Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK KEWARGANEGARAAN

NEGARA HUKUM (Rule Of Law)

DOSEN PEMBIMBING
Supriadi, S.H.,M.H

Di susun oleh Kelompok III :


INDY FIANI (BSN 18962)
JUSNANI ANTI (BSN 18963)
MULIFIANA (BSN 18964)
NELIATI (BSN 18965)
ULFA DWIYANTI (BSN 18981)

AKADEMIK KEBIDANAN BINA SEHAT


NUSANTARA TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Berpikir Kritis ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Supriadi, S.H.,M.H selaku Dosen mata
kuliah Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Makalah
ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai sumber
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih kepada pihak atau sumber yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sebagai penulis sadar sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa,serta
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Berpikir Kritis ini bisa
memberikan manfaat untuk pembaca.

Watampone, 01 Februari 2019

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................................
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Negara Hukum ............................................................................ 3
B. Konsep Dasar Negara Hukum................................................................... 4
C. Indonesia Sebagai Negara Hukum ............................................................ 9
D. Hubungan Negara Hukum Dengan Demokrasi ..................................... 10
E. Hubungan Indonesia Sebagai Negara Hukum Dengan UUD 1945 ....... 11

BAB III PENUTUPAN


1. Kesimpulan ............................................................................................. 13
2. Saran ........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara hukum indonesia sudah berdiri sejak di proklamirkan kemerdekaannya
sejak tanggal 17 agustus 1945, yang sudah terjadi selama enam puluh tahun silam.
Indonesia dikatakan sebagai negara hukum telah tertuang dalam penjelasan Undang –
Undang Dasar 1945. Dalam penjelasan mengenai sistem pemerintahan negara,
dikatakan bahwa, “ Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum
(Rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtsstaat)”. Kemudian
dipertegas lagi dalam pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah
negara hukum”. Negara hukum sudah merupakan tipe negara yang umum dimiliki
oleh bangsa – bangsa di dunia saat ini. Karena adanya hukum ini adalah untuk
membatasi sikap penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang dalam
menjalankan negaranya.
Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan
panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik
ataupun ekonomi. Sesuai prinsip Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of
man’. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem,
bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem
yang mengaturnya. Maka dari itu, Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita
tentang Negara Hukum dan Negara Hukum Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud negara hukum?
2. Apa tujuan dari hukum?
3. Bagaimana konsep dari negara hukum?
4. Bagaimana hubungan Indonesia sebagai negara hukum dengan UUD 1945?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari negara hukum.
2. Untuk mengetahui tentang tujuan hukum.
3. Untuk mengetahui konsep dari negara hukum.
4. Untuk mengetahui hubungan Indonesia sebagai Negara Hukum dengan UUD
1945.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI NEGARA HUKUM

Negara adalah suatu badan yang merupakan alat dari masyarakat untuk
mengatur hubungan antar manusia dalam suatu wilayah tertentu dimana didalamnya
terdapat pemerintah yang berdaulat untuk mewujudkan tujuan negara yang memiliki,
(1) sifat memaksa ketertiban, menghilangjkan anarkisme,(2) sifat monopoli, tujuan
bersama dimonopoli oleh negara, (3) sifat mencakup semua, peraturan per-UU-an
yang berlaku untuk semua

Melihar sifat negara yang memaksa, maka dibutuhkanlah sebuah hukum


dalam suatu negara untuk menjalankannya. Hukum ini dipakai sebagai alat untuk
kontrol sosial, yaitu suatu proses mempengaruhi orang – orang untuk bertingkah laku
sesuai dengan harapan masyarakat. Pengontrolan hukum ini dilakukan dengan
berbagai cara dan melalui badan – badan resmi yang didirikan oleh negara.

Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas


hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat
bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sebagai daripada
keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi
warganegara yang baik. Peraturan yang sebenarnya menurut Aristoteles ialah
peraturan yang mencerminkan keadilan bagi pergaulan antar warga negaranya. maka
menurutnya yang memerintah Negara bukanlah manusia melainkan “pikiran yang
adil”. Penguasa hanyalah pemegang hukum dan keseimbangan saja.

3
Penjelasan UUD 1945 mengatakan, antara lain, “Negara Indonesia berdasar
atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machsstaat)”. Jadi
jelas bahwa cita-cita Negara hukum (rule of law) yang tekandung dalam UUD1945
bukanlah sekedar Negara yang berlandaskan sembarang hukum. Hukum yang
didambakan bukalah hukum yang ditetapkan semata-mata atas dasar kekeuasaan,
yang dapat menuju atau mencerminkan kekuasaan mutlak atau otoriter. Hukum yang
demikian bukanlah hukum yang adil (just law), yang didasarkan pada keadilan bagi
rakyat.

