Anda di halaman 1dari 10

Faktor Dominan Penyebab Kemiskinan Rumah Tangga Nelayan Motor Tempel Di Wilayah Tangkap Lebih Jawa Timur

(Anas Tain)

FAKTOR DOMINAN PENYEBAB KEMISKINAN RUMAH TANGGA


NELAYAN MOTOR TEMPEL
DI WILAYAH TANGKAP LEBIH JAWA TIMUR
Anas Tain

Kopertis Wilayah VII, dpk Universitas Muhammadiyah Malang

Email : anas@umm.ac.id, tain_umm@yahoo.co.id

ABSTRAK. Kemiskinan nelayan dinilai meluas dengan tingkat kedalaman kemiskinan yang memprihatinkan.
Penelitian ini bertujuan menemukan faktor dominan penyebab kemiskinan rumah tangga nelayan motor
tempel di wilayah tangkap lebih Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan maksud
untuk menemukan deskripsi general dan universal atas faktor-faktor penyebab kemiskinan rumah tangga
nelayan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah Multi Stage Cluster Sampling. Hasil
penelitian menemukan bahwa sebanyak 61,79 persen rumah tangga nelayan mempunyai sumber
pendapatan lain selain dari melaut. Rumah tangga nelayan yang memiliki pendapatan per kapita kurang
dari garis kemiskinan sebanyak 61,79 persen. Terdapat 15 faktor dominan penyebab kemiskinan rumah
tangga nelayan yang meliputi faktor: (1) kelembagaan yang merugikan nelayan kecil, (2) program yang
tidak memihak nelayan kecil, (3) pandangan hidup yang berorientasi akherat saja, (4) keterbatasan
sumberdaya, (5) ketidak sesuaian alat tangkap, (6) rendahnya investasi, (7) terikat utang, (8) perilaku
boros, (9) keterbatasan musim penangkapan, (10) kerusakan ekosistem, (11) penyerobotan wilayah
tangkap, (12) lemahnya penegakan hukum, (13) kompetisi untuk mengungguli nelayan lain, (14)
penggunaan alat/bahan terlarang serta (15) perilaku penangkapan. Kemiskinan yang membelenggu rumah
tangga nelayan bersifat multidimensional yang menyangkut kemiskinan struktural maupun kemiskinan
kultural. Dalam rangka program pengentasan kemiskinan faktor kelembagaan merupakan faktor pertama
dan utama yang harus dibenahi.
Kata kunci: kemiskinan, tangkap lebih, pengentasan kemiskinan.

THE DOMINANT FACTORS WHICH CAUSE POVERTY AMONG THE OUTBOARD FISHERMAN’S IN
THE OVERFISHING AREAS OF EAST JAVA

ABSTRACT. The fishermen’s poverty extends poor. The aims of this research were to find dominant factors
which cause poverty among the outboard fishermen’s households who lives in the overfishing areas of East
Java. This research was conducted by a survey with the aims to find out general and universal description
abaut factors causing poverty in fishermen’s households. Sampling technique used in this research was Multi
Stage Cluster Sampling. The results of this research reveals that 61.79 percents of fishermen’s households
have other sources of income beside fishing. Fishermen’s households with per capita income under poverty
line were 61,79 percents. There were 15 dominant factors causing poverty in fishermen’s households,
consisted of: (1) an institutional which inflicts a loss, (2) a program which doesn’t take sides with traditional
fishermen’s, (3) philosophy of life which is oriented with the beyond, (4) limit of resources, (5) unsuitable
catching tools, (6) low investment, (7) debt, (8) wasteful habit, (9) limits of catching fish period, (10)
ecosystem damage, (11) occupancy of catching areas, (12) upholding the fragile law, (13) a competition to
make a fishermen more superior than the others, (14) illegal tools/materials, (15) catching behavior. Poverty
that bound fishermen’s households was multidimensional included structural and cultural poverty. In the
programs to eradicate poverty, institutional factor was the first and main factor to be arranged.
Key words: poverty, overfishing, eradicate poverty.

PENDAHULUAN perikanan untuk kepentingan kesejahteraan


masyarakat semakin berkembang sejak awal
Kajian akademik dan perdebatan politik tahun 1980-an, ketika dominasi negara dalam
tentang pemanfaatan dan pengelolaan pengelolaan sumberdaya tersebut justru
sumberdaya milik bersama (commons property), mengancam kelestarian sumberdaya yang ada
seperti sumberdaya air, hutan, udara dan dan penduduk lokal semakin tersingkir dari akses

35
Sosiohumaniora, Volume 15, No. 1, Maret 2013 : 35 - 44

terhadap sumberdaya yang tersedia di mengacaukan matarantai makanan. Penduduk


lingkungannya sendiri. Demikian juga halnya miskin adalah agen dan korban kerusakan
dalam perikanan tangkap, beberapa jenis ikan lingkungan (Rusastra dan Napitupulu, 2007).
sudah jarang bisa ditangkap dan nelayan kecil Untuk itu diperlukan peningkatan pendapatan
semakin tersingkir dari waktu ke waktu serta rumahtangga nelayan untuk menjamin
hidup dalam belenggu kemiskinan. pembangunan perikanan yang berkelanjutan.

Kawasan pesisir yang kaya sumberdaya Besarnya potensi sumberdaya perikanan laut
perikanan dengan mayoritas penduduknya Jawa Timur untuk Laut Pantai Utara dengan luas
bekerja sebagai nelayan, banyak yang merupakan 65.537 km2 memiliki potensi lestari sebesar
kantong-kantong kemiskinan. Dari masa ke masa, 214.970,8 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan
pergulatan masyarakat nelayan melawan Jatim, 2006). Dengan menggunakan data
ketidakpastian kehidupan khususnya bagi yang produksi perikanan dan besarnya potensi lestari,
melakukan penangkapan di wilayah perairan yang sejak tahun 2000 produksi ikan wilayah Pantai
sudah berada dalam keadaan tangkap lebih, terus Utara Jawa Timur telah melampaui batas potensi
menggeliat. Untuk mencukupi kebutuhan sehari- lestari, dan produktivitas nelayan relatif tetap dan
hari rumah tangga nelayan melakukan pekerjaan telah mencapai puncaknya pada tahun 2001
lain di luar melaut (Tain, 2006). Kelompok (Tain, 2007).
masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir
adalah yang paling menderita dengan taraf Melihat fenomena kemiskinan nelayan yang
kesejahteraan jauh di bawah kelompok tetap belum berhasil dientaskan selama ini,
masyarakat lainnya (Kusumastanto, 2002). diperlukan kajian mendalam secara simultan dari
aspek kultural, struktural dan perikanan laut
Kemiskinan nelayan dinilai meluas dengan sebagai sumberdaya milik bersama. Masalah
tingkat kedalaman kemiskinan yang utama dalam penelitian ini adalah faktor dominan
memprihatinkan. Diperlukan analisis kultural dan apakah yang menyebabkan kemiskinan rumah
struktural secara simultan untuk memberi jalan tangga nelayan kecil di wilayah tangkap lebih
keluar dalam pengentasan kemiskinan nelayan Jawa Timur? Sehingga dari generasi ke generasi
dan pencapaian sasaran Millennium Development rumah tangga nelayan kecil terus terbelenggu
Goals (MDGs) yang dicanangkan pemerintah dalam kemiskinan.
Indonesia.
METODE
Modernisasi perikanan (blue revolution) yang
telah berlangsung selama ini tidak dapat
Penelitian ini dilakukan dengan metode
dipungkiri mengakibatkan banyak perubahan
penelitian survei. Penggunaan metode survei
dalam kehidupan sosial ekonomi nelayan. Tetapi
digunakan untuk: (a) penjajagan (eksploratif)
tidak semua lapisan masyarakat nelayan dapat
atas faktor-faktor penyebab kemiskinan nelayan
menikmati berkah modernisasi perikanan
yang bersumber dari kemiskinan struktural,
tersebut, terkait dengan ketersediaan modal
kultural dan perilaku penangkapan akibat
ekonomi yang ada. Bahkan menurut Kusnadi
perikanan laut sebagai sumberdaya milik
(2002), setelah seperempat abad kebijakan
bersama; (b) deskriptif, menjelaskan dan
modernisasi perikanan dilaksanakan tingkat
menemukan deskripsi general dan universal atas
kesejahteraan hidup nelayan tidak banyak
faktor-faktor penyebab kemiskinan rumah tangga
berubah secara substantif. Yang terjadi justru
nelayan; (c) penjelasan (explanatory atau
sebaliknya, yakni melebarnya kesenjangan sosial
confirmatory), menjelaskan hubungan kausal
ekonomi antarkelompok sosial dalam masyarakat
antarfaktor penyebab kemiskinan rumah tangga
nelayan dan meluasnya kemiskinan.
nelayan.
Pada rumah tangga nelayan miskin untuk
Teknik sampling yang digunakan dalam
bisa mempertahankan hidup, mereka tetap
penelitian ini adalah Multi Stage Cluster Sampling.
mengekploitasi sumberdaya perikanan yang telah
Teknik ini digunakan mengingat tidak tersedianya
mengalami overfishing bahkan dengan cara yang
kerangka sampel yang pasti dan begitu
destruktif sekalipun. Hal ini seperti yang
banyaknya jumlah rumah tangga nelayan miskin
dikatakan Fauzi (2005), kemiskinan di wilayah
yang hidup di wilayah tangkap lebih Jawa Timur.
pesisir memicu destructive fishing yang kemudian
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Cochran

36
Faktor Dominan Penyebab Kemiskinan Rumah Tangga Nelayan Motor Tempel Di Wilayah Tangkap Lebih Jawa Timur
(Anas Tain)

(1993), apabila kerangka sampel tidak ada atau Sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel
terlalu banyak sehingga butuh waktu panjang dan yang diobservasi dapat dirumuskan sebagai
biaya besar untuk penyusunannya, maka berikut :
penarikan sampel sebaiknya dilakukan melalui
metode cluster. Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + …….. + WikXk

Pada tahap pertama dari seluruh Dimana:


kabupaten/kota di Jawa Timur yang memiliki Fi = Estimasi faktor ke i
sumberdaya perikanan tangkap dan telah Wi = Bobot atau skor koefisien
mengalami tangkap lebih, dipilih 2 kabupaten faktor
yang banyak memiliki armada nelayan kecil k = Jumlah variabel
(motor tempel)  12 PK, dalam hal ini terpilih
Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Pasuruan. Tahap-tahap dalam melakukan analisis faktor,
Tahap kedua adalah memilih kecamatan yang adalah sebagai berikut :
kondisi nelayannya dapat mewakili keragaman
kondisi nelayan tingkat kabupaten, dalam hal ini 1. Membuat matrik korelasi atas semua variabel
dipilih Kecamatan Paciran untuk Kabupaten 2. Ekstraksi faktor, yaitu meringkas faktor-faktor
Lamongan dan Kecamatan Lekok untuk inti dengan memilih variabel-variabel yang
Kabupaten Pasuruan. Tahap ketiga memilih satu mempunyai eigenvalue  1. Metode ekstraksi
desa di masing-masing kecamatan terpilih, yang yang digunakan adalah Principal Component.
banyak memiliki rumah tangga nelayan miskin. 3. Rotasi untuk penyelesaian akhir dengan
Dalam hal ini terpilih Desa Paciran Kecamatan metode Varimax
Paciran dan Desa Jatirejo Kecamatan Lekok. 4. Sortasi untuk meletakkan faktor berdasarkan
Dengan mengambil rumah tangga miskin di urutan besarnya percentage of variance,
masing-masing desa sebagai sampel penelitian mulai dari yang tertinggi sampai terendah.
dapat diperoleh gambaran relasi-relasi sosial 5. Penggunaan hasil analisis untuk interpretasi
secara utuh dalam kehidupan rumah tangga dan pembuatan kesimpulan.
nelayan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan faktor dominan
penyebab kemiskinan rumah tangga nelayan
Kemiskinan pada rumah tangga nelayan
motor tempel digunakan analisis faktor. Faktor-
setidaknya dapat dikelompokkan menjadi tiga
faktor yang diidentifikasi diturunkan dari teori
bentuk kemiskinan berdasarkan faktor
common property untuk perikanan, grand theory
pembentuknya. Pertama, kemiskinan struktural.
kemiskinan yaitu teori modernisasi yang dianut
Kemiskinan ini diderita oleh segolongan nelayan
kalangan liberal (kemiskinan kultural) dan teori
karena kondisi struktur sosial yang ada
ketergantungan yang dianut kalangan radikal
menjadikan mereka tidak dapat ikut
(kemiskinan struktural). Secara matematis model
menggunakan sumber-sumber pendapatan yang
analisis faktor dirumuskan sebagai berikut
sebenarnya tersedia, juga akibat tatanan
(Malhotra,1993):
kebijakan yang lebih menguntungkan golongan
pemilik modal (nelayan besar). Kekuatan-
Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 + …….. + AimFm + ViUi
kekuatan di luar rumah tangga nelayan kecil
menjadikan mereka terpinggirkan dan hidup
Dimana:
dalam belenggu kemiskinan. Jadi persoalannya
Xi = Standarisasi variabel ke-i
adalah ketidakmerataan akses pada sumberdaya
Aij = Standarisasi koefisien regresi
karena struktur sosial yang ada. Kedua,
berganda pada variabel i dalam
kemiskinan kultural yang melihat kemiskinan
faktor umum j
terjadi karena faktor budaya seperti kemalasan
F = Faktor umum
yang bersumber pada nilai-nilai lokal yang
Vi = Standarisasi koefisien regresi
memang tidak kondusif bagi suatu kemajuan.
pada variabel i dalam faktor unik i
Kemiskinan ini tidak lepas dari tata nilai yang
Ui = Faktor unik untuk variabel i
dianut rumah tangga nelayan yang bersangkutan
m = Jumlah faktor umum
dalam menjalani hidup. Ketiga, kemiskinan
alamiah terjadi di mana kondisi alam yang tidak
mendukung mereka melakukan kegiatan ekonomi

37
Sosiohumaniora, Volume 15, No. 1, Maret 2013 : 35 - 44

produktif ataupun perilaku produksi yang tidak Bahkan sebagian dari mereka menggunakan alat
produktif akibat sifat sumberdaya yang atau bahan terlarang tanpa berfikir masalah
bersangkutan. Dalam konteks masyarakat keberlanjutan sumberdaya ikan yang ada.
nelayan, dapat digambarkan akibat laut Melalui eksplorasi penyebab kemiskinan nelayan
dipandang sebagai common property dan akses yang bersumber dari kemiskinan struktural,
terbuka menjadikan perikanan laut dieksploitasi kemiskinan kultural dan sifat sumberdaya laut
secara berlebih bahkan dengan alat dan bahan sebagai common property hasil analisis faktor
terlarang. Para nelayan berperilaku untuk saling menemukan 15 faktor dominan penyebab
mendahului dan berupaya memperoleh hasil kemiskinan rumah tangga nelayan seperti tampak
tangkapan lebih banyak dibanding nelayan lain. pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil Analisis Faktor Penyebab Kemiskinan Rumah Tangga Nelayan

Initial Eigenvalues
Faktor % of Cumulative
Total Variance %
1. Kelembagaan yang merugikan nelayan kecil 7.603 17.280 17.280
2. Program yang tidak memihak nelayan kecil 3.361 7.638 24.918
3. Pandangan hidup yang berorientasi akherat saja 2.557 5.811 30.729
4. Keterbatasan sumberdaya 2.258 5.131 35.860
5. Ketidak sesuaian alat tangkap 2.100 4.773 40.632
6. Rendahnya investasi 1.856 4.218 44.850
7. Terikat utang 1.673 3.803 48.653
8. Perilaku boros 1.599 3.633 52.287
9. Keterbatasan musim penangkapan 1.526 3.469 55.756
10. Kerusakan ekosistem 1.399 3.179 58.934
11. Penyerobotan wilayah tangkap 1.337 3.039 61.973
12. Lemahnya penegakan hukum 1.222 2.776 64.749
13. Kompetisi untuk mengungguli nelayan lain 1.124 2.554 67.303
14. Penggunaan alat/bahan terlarang 1.050 2.387 69.690
15. Perilaku penangkapan 1.024 2.327 72.017
Sumber: hasil analisis data primer, 2010.

Ke-15 faktor sebagaimana tampak pada kreditur mereka, dan terpaksa menerima
Tabel 1 di atas mampu menjelaskan sebesar berapapun harga yang diberikan. Nelayan yang
72,017 persen terhadap keseluruhan faktor tidak terikat utang pun tidak berdaya menghadapi
penyebab kemiskinan rumah tangga nelayan. dominasi para pedagang. Nelayan tidak tahu
Faktor yang memiliki nilai eigenvalue lebih tinggi harga, seringkali pada saat ikan diserahkan pada
berarti faktor tersebut sifatnya lebih dominan pagi hari hanya diberi uang sekedarnya dulu, baru
dibanding faktor lainnya. Dengan demikian faktor sore hari dibayar semuanya. Juga ketika hasil
kelembagaan merupakan faktor paling dominan tangkapan banyak, harga pada siang hari dibeli
sebagai penyebab kemiskinan rumah tangga dengan lebih murah dibanding harga pagi hari
nelayan motor tempel di wilayah tangkap lebih dan terus menurun sampai sore hari. Lembaga
Jawa Timur dengan daya menjelaskan sampai formal Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dirasa
17,280 persen. belum mampu mengadakan lelang sebagaimana
mestinya. Di salah satu tempat penelitian yaitu
Persoalan kelembagaan ini utamanya terletak Desa Jatirejo Lekok Pasuruan terdapat TPI yang
pada aspek kelembagaan pemasaran, kegiatan pelabuhannya termasuk kategori Pelabuhan
penangkapan dan bagi hasil. Dalam Perikanan Pantai, dimana keberadaan TPI masih
memasarkan hasil tangkapan, posisi tawar belum bisa menjalankan fungsi yang semestinya.
nelayan sangatlah lemah. Para nelayan mayoritas TPI hanya menjalankan jasa timbang dan tidak
telah terikat kepada pedagang perantara (agen) terjadi aktivitas pelelangan yang sebenarnya.

