Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman modern seperti saat ini banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan dan diperhitungkan
dengan baik, tidak terkecuali perencanaan-perencanaan mengenai hidup dan kehidupan kita sebagai
seorang manusia. Tuntutan zaman yang segalanya memerlukan uang menuntut setiap manusia bekerja
agar dapat hidup dan memberikan penghidupan bagi keluarganya masing-masing, hal tersebut berarti
manusia bekerja dengan kerasnya agar mencapai tujuan meski terkadang tanpa memperdulikan
kesehatan mereka. pada zaman dahulu ketika ada orang atau keluarga yang sakit cukup dengan
mengobatinya menggunakan obat tradisional yang didapat dari alam, tetapi saat ini ketika ada orang
atau keluarga yang sakit haruslah berobat kepada dokter atau rumah sakit. Selain penyakit pada era saat
ini beragam dan semakin banyak, kemungkinan-kemungkinan terjadi kecelakaan terhadap
seseorangpun semakin tinggi karena adanya alat transportasi seperti mobil, motor, kereta, pesawat dan
lain sebagainya. Hal itu menyebabkan kemungkinan seseorang untuk sakit ataupun celaka semakin
bertambah, bahakan kemungkinan kematianpun semakin tinggi, meski takdir mengenai mati dan
hidupnya seseorang tetap berada di tangan Allah SWT tetap saja manusia haruslah waspada dan hati-
hati terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, karena pada hakikatnya manusia telah
diberikan akal pikiran agar digunakan sebaik-baiknya demi kemanfaatan bersama. Di Negara Kesatuan
Republik Indonesia hal-hal mengenai kehawatiran tentang kesehatan atau terjadinya kecelakaan yang
tentu saja dalam prosesnya memerlukan biaya atau uang untuk mengurus segala keperluan. Bahkan jika
terjadi kematian, seorang tidak perlu khawatir lagi karena di Indonesia diatur mengenai asuransi
sehingga masyrakat dapat mengalihkan risikonya atau membagi risikonya kepada perusahaan asuransi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan hukum dalam asuransi jiwa?

2. Bagaimana isi polis dari asuransi jiwa?

3. Apa saja macam-macam dari asuransi jiwa?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengaturan hukum dalam asuransi jiwa.

2. Mengetahui isi polis dari asuransi jiwa

3. Mengetahui macam-macam asuransi jiwa.

D. Manfaat Penulisan
Penulis berharap dengan adanya makalah mengenai asuransi jiwa ini dapat memberikan pengetahuan
baru bagi para pembacanya. Sehingga para pembaca dapat mengetahui macam-macam asuransi jiwa.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN YURIDIS

A. Tinjauan Teoritis

Menurut Robert I. Mehr, asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan
sejumlah unit-unit yang beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang
dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporsional di antara semua unit-
unit dalam gabungan tersebut.[1]

Menurut kacamata psikologi, jiwa merupakan cerminan dari perilaku yang dimunculkan oleh seseorang
dalam bentuk tindakan dan perbuatan nyata yang meliputi tindakan yang dapat teramati (perilaku
terbuka) maupun tindakan yang tidak dapat diamati secara langsung (perilaku tertutup) dalam
hubungannya dengan realitas ekternal di luar dirinya.[2]

Menurut Purwosujipto asuransi jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil) asuransi
dengan penanggung, dimana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya
pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai akibat
langsung dari meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka
watu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang
ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya.[3]

B. Tinjauan Yuridis

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian, Asuransi adalah
perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi
penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;
atau

b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang
didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Menurut Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian menyebutkan
bahwa Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan Usaha Asuransi Jiwa termasuk lini
usaha anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha asuransi kecelakaan diri.

Menurut Pasal 303 KUHD menyebutkan bahwa, jiwa seseorang dapat dipertanggungkan untuk
keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidup ataupun untuk suatu waktu yang
ditentukan dengan perjanjian.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengaturan Hukum Asuransi Jiwa

Pengaturan tentang asuransi (pertanggungan) jiwa dalam KUHD cukup singkat, hanya 7 (tujuh) pasal,
yakni dari Pasal 302 sampai 308. Apabila diperhatikan ketujuh pasal tersebut tidak ada rumusan tentang
apa yang dimaksud dengan asuransi jiwa. Dalam pasal 302 hanya dikemukakan:

“Jiwa seseorang dapat dipertanggungkan untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk
selama hidup ataupun untuk suatu waktu yang ditentukan dengan perjanjian.”

Dari ketentuan di atas dapat diketahui bahwa: Pertama, yang berkepentingan dalam asuransi jiwa
adalah orang yang bersangkutan. Untuk itu orang tersebut dapat mengasuransikan jiwanya sendiri. Jadi
yang bertindak sebagai tertanggung adalah yang bersangkutan. Kedua, yang berkepentingan dalam hal
ini bukan yang bersangkutan akan tetapi orang lain. Sekalipun demikian, orang yang akan
mengasuransikan jiwa seseorang tersebut harus ada hubungan hukum, misalnya orang tua
mengasuransikan anak. Pemberi kerja atau perusahaan mengasuransikan karyawannya. Dalam hal ini,
orang tua dan ataupun perusahaan dapat mengasuransikan jiwa orang tersebut karena mempunyai
kepentingan, bahkan sekalipun orang yang jiwanya diasuransikan tidak mengetahui. Sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 303 KUHD, sebagai berikut:

“Yang berkepentingan dapat mengadakan pertanggungan, bahkan di luar pengetahuan atau izin dari
orang yang jiwanya dipertanggungkan.”[4]

B. Polis Asuransi Jiwa

1. Bentuk dan isi Polis

Sesuai dengan ketentuan Pasal 255 KUHD, asruransi jiwa harus diadakan secara tertulis dengan bentuk
akta yang disebut polis. Menurut ketentuan pasal 304 KUHD, polis asuransi jiwa memuat:

a. Hari diadakan asuransi


Dalam polis harus dicantumkan hari dan tanggal diadakan asuransi. Hal ini penting untuk mengetahui
kapan asuransi itu mulai berjalan dan dapat diketahui pula sejak hari dan tanggal itu risiko menjadi
beban penanggung.

b. Nama tertanggung

Dalam polis harus dicantumkan nama tertanggung sebagai pihak yang wajib membayar premi dan
berhak menerima polis. Apabila terjadi evenemen atau apabila jangka waktu berlakunya asuransi
berakhir, tertanggung berhak menerima sejumlah uang santunan atau pengembalian dari penanggung.
Selain tertanggung, dalam praktik asuransi jiwa dikenal pula penikmat (beneficiary). yaitu orang yang
berhak menerima sejumlah uang tertentu dan penanggung karena ditunjuk oleh tertanggung atau
karena ahli warisnya, dan tercantum dalam polis. Penikmat berkedudukan sebagai pihak ketiga yang
berkepentingan.

c. Nama orang yang jiwanya diasuransikan

Objek asuransi jiwa adalah jiwa dan badan manusia sebagai satu kesatuan. Jiwa tanpa badan tidak ada,
sebaliknya badan tanpa jiwa tidak ada arti apa-apa bagi asuransi Jiwa. Jiwa seseorang merupakan objek
asuransi yang tidak berwujud, yang hanya dapat dlkenal melalui wujud badannya. Orang yang punya
badan itu mempunyai nama yang jiwanya diasuransikan, baik sebagai pihak tertanggung ataupun
sebagai pihak ketiga yang berkepentingan. Namanya itu harus dicantumkan dalam polis. Dalam hal ini,
tertanggung dan orang yang jiwanya diasuransikan itu berlainan.

d. Saat mulai dan berakhirnya evenemen;

Saat mulai dan berakhirnya evenemen merupakan jangka waktu berlaku asuransi. artinya dalam jangka
waktu itu risiko menjadi beban penanggung, misalnya mulai tanggal 1 januari 1990 sampai tanggal 1
Januari 00, apabila dalam jangka waktu itu terjadi evenemen, maka penanggung berkewajiban
membayar santunan kepada tertanggung atau orang yang ditunjuk sebagai penikmat (beneficiary).

e. Jumlah asuransi

Jumlah asuransi adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada saat diadakan asuransi sebagai
jumlah santunan yang wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat dalam hal terjadi evenemen,
atau pengembalian kepada tertanggung sendiri dalam hal berakhirnya jangka waktu asuransi tanpa
terjadi evenemen. Menurut ketentuan Pasal 305 KUHD, perkiraan jumlah dan syarat-syarat asuransi
sama sekali ditentukan oleh perjanjian bebas antara tertanggung dan penanggung. Dengan adanya
perjanjian bebas tersebut, asas kepentingan dan asas keseimbangan alam.asuransi jiwa dikesampingkan.

f. Premi asuransi

Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada penanggung setiap
jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung. Besarnya jumlah premi
asuransi tergantung pada jumlah asuransi yang disetujui oleh tertanggung pada saat diadakan asuransi.

Akan tetapi, mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat asuransi sama sekali bergantung
pada persetujuan antara kedua pihak (Pasal 305 KUHD).

2. Penanggung, Tertanggung dan Penikmat


Dalam hukum asuransi minimal terdapat 2 (dua) pihak, yaitu penanggung dan tertanggung. Penanggung
adalah pihak yang menanggung beban risiko sebagai imbalan premi yang diterimanya dari tertanggung.
Jika terjadi evenemen yang menjadi beban penanggung, maka penanggung berkewajiban mengganti
kerugian. Dalam asuransi jiwa, jika terjadi evenemen matinya tertanggung, maka penanggung wajib
membayar uang santunan, atau jika berakhirnya jangka waktu usuransi tanpu terjadi evenemen, maka
penanggung wajib membayar sejumlah uang pengembalian kepada tertanggung. Penanggung adaiah
Perusahaan Asuransi Jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulanggan risiko yang dikaitkan dengan
hidup atau matinya seseorang yang diasuransikan. Perusahaan Asuransi Jiwa merupakan badan hukum
milik swasta atau badan hukum milik negara.

Asuransi dapat juga diadakan untuk kepentingan pihak ketiga dan ini harus dicantumkan dalam polis.
Menurut teori kepentingan pihak ketiga (the third party interest theory), dalam asuransi jiwa, pihak
ketiga yang berkepentingan itu disebut penikmat. Penikmat ini dapat berupa orang yang ditunjuk oieh
tentanggung atau ahli waris tertanggung. Munculnya penikmat ini apabila terjadi evenemen
meninggalnya tertanggung. Dalam hal ini, tertanggung yang meninggal itu tidak mungkin dapat
menikmati santunan, tetapi penikmat yang ditunjuk atau ahli waris tertanggunglah sebagai yang berhak
menikmati santunan. Akan tetapi, bagaimana halnya jika asuransi itu berakhir tanpa terjadi evenemen
meninggalnya tertanggung?. Dalam hal ini tertanggung sendiri yang berkedudukan sebagai penikmat
karena dia sendiri masih hidup dan berhak menikmati pengembalian sejumlah uang yang dibayar oleh
penanggung.

Apabila tertanggung bukan penikmat, maka hal ini dapat disamakan dengan asuransi jiwa untuk
kepentingan pihak ketiga. Penikmat selaku pihak ketiga tidak mempunyai kewajiban membayar premi
terhadap penanggung. Asuransi diadakan untuk kepentingannya, tetapi tidak atas tanggung jawabnya.
Apabila tertanggung mengasuransikan jiwanya sendiri, maka tentanggung sendiri berkedudukan sebagai
penikmat yang berkewajiban membayar premi kepada penanggung. Dalam hal ini tertanggung adalah
pihak dalam asuransi dan sekaligus penikmat yang berkewajiban membayar premi kepada penanggung.
Asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga (penikmat) harus dicantumkan dalam polis.[5]

3. Berakhirnya Asuransi Jiwa

a) Karena Terjadi Evenemen

Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah meninggalnya
tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung.
Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka
penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung
atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu
pula asuransi jiwa berakhir.

Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan sejak meninggalnya
tertanggung (terjadi evenemen)? Menurut hukum perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-
pihak berakhir apabila prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah
perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dan
meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti
dengan pelunasan klaim.
b) Karena Jangka Waktu Berakhir

Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu terjadi bahkan sampai
berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi
evenemen, niaka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa
penanggung akan mengembalikan sejumtah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu
asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu
berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalan sejumlah uang kepada tertanggung.

c) Karena Asuransi Gugur

Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD:

“Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi ternyata sudah meninggal, maka
asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak mengetahui kematian tersebut, kecuali jika
diperjanjikan lain”

Kata-kata bagian akhir pasal ini “kecuali jika diperjanjikan lain” memberi peluang kepada pihak-pihak
untuk memperjanjikan menyimpang dari ketentuan pasal ini, misalnya asuransi yang diadakan untuk
tetap dinyalakan sah asalkan tertanggung betul-betul tidak mengetahui telah meninggalnya itu. Apablia
asuransi jiwa itu gugur, bagaimana dengan premi yang sudah dibayar karena penanggung tidak
menjalani risiko? Hal ini pun diserahkan kepada pihak-pihak untuk memperjanjikannya. Pasal 306 KUHD
ini mengatur asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga.