B. KONSEP DASAR NEGARA HUKUM


Dalam bernegara, umat manusia memang tidak mengenal adanya konsep
Negara Ekonomi atau pun Negara Politik. Yang ada adalah doktrin mengenai Negara
Hukum. Negara kita diimpikan oleh ‘the founding leaders’ sebagai Negara Hukum
atau ‘Rechtsstaat’ menurut tradisi Eropa Kontinental atau pun ‘The Rule of Law’,
menurut tradisi Anglo-Amerika. Negara Indonesia ialah ‘rechtsstaat’, bukan
‘machtsstaat’ (negara kekuasaan) atau pun korporatokrasi.

Menurut Huda (2005:73-74), persaman antara konsep rechtsstaat dengan


konsep rule of law, yaitu: pada dasarnya kedua konsep itu mengarahkan dirinya pada
satu sasaran yang utama, yakni pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia.
Konsep rechtsstaat mengutamakan prinsip wetmatigheid yang kemudian
menjadi rechtmatigheid. Unsur-unsur rechtsstaat :

a. adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM).


b. adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara untuk menjamin
perlindungan HAM,
c. pemerintahan berdasarkan peraturan,
d. adanya peradilan administrasi; dan

4
Dari uraian unsur-unsur rechtsstaat maka dapat dikaitkan dengan konsep
perlindungan hukum, sebab konsep rechtsstaat tersebut tidak lepas dari gagasan untuk
memberi pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dengan demikian
rechtsstaat memiliki inti upaya memberikan perlindungan pada hak-hak kebebasan
sipil dari warga negara, berkenaan dengan perlindungan terhadap hak-hak dasar yang
sekarang lebih populer dengan HAM, yang konsekuensi logisnya harus diadakan
pemisahan atau pembagian kekuasaan di dalam negara. Sebab dengan pemisahan atau
pembagian kekuasaan di dalam negara, pelanggaran dapat dicegah atau paling tidak
dapat diminimalkan.

Di samping itu, konsep rechtsstaat menginginkan adanya perlindungan bagi


hak asasi manusia melalui pelembagaan peradilan yang independen. Pada konsep
rechtsstaat terdapat lembaga peradilan administrasi yang merupakan lingkungan
peradilan yang berdiri sendiri.

Prinsip pokok negara hukum menurut Jimly Asshiddiqie adalah sebagai


berikut :

1. Supremasi Hukum (supremacy of law)


Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu
bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Dalam
perspektif supremasi hukum (supremacy of law), pada hakikatnya pemimpin tertinggi
negara yang sesungguhnya, bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang mencerminkan
hukum yang tertinggi. Pengakuan normative mengenai supremasi hukum adalah
pengakuan yang tercermin dalam perumusan hukum dan/atau konstitusi, sedangkan
pengakuan empirik adalah pengakuan yang tercermin dalam perilaku sebagian
terbesar masyarakatnya bahwa hukum itu memang ‘supreme’.

5
2. Persamaan dalam Hukum (equality before the law)
Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan,
yang diakui secara normative dan dilaksanakan secara empirik. Dalam rangka prinsip
persamaan ini, segala sikap dan tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan
manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-
tindakan yang bersifat khusus dan sementara yang dinamakan ‘affirmative actions’
guna mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau kelompok
warga masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan sehingga mencapai tingkat
perkembangan yang sama dan setara dengan kelompok masyarakat kebanyakan yang
sudah jauh lebih maju. Kelompok masyarakat tertentu yang dapat diberikan perlakuan
khusus melalui ‘affirmative actions’ yang tidak termasuk pengertian diskriminasi itu
misalnya adalah kelompok masyarakat suku terasing atau kelompok masyarakat
hukum adapt tertentu yang kondisinya terbelakang. Sedangkan kelompok warga
masyarakat tertentu yang dapat diberi perlakuan khusus yang bukan bersifat
diskriminatif, misalnya, adalah kaum wanita ataupun anak-anak terlantar.