38
Faktor Dominan Penyebab Kemiskinan Rumah Tangga Nelayan Motor Tempel Di Wilayah Tangkap Lebih Jawa Timur
(Anas Tain)

Bahkan tidak semua nelayan di desa ini alat tangkap yang harus digunakan pada hari
menimbangkan ikan hasil tangkapan di TPI, tetapi tersebut (Kusuma, 2007).
langsung dibawa ke tempat agen mereka. Faktor dominan kedua, penyebab kemiskinan
rumahtangga nelayan motor tempel (kecil) adalah
Belum berfungsinya TPI bahkan juga terjadi program yang tidak memihak nelayan kecil.
di TPI besar yang pelabuhannya termasuk Berbagai program pembangunan perikanan
kategori Pelabuhan Nusantara seperti di TPI Prigi, selama ini dirasa tidak menguntungkan nelayan
sebagaimana dikemukakan Siswanto (2008a). kecil serta mendorong ekploitasi berlebih atas
TPI tidak berfungsi sebagai tempat pelelangan sumberdaya perikanan yang ada.
ikan dan tidak ada pelelangan ikan di TPI, yang
ada hanya sekedar persinggahan ikan, Bahwa program-program modernisasi
penimbangan ikan dan pembelian ikan oleh perikanan dirasa lebih menguntungkan nelayan
tengkulak ke nelayan. besar dan kurang memperhatikan/merugikan
nelayan kecil. Modernisasi peralatan tangkap
Lebih lanjut Siswanto (2008b), menemukan hanya bisa dinikmati oleh nelayan besar yang
adanya salah urus manajemen dalam TPI yang memiliki modal kuat dan akses ke pemegang
dilakukan oleh pengelola antara lain: (1) tidak kekuasaan. Sementara kebijakan pemerintah
menggunakan otoritas, justru bekerjasama yang mengejar peningkatan produktivitas
dengan pedagang sehingga menjadi tunakuasa; seringkali mengabaikan kepentingan nelayan
(2) tidak menjalankan proses lelang; (3) kecil. Lebih lanjut hal ini menjadikan kehidupan
menanyakan harga ikan ke pedagang, tidak rumahtangga nelayan kecil semakin terpinggirkan
menetapkan standar (batas atas batas bawah) dan hidup dalam kemiskinan. Hal ini sejalan
harga ikan; (4) tidak mengusahakan persaingan dengan hasil penelitian Tindjabate (2001) di
bebas yang adil dalam transaksi perdagangan Kabupaten Poso Sulawesi Tengah yang
ikan; (5) tidak membuat dan memberlakukan menunjukkan bahwa proses pemiskinan terhadap
aturan mekanisme hubungan antar stakeholders nelayan tradisional, terjadi dalam konteks kuatnya
dalam TPI, membiarkan pedagang membuat tekanan-tekanan struktural yang bersumber dari
aturan sendiri yang mengejawantah sebagai pasar kebijakan pemerintah Indonesia dalam
gelap untuk mengamankan kepentingannya, penyelenggaraan pembangunan subsektor
termasuk memperoleh keuntungan maksimal. perikanan laut.
Transaksi perdagangan ikan dalam lembaga
ekonomi formal bentukan negara ini mengikuti Faktor dominan ketiga penyebab kemiskinan
hukum pasar gelap. TPI adalah bagian dari rumahtangga nelayan adalah pandangan hidup
masalah, bukan solusi kemiskinan nelayan. yang berorientasi akhirat saja. Faktor pandangan
hidup yang ada pada rumah tangga nelayan
Aspek lain dari faktor kelembagaan penyebab adalah suatu pandangan yang lebih berorientasi
kemiskinan rumahtangga nelayan adalah tekait pada kehidupan di akhirat nanti, sedangkan
kelembagaan produksi, yaitu tidak mampu keseharian di dunia biarlah berjalan apa adanya,
menangkap jenis ikan yang muncul secara tidak perlu terlalu dipikirkan dengan berat tetapi
berkelanjutan. Akibat keterbatasan jenis alat santai saja, menikmati apa yang ada. Karena
tangkap yang dimiliki nelayan kecil tidak mampu menurut mereka kaya ataupun miskin itu adalah
menyesuaikan diri untuk bisa menangkap ikan suatu yang deterministik atas kewenangan
sesuai musim ikan yang ada. Sepanjang tahun distribusi dari Tuhan. Para nelayan ini tidak
alat tangkap yang dipakai tetap saja, walaupun terlalu memikirkan hidupnya karena yakin pasti
jenis ikan yang muncul silih berganti sesuai bisa hidup sebagaimana terungkap dari
musimnya. Kondisi demikian menjadikan hasil pandangan mereka olak delem beto’ gek ngakan
tangkapan nelayan kecil menjadi sedikit. apapole mennossah tak ngakannah (ulat dalam
Seharusnya nelayan selalu menyesuaikan alat batu masih makan, apalagi manusia). Dalam
tangkapnya dengan karakteristik ikan yang menjalani hidup rumah tangga nelayan miskin
sedang muncul sebagaimana telah dilakukan oleh tersebut tampak terkungkung dalam kultur yang
para nelayan di wilayah Daerah Istimewa tidak kondusif untuk membawa mereka keluar
Yogyakarta. Para nelayan di DIY tersebut telah dari kemiskinan.
mempunyai pranoto mongso ikan apa yang
sedang muncul di laut, dan mereka meyesuaikan Faktor dominan keempat penyebab
kemiskinan rumah tangga nelayan adalah

39
Sosiohumaniora, Volume 15, No. 1, Maret 2013 : 35 - 44

keterbatasan sumberdaya. Keterbatasan menyesuaikan alat tangkap yang seharusnya


sumberdaya ini menyangkut sumberdaya manusia dipakai sesuai musim. Demikian juga halnya
nelayan sendiri serta sumberdaya modal akibat tiap hari hanya menangkap dengan alat
keuangan yang tidak ada, atau tidak memadai tangkap yang mereka meliki, mereka tidak dapat
untuk mampu melakukan usaha penangkapan menggunakan alat lain. Sejalan dengan hal ini,
ataupun usaha lain yang lebih menguntungkan. dalam hal diversifikasi penangkapan ikan Kusnadi
Wawasan dan pengetahuan para nelayan kecil ini (2002) mengemukakan bahwa nelayan tidak
relatif terbatas sekitar dunia melaut saja, hal-hal dapat melakukan diversifikasi dalam penangkapan
diluar pekerjaan sehari-hari tidak mereka ketahui. ikan karena hal ini membutuhkan keahlian
Hal ini tidak lepas dari tingkat pendidikan mereka tertentu yang diperoleh melalui proses yang
yang juga relatif rendah, dimana sebagian besar panjang dan modal yang cukup besar. Misalnya,
hanya sampai sekolah dasar bahkan tidak lulus. seorang nelayan sampan pancingan ketika sedang
Dalam hal ketrampilan kerja, para nelayan kecil tidak musim ikan tongkol, cakalang dan layang, ia
ini juga terbatas. Pekerjaan lain selain menangkap tidak akan mudah mengalihkan pekerjaannya
ikan di laut tidak banyak mereka kuasai. Hal untuk menjadi nelayan udang. Baik metode
demikian selain juga karena tingkat pendidikan penangkapan maupun fasilitas yang digunakan
yang rendah, derajat mobilitas mereka di daratan untuk menangkap jenis ikan yang berbeda itu
yang memungkinkan untuk memperoleh tidak sama. Masing-masing kristalisasi keahlian
pengalaman baru juga rendah. Sehari-hari membutuhkan proses belajar yang lama. Oleh
rutinitas para nelayan kecil tersebut umumnya karena itu, diversifikasi pekerjaan penangkapan
hanya pergi melaut, dan setelah pulang mengisi ikan (kenelayanan) sangat sulit dilakukan dan
waktu istirahat mereka dengan memperbaiki alat beresiko tinggi.
tangkap yang rusak, tidur malam hari terus
melaut lagi. Terbatasnya ketrampilan yang dimiliki Faktor dominan keenam penyebab
para nelayan kecil selain masalah melaut inilah kemiskinan rumah tangga nelayan kecil adalah
yang menjadikan diversifikasi usaha non rendahnya investasi. Rendahnya investasi di
perikanan di kalangan rumah tangga nelayan kalangan nelayan kecil ini tidak lepas dari
tidak mudah berjalan. Meski usulan program keterbatasan kemampuan sosial ekonomi rumah
diversifikasi usaha sebagai upaya mengatasi tangga nelayan yang bersangkutan. Pola
kemiskinan rumah tangga nelayan banyak penerimaan rumah tangga yang bersifat harian
disampaikan, tetapi tidak mudah untuk bisa dengan jumlah yang tidak banyak cenderung
dilaksanakan. Pola-pola pekerjaan sebagai menjadikan penghasilan di satu hari habis untuk
nelayan membatasi aktivitas ke sektor pekerjaan segala keperluan di hari tersebut. Dalam benak
lain. mereka terpikir, toh besuk masih bisa dapat
penghasilan lagi dari menangkap ikan. Alam telah
Dalam hal kemampuan modal keuangan memanjakan nelayan untuk tidak berhemat
yang dimiliki rumah tangga nelayan kecil juga seperti halnya petani. Apalagi musim ikan yang
terbatas, bahkan sebagian dari mereka sama sesuai dengan alat tangkap yang dimiliki nelayan
sekali tidak punya. Keterbatasan kepemilikan aset tidak berlangsung sepanjang tahun, menjadikan
merupakan ciri umum masyarakat miskin nelayan kecil ini mengandalkan utang di saat tidak
termasuk pada nelayan yang antara lain ada hasil tangkapan. Utang tersebut akan dibayar
tergambar dari kondisi rumah, alat-alat rumah saat hasil tangkapan ikan melimpah, dimana
tangga yang sederhana, lingkungan tempat nelayan memiliki penghasilan yang cukup.
tinggal yang kumuh serta terlilit utang. Keadaan yang demikian menjadikan tingkat
investasi untuk meningkatkan kualitas peralatan
Faktor dominan kelima penyebab kemiskinan tangkap di kalangan nelayan kecil rendah.
rumah tangga nelayan kecil adalah terkait ketidak
sesuaian alat tangkap. Pada umumnya nelayan Nelayan kecil ini pada umumnya merupakan
motor tempel ini tidak memiliki aneka jenis alat kelompok masyarakat termiskin dan menjadi
tangkap, hal ini tampak pada nelayan di daerah nelayan dalam waktu yang relatif lama dengan
penelitian kalau mereka menggunakan jaring tingkat pendapatan yang tidak pasti, meskipun
maka sepanjang tahun tetap menggunakan jaring memiliki resiko yang sangat tinggi. Ini terjadi
tersebut. Bergantinya musim yang ada dimana karena menjadi nelayan tidaklah semata sebagai
jenis ikan yang banyak muncul berganti, para matapencaharian (livelihood), tetapi sudah
nelayan kecil tersebut tidak mampu merupakan satu-satunya jalan hidup (way of life).

