Disusun Oleh :
Hardianti
( NPM 16.11.321.002070 )
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. ANALISIS DUALITAS ......................................................................... 5-9
B. ANALISIS SENSITIVITAS .............................................................. 10-12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
merupakan konsep yang menyatakan bahwa setiap permasalahan program lnier
(primal) memiliki hubungan dengan permasalahan program lainnya (dual) ( Hiller,
2008 : 178 ). Konsep dualitas ini sangat bermanfaat dalam hal interpretasi dan
implementasi analisa sensitivitas. Analisa sensitivitas hanya dapat dilakukan pada
model program linier dari suatu masalah yang diuraikan secara diskrit dalam
model program linier yang telah ada. Sehingga ketika ditemukan atau ingin
dianalisis perubahan – perubahan dari model yang bervariasi secara kontinu atau
terus menerus digunakanlah program linier parametrik atau analisa parametrik.
Adapun analisa parametrik ini merupakan suatu cara untuk mencari atau
menguraikan suatu perubahan program linier dalam rangka untuk mendapatkan
solusi optimal dengan uraian permulaan yang bervariasi terus menerus ( Kakiay,
2008 : 223 ).
Dalam kenyataan, sebuah perusahaan atau pelaku usaha tidak selalu
berhadapan dengan masalah – masalah yang dapat dipecahkan secara sederhana
menggunakan model program linier. Ketika terdapat beberapa sasaran atau target
yang ingin dicapai maka semua target tersebut menjadi tujuan yang hendak
dicapai. Permasalahan seperti itu sedikit berbeda dengan masalah PL yang selalu
ditemukan. Berdasarkan kebutuhan seperti pada permasalahan ini maka
dikembangkan sebuah tehnik analisis yakni Goal Programming (GP) merupakan
pengembangan dari program linier yang memiliki pengertian sebagai program
linier yang terdiri dari beberapa tujuan( siswanto, 2007: 341) . Goal programming
merepresentasikan sebuah analisis yang cukup lengkap sebagai pertimbangan yang
lebih baik dalam mengambil keputusan dari pada program linier. Hal ini
disebabkan karena setiap sumber daya dan persediaannya dikontