Anda di halaman 1dari 9

KRISIS KEPEMIMPINAN DI INDONESIA DITINJAU DARI

PANCASILA (DISKURSUS FILSAFAT PANCASILA DEWASA INI)

Oleh : Dina Maryani


(51418403/ Manajemen Sore)

Abstrak

Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan


mempengaruhi perilaku orang lain dalama situasi tertentu agar bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bangsa Indonesia
kini sedang dilanda krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan yang terjadi
saat ini telah berada ujung tanduk. Mau dibawa kearah mana negara Indonesia
ini jika para pemimpin negaranya banyak melakukan penyimpangan.
Kepercayaan rakyat telah dihianati oleh pemimpin negara ini. Rakyat
diombang ambingkan oleh para pemimpin negera ini, hanya untuk
kepentingan golongan tertentu. Hal tersebut jelas- jelas melanggar nilai-nilai
pancasila yang telah menjadi pondasi berdirinya negara ini. Pemimpin
seharusnya dapat mensejahterakan rakyatnya, mengayomi rakyatnya.
Pemimpin harus dapat menjadi jembatan masyarakat untuk mencapai cita-cita
bangsa ini.
Kata kunci : Krisis, Kepemimpinan, Pancasila

A. Krisis Kepemimpinan di Indonesia


Kepemimpinan, jika berbicara masalah ini dalam pemikiran kita pasti
mengasosiasikan pada sosok pemimpin seperti presiden, gubernur, wali kota,
bupati, pak camat atau bahkan kepala desa. Namun kepemimpinan bukan
hanya berbicara masalah jabatan atau siapa yang menjadi seorang pemimpin,
melainkan memiliki makna yang lebih luas, yaitu yang berkaitan dengan
tugas-tugas seorang pemimpin, apa yang seharusnya dan tidak seharusnya
dilakukan oleh seorang pemimpin dan juga sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin dalam mengatasi berbagai permasalahan yang kompleks.
Pemimpin adalah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku
sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/
upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam
pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing,

1
memimpin dengan bantuan kualitas- kualitas persuasifnya dan akseptansi/
penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya. “Herny Pratt Faiechild
dalam Kartini Kartono (1994:33)”
Sedangka Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa
kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalama situasi tertentu agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. “Menurut
Sutarto (1998b:25)”
Dewasa ini telah kita ketahui bahwa bangsa Indonesia mengalami masa-
masa krisis dalam hal kepemimpinan. Berdasarkan fakta-fakta yang telah
terjadi dikalangan pejabat elit negara. Apalagi kita sering mendengarkan
berita-berita di TV, media cetak maupun di media sosial. Seperti permasalahan
kemiskinan yang kian meningkat, pengangguran yang semakin banyak, angka
kriminalitas dan asusila yang semakin merebak dikalangan anak-anak, belum
lagi masalah pendidikan yang bergontaganti kurikulum pendidikan, inefisiensi
pelayanan publik, dan maraknya kasus korupsi.
Oknum yang terlibatpun beragam, mulai pejabat elit, hingga kepala desa
dan perangkat desa. Bicara masalah korupsi, pasti semua orang kesal dengan
kata itu. Kasus yang marak dilakukan oleh seorang pemimpin. Kasus yang
sangat merugikan negara dan rakyat Indonesia. Para koruptor menggerogoti
keuangan negara. Rakyat ditekan untuk membayar ini itu, ekonomi digoncang
ganjingkan dengan kenaikan disemua sektor (kenaikan BBM, pajak dll)
namun pada akhirnya uang tersebut masuk ke saku para pemimpin negara ini.
Uang yang seharusnya digunakan untuk membangun infrastruktur umum, tapi
malah dibagi rata para pemimpin negera untuk berlibur ke luar negeri, untuk
beli rumah, mobil mewah. Inikah yang dinamakan pemimpin negara? Perilaku
yang sangat buruk dan tidak pantas dilakukan oleh pemimpi. Pemimpin
negera yang memeras rakyat untuk kepentingan mereka, rakyat seakan
menjadi babu mereka. Dimana pertanggung jawaban janji pemimpin negera
ini ? Seorang pemimpin hendaknya berprilaku adil, bijaksana, bermoral dan
sudah seharusnya memberikan contoh yang baik untuk masyarakatnya. Jika
seorang pemimpin memberi contoh buruk misalnya korupsi, maka
rakyatnyapun juga akan ikut-ikutan. Akan jadi apa negara ini, bila pemimpin
dan rakyatnya tidak dalam satu jalan. Rakyat yang mengharapkan

2
kesejahteraan tetepi pemimpin negera sibuk memperkaya dirinya. Bisa
dibilang aji mumpung, mumpung jadi pemimpin dia mengeruk keuangan
negara sebanyak-banyaknya kemudian diinvestasikan ke negara lain. Sungguh
kejamnya pemimpin-pemimpin kita sekarang.
Belum lagi anggota DPR yang sering “bolos” ketika rapat sidang
paripurna. Pembangunan infrastruktur yang tidak merata, seperti di daerah
Papua dan Kalimantan yang masih memerlukan pembangunan jalan raya agar
masyarakat dapat melakukan aktivitas dengan mudah, pemerintahpun juga
akan lebih mudah untuk mengakses daerah tersebut. Sehingga semua wilayah
Indonesia dapat terjangkau dan tidak ada lagi wilayah Indonesia yang terisolir.
Sebentar lagi kita akan melaksanakan pesta demokrasi (pemilu). Saat
seperti inilah seringkali, kita jumpai hal-hal ganjil yang biasa dilakukan oleh
para kandidat calon pemimpi. Banyak sekali para calon calon pemimpin
mengumbar janji-janji manis. Mulai dari pola blusukan yang dilakukan ke
pedesaan, pasar-pasar, pondok pesanten, dengan mengedepankan pemimpin
yang dekat dengan rakyat. Juga ada yang mempublikasikan bahwa dirinya
memiliki sifat rendah hati, sederhana, jujur, bahkan ada juga yang
menggunakan simbol kebapakan, hingga ada yang menyangkut pautkan
dengan hal mistis seperti ramalan Jaya Baya, maupun yang menyangkut
pautkan dengan masalah agama mayoritas dan minoritas.
Hal ini sudah menjadi kebiasaan tiap kali akan dilaksanakan pemilu, baik
presiden, gubernur, bupatin, wali kota bahkan kepala desa. Sistem suap
menyuap dalam berkampanye juga sangat sering dilakukan oleh setiap calon
kandidatnya. Bahkan ada juga kasus menjual belikan jabatan yang marak
terjadi dikalangan pemerintahan. Namun semua itu bukan merupakan cara
yang benar dalam memperkenalakan konsep kepemimpinan atau figur agar
pemimpin dapat diingat atau diterima dengan mudah oleh rakyat.
Kepemimpinan di Negara Indonesia saat ini memang sedang berada
diujung tanduk, lemahnya kesadaran para pamimpin negara dalam
menjalankan roda pemerintahan menjadi alasan mendasar. Pemimpin yang
seharusnya mengayomi masyarakat, mensejahterakan masyarakat,
meningkatkan perekonomian suatu negara, kini malah menghianati
kepercayaan rakyatnya. Para pemimpin negara saling beradu untuk melakukan
korupsi, sehingga kesejahteraan rakyatpun mereka abaikan. Inilah yang

3
mengakibatkan rakyat sekarang kurang percaya bahkan tidak percaya kepada
seoarang pemimpin. Karena kepercayaan rakyat telah dihianati oleh para
pemimpin negara ini. Maka tak jarang dalam pemilu banyak sekali angka
golput. Golput merupakan tanda-tanda dari kurangnya rasa kepercayaan rakyat
terhadap pemimpin.
Beberapa penyebab krisis kepemimpinan di Indonesia
1. Kesadaran agama sangat rendah
Agama merupakan pondasi dasar dalam diri setiap manusia. Jika manusia
pondasinya tidak kokoh dalam arti agamanya rendah maka dengan mudah
dapat terpengaruh oleh hal-hal yang melanggar norma keagamaan. Itu
terjadi pada para pemimpin kita, jika agama mereka kuat maka mereka
tidak akan melanggar norma-norma agama, sehingga penyelewengan-
penyelewengan tidak akan terjadi pada seorang pemimpin. Dan
masyarakatpun tidak merasakan kesengsaraan.
2. Kurangnya rasa percaya diri
Krisi kepemimpina di Indonesia tejadi karena kurangnya rasa percaya diri
yang dimiliki masyarakat Indonesia. Pada dasarnya sangat banyak anak-
anak bangsa ini yang pandai dan cerdas, memiliki integritas tinggi, namun
karena kurangnya rasa percaya diri tersebut mereka menjadi terlalu pasif,
hanya diam atas semua yang telah terjadi seperti saat ini. Dan akhirnya
yang gila kekuasaanlah yang sekarang berdiri di kursi pemerintahan.
3. Kurangnya penerapan moral bangsa
Kurangnya penerapan pendidikan moral dalam keseharian masyarakat
Indonesia. Bisa dibuktikan dari banyaknya kasus KKN, seolah tidaka ada
habisnya. Pemimpin negara saling beradu mulut dalam menyelesaikan
masalah. Sungguh betapa boboroknya moral bangsa Indonesia saat ini.
4. Proses seleksi kurang ketat
Kurang transparannya proses seleksi para calon pemimpin juga menjadi
persoalan yang memicu terjadinya krisis kepemimpinan. Seseorang harus
melewati serangkaian seleksi agar bisa menjadi seorang pemimpin.
Rangkaian seleksi tersebut harus dilakukan tanpa terkecuali agar tercipta
pemimpin yang dapat mengendalikan masyarakatnya. Sebagai contoh
dalam Peraturan KPU No.5 tahun 2004 menyatakan bahwa seorang calon
presiden dan wakil presiden harus Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa,

4
dan tidak boleh berhianat terhadap negara, tetapi fakta sebenarnya banyak
pemimpin yang melanggar.
5. Hukum yang masih rendah
Ada beberapa orang mengatakan hukum di Indonesia dapat dengan mudah
dibeli. Jadi dapat disimpilkan bahwa sangatlah rendah hukum di
Indonesia. Contohnya kasus korupsi, seorang koruptor yang menggunakan
uang negara ber M (miliar) uang negara, tapi hukumannya tidak sebanding
dengan kerugiannya terhadap negara. Bandingkan dengan kasus pencurian
jagung yang di hukum sampai berpuluh-puluh tahun. Apa ini yang
dinamakan Indonesi negera hukum ? yang sangat jelas lemah dalam
penegakan hukum di negaranya.

B. Krisis kepemimpinan ditinjau dari Pancasila (Diskursus Filsafat


Pancasila Dewasa Ini)
Krisi kepemimpinan yang terjadi di Indonesia ditinjau dari Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dari sila ini dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki
Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan
semua yang ada di dunia ini. Selain itu Takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa yaitu dengan menjalankan semua syariat-syariatnya dan menjauhi
semua larangannya. Dari kasus krisi kepemimpinan di Indonesia in jelas
telah melanggar sila pertama ini. Pemimpin negara banyak yang
melakukan korupsi, memanipulasi data-data yang ada dan lain sebagainya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Dari sila kedua ini mengajarkan tentang pengakuan harkat dan martabat
manusia dengan segala hak dan kewajibannya. Oleh karena iu pemimpin
hendaknya dapat menerapkan sila ini maka kemungkinan besar rakyatnya
dapat menerima hak dan kewajiban yang semestinnya. Selain itu sila ini
juga mengajarkan manusia harus bartindak selakayaknya manusia dan
berbudaya. Dari kasus krisis kepemimpinan di Indonesia terbukti bahwa
pemimpin juga masih banyak yang melakukan penyimpangan terbukti dari
kasus kanaikan pajak, BBM yang digunkanan untuk membayar hutang
negara, itu sangat jelas memberatkan rakyat apa lagi untuk rakyat-rakyat
yang masih adalam taraf menengah kebawah.
3. Persatuan Indonesia

5
Sila ketiga ini memiliki makna bahwa seorang pemimpin harus
melandaskan kepemimpinnannya dengan rasa persatuan dan kesatuan
bangsa. Dari kasus krisis kepemimpinan terbukti masih adanya beberapa
organisasi yang melawan pemeritahan Indonesia missal OPM, ISIS dan
lain sebagainya. Seharusnya pemerintah dapat mengatasi kondisi seperti
ini agar persatuan di Indonesia tetap terjaga, dan tidak terpecah belah.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Dalam sila ke empat ini mengajarkan bahwa kedaulatan suatu negara
ditangan rakyat sehingga pemimpin harus musyawarah dengan wakil-
wakil rakyat dan melihat kondisi rakyat sebelum memutuskan sesuatu.
Dari kasus krisis kepemimpinan membuktikan bahwa banyak pemimpin
belum melakukan nilai-nilai dari sila ini, contohnya dalam menyelesaikan
suatu masalah banyak sekali para pemimpin yang sering beradu mulut, ada
pula yang sampai tonjok-tonjokan hal itu sanggatlah membuat masyarakat
sangat prihatin dengan sikap para pemimpin negara ini, contoh lain
hukuman untuk kasus korupsi, yang lebih rendah dibandingkan dengan
kasus pencurian pisang. Ini mumbuktikan kurangnya kebijaksanaan
pemerintah dalam menangani kasus yang ada dimasyarakat.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dari sila ke lima ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin haruslah
dilandasi sikap adil, sederhana serta mampu bekerja keras. Sehingga
diharapkan pemimpin dapat mempercepat pembangunan Negara yang
merata diseluruh Indonesi. Dari sila ini terbuti bahwa pembangunan
infratruktur pemerintahan belum menyuluruh ke seluruh Indonesi,
misalnya di Papua, Kalimantan yang daerah-daerah plosok tentunya.
Selain itu juga masih rendahnya keadilan di Indonesia, sebagai contoh
pembagian raskin yang seharusnya untuk rakyat-rakyat miskin tetapi
faktanya banyak masyarakat kelas menengah-atas yang mendapatkannya.
Contoh lain kartu Indonesia sehat yang di tujukan untuk membantu
masyarakat kelas bawah, tapi faktanya banyak orang-orang kaya yang
memiliki kartu itu dengan alasan masih sodara pajabat A.

Menurut teori konflik

6
Didalam suatu negara pasti terdapat konflik, mengapa demikian “menurut
teori konflik hal itu terjadi karena terdapat 2 kelompok yaitu kelas atas dan
kelas bawah” kelas bawah yang miminta haknya, meminta kesejahteraan,
namun kelas atas yang semakin berlomba memperkaya keuangan pribadinya.
Dari kondisi tersebut seorang pemimpin harus dapat mencari solusi
penyelesaianya, sehingga antara kelas atas dan kelas bawah tidak terjadi
konfik. Kesenjangan sosial antara kelas tersebut juga dapat teratasi.

C. Solusi untuk mengatasi krisis kepemimpinan di Indonesia


1. Mengedepankan nilai keagamaan
Seorang pemimpin hendaknya mengedepankan nilai keagamaan, mengapa
demikian ? karena jika pemimpin tersebut mimiliki agama yang kuat
dalam arti beliau kuat dalam ketaatannya kepada Tuhan, maka hal-hal
penyimpangan yang tidak sesuai dengan kewajiban atau tugas-tugasnya,
tersebut tidak akan terjadi. Ini bisa dianggap peryaratan penting oleh
seorang calon pemimpin. Bukan hanya wajib beragama tetapi wajib juga
beliau mengerti dan taat kepada Tuhannya.
2. Dapat memimpin dirinya sendiri
Seseorang harus bisa memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang
orang lain. Agar didalam memimpin tidak adanya keraguan dalam
bertindak. Jika pemimpin tersebut percaya diri maka tidak akan
terpengaruh oleh rayuan-rayuan penyelewengan kepemimpinannya.
3. Memperbaiki moral
Krisi kepemimpinan berakar dari rendahnya moral para pemimpin.
Penyelesaina dari rendahnya moral para pemimpin ini dengan
menggunakan prinsip al akhlaqul karimah. Prinsip ini meliputi ash shidqu
(benar), al wafa bil’ahd (tepat janji), ta’awun (tolong menolong), al’adalah
(keadilan), istiqamah (konsisten).
4. Meningkatkan kualitas pendidikan
Perbaikan kepemimpinan bangsa tidak dapat langsung terjadi, memerlukan
waktu yang relatif lama. Salah satunya kita perbaiki kualitas pendidikan di
Indonesia agar kelak menciptakan generasi muda yang dapat memberikan
warna baru dalam memimpin negara ini, sehingga pemasalahan
kepamimpinan ini dapat terselesaikan.
5. Perbaikan hukum di Indonesi

7
Hukum di Indonesia harus diperbaiki, agar menimbulkan efek jera bagi
para pelanggarnya. Selain itu peraturan akan syarat-syarat sebagai
pemimpin hendaknya dikaji ulang sehingga muncul seorang pemimpin
yang sesuai dengan karakter bangsa ini dan tentunya mampu
menyelesaikan permasalahan yang kompleks ini.

Sebentar lagi Indonesia akan melakukan pemilu, pemerintah hendaklah


menyeleksi para calon kandidat pemimpin negara ini dengan baik dan
transparan, sehingga kedepannya masalah krisis kepemimpinan ini secara
perlahan dapat teratasi.
Sebagai masyarakat hendaknya berhati-hati dan lebih selektif dalam
memilih pemimpin. Sebelum memilih hendaklah mencari informasi mengenai
para kandidat tersebut.
Sebagai generasi muda hendaklah menjadi generasi yang mengisi
kemerdekaan ini dengan kegiatan positif, kegiatan yang memberi dampak baik
untuk kemajuan negara ini.
Dan sebagai negera gotong royong hendaklah kita memulai perubahan
untuk bangsa ini. Jadilah pemimpin yang dapat mengayomi rakyartnya,
sehingga timbul hubungan yang harmonis antara pemimpin dan rakyatnya.
Gotong royong antar semua lapisan masyarakatpun dapat terwujud.

8
Daftar Pustaka

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini


Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia
dalam Kacamata Soekarno).
http://aniatih.blogspot.com/2014/03/pengertian-pemimpin-dan-
kepemimpinan.html

Anda mungkin juga menyukai