40
Faktor Dominan Penyebab Kemiskinan Rumah Tangga Nelayan Motor Tempel Di Wilayah Tangkap Lebih Jawa Timur
(Anas Tain)

Karena itu, secara umum para nelayan tersebut Kehidupan rumah tangga nelayan kecil yang
akan mewariskan tradisi menangkap ikan kepada cenderung boros dalam membelanjakan
generasi berikutnya meskipun matapencaharian pendapatan yang diperolehnya sejalan dengan
tersebut bersifat marjinal (Goodwin, 1990). apa yang disampaikan Kusdiantoro (2005) bahwa
salah satu kebijakan yang diperlukan untuk
Faktor dominan ketujuh penyebab mengatasi kemiskinan nelayan adalah perlunya
kemiskinan rumah tangga nelayan kecil adalah perubahan perilaku masyarakat nelayan sendiri.
terikat utang. Akibat dari pendapatan yang Perubahan perilaku ini diharapkan dapat
terbatas dan tidak pasti, kehidupan rumah tangga mengubah pola-pola tradisional yang cenderung
nelayan kecil tidak lepas dari persoalan utang. konsumtif menjadi terencana dan teratur.
Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari Pendapat tentang nelayan sebagai masyarakat
serta keperluan lain yang mendesak seperti biaya yang cenderung boros ini juga telah disampaikan
berobat seringkali harus utang kepada pihak lain. oleh banyak pihak.
Biasanya nelayan pandhiga berutang pada
juragan ataupun pedagang (agen), sedangkan Faktor dominan kesembilan penyebab
nelayan pemilik meminjam ke pedagang. Juga kemiskinan rumah tangga nelayan kecil adalah
untuk keperluan bahan pangan, rumah tangga keterbatasan musim penangkapan. Kondisi alam
nelayan kecil tersebut seringkali berutang di toko- dan fluktuasi musim menyebabkan nelayan tidak
toko atau kios. dapat melaut sepanjang tahun. Ada saatnya
musim dimana nelayan tidak berani melaut
Utang yang diberikan pedagang (agen) ke karena ombak yang besar yang dapat
seorang nelayan, membuat nelayan tersebut membahayakan keselamatan jiwa, ataupun
terikat harus menjual hasil tangkapan ikannya ke musim paceklik tidak ada/sedikit ikan. Dalam
pedagang (agen) yang bersangkutan. Sementara kondisi tidak ada penghasilan seperti ini untuk
harga hasil tangkapan dihargai lebih murah memenuhi kebutuhan rumah tangga adalah
sampai 20% dari harga pasar. Akibat pembelian melalui utang. Utang akan dibayar saat kondisi
ikan yang murah ini, tiap hari pedagang bisa alam membaik dan hasil tangkapan ikan
memperoleh keuntungan besar. Para pedagang melimpah. Prasyaratnya adalah nelayan harus
tetap berusaha agar nelayan tetap terikat utang menjual hasil tangkapannya kepada pedagang
dengan menawarkan pinjaman untuk perbaikan (agen) pemberi pinjaman dengan harga
rumah, pembelian perabot rumah tangga, biaya ditentukan pedagang. Jika pada saat musim ikan
khitanan ataupun untuk pesta perkinahan anak ternyata nelayan tidak memperoleh hasil yang
nelayan. Demikian pula, jika nelayan harus memuaskan, utang tidak mampu dilunasi dan
berutang ke toko atau kios, harga barang menumpuk karena musim paceklik berikutnya
dinaikkan. Nelayan mau menerima praktik ini nelayan kembali mengutang. Pola hubungan
karena terpaksa, dan tidak memiliki alternatif lain. nelayan-pedagang ini sering disebut sebagai
Pendapatan nelayan kecil yang sudah tidak hubungan patron-client (patronase). Pola
seberapa menjadi lebih sedikit lagi dengan praktik hubungan tradisional yang bersifat patron-client
utang dikalangan nelayan. dikembangkan masyarakat nelayan untuk
mengantisipasi ketidakpastian pendapatan dan
Faktor dominan kedelapan penyebab menjaga kelangsungan hidup. Pola hubungan ini
kemiskinan rumah tangga nelayan kecil adalah mengakibatkan kemiskinan struktural nelayan
perilaku boros. Meskipun kehidupan rumah menjadi lestari.
tangga nelayan kecil umumnya memiliki
keterbatasan aset dan sumber penghasilan utama Faktor dominan ke-10 penyebab kemiskinan
hanya dari melaut, dalam hidup sehari-hari rumah tangga nelayan kecil adalah kerusakan
cenderung boros. Berapapun yang diperoleh dari ekosistem. Semakin langkanya sumberdaya ikan,
hasil melaut banyak dihabiskan di hari tersebut justru disikapi oleh sebagian nelayan dengan
atau hannya beberapa hari. Secara tidak langsung menggunakan alat atau bahan terlarang yang
hal ini akibat alam pikir yang ada di benak dapat mengancam kelestarian ikan. Mereka
nelayan, toh besuk masih bisa mendapat uang beralasan jika tidak menggunakan alat atau
lagi dari hasil melaut. Berdasarkan data time bahan terlarang tersebut, tidak akan bisa
series selama 30 hari berturut-turut tampak mendapat hasil tangkapan ikan dan kebutuhan
bahwa pola konsumsi rumah tangga meningkat rumah tangga mereka tidak terpenuhi, disamping
disaat hasil tangkapan lebih banyak. itu ikan di laut tidak akan habis. Nelayan miskin