3. Asas legalitas
Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam
segala bentuknya (due process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan
harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan
perundang-undangan tertulis tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau
mendahului tindakan atau perbuatan administrasi yang dilakukan. Dengan demikian,
setiap perbuatan atau tindakan administrasi harus didasarkan atas aturan atau ‘rules
and procedures’ (regels). Prinsip normatif demikian nampaknya seperti sangat kaku
dan dapat menyebabkan birokrasi menjadi lamban. Oleh karena itu, untuk menjamin
ruang gerak bagi para pejabat administrasi negara dalam menjalankan tugasnya, maka
sebagai pengimbang, diakui pula adanya prinsip ‘Freies Ermessen’ yang
memungkinkan para pejabat administrasi negara mengembangkan dan menetapkan
sendiri ‘beleid-regels’ atau ‘policy rules’ yang berlaku internal secara bebas dan

6
mandiri dalam rangka menjalankan tugas jabatan yang dibebankan oleh peraturan
yang sah.

4. Pembatasan kekuasaan
Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara dengan cara
menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisahan kekuasaan
secara horizontal. Sesuai dengan hukum besi kekuasaan, setiap kekuasaan pasti
memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi sewenang-wenang, seperti
dikemukakan oleh Lord Acton: “Power tends to corrupt, and absolute power
corrupts absolutely”. Karena itu, kekuasaan selalu harus dibatasi dengan cara
memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang bersifat ‘checks and
balances’ dalam kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi dan
mengendalikan satu sama lain. Pembatasan kekuasaan juga dilakukan dengan
membagi-bagi kekuasaan ke dalam beberapa organ yang tersusun secara vertical.
Dengan begitu, kekuasaan tidak tersentralisasi dan terkonsentrasi dalam satu organ
atau satu tangan yang memungkinkan terjadinya kesewenang-wenangan.

Idealitas negara berdasarkan hukum ini pada dataran implementasi memiliki


karakteristik yang beragam, sesuai dengan muatan lokal, falsafah bangsa, ideologi
negara, dan latar belakang historis masing-masing negara. Oleh karena itu, secara
historis dan praktis, konsep negara hukum muncul dalam berbagai model seperti
negara hukum menurut Qur’an dan Sunnah atau nomokrasi Islam, negara hukum
menurut konsep Eropa Kontinental yang dinamakan rechtsstaat, negara hukum
menurut konsep Anglo-Saxon (rule of law), konsep socialist legality, dan konsep
negara hukum Pancasila.

7
Menurut Philipus M. Hadjon, karakteristik negara hukum Pancasila tampak
pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia, yaitu sebagai berikut :
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara;
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana ter-akhir;
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Berdasarkan penelitian Tahir Azhary, negara hukum Indonesia memiliki ciri-


ciri sebagai berkut :
1) Ada hubungan yang erat antara agama dan negara;
2) Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa;
3) Kebebasan beragama dalam arti positip;
4) Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang;
5) Asas kekeluargaan dan kerukunan.

Meskipun antara hasil penelitian Hadjon dan Tahir Azhary terdapat


perbedaan, karena terdapat titik pandang yang berbeda. Tahir Azhary melihatnya dari
titik pandang hubungan antara agama dengan negara, sedangkan Philipus
memandangnya dari aspek perlindungan hukum bagi rakyat. Namun sesungguhnya
unsur-unsur yang dikemukakan oleh kedua pakar hukum ini terdapat dalam negara
hukum Indonesia. Artinya unsur-unsur yang dikemukakan ini saling melengkapi.

8
C. INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945
menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa
negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.

Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian


Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai
berikut.
a. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara
Indonesia berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan
belaka (Machtsstaat).
b. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat


yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam
wilayah Eropa Kontinental.

Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil,


yang dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat
dijadikan landasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab
XIV tentang Perekonomian Nagara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD
1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.

9
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip
sebagai berikut.
a. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional;
b. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi;
c. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi;
d. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1)
UUD 1945);
e. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR);
f. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil;
g. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);
h. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; dan
i. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J
UUD 1945).

D. HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN DEMOKRASI

Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa


negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum belum
tentu negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi.
Franz Magnis Suseno (dalam Dwi Winarno, 2006) menyatakan adanya 5 gugus ciri
hakiki dari negara demokrasi. Kelima ciri tersebut adalah :
a. negara hukum;
b. pemerintahan di bawah kontrol nyata masyarakat;
c. pemilihan umum yang bebas;
d. prinsip mayoritas; dan
e. adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.

10
Berdasarkan sejarah, tumbuhnya negara hukum, baik formal maupun materiil
bermula dari gagasan demokrasi konstitusional, yaitu negara demokrasi yang
berdasar atas konstitusi. Gagasan demokrasi konstitusional abad ke-19 menghasilkan
negara hukum klasik (formil) dan gagasan demokrasi konstitusional abad ke-20
menghasilkan Rule of Law yang dinamis (negara hukum materiil).

E. HUBUNGAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM DENGAN UUD


1945

Bentuk pemerintahan Indonesia adalah ‘Republik’. Disebut republik, dan


bukan kerajaan (monarchi), karena pengalaman bangsa indonesia dimasa sebelum
kemerdekaan, penuh diliputi oleh sejarah kerajaan – kerajaan besar dan kecila
diseluruh wilayah nusantara. Namun, sejak bangsa Indonesia merdeka dan
membentuk negara modern yang diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945. Bentuk pemerintahan yang dipilih adalah ‘Republik’. Karena itu,
falsafah dan kultur politik yang bersifat ‘kerajaan’ yang didasarkan atas sistem
feodalisme dan paternalisme, tidaklah dikehendaki oleh bangsa Indonesia modern.
Bangsa Indonesia menghendaki negara modern dalam pemerintahan ‘res publica’.

Dalam konstitusi ditegaskan bahwa negara Indonesia adalaha negara hukum


(rechtsstaat), bukan negara kekuasaan (machtsstaat). Didalamnya terkandung
pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi
dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem
konstitusional yang diatur dalam Undang Undang Dasar. Adanya prinsip peradilan
yang bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan setiap warga dalam
hukum, serta menjamin keadilan yang setiap orang termasuk terhadap
penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa. Dalam paham negara hukum
itu, hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara.
Dengan demikian, harus diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan

11
ditegakkan menurut prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat (democratische
rechtsstaat). Prinsip – prinsip itu tidak boleh mengabaikan demokrasi yang diatur
dalam Undang Undang Dasar.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai jantung dan jiwa


Negara. Undang-undang dasar suatu Negara memberi tahu kepada kita tentang apa
maksud membentuk Negara, bagaimana cita-citanya dengan bernegara itu , apa yang
ingin dilakukannya ,serta asas-asas kehidupan yang terdapat di dalamnya. Dengan
undang-undang dasar itu suatu Negara sebagai komunitas memiliiki tujuan yang jelas
dan akan memandu menuju apa yang dicita-citakan.Undang-undang dasar juga sangat
penting bagi penyelenggaraan hukum suatu Negara ,oleh karena pada saat-saat
tertentu hukum perlu melihat kepada panduan yang diberikan oleh undang-undang
dasarnya. Hal tersebut terjadi, Misalnya ,pada saat hukum mengalami kebuntuan dan
tidak tahu ke mana harus melangkah.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Negara hukum adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat), dan pemerintahannya berdasarkan
atas sistem konstitusi (hukum dasar), dan tidak bersifat absolutisme (kekuasaan tak
terbatas). Adapun ciri – ciri negara hukum :
a. Adanya Undang Undang Dasar atau Konstitusi yang memuat ketentuan
tertulis tentang hubungan antara penguasa dan rakyat.
b. Adanya pembagian kekuasaan negara.
c. Diakui dan dilindungi hak – hak kebebasan rakyat.

B. SARAN

Adapun yang ingin dimintakan perhatian di sini yaitu, hendaknya kita juga
meninjau perkembangan hukum di Indonesia semenjak penjajahan sebagai
pembelajaran untuk masa sekarang dan yang akan datang. Terutama untuk
menghadapi masalah yang sudah pernah terselesaikan di masa lampau, seperti
korupsi. Banyak hal yang harus dilakukan untuk mencapai Tujuan dan cita-cita
Indonesia sebagai Negara hukum agar ‘negara hukum’ tidak sekedar menjadi slogan
kaku yang tidak bisa di realisasikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Jimly Asshiddiqie dalam Widayati, Pembubaran Partai Politik Dalam Sistem


Ketatanegaraan Indonesia, Jurnal Hukum Vol XXVI, No. 2, Agustus 2011.

https://www.academia.edu/12148178/SEJARAH_UNSUR_NEGARA_HUKUM_DAN
_INDONESIA_SEBAGAI_NEGARA_HUKUM
https://www.academia.edu/8267109/Konsep_Negara_Hukum

https://meilabalwell.wordpress.com/negara-hukum-konsep-dasar-dan-
implementasinya-di-indonesia/

https://id.wiktionary.org/wiki/negara_hukum

https://news.detik.com/berita/d-4173150/mpr-indonesia-adalah-negara-hukum

http://www.negarahukum.com/

14

Anda mungkin juga menyukai