyakit-penyakit akut, Trauma dengan nyeri sedang
4. Pasien tidak gawat tidak darurat (level 4)
Respon time : kurang dari 60 menit
Pasien datang dengan keadaan stabil, tidak mengancam nyawa, dan
tidak memerlukan tindakan segera.
Contoh : Cedera kepala ringan (tanpa muntah dan tanda-tanda vital
normal), nyeri ringan, Nyeri kepala ringan, Sakit ringan

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 8


5. Pasien stabil (level V)
Respon time : kurang dari 120 menit
Pasien datang dengan keadaan stabil, tidak mengancam nyawa, tidak
memerlukan tindakan segera, hanya membutuhkan perawatan lanjutan.
Contoh : Ganti verban, Permintaan rujukan, Kontrol ulang, Medical cek up

Menurut Austalian Triage Scale (ATS) di emergency room, dibedakan menjadi


beberapa kategori meliputi
ATS kategory 1 : Immediately Life Threatening (Penanganan segera)
Meliputi beberapa kondisi yaitu :
1. Henti jantung/ henti nafas
2. Gangguan jalan nafas nyata (parsial/total)
3. Pernafasan kurang dari 10x/menit
4. Respiratory Distress extrem
5. Syok, tekanan darah sistol pada anak kurang dari <80 mmhg
6. Kejang berkepanjangan atau kejang yang sedang berlangsung
7. Overdose obat
ATS kategory 2 : Imminently Life Threatening (Penanganan kurang dari 10
menit)
Meliputi beberapa kondisi yaitu :
1. Bahaya jalan nafas
2. Distres pernafasan berat
3. Gangguan sirkulasi yang nyata
4. Nyeri dada dengan curiga gangguan jantung
5. Nyeri hebat apapun penyebabnya
6. Trauma multiple
7. Penurunan kesadaran apapun sebabnya
8. Trauma kimia pada bola mata
ATS kategory 3 : Potentially Life Threatening (Penanganan kurang dari 30
menit)
Meliputi beberapa kondisi yaitu :
1. Hipertensi berat
2. Kehilangan darah sedang berat apapun penyebabnya
3. Pasien setelah kejang
4. Dehidari berat, muntah terus menerus
5. Trauma kepala dengan hilang kesadaran
6. Nyeri dada bukan gangguan jantung
7. Nyeri perut

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 9


ATS kategory 4 : Potentially Serious (Penanganan kurang dari 60 menit)
Meliputi beberapa kondisi yaitu :
1. Perdarahan ringan
2. Aspirasi benda asing tanpa distres pernafasan
3. Luka didada tanpa nyeri tulang dada
4. Trauma kepala ringan tanpa riwayat penurunan perdarahan
5. Muntah atau diare tanpa dehidrasi
6. Gangguan minor pada anggota gerak adalah ankle sprain atau kemungkinan
fraktur
ATS kategory 3 : Less Urgent (Penanganan kurang dari 120 menit)
Meliputi beberapa kondisi yaitu :
1. Nyeri ringan tanpa faktor resiko
2. Gejala minor dari penyakit yang sudah diderita
3. Luka minor, luka lecet, luka robek yang tidak memerlukan tindakan hecting
4. Kontrol luka

Penilaian dalam triage meliputi :


1. Primary survey (A,B,C) adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap
kondisi yang mengancam jiwa. Untuk menghasilkan prioritas I dan
seterusnya
Cara pelaksanaannya adalah
a. Jalan nafas, Lihat dengar dan raba
Atasi segera dan bebaskan jalan nafas, lakukan penghisapan jika
sumbatan berupa cairan
b. Pernafasan
Apakah pertukaran udara adekuat, jika tidak lakukan bantuan nafas.
Tentukan pula frekuensi nafas, kualitas nafas dan pola bernafasan dan liat
ujung kuku berwarna biru atau tidak.
c. Perdarahan
Perdarahan luar/ darah keluar dari badan hentikan segera dengan bebat
tekan pada luka, bagian yang luka ditinggikan dan kompres dengan es
serta tourniquet.
Perdarahan dalam tubuh/ perdarahan di organ maka kita harus
menstabilkan dan segera mengirim ke faskes tingkat lanjut
d. Disability/ Kesadaran
apakah ada trauma kepala dan disertai penurunan kesadaran. Jika
terdapat hal demikian dilakukan stabilisasi leher dan tulang belakang
sebelum dilakukan pengiriman ke faskes tingkat lanjut