41
Sosiohumaniora, Volume 15, No. 1, Maret 2013 : 35 - 44

memang sebagai agen sekaligus korban dari beberapa ketentuan hukum yang menyangkut
kerusakan ekosistem laut yang dapat mengancam pengaturan penggunaan beberapa jenis alat
kelestarian sumberdaya ikan. penangkap ikan dan cara operasinya. Ada
beberapa jenis alat penangkap ikan dan cara
Tekanan terhadap sumber daya pesisir sering penangkapan yang secara khusus dilarang dan
diperberat oleh tingginya angka kemiskinan di dioperasikan di beberapa wilayah bahkan
wilayah tersebut. Kemiskinan sering pula menjadi diseluruh wilayah perairan Indonesia seperti
lingkaran karena penduduk yang miskin sering penggunaan pukat harimau, pengoperasian pukat
menjadi sebab rusaknya lingkungan pesisir, udang dan pukat ikan yang ditarik oleh 2 (dua)
namun penduduk miskin pula yang akan kapal, penggunaan bahan peledak, racun dan
menanggung dampak dari kerusakan lingkungan. aliran listrik untuk menangkap ikan.
Kondisi tersebut tidak mengherankan jika praktik
perikanan yang merusak masih sering terjadi di Untuk mewujudkan kelestarian sumberdaya
wilayah pesisir. ikan diperlukan upaya penegakan hukum secara
konsisten dan bertanggungjawab. Gejala
Faktor dominan ke-11 penyebab kemiskinan kompradorisasi dalam pengelolaan sumberdaya
rumah tangga nelayan kecil adalah penyerobotan laut, yang menguntungkan segelintir orang dan
wilayah tangkap. Kemiskinan rumah tangga melanggengkan kemiskinan struktural sedapat
nelayan kecil selain karena semakin langkanya mungkin segera dihilangkan. Hal ini seperti apa
sumberdaya ikan yang ada akibat eksploitasi yang disampaikan Karim (2005) bahwa
berlebih juga diakibatkan oleh masuknya nelayan kemiskinan struktural nelayan di Indonesia juga
daerah lain ke wilayah tangkap nelayan yang berkaitan dengan tindakan ekspolitasi
bersangkutan. Nelayan pendatang biasanya sumberdaya ikan yang dilakukan oleh pemodal
memiliki peralatan tangkap yang lebih modern besar dan mendapat dukungan dari penguasa dan
dibanding nelayan setempat. Akibatnya hasil aparat keamanan.
tangkapan nelayan setempat yang sudah semakin
menurun menjadi jauh lebih sedikit. Persoalan ini Faktor dominan ke-13 penyebab kemiskinan
sering menyulut konflik antar nelayan, terlebih di rumah tangga nelayan kecil adalah kompetisi
era otonomi daerah ini masing-masing kelompok untuk mengungguli nelayan lain. Sejalan dengan
nelayan mendapat dukungan dari pemerintah wilayah tangkap yang telah mengalami tangkap
daerahnya. Terkait hal ini seluruh stakeholders lebih dari tahun 2000, dari waktu ke waktu dirasa
perlu berdialog untuk merumuskan norma-norma pendapatan nelayan semakin menurun.
kolektif dan strategi mengelola sumberdaya Pendapatan hasil melaut yang semakin menurun
perikanan secara berkelanjutan. ini, melecut timbulnya kompetisi antarnelayan
dalam upaya mendapatkan hasil tangkapan.
Masuknya nelayan luar daerah yang Nelayan yang memiliki cukup modal berusaha
menyebabkan semakin tersingkirnya nelayan memiliki alat tangkap yang lebih baik dari nelayan
setempat juga disampaikan Karim (2005), bahwa lainnya. Hal ini sejalan dengan apa yang
salah satu penyebab mengapa nelayan NTT disampaikan Kusnadi (2003), bahwa kelangkaan
menangkap ikan sampai memasuki perairan sumberdaya perikanan telah mendorong
Australia adalah ketidakmampuan mereka terjadinya kompetisi antarkelompok nelayan
bersaing dengan armada penangkapan modern dalam memperebutkan sumberdaya perikanan
baik legal maupun ilegal yang beroperasi di yang ada. Faktor lain yang ikut menyumbang
perairan Arafuru. Padahal perairan ini dulunya terhadap peningkatan kompetisi adalah
menjadi tempat mereka menangkap ikan. kemiskinan dan keterbatasan sosial ekonomi yang
Beroperasinya armada perikanan modern pada tidak kunjung sirna yang mewarnai kehidupan
akhirnya memarjinalkan nelayan tradisional yang nelayan.
menggunakan motor tempel ataupun perahu
bermotor. Selama penelitian dari komunikasi dengan
responden terasa oleh peneliti adanya rasa
Faktor dominan ke-12 penyebab kemiskinan kecemburuan ataupun tidak senang atas nelayan
rumah tangga nelayan kecil adalah lemahnya lain yang menggunakan alat yang berbeda. Hal ini
penegakan hukum. Dalam upaya pengendalian sejalan dengan apa yang disampaikan Siswanto
terhadap kegiatan - kegiatan pemanfaatan (2008a) tentang keharmonisan semu dalam
sumberdaya ikan, pemerintah telah menetapkan hubungan antar nelayan, tengkulak di Prigi