Dalam Pasal 307 KUHD ditentukan:

“Apabila orang yang mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi hukuman mati, maka asuransi
jiwa itu gugur”

Apakah masih dimungkinkan penyimpangan pasal ini? Menurut Purwosutjipto, penyimpangan dari
ketentuan ini masih mungkin, sebab kebanyakan asuransi jiwa ditutup dengan sebuah klausul yang
membolehkan penanggung melakukan prestasinya dalam hal ada peristiwa bunuh diri dan badan
tertanggung asalkan peristiwa itu terjadi sesudah lampau waktu 2 (dua) tahun sejak diadakan asuransi.
Penyimpangan ini akan menjadikan asuransi jiwa lebih supel lagi.

d) Karena Asuransi Dibatalkan

Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir. Pembatalan tersebut
dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau
karena permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi sebelum premi mulai
dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi
dibayar, tidak ada masalah. Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa
kali pembayaran (secara bulanan), bagaimana cara penyelesaiannya? Karena asuransi jiwa didasarkan
pada perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung juga pada kesepakatan pihak-pihak yang
dicantumkan dalam polis.

C. Macam-Macam Asuransi Jiwa


1. Asuransi Perorangan (Kesehatan)

Asuransi ini akan membuat tertanggung merasa lebih aman dan tenang secara psikis maupun finansial.
Kita tentu tak perlu khawatir dengan biaya yang harus kita bayarkan ke rumah sakit jika kita telah
menjadi pemegang polis asuransi kesehatan. Setiap perusahaan biasanya akan memberikan layanan dan
manfaat asuransi kesehatan perorangan yang berbeda-beda namun pada umumnya ada beberapa biaya
di bawah ini yang akan dipenuhi oleh pihak perusahaan asuransi:

a) Biaya untuk rawat inap harian di rumah sakit yang telah ditunjuk;

b) Biaya untuk rawat inap yang dikarenakan penyakit kronis dan serius;

c) Biaya untuk perawatan di ruang khusus;

d) Biaya untuk operasi dan pembedahan;

e) Biaya untuk konsultasi dan cek dokter;

f) Biaya untuk pembayaran ambulans;

g) Biaya untuk menebus obat dari dokter di seluruh apotek.

Tertanggung tentu akan sangat diuntungkan dengan adanya penggantian biaya untuk semua hal di atas.
Namun tentu saja setiap perusahaan asuransi akan menerapkan syarat yang berbeda-beda. Ada baiknya
tertanggung membandingkan beberapa perusahaan asuransi terlebih dahulu.

Syarat Daftar Asuransi

a) Telah berusia 18 tahun sampai dengan 55 tahun;

b) harus membayar premi mulai dari anda mendaftar asuransi hingga usia anda 70 tahun;

c) memilih metode bayar premi yang sesuai dengan kemampuan anda misalnya metode pembayaran
bulanan, metode pembayaran triwulan, metode pembayaran semesteran atau metode pembayaran
tahunan.[6]

2. Asuransi Kecelakaan Diri

Asuransi Kecelakaan Diri adalah penjaga dan dukungan financial untuk menghadapi musibah kecelakaan
yang tidak terduga.

Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Accident) menjamin risiko Kematian, Cacat Tetap, Biaya Perawatan
dan atau Pengobatan yang secara langsung disebabkan oleh suatu kecelakaan, yaitu suatu kejadian atau
peristiwa yang mengandung unsur kekerasan baik yang bersifat fisik maupun kimia, yang datangnya
secara tiba-tiba, tidak dikehendaki atau direncanakan, dari luar, terlihat, langsung terhadap tertanggung
yang seketika itu mengakibatkan luka badani yang sifat dan tempatnya dapat ditentukan oleh Ilmu
Kedokteran.

LUAS JAMINAN

a) Jaminan A
Risiko meninggal dunia karena kecelakaan. Cover yang diberikan adalah santunan apabila tertanggung
yang tercantum di dalam polis meninggal atau hilang sebagai akibat langsung dari kecelaaan yang
dijamin polis.

b) Jaminan B*

Risiko cacat tetap karena kecelakaan. Cover yang diberikan adalah santunan apabila tertanggung yang
tercantum di dalam polis mengalami cacat tetap keseluruhan atau sebagian sebagai akibat langsung dari
kecelakaan yang dijamin polis.

c) Jaminan C*

Biaya perawatan rumah sakit atau pengobatan karena kecelakaan (max. 10% dari harga pertanggungan)
cover yang diberikan adalah penggantian biaya perawatan atau pengobatan apabila tertanggung yang
tercantum di dalam polis mengalami kecelakaan yang dijamin polis.

* Optional[7]

3. Asuransi Sosial

Asuransi sosial, atau secara umum disebut SJSN (sistem jaminan sosial nasional) adalah program
asuransi yang diselenggarakan secara wajib berdasarkan suatu undang-undang, dengan tujuan untuk
memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Asuransi sosial adalah program
asuransi yang diselenggarakan secara wajib berdasarkan suatu undangundang, dengan tujuan untuk
memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat.

Asuransi sosial secara umum:

a) Asuransi sosial ditawarkan melalui beberapa bentuk oleh pemerintah dan bersifat wajib
(compulsory basis);

b) Asuransi sosial didesain untuk memberikan manfaat kepada seseorang yang pendapatannya
terputus karena kondisi sosial dan ekonomi atau karena ketidakmampuan mengendalikan solusi secara
individu.

Jenis asuransi sosial di indonesia:

a) Asuransi Sosial Tenaga Kerja;

b) Untuk Pegawai Negeri;

c) Dikelola oleh PT tabungan dan asuransi pegawai negeri;

d) Untuk pegawai perusahaan swasta;

e) Dikelola oleh PT jaminan asuransi sosial tenaga kerja;

f) Untuk anggota ABRI / TNI;

g) Dikelola oleh Perum asuransi sosial ABRI;


h) Asuransi kesehatan;

i) Dikelola oleh PT asuransi kesehatan (dulu PHB);

j) Asuransi kecelakaan;

k) Dikelola oleh PT asuransi Jasa Raharja

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), secara
tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang
dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak konstitusional setiap
orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan memberi
kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Penyelenggaraan jamianan sosial yang adekuat dan berkelanjutan merupakan salah satu pilar Negara
kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan bagi semua, lapangan pekerjaan yang terbuka
luas dan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkeadilan.

Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program jaminan sosial dengan cakupan
seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang
jelas kepada BPJS. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan
sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut secara transparan.

Fungsi

UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi
sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan
kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau
menderita penyakit akibat kerja.

Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi
sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila
memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.

Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial
atau tabungan wajib, untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta
kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total
tetap.

Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.

Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi
sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta
yang meninggal dunia.

Tugas

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:

a) Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;

b) Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;

c) Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;

d) Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;

e) Mmengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;

f) Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan


program jaminan sosial; dan

g) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan
masyarakat.

Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan,
pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan
Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas
penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi.

Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima pendaftaran atau
secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.

Wewenang

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS berwenang:

a) Menagih pembayaran Iuran;

b) Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang
memadai;

c) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam
memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial
nasional;
d) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan
yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;

e) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

f) Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi
kewajibannya;

g) Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam
membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan

h) Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.

Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal terjadi
penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan
kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS
sebagai badan hukum publik.[8]

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Pengaturan tentang asuransi (pertanggungan) jiwa dalam KUHD cukup singkat, hanya 7 (tujuh) pasal,
yakni dari Pasal 302 sampai 308. Apabila diperhatikan ketujuh pasal tersebut tidak ada rumusan tentang
apa yang dimaksud dengan asuransi jiwa.

Menurut ketentuan pasal 304 KUHD, polis asuransi jiwa memuat:

a. Hari diadakan asuransi;

b. Nama tertanggung;

c. Nama orang yang jiwanya diasuransikan;

d. Saat mulai dan berakhirnya evenemen;

e. Jumlah asuransi; dan

f. Premi asuransi

Macam-macam asuransi jiwa adalah:

a. Asuransi perorangan (kesehatan);


b. Asuransi kecelakaan diri;

c. Asuransi sosial berupa BPJS

[1] http://www.pengertianahli.com

[2] http://hakamabbas.blogspot.co.id

[3] http://www.pengertianpakar.com

[4] Sentosa Sembiring, “Hukum Asuransi”, (Nuansa Aulia: Bandung 2015), hlm 80

[5] hukumasuransi.blogspot.co.id

[6] http://www.mag.co.id/asuransi-kesehatan-perorangan/

[7] http://www.aswata.co.id/id/asuransi-kecelakaan-diri

[8] www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/268

Anda mungkin juga menyukai