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 10


2. Secondary survey (Head to Toe) adalah mencari perubahan-perubahan yang
dapat berkembang menjadi lebih gawat dan dapat mengancam jiwa apabila
tidak segera diatasi. Secondary survey untuk menghasilkan prioritas I, II,
III,dan selanjutnya.
Periksa kondisi pasien secara menyeluruh adalah
a. Periksa kepala dan leher meliputi :
Rambut, kulit kepala, telinga, mata, hidung, mulut ada kejang otot leher
atau tidak
b. periksa dada dan perut meliputi:
luka di dada, kelainan bentuk, perut tegang, luka pada perut
c. periksa anggota gerak atas dan bawah meliputi:
luka, bengkak, nyeri saat bergerak, false movemment
3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan- perubahan
pada A, B,C derajat kesadaran dan tanda vital lainnya.
4. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban Menurut Brooker
(2008), dalam prinsip triage diberlakukan sistem prioritas, prioritas
adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman
jiwa yang timbul.: 1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam
hitungan menit. 2) Dapat meninggal dalam hitungan jam. 3) Trauma
ringan. 4) Sudah meninggal.

Dalam pelaksanaan pelayanan di UGD diberlakukan kategori kasus


emergency dan false emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien
emergency adalah : kasus Prioritas 1 (P1) yaitu pasien gawat darurat; Prioritas
2 (P2) yaitu pasien gawat tidak darurat dan/ atau pasien darurat tidak gawat.
Sedangkan yang termasuk pasien false mergency adalah kasus; Prioritas 3 (P3)
yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus; prioritas 0 (P0) yaitu pasien
yang datang dalam keadaan sudah meninggal dunia (death on arrival).

Alur dalam proses triage :


1) Pasien datang diterima petugas / paramedis Gawat Darurat.
2) Di ruang triage dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan
cepat(selintas) berdasarkan (airway, breathing, circulasi, disability) untuk
menentukan derajat kegawatannya oleh dokter dan perawat.
4) Petugas membedakan penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan
memberi kode warna. Kartu kode warna triase dapat Di gunakan sebagai cara

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 11


pengklasifikasian dalam triase setelah diperoleh informasi akurat tentang
keadaan pasien.
Pelabelan untuk pasien gawat darurat di puskesmas Tanah Kalikedinding
dilakukan sebagai berikut:
Label Merah
Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :
– Syok oleh berbagai kausa
– Gangguan pernafasan
– Trauma kepala dengan pupil anisokor
– Perdarahan eksternal masif
– Gangguan jantung yang mengancam
– Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah terbakar
Semua pasien tersebut diatas membutuhkan resusitasi dan stabilisasi
kemudian segera dilakukan transport/ rujukan ke rumah sakit.
Label Kuning
Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda
sementara, misalnya :
– Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma
abdomen berat)
– Fraktur multiple
– Fraktur femur/pelvis
– Luka bakar luas 30%-50%
– Gangguan kesadaran/ trauma kepala
– Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas membutuhkan stabilisasi dan segera dilakukan
transport/ rujukan ke rumah sakit.
Label Hijau
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, misalnya :
– penyakit saluran pernafasan, penyakit gangguan cerna.
– Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
Label Hitam
Korban yang telah meninggal dunia dibuatkan surat kematian.
5) Petugas melakukan penanganan sesuai dengan kasus dan bila tidak
memungkinkan dilakukan stabilisasi terlebih dahulu kemudian dilakukan
rujukan ke faskes tingkat lanjut

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 12


PELAYANAN FALSE EMERGENCY
Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency). Langkah- langkah dalam
memberikan pelayanan false emergency adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasien yang mengalami penyakit
akut dan gawat “True Emergency” bukan berdasarkan urutan kedatangan
pasien.
2. Kasus-kasus yang tidak tergolong akut dan gawat “False Emergency” akan
mendapatkan pelayanan setelah kasus gawat darurat terlayani.
3. Pada jam kerja (07.30-14.30) setiap hari Senin – sabtu, kasus-kasus false
emergency akan dialihkan ke rawat jalan, atau
4. Dokter rawat jalan dimintakan bantuannya untuk melayani pasien false
emergency di UGD bila Dokter UGD sedang menangani pasien true
emergency.

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 13


BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan obat dan alat kesehatan/alkes meliputi pemesanan,


pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat/alkes untuk pasien pasien
UGD . Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di UGD adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan Alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar/masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas pagi mengantar alkes yang terpakai untuk disterilkan
di ruang sterilisasi dan mengambil kembali setelah disterilkan untuk
disimpan pada tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung jawab
dengan menyerahkan laporan harian pemakaian obat gawat darurat
kepada apoteker/ petugas farmasi.
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas UGD membuat permintaan ke bagian Gudang, dengan mengisi
Formulir Pengambilan Barang yang ditandatangani oleh perawat UGD .
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat-alat kesehatan
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang dengan mengisi
formulir permintaan barang.
b. Formulir diserahkan ke Bagian Farmasi.

