Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang Lingkup
E. Batasan Operasional
F. Landasan Hukum
STANDAR KETENAGAAN
I. Kompetensi Apoteker
a. Sebagai Penanggung Jawab
1) mempunyai kemampuan untuk memimpin;
2) mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengelola dan
mengembangkan Pelayanan Kefarmasian;
3) mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri;
4) mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain; dan
5) mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi, mencegah,
menganalisis dan memecahkan masalah.
b. Sebagai Tenaga Fungsional
1). mampu memberikan pelayanan kefarmasian;
2). mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian;
3). mampu mengelola manajemen praktis farmasi;
4). mampu berkomunikasi tentang kefarmasian;
5). mampu melaksanakan pendidikan dan pelatihan; dan
6). mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan.
Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka
menjaga dan meningkatkan kompetensinya. Upaya peningkatan
kompetensi tenaga kefarmasian dapat dilakukan melalui
pengembangan profesional berkelanjutan. Semua tenaga kefarmasian
di Puskesmas melaksanakan Pelayanan Kefarmasian berdasarkan
Standar Prosedur Operasional yang dibuat secara tertulis dan telah
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. Jenis SOP dibuat sesuai dengan
kebutuhan pelayanan yang dilakukan pada Puskesmas yang
bersangkutan.
II . Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah salah suatu proses atau upaya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang kefarmasian atau
bidang yang berkaitan dengan kefarmasian secara berkesinambungan
untuk mengembangkan potensi dan produktivitas tenaga kefarmasian
secara optimal. Puskesmas dapat menjadi tempat pelaksanaan
program pendidikan, pelatihan serta penelitian dan pengembangan bagi
calon tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
Tujuan Umum:
a. Tersedianya tenaga kefarmasian di Puskesmas yang mampu
melaksanakan rencana strategi Puskesmas.
b. Terfasilitasinya program pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga
kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
c. Terfasilitasinya program penelitian dan pengembangan bagi calon
tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
Tujuan Khusus:
a) Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
b) Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan Pelayanan
Kefarmasian.
c) Terfasilitasinya studi banding, praktik dan magang bagi calon
tenaga kefarmasian internal maupun eksternal.
d) Tersedianya data Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling
tentang Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
e) Tersedianya data penggunaan antibiotika dan injeksi.
f) Terwujudnya Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang optimal.
g) Tersedianya Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
h) Berkembangnya kualitas dan jenis pelayanan farmasi Puskesmas.
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Sudiang Raya buka setiap hari kerja dari
Senin 08.00 – 14.00 WITA, Jumat 08.00 – 11.30 dan Sabtu 08.00-13.00
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
1,2 m
4m
4,2 m
3 m
5,2 m
Ket:
: Meja
: Lemari
: Rak
: Kulkas
: Wastafel
: Dispenser
: Lemari Narkotik
B. Standar Fasilitas
3. Ruang Arsip
A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan Pelayanan Kefarmasian meliputi
1. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
2. Pelayanan Farmasi Klinis
Kegiatan
1. Permintaan Rutin.
2. Permintaan Khusus.
¾ Kebutuhan meningkat.
¾ Terjadi kekosongan.
SO = SK + SWK + SWT + SP
Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan
dengan rumus :
Permintaan = SO – SS
Keterangan :
SO = Stok optimum
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok
Jumlah kebutuhan obat = jumlah pemakaian rata – rata (tanpa stok kosong)
per bulan x 18 – sisa stok
Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai Permintaan obat untuk
mendukung pelayanan farmasi diajukan oleh pengelola obat di puskesmas
yang disetujui oleh kepala puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan
melalui IFK dengan menggunakan format LPLPO.
b). Permintaan obat berdasarkan rencana kebutuhan obat tahunan yang sudah
dilaporkan sebelumnya kepada Dinkes untuk meminimalisir penggunaan obat
yang tidak bertanggung jawab.
Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan
dalam menerima Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari IFK dengan
permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Obat yang diterima
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas. Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan
bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan
dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan
catatan yang menyertainya. Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan
terhadap Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup
jumlah kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen
(Berita Acara Serah Terima), ditandatangani oleh petugas penerima, Bila tidak
memenuhi syarat, maka petugas penerima dapat mengajukan keberatan.
mutu obat
Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
Menjaga kelangsungan persediaan
Memudahkan pencarian dan pengawasan
Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari obat sekaligus
bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja.
Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal
untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas
angin, apabila kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.
Menyimpan obat pada rak obat sesuai bentuk sediaan, kelas terapi/
alfabetis. Cairan harus dipisahkan dari padatan, obat penggunaan luar
dipisah dengan penggunaan dalam.
Obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan
kontaminasi bakteri disimpan pada tempat yang sesuai
Narkotika, psikotropika dan obat yang diberi perhatian khusus (mahal, bisa
disalahgunakan dll) disimpan di lemari khusus
Penyimpanan antara kelompok/jenis satu dengan yang lain harus jelas
sehingga memudahkan pengeluaran dan perhitungan
Bila obat dalam kemasan besar disusun di atas pallet secara rapi dan
teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus (tidak boleh terbalik,
berat, bulat, segi empat dan lain-lain)
Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap dalam
boks masing- masing, ambil seperlunya
Pendistribusian dilakukan rotasi stok menggunakan prinsip FEFO (First
Expired First Out) dan FIFO (First In First Out) agar obat tersebut tidak
selalu berada dibelakang sehingga obat dapat dimanfaatkan sebelum
masa kadaluwarsa habis.
Item obat dari sumber anggaran yang berbeda disimpan terpisah dan
ditandai dengan bentuk kartu stok yang berbeda.
Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan ke unit layanan
dan jaringan puskesmas antara lain :
Adapun pengelolaan Obat emergency di Unit Layanan memiliki prinsip yang harus
menjamin:
Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang
telah ditetapkan.
Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain.
Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
Dikontrol secara berkala apakah ada yang rusak atau kadaluarsa
Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Pengadaan
Pengadaan obat emergency di ruangan dengan cara penggantian segera
obat melalui permintaan ke kamar obat. Petugas farmasi segera
mengganti obat emergency dan mengunci kembali kit emergency yang
sudah terisi sesuai dengan daftar standar yang terdapat di setiap kotak.
Penyimpanan
4. Penyimpanan Obat di ruang perawatan sesuai dengan stabilitas sediaan
5. Obat emergency ditempatkan pada kotak emergency dengan menggunakan
kunci disposible, dilengkapi gunting dengan akses yang mudah dijangkau.
6. Setiap troli/kit emergency dilengkapi dengan daftar obat emergency yang
telah ditetapkan.
Pendistribusian
Obat emergency disimpan pada kotak/kit emergency di semua unit layanan
yang harus menyediakan Emergensi kit.
Pencatatan dan pengendalian
a. Setiap pemakaian obat emergency dicatat pada form pemakaian obat yang
terdapat di dalam kit emergency sesuai dengan prosedur.
b. Petugas Farmasi mengontrol kesesuaian dengan daftar dan kedaluwarsa obat
emergency secara berkala serta memastikan bahwa Obat disimpan secara
benar.
c. Monitoring obat emergency dilakukan oleh Apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian
Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat atau terjadinya pemberian obat yang telah kadaluarsa /
rusak di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Obat terdiri dari:
1. Tablet.
Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah,
retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat
2. Kapsul.
Perubahan warna isi kapsul
Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya
3. Tablet salut.
Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
Basah dan lengket satu dengan yang lainnya
Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
4. Cairan.
Menjadi keruh atau timbul endapan
Konsistensi berubah
Warna atau rasa berubah
Botol-botol plastik rusak atau bocor
5. Salep.
Warna berubah
Konsistensi berubah
Pot atau tube rusak atau bocor
Bau berubah
6. Injeksi.
Kebocoran wadah (vial, ampul)
Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi
Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada endapan
•Warna larutan berubah
a. Bukti bahwa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.
h). Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas
maupun pemerataan pelayanan;
b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai
c. Pembuatan laporan ketersediaan obat dalam jangka waktu tertentu (3
bulan) bertujuan untuk mengevaluasi tingkat perputaran kebutuhan obat
sehingga obat yang perputarannya tinggi (fast moving) direncanakan lebih
besar, yang slow moving dikurangi dan yang death moving dihilangkan dari
perencanaan, sehingga penggunaan obat lebih efesien.
d. Pembuatan laporan tribulan dalam jumlah rupiah ditujukan untuk evaluasi
pemakaian obat yang berbiaya mahal namun kurang efektif dan efisien
dalam hal farmakoekonomi. e. Memberikan penilaian terhadap capaian
kinerja pengelolaan
II. Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
b. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
d. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah
proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus
dikerjakan mulai dari penerimaan dan pengkajian, peracikan dan
penyerahan, sampai pemberian infomasi obat kepada pasien.
a.) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam
sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini
termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan.
b.) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
c.) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan
mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan
farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes
hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep
rektal dan tablet vagina.
d.) Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan,
misalnya berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna,
air kencing berubah warna dan sebagainya
e.) Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya efek samping obat, interaksi
obat dengan obat lain atau makanan tertentu, dan kontra indikasi obat
tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan, dan menyusui. serta terjadi
karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal. -macam
obat tetapi efeknya tidak sesuai, tidak rasional, tidak tepat dan tidak
efektif. menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, pengeluaran
untuk obat menjadi lebih banyak atau pemborosan, tidak bermanfaat atau
menimbulkan ketagihan.
f.) Cara penyimpanan obat
Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar
tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Perhatikan BUD (beyond used date) obat untuk memastikan mutu
obat tetap seperti saat penerimaan.
Tujuan:
Kegiatan:
3. Konseling
Kegiatan:
Kegiatan:
Tujuan:
Mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu.
Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.
BAB V
LOGISTIK
1. Untuk Obat dan BMHP berasal dari IFK Dinkes Kota Makassar
2. Untuk Sarana dan Prasarana berasal dari Dana Pengadaan Alkes oleh Dinas
Kesehatan Kota Makassar
Resiko Keselamatan Pasien Adalah risiko yang dapat diderita oleh pasien atas
tindakan / pelayanan yang didapat di puskesmas. Risiko tersebut meliputi : obat,
salah frekuensi, salah bentuk sediaan obat, salah rute pemberian, salah teknik
penyiapan. obat.
1) Unit Farmasi membuat daftar obat-obatan LASA yang dipakai. Daftar obat-
obatan LASA tersebut didistribusikan ke seluruh unit pelayanan pasien.
2) Penyimpanan obat-obatan LASA harus terpisah satu dengan yang lain dan
tidak bersisian.
3) Pada tempat penyimpanan obat-obatan LASA diberi label dengan warna
mencolok (dasar kuning)
4) Dokter menulis instruksi atau resep obat-obatan LASA menggunakan huruf
kapital.
5) Petugas farmasi melakukan pengecekan berkala penyimpanan obat-obatan
LASA di luar Farmasi.
Yang termasuk Medication error antara lain: seharusnya masih diberikan tetapi
tidak, atau sebaliknya obat yang seharusnya sudah dihentikan tapi masih tetap
diberikan) ke petugas pengelola obat untuk dilakukan pengkajian, perbaikan dan
dilaporkan kepada unit lainnya yang terkait untuk disosialisasikan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Obat yang dibawa pasien adalah obat pribadi pasien yang dibawa sendiri dari
luar puskesmas benjeng, baik dari pengobatan sebelum masuk puskesmas
Sudiang Raya atau pasien membeli sendiri dari luar puskesmas dengan resep
yang bukan puskesmas saat pasien menjalani rawat inap di puskesmas Sudiang
Raya . Dokter jaga penanggung jawab akan mengkaji ulang obat-obat tersebut,
jika memang diperlukan dan dapat dipergunakan sesuai dengan indikasi dan
penyakitnya, maka dokter jaga penanggung jawab mencatat obat-obat tersebut di
form pemberian obat dengan catatan kondisi obat-obatan tersebut masih baik dan
layak dipergunakan (mendapatkan konfirmasi dari apoteker). Untuk
pemberiannya sesuai instruksi dokter jaga penanggung jawab, obat akan
diberikan oleh perawat ruangan.
BAB VIII
a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan dana, dan Standar Prosedur Operasional.
b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama.
c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon
dan tingkat pendidikan masyarakat.
a. Langsung (data primer): data diperoleh secara langsung dari sumber informasi
oleh pengambil data. Contoh: survei kepuasan pelanggan terhadap kualitas
pelayanan kefarmasian.
b. Tidak Langsung (data sekunder): data diperoleh dari sumber informasi yang
tidak langsung. Contoh: catatan penggunaan Obat, rekapitulasi data
pengeluaran Obat.
1) Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan
kefarmasian, meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan,
penggunaan sumber daya, hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien.
Audit klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.
2) Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan kefarmasian oleh seluruh
tenaga kefarmasian terkait dengan pencapaian sasaran yang disepakati,
penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh. Contoh: audit
pelaksanaan sistem manajemen mutu.
b. Review (pengkajian)
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan
pelayanan kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar. Contoh: kajian
penggunaan antibiotik.
PEMBINAAN
Pembinaan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dilaksanakan
secara berjenjang dari Provinsi, Kabupaten/kota, Puskesmas sampai tingkat
jejaringnya baik dalam aspek administrasi maupun teknis pengelolaan obat
dan bahan medis habis pakai, antara lain melalui :
a) Pertemuan koordinasi pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai tingkat Kabupaten yang dapat dihadiri narasumber Provinsi.
b) Konsultasi dari jejaring ke Puskesmas, Puskesmas ke Kabupaten.
c) Pelatihan pengelolaan obat dan bahan medis habis dan pelayanan
farmasi klinik yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten atau
Provinsi sebagai upaya peningkatan kemampuan dan mutu
sumberdaya manusia.
d) Pertemuan koordinasi pengelola obat puskesmas dengan
jejaringnya
e) Supervisi dari Kabupaten dalam monitoring dan evaluasi
pengelolaan dan administrasi obat dan bahan medis habis pakai
f) Supervisi petugas pengelola obat puskesmas ke jejaringnya dalam
monitoring dan evaluasi pengelolaan dan administrasi obat dan
bahan medis habis pakai.
BAB IX
PENUTUP
Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut) yang paling lazim,
karena sangat praktis, mudah dan aman.Yang terbaik adalah minum obat dengan
segelas air Minum obat saat makan Minum obat sebelum makan Minum obat setelah
makan dipecah atau dikunyah ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga.
penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta pilihan bentuk
sediaan lain. Petunjuk Pemakaian obat oral untuk bayi/anak balita : kemasan obatnya.
tidak enak/pahit, Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata ditutup rapat setelah digunakan.
ntuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus
diikuti dengan benar. kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka
kantung konjungtiva, obat diteteskan pada kantung konjungtiva dan mata ditutup
selama 1-2 menit, jangan mengedip sekitar 2 menit
Kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva,
tube salep mata ditekan hingga salep masuk dalam kantung konjungtiva dan mata
ditutup selama 1-2 menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-bawah. dengan air
hangat) dan wadah salep ditutup rapat sambil berdiri dan duduk atau penderita cukup
berbaring saja. agar obat dapat tersebar dalam hidung digunakan, alat penetes
dibersihkan dengan air panas dan keringkan dengan tissue bersih.
Penderita berbaring miring dengan telinga yang akan ditetesi obat menghadap ke atas.
Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita
dewasa daun telinga ditarik ke atas dan ke belakang, sedangkan bagi anak-anak daun
telinga ditarik ke bawah dan ke belakang. Kemudian obat diteteskan dan biarkan
selama 5 menit
Basahi dengan air. rektum. bagian ujung supositoria didorong dengan ujung jari sampai
melewati otot sfingter rektal; kira-kira ½ - 1 inchi pada bayi dan 1 inchi pada dewasa.
sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin selama 30 menit kemudian tempatkan
pada air mengalir sebelum kemasan dibuka
Petunjuk Pemakaian Obat Krim/Salep rektal
Masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam rektal. dihubungkan dengan
wadah salep/krim yang sudah dibuka, kemudian dimasukkan ke dalam rektum dan
sediaan ditekan sehingga salep/krim keluar. Buka aplikator dan cuci bersih dengan air
hangat dan sabun. Tidak Untuk Ditelan
Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mencuci daerah vagina Anda
dengan lembut menggunakan air hangat (suam-suam kuku). Kemudian
keringkan perlahan pakai handuk sampai benar-benar kering.
Pilih posisi paling nyaman. Pertama, Anda bisa berbaring di atas tempat tidur
dengan lutut ditekuk dan kaki sedikit diregangkan. Jangan lupa, alasi seprai
dengan handuk untuk mencegah krim menodai seprai Anda. Atau, Anda bisa
melakukannya sambil berdiri dengan kaki kanan berada di posisi lebih tinggi dan
kaki kiri menapak di atas lantai.