Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENILAIAN MORAL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Konstruksi Instrumen
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Trie Hartiti Retnowati

Disusun Oleh:

Bayuk Nusantara K.RJ Tompong (15701251004)


Irfani Reza Pahlevi (15701251010)
Roni Anjar Pamungkas (15701251018)
Fajar Nur Cahyani (15701251026)
Lia Agustina (15701251038)
Irfa Ma’alina Li’illiyyina (15701251040)

PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral
atau bermanusiawi. Artinya pendidikan moral adalah pendidikan yang bukan
mengajarkan tentang akademik, namun non akademik khususnya tentang sikap dan
bagaimana perilaku sehari-hari yang baik. Sayangnya saat ini, di Indonesia sudah
minim sekali atau hampir tidak ada guru yang mengajarkan hal tersebut. Hal ini tentu
saja menyebabkan kehancuran moral siswa atau siswi saat ini, dampak yang jelas sekali
terlihat adalah bayaknya tawuran yang terjadi sekarang. Hal ini membuktikan bahwa
tidak terkontrolnya emosi yang ada pada diri siswa, siswa sudah mulai mengikuti hawa
nafsunya tanpa bisa mengendalikannya. Hal ini tentu saja merupakan salah satu tugas
guru untuk mendidik siswa siswinya untuk menjadi manusia yang bermartabat yang
bisa mengendalikan hawa nafsu siswa siswinya.
Saat ini pendidikan moral sudah dikalahkan oleh pendidikan yang lain seperti
matematika, IPA, IPS dan lainnya. Waktu di sekolah habis untuk mengejar nilai
akademik. Murid-murid dipaksa belajar mati-matian agar nilainya pada saat ujian nanti
membaik dan bisa mengharumkan nama dimana dia bersekolah. Guru, pelajar, dan
pemerintah seakan-akan lupa ada pelajaran yang lebih penting dari itu semua yaitu
pendidikan moral. Pendidikan yang akan dibawa sampai akhir hayat, pendidikan yang
akan menentukan bagaimana dia dipandang masyarakat lain kelak, pendidikan yang
membuat dia menjadi manusia yang berguna, pendidikan yang akan membawa ke surga
atau neraka kah siswa siswinya kelak.
Tentu saja dapat diketahui bahwa kehancuran suatu negara dapat terjadi karena
hancurnya moral beberapa warganya saja. Dari kalimat tersebut dapat diketahui bahwa
kehacuran suatu bangsa bukan terjadi karena nilai akademik memburuk namun karena
moral yang hancur. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral jauh lebih penting dari
pada pendidikan akademik. Pendidikan moral yang akan menentukan kemana negara
ini kelak akan berkembang.
Dampak ke masa depan yang akan terjadi jika di sekolah tidak diberikan
pendidikan moral yaitu hancurnya moral siswa atau siswi, kejahatan dimana-mana, dan
tentu saja korupsi semakin merajalela. Saat ini di Indonesa banyak sekali kejahatan
yang dilakukan baik dari rakyat kecil maupun pemerintah atau orang penting. Hal ini
2
mungkin saja salah satu faktornya yaitu kurangnya atau minimnya sikap baik yang
dipunyai rakyat Indonesia. Mereka tidak memikirkan orang lain, mereka hanya
memikirkan bagaimana cara agar mereka bahagia. Mereka hanya memikirkan
bagaimana hawa nafsu mereka tersampaikan.
Pendidikan moral merupakan pendidikan yang mempunyai peran penting dalam
kehidupan masyarakat, seharusnya pemerintah menyadari itu dan segera menindak
lanjuti. Tambahkan jam mata pelajaran agama dan BK agar siswa atau siswi lebih
memahami cara mereka bersikap dengan orang lain dan membuat hatinya lebih peka
terhadap masyarakat sekitar. Jangan sampai siswa atau siswi menjadi manusia yang
egois yang selalu ingin menang sendiri dan mengikuti hawa nafsunya saja tanpa ada
pengendalian dari hatinya. Guru, pemerintah, dan lainnya harus mulai bersama-sama
memperbaiki moral remaja saat ini. Tentu saja hal itu tidak mudah, namun jika berusaha
tentu akan mendapatkan hasil yang baik kelak.
Selanjutnya guru juga sebaiknya perlu melakukan penilaian moral agar guru
dapat mengetahui informasi mengenai moral peserta didik, sehingga dapat digunakan
juga untuk menentukan hasil belajarnya. Dengan adanya penilaian moral diharapkan
guru dapat melakukan bimbingan yang lebih bagi peserta didik yang memiliki moral
yang kurang baik. Jadi, penilaian moral penting dilakukan oleh guru. Dengan demikian
perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai penilaian moral. Pada makalah ini
akan dibahas mengenai pendidikan moral, penilaian moral, tujuan dan manfaat
penilaian moral, dan instrument penilaian moral.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka terdapat beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan moral?
2. Apa yang dimaksud dengan penilaian moral?
3. Apakah tujuan dan manfaat penilaian moral?
4. Bagaimana instrument penilaian moral?