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 14


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat
asuha pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisa
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan penyakit, cidera,
cacat, kematian dan lain-lain yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuannya adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan ini mempunyai tujua
agar tercipta budaya keselamatan pasien di puskesmas, meningkatkan
akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
yang tidak diharapkan di puskesmas, dan terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan UGD .
2. Terdapat petugas UGD yang memahami mengenai keselamatan pasien.
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun
keperawatan sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak
diharapkan (KTD).
4. Setiap pasien yang masuk melalui UGD harus mendapat penilaian langsung
oleh dokter jaga, untuk menyatakan kondisi kedaruratannya.
5. Pasien yang mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam
keselamatan pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di UGD .
Konsultasi spesialistik dilakukan di UGD , kecuali bila penyakit pasien
dianggap tidak membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status
maupun gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau kamar
operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui oleh kepala
perawat jaga saat itu.

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 15


8. Sarana da prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien antara lain
sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dan lain-lain.
9. Terdapat evaluasi kelengkapan sarana dan prasarana.
10. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
– Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
– Insidens pasien jatuh.
– Insidens kejadian infus blong.
– Insidens kesalahan pemberian obat.
– Insidens kesalahan cara pemberian obat.
– Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien.

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 16


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

a. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana puskesmas membuat
kerja/aktifitas keryawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun
puskesmas .

b. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Puskesmas Tanah Kalikedinding
Kota Surabaya
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

c. Tata Laksana Keselamatan Karyawan


a. Setiap petugas medis maupun non media menjalankan prinsip pencegahan
infeksi, yaitu :
– Mengganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan
infeksi.
– Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas
kaki tertutup, celemek, masker, dll) terutama bila terdapat kontak dengan
spesimen pasien yaitu urin, darah, muntah, sekret, dan lain-lain.
– Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai
prosedur yang ada, misalnya memasang kateter, menyuntik, menjahit
luka, memasang infus, dan lain-lain.
– Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani pasien.
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas, yaitu :
– Dekontaminasi dengan larutan klorin.
– Pencucian dengan sabun
– Pengeringan.
d. Menggunakan baju kerja bersih.

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 17


e. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
– HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
– Flu burung

Kewaspadaan standar keryawan/petugas UGD dalam menghadapi penderita


dengan flu burung/ Hepatitis/ HIV-AIDS, adalah :
– Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan sikat
selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh telapak tangan maupun
punggung tangan. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa
pasien.
– Memakai masker N95 atau minimal masker badan.
– Menggunakan pelindung wajah/ kacamata goggle (bila diperlukan.
– Menggunakan apron/ gaun pelindung.
– Menggunakan sarung tangan.
– Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot).

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 18


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Bentuk-bentuk Pengawasan dan Pengendalian


Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Barang/ alat habis pakai dan
alat kesehatan
b. Pencatatan dan Pelaporan tentang pelayanan pasien di rekam medis
c. Pencatatan dan pelaporan tentang perlengkapan Peralatan di unit
pelayanan
d. Pencatatan dan pelaporan tentang kejadian/insiden yang menyangkut
keselamatan pasien.
B. Indikator Keberhasilan Pelayanan Triase di Gawat Darurat
1. Pasien gawat darurat bisa dilakukan stabilisasi dan dilakukan rujukan
dengan baik sesuai standar operasional ke faskes tingkat lanjut
2. Pasien gawat tidak darurat atau pasien darurat tidak gawat dapat
tertangani dengan baik atau bila perlu dapat dilakukan rujukan dengan
baik sesuai standar operasional ke faskes tingkat lanjut.
3. Kepuasan pasien dalam pelayanan triase di Gawat Darurat

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 19


BAB IX
PENUTUP

Dengan tersusunnya Panduan pelayanan Triase di Gawat Darurat di


Puskesmas Tanah Kalikedinding ini diharapkan :
1. Dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak yang terkait dengan
gawat darurat
2. Diharapkan dengan dukungan, kerjasama dan partispasi dari semua pihak
yang terkait, agar pedoman ini dapat terlaksana sesuai dengan apa yang
diharapkan demi terwujudnya peningkatan mutu pelayanan UPTD
Puskesmas Tanah Kalikedinding sesuai dengan visi dan misi nya serta
untuk mewujudkan Puskesmas dengan pelayanan prima menuju Kelurahan
sehat.

Panduan Pelayanan Triase Puskesmas Tanah Kalikedinding | 20

Anda mungkin juga menyukai