42
Faktor Dominan Penyebab Kemiskinan Rumah Tangga Nelayan Motor Tempel Di Wilayah Tangkap Lebih Jawa Timur
(Anas Tain)

Trenggalek. Meskipun pada tingkat permukaan menguasainya sendiri. Setiap nelayan bebas
tidak terdapat masalah, tidak ada perselisihan untuk menangkap ikan di setiap tempat yang
terbuka dan keributan yang dipertontonkan ke disukainya. Akibatnya ialah suatu pola persaingan
publik tetapi pada tingkat kesadaran terdalam di antara para nelayan yang mencapai puncaknya
atau di jagat mikro komunitas nelayan terdapat dalam menghabiskan bunga daerah-daerah
ketegangan diantara mereka. Hubungan sosial perikanan intramarjinal. Besar kemungkinan
dan ekonomi antar nelayan pada dasarnya beberapa daerah penangkapan akan dieksploitasi
berlangsung dalam keharmonisan semu. pada tingkat produktivitas marjinal yang negatif.
Apa yang terjadi ialah bahwa bunga yang dapat
Faktor dominan ke-14 penyebab kemiskinan dihasilkan oleh daerah-daerah intramarjinal,
rumah tangga nelayan kecil adalah penggunaan terbagi habis karena kesalahan alokasi upaya
alat/bahan terlarang. Selain wilayah tangkap yang penangkapan. Inilah sebabnya para nelayan tetap
telah mengalami tangkap lebih, kelangkaan miskin, kendatipun sesungguhnya sumberdaya
sumberdaya ikan yang ada juga dipicu oleh perikanan laut merupakan yang terkaya.
penggunaan bahan-bahan terlarang yang
merusak ekosistem laut. Akibat semakin
SIMPULAN
langkanya sumberdaya ikan yang ada sebagian
nelayan untuk tetap mendapatkan hasil
Terdapat 15 faktor dominan penyebab
tangkapan memilih menggunakan bahan terlarang
kemiskinan rumah tangga nelayan kecil di wilayah
seperti bom ikan. Untuk mengejar kepentingan
tangkap lebih yaitu faktor : kelembagaan yang
jangka pendek, mereka menangkap ikan dengan
merugikan nelayan kecil, program yang tidak
bom yang justru mengancam keberlanjutan
memihak nelayan kecil, pandangan hidup yang
sumber matapencaharian mereka di masa
berorientasi akherat saja, keterbatasan
mendatang.
sumberdaya, ketidak sesuaian alat tangkap,
rendahnya investasi, terikat utang, perilaku boros,
Faktor dominan ke-15 penyebab kemiskinan
keterbatasan musim penangkapan, kerusakan
rumah tangga nelayan kecil adalah perilaku
ekosistem, penyerobotan wilayah tangkap,
penangkapan. Sebagaimana telah dikemukakan
lemahnya penegakan hukum, kompetisi untuk
dengan semakin langkanya sumberdaya ikan yang
mengungguli nelayan lain, penggunaan
ada, kompetisi antar nelayan untuk bisa
alat/bahan terlarang serta perilaku penangkapan.
mendapatkan hasil tangkapan semakin
meningkat. Salah satu bentuk yang ada adalah
Ke-15 faktor dominan tersebut mampu
perilaku penangkapan untuk berusaha melaut
menjelaskan sebesar 72,017% terhadap
lebih awal dibanding nelayan lain. Mengingat laut
keseluruhan faktor penyebab kemiskinan rumah
sebagai sumberdaya milik bersama, semua dapat
tangga nelayan.
memanfaatkan, maka perilaku untuk bisa
mendahului nelayan lain adalah sesuatu yang
Dari 15 faktor dominan penyebab kemiskinan
wajar. Apalagi di antara nelayan telah
rumah tangga nelayan dapatlah diketahui bahwa
berkembang kebiasaan jika ada yang
pada hakekatnya kemiskinan yang membelenggu
mendapatkan hasil tangkapan yang banyak,
rumah tangga nelayan adalah kemiskinan yang
nelayan lain bertanya dimana tempat
menyangkut multidimensi.
mendapatkan ikan yang banyak tersebut.
Nelayan-nelayan lain biasanya akan menangkap
Dalam mengkaji kemiskinan rumah tangga
ikan di wilayah dimana teman mereka
nelayan haruslah dilandasi dengan teori
mendapatkan hasil tangkapan yang banyak. Jika
modernisasi (kemiskinan kultural), teori
sebelum tahun 2000 kebanyakan nelayan di
ketergantungan (kemiskinan struktural) dan teori
daerah penelitian berangkat setelah subuh, saat
common property untuk perikanan secara
ini jam 01.00 sudah banyak yang berangkat
simultan.
melaut.
Untuk memberdayakan rumah tangga
Perilaku penangkapan ini sejalan dengan apa
nelayan miskin keluar dari belenggu kemiskinan
yang disampaikan Gordon (1986) bahwa, dalam
diperlukan program yang berkelanjutan dan
perikanan laut sumberdaya alam bukanlah milik
runtut sesuai kekuatan pengaruh faktor penyebab
perorangan; dengan demikian bunga yang
kemiskinan.
dihasilkannya tidak seorangpun dapat

43
Sosiohumaniora, Volume 15, No. 1, Maret 2013 : 35 - 44

Introduksi peralatan tangkap harus diikuti Kusumastanto, T. 2002. Reposisi “Ocean Policy”
sosialisasi pentingnya pengelolaan sumberdaya Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia di
ikan secara lestari. Era Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah Guru
Besar, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Malhotra, Naresh K. 1993. Marketing Research,
New Jersey, USA: Printice-Hall Inc.
Cochran, W.G. 1993. Sampling Techniques, Third
Edition, New York: John Wiley & Sons, Inc.
Rusastra, I Wayan dan Togar A. Napitupulu.
2007. Karakteristik Wilayah dan Keluarga
Fauzi, Akhmad. 2005. Kebijakan Perikanan dan
Miskin di Pedesaan, Makalah Seminar
Kelautan: Isu, Sintesis, dan Gagasan,
Nasional Meningkatkan Peran Sektor
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pertanian Dalam Penanggulangan
Kemiskinan, Bogor: Pusat Analisis Sosial
Goodwin, James R. 1990. Crisis in the World’s
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Fisheris: People Problem and Policies.
Departemen Pertanian.
California: Standford University Press.
Siswanto, Budi. 2008a. Kemiskinan dan
Gordon, H.S. 1986. Teori Ekonomi Tentang
Perlawanan Kaum Nelayan, Surabaya:
Sumber Daya Milik Bersama: Perikanan.
Laksbang Mediatama.
Dalam Ekonomi Perikanan Dari Teori
Ekonomi ke Pengelolaan Perikanan, Ed,: Ian
Siswanto, Budi. 2008b. Nelayan dan Politik
R. Smith dan Firial Marahuddin, Jakarta: PT
Perikanan, Surabaya: Papyrus.
Gramedia.
Tain, Anas. 2006. Analisis Distribusi Pendapatan
Karim, Muhamad. 2005. Benang Kusut
Rumah Tangga Nelayan (Studi Kasus di Desa
Kemiskinan Nelayan, Republika, 01 Juni
Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten
2005.
Lamongan). Program PHK A2 Fakultas
Pertanian, Universitas Muhammadiyah
Kusdiantoro. 2005. Pilpres dan Nasib Nelayan,
Malang.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak
/0804/30/teropong/lainnya1.htm Akses
Tain, Anas 2007. Analisis Perkembangan Produksi
[21/12/2005].
Perikanan Tangkap Jawa Timur, Program
PHK A2 Fakultas Pertanian, Universitas
Kusuma, Mawar 2007. Suwarman, Pranata
Muhammadiyah Malang.
Mangsa untuk Nelayan, Kompas, Sabtu, 14
Juli 2007.
Tindjabate, Cristian. 2001. Kemiskinan Pada
Masyarakat Nelayan: Studi Tentang Proses
Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan
Pemiskinan dan Strategi Bertahan Hidup
dan Perebutan Sumber Daya Perikanan,
Masyarakat Nelayan Tradisional di Daerah
Yogyakarta: LKiS.
Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah
(Disertasi) Yogyakarta: Program Pasca
Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan,
Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta: LKiS.

44

Anda mungkin juga menyukai