3
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat
beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pendidikan moral.
2. Mengetahui pengertian penilaian moral.
3. Mengetahui tujuan dan manfaat penilaian moral.
4. Mengetahui instrument penilaian moral.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Moral
Pendidikan moral adalah upaya eksplisit untuk mengajar tentang nilai-nilai,
untuk membantu siswa mengembangkan disposisi-disposisi guna bertindak dengan
cara-cara yang pasti. ( … an explicit attempt to teach about values. …helps students
develop dispositions to act in certain ways) (Curriculum Corporation, 2003: 33).
Pendidikan moral merupakan pendidikan mengenai prinsip-prinsip umum
tentang moralitas dengan menggunakan metode pertimbangan moral/cara-cara
memberikan pertimbangan moral. Tujuan utama pendidikan moral adalah
meningkatkan kapasitas berfikir secara moral dan mengambil keputusan moral.
B. Pengertian Penilaian Moral
1. Pengertian Penilaian

Menurut Bonnie Campbell Hill & Cynthia Ruptic (1994). “Assessment is the
process of gathering evidence and documenting a child’s lerning and
growth”. Penilaian adalah proses mengumpulkan peristiwa dan
mendokumentasikan pertumbuhan dan pembelajaran anak.
Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis (1994). “Proses
sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk
melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan
untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi
tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas
sesuai dengan kenyataan objektif.
Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh
karena itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah
penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat
pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Menurut Suharsimi Arikunto (2009) penilaian adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat
kualitatif.
Dalam buku, “Bimbingan Dan Konseling Disekolah”, terbitan Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

5
Kependidikan, departemen Pendidikan Nasional (2008:27) dijelaskan bahwa
Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.
Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat
17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”.
Penilaian merupakan proses mengamati, merekam dan mengumpulkan
berbagai dokumentasi dari hasil karya yang telah dikerjakan oleh anak dan
bagaimana cara mereka mengerjakannya (NAEYC & NAESC/ SDE, 1991).
Menurut James A. Poteet & Ronald C Eaves (1985). Penilaian berarti proses
pengumpulan informasi. Untuk guru, penilaian dilakukan sebagai tujuan
memutuskan keterampilan mengajar.
Angelo T.A.(1991): “Classroom Assessment is a simple method faculty can
use to collect feedback, early and often, on how well their students are learning
what they are being taught”. Assessment kelas adalah suatu metode yang
sederhana dapat digunakan untuk mengumpulkan umpan balik, baik di awal
maupun setelah pembelajaran tentang seberapa baik siswa mempelajari apa yang
telah diajarkan kepada mereka.
Bob Kizlik (2009): “Assessment is a process by which information is
obtained relative to some known objective or goal. Assessment is a broad term
that includes testing. A test is a special form of assessment. Tests are assessments
made under contrived circumstances especially so that they may be administered.
In other words, all tests are assessments, but not all assessments are
tests”. Assessment adalah suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Penilaian adalah istilah yang luas yang mencakup tes
(pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari penilaian. Tes adalah salah satu bentuk
penilaian. Dengan kata lain, semua tes merupakan penilaian, namun tidak semua
penilaian berupa tes.
Terry Overton (2008): Assessment is a process of gathering information to
monitor progress and make educational decisions if necessary. As noted in my
definition of test, an assessment may include a test, but also include methods such
as observations, interview, behavior monitoring, etc. (Artinya: assessment adalah
suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila
diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana

6
disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu penilaian bisa saja terdiri dari
tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara,
monitoring tingkah laku, dan sebagainya).
Palomba and Banta (1999), Assessment is the systematic collection , review ,
and use of information about educational programs undertaken for the purpose of
improving student learning and development (Artinya: penilaian adalah
pengumpulan, review, dan penggunaan informasi secara sistematik tentang
program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan
siswa).
Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi tentang siswa dan kelas
untuk maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional (Richard I. Arends,
2008: 217).
Assesment atau penilaian diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu (S. Eko Putro
Widoyoko, 2012: 3).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa assessment atau
penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa, menjelaskan dan menafsirkan hasil
pengukuran (kuantifikasi suatu objek, sifat, perlaku dll), menggambarkan
informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) siswa. Assessment memberikan informasi lebih
konprehensif dan lengkap dari pada pengukuran, sebab tidak hanya menggunakan
instrument tes saja, tetapi juga mengunakan tekhnik non tes lainya. Penilaian
adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan
kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Hasil penilaian sendiri walaupun bersifat
kualitatif, dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan
nilai kuantitatif (berupa angka).

2. Pengertian Moral
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin,
bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi
pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian
moral, yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi
7
bentuk formalnya berbeda. Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah
ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Al-Ghazali (1994:
31) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai
perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan
sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa
perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Sementara itu Wila Huky,
sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986: 22) merumuskan pengertian
moral secara lebih komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut :
1. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan
warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam
lingkungan tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan
pandangan hidup atau agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada
kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas perlu diberikan ulasan bahwa
substansi materil dari ketiga batasan tersebut tidak berbeda, yaitu tentang tingkah
laku. Akan tetapi bentuk formal ketiga batasan tersebut berbeda. Batasan pertama
dan kedua hampir sama, yaitu seperangkat ide tentang tingkah laku dan ajaran
tentang tingkah laku. Sedangkan batasan ketiga adalah tingkah laku itu sendiri
Pada batasan pertama dan kedua, moral belum berwujud tingkah laku, tapi masih
merupakan acuan dari tingkah laku. Pada batasan pertama, moral dapat dipahami
sebagai nilai-nilai moral. Pada batasan kedua, moral dapat dipahami sebagai nilai-
nilai moral atau norma-norma moral. Sedangkan pada batasan ketiga, moral dapat
dipahami sebagai tingkah laku, perbuatan, atau sikap moral. Namun demikian
semua batasan tersebut tidak salah, sebab dalam pembicaraan sehari-hari, moral
sering dimaksudkan masih sebagai seperangkat ide, nilai, ajaran, prinsip, atau
norma. Akan tetapi lebih kongkrit dari itu , moral juga sering dimaksudkan sudah
berupa tingkah laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan pada ajaran,
nilai, prinsip, atau norma.
Kata moral juga sering disinonimkan dengan etika, yang berasal dari kata
ethos dalam bahasa Yunani Kuno, yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, atau cara berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:
237) etika diartikan sebagai (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan

8
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), (2) kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Sementara itu Bertens (1993: 6) mengartikan etika
sejalan dengan arti dalam kamus tersebut. Pertama, etika diartikan sebagai nilai-
nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dengan kata lain, etika di sini
diartikan sebagai system nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat dan sangat
mempengaruhi tingkah lakunya. Sebagai contoh, Etika Hindu, Etika Protestan,
Etika Masyarakat Badui dan sebagaimya. Kedua, etika diartikan sebagai kumpulan
asas atau nilai moral, atau biasa disebut kode etik. Sebagai contoh Etika
Kedokteran, Kode Etik Jurnalistik, Kode Etik Guru dan sebagainya. Ketiga, etika
diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku yang baik dan buruk. Etika merupakan
ilmu apabila asas-asas atau nilai-nilai etis yang berlaku begitu saja dalam
masyarakat dijadikan bahan refleksi atau kajian secara sistematis dan metodis.
Sementara itu menurut Magnis Suseno, etika harus dibedakan dengan ajaran
moral. Moral dipandang sebagai ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-
khotbah, patokan-patokan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana ia harus
bertindak,tentang bagaimana harus hidup dan bertindak, agar ia menjadi manusia
yang baik.
C. Tujuan Penilaian Moral
Aspek penilaian moral bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral
seseorang diperoleh melalui pengamatan terhadap perbuatan yang ditampilkan dan
laporan diri melalui pengisian kuesioner. Hasil pengamatan dan hasil kuesioner
menjadi informasi tentang moral seseorang. Jadi secara mudahnya, moral
berhubungan dengan perasaan salah atau benar siswa terhadap orang lain maupun diri
sendiri (Saripudin, 2011).

Tujuan Penilaian Moral Umum:

1. Menilai pencapaian kompetensi pembelajaran moral


2. Memperbaiki proses pembelajaran
3. Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.

Tujuan Penilaian Moral Khusus:

9
1. Mencari informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan
belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing
individu.
2. Mencari informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa.
3. Mendiagnosis kesulitan belajar.
4. Evaluasi diri terhadap kinerja siswa, artinya dari penilaian moral yang di
dapat akan bisa mengukur sejauh mana umpan balik anak didik dalam merespon
apa yang telah disampaikan pendidik.

D. Manfaat Penilaian Moral


Manfaat penilaian moral yaitu:
1. Memberikan motivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami
diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
2. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya
sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.
3. Memberikan pertimbangan dalam penentuan kenaikan kelas anak didik
sesuai dengan kemampuan afektifnya.
4. Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih
sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya.

10
Perhatian

Empati

E. Instrument Penilaian Moral

Prosedur Penyusunan Instrumen penilaian moral

Penilaian Moral Rasa Hormat

Mem
golo

Toleransi

Meng
lain

11
12
Tabel 1. Kisi-kisi instrumen penilaian moral
Definisi Konseptual Definisi Oprasional Indikator
1. Empati Empati merupakan dasar 1. Perhatian
Merupakan inti emosi moral kecerdasan moral. Inti yang 2. Merasakan Perasaan orang lain
yang membantu anak kuat merupakan hal penting 3. Memahami perasaan orang lain
memahami perasaan orang lain. bagi perkembangan kecerdasan
moral anak karena memberi
kekuatan bagi anak menangkis
hal buruk dari dalam maupun
dari luar, sehingga anak dapat
bertindak dengan benar.

2. Rasa Hormat Rasa hormat mendorong kita 1. Menghormati orang yang lebihtua
Merupakan rasa saling 2. Tidakmenyelapembicaraanpadawaktu yang tidaktepat
memperlakukan orang lain
3. Memberisalamsetiapberjumpadengan guru
menghargai terhadap sesama dengan baik dan menghargai
manusia. manusia.

1. Memperlakukanoranglaindengancarayangsamadantidakmembeda-
3. Toleransi Anak yang toleran bisa
Merupakan bentuk toleransi bedakan agama, suku,ras, dangolongan
menghargai orang lain 2. Menghargaiperbedaanyang adatanpamelecehkankelompok lain
atau menghormati alam, dan meskipun berbeda pandangan
untuk memungkinkan dan keyakinan.
pembentukan, pendapat,
pandangan, keyakinan dan lain-
lain yang berbeda dengan
pendirian mereka sendiri.

14
Tabel 2. Kisi-kisi instrumen untuk mengukur moral siswa dalam pembelajaran

Jumla Jumlah Butir No Butir


N h Butir
o Aspek Indikator Total Positif Negatif Positif Negatif

Memperlakukan orang lain dengan cara yang


sama dan tidak membeda-bedakan agama, 9 5 4 1,2,3,4,5 6,7,8,9
1 Toleransi
suku, ras, dan golongan
Menghargai perbedaan yang ada tanpa
8 4 4 10,11,12,13 14,15,16,17
melecehkan kelompok lain.
Rasa Menghormati orang yang lain 6 3 3 18,19,20 21,22,23
2
Hormat Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang 4 2 2 24,25 26,27
tidak tepat
Memberi salam setiap berjumpa dengan guru 3 1 2 28 29,30
Empati Perhatian 8 4 4 31,32,33,34 35,36,37,38
3 Merasakan perasaan orang lain 6 3 3 39,40,41 42,43,44
6 3 3 45,46,47 48,49,50
Memahami perasaaan orang lain
JUMLAH 50 25 25 - -
Tabel 3. Instrumen penilaian moral

Pernyataan SS S KS TS
1. Tidak pernah mengganggu teman yang sedang beribadah
2. Menghormati teman yang sedang merayakan hari besar
agamanya
3. Tidak pernah menjauhi teman saya karena perbedaan suku dan
budayanya
4. Menghormati teman yang sedang merayakan hari besar
agamanya
5. Merasa senang mendapatkan teman baru yang berbeda latar
belakang kebudayaan
6. Saya pernah menjauhi teman saya karena perbedaan suku dan
budayanya
7. Saya pernah mengganggu teman saya yang sedang beribadah
8. Saya merasa takut dengan teman yang berbeda kebudayaan
dengan saya
9. Saya menjauhi teman yang berbeda agama
10. Saya tidak marah apabila pendapat saya tidak disetujui oleh
kelompok belajar saya
11. Saya mau duduk bersebelahan dengan siapa saja
12. Pernah bertemu dengan orang yang cacat tubuhnya dan saya
merasa iba
13. Saya mau berteman dengan siapa saja
14. Saya pernah membeda-bedakan teman
15. Saya pernah mencemooh teman
16. Saya kadang-kadang merasa takut dengan orang yang
berkebutuhan khusus
17. Saya tidak mau menerima saran dari orang lain seperti teman
saya
18. Saya mau menerima saran dari orang lain seperti teman saya
19. Saya mau menerima teman siapa saja untuk masuk ke kelompok
belajar saya
20. Saya menjawab sapaan teman yang menyapa saya
21. Saya tidak peduli jika teman saya tidak memahami materi
pembelajaran
22. Saya pernah mengejek teman
23. Saya kadang-kadang merasa malu untuk mengucapkan
terimakasih pada teman saat mereka menolong saya
24. Saya tidak pernah memotong pembicaraan ketika teman sedang
berbicara
25. Saya dapat menjadi pendengar yang baik ketika teman saya
sedang bercerita tentang pengalamannya
26. Saya marah apabila teman saya tidak mendengarkan saya ketika
saya sedang berbicara
27. Bila ada yang bercerita saya tidak selalu mendengarkan
28. Saya selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru
29. Saya merasa takut untuk bertanya pada guru
30. Saya pura-pura tidak melihat guru saat tidak sengaja bertemu
31. Mau mengingatkan teman untuk serius ketika belajar kelompok
32. Sering mengajak teman untuk bergabung menjadi kelompok
belajar saya
33. Sering mengajak teman untuk bermain bersama ketika istirahat
34. Mau menjenguk teman yang sakit dan menghiburnya
35. Saya pernah memaksa teman untuk bermain dengan saya
36. Saya tidak dapat menyemangati teman saya yang sedang
berjuang untuk mewakili kelompok belajar saya didepan kelas
37. Saya memberikan contekan pada saat ujian
38. Saya merasa biasa saja ketika teman saya sakit
39. Saya berusaha menyelami perasaan orang lain dengan cara
mendengarkan cerita mereka
40. Saya merasa sedih ketika teman saya merasa kesulitan
41. Saya kadang - kadang merasa cemas ketika teman saya
menceritakan permasalahan yang sedang dialami
42. Kadang-kadang saya tidak merasa kasihan ketika teman-teman
saya mengalami masalah
43. Ketika saya melihat seseorang terjatuh dan terluka,saya
cenderung untuk tetap tenang dan tidak menghiraukannya
44. Saya biasanya cukup tenang dan tidak peduli ketika teman saya
menceritakan permasalahan kepada saya
45. Kadang-kadang saya mencoba untuk memahami teman - teman
saya dengan membayangkan bagaimana sesuatu terlihat dari
sudut pandang mereka
46. Saya merasa sedih ketika teman saya merasa kesulitan
47. Saya menunjukan keprihatinan dengan cara membantu teman
saat mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah
48. Terkadang saya sangat sulit untuk memahami perasaan orang
lain
49. Jika teman saya melakukan kesalahan, saya akan menjauhi dan
meremehkannya
50. Ketika teman saya kehilangan orang tuanya (meninggal) saya
menjauhinya

Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju

17
Tabel 4. Kisaran nilai untuk setiap kriteria
No Kelas Interval Kriteria
1 176-200 Sangat Baik Sekali
2 151-175 Sangat Baik
3 126-150 Baik
4 101-125 Cukup
5 76-100 Kurang
6 50-75 Sangat Kurang

F. Kelebihan Dan Kekurangan Penilaian Moral


1. Kelebihan penilaian moral
a). Mengajarkan pada siswa untuk lebih mengenal dirinya sendiri
b) memberikan informasi yang digunakan sebgaai pendorong motivasi belajar
c) menumbuhkan kejujuran siswa
2. Kekurangan penilaian moral
a) Subjektivitas tinggi
b) Bukan merupakan instrumen utama dalam penilaian afektif
c) Referensi penilaian moral sangat sedikit

18
d)
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan mengenai penilaian diri dan antarteman dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendidikan moral adalah pendidikan mengenai prinsip-prinsip umum


tentang moralitas dengan menggunakan metode pertimbangan moral/cara-cara
memberikan pertimbangan moral.

2. Penilaian moral adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui moral


dari peserta didik.
3. Tujuan penilaian moral adalah untuk mengungkap moral peserta didik,
sedangkan manfaat penilaian moral adalah memberikan motivasi belajar siswa,
memberikan informasi, dan memberikan pertimbangan dalam penentuan kenaikan
kelas.
4. Instrument penilaian moral meliputi aspek empati, rasa hormat, dan
toleransi.
5.

19
6.

DAFTAR PUSTAKA

Al- Ghazali. (1994). Ihya Ulumuddin III. Semarang: Asy- syifa’.

Angelo, T.A., (1991). Ten easy pieces: Assessing higher learning in four dimensions. In
Classroom research: Early lessons from success. New directions in teaching and
learning(#46), Summer, 17-31.

Arends, Richard I (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:


Bumi Aksara.

Bertens, K. (1993). Etika. Jakarta :PT.Gramedia Pustaka Utama.

Calongesi, James S. (1995). Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB.

Daroeso, Bambang. (1986). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang:
CV Aneka Sari Ilmu.

Depdiknas (2008). Bimbingan Dan Konseling Disekolah. Direktoral Jendral Pendidikan


Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hill, Bonnie Campbell & Cynthia Ruptic (1994). Practical aspects of authentic
assessment: putting the pieces together. Christopher-Gordon Pub., Inc.

Kizlik, Bob. (2009). “Measurement, Assessment, and Evaluation in Education”.


Online :http://www.adprima.com/measurement.htm diakses 6 Mei 2016.

McLoughlin, James A. & Rena B. Lewis (1994). Assessing Special Students. Merrill.

Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th
Edition). University of Texas – Brownsville.

Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. (1999). Assessment Essentials: Planning,


Implementing, Improving. San Francisco: Jossey-Bass.

20
Poteet, James A & Ronald C Eaves. (1985). Assessment in special education. Reston, Va. :
Council for Educational Diagnostic Services.

Saripudin. 2011.” Penilaian Ranah Afektif”.(https://sman1tambelang.wordpress.com /


2011/12/08/21/1). Diakses tanggal 6 Mei 2016.

Widjaja, AW. (1985). Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta: Era
Swasta.

Widoyoko, S. Eko Putro (2012). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

21

Anda mungkin juga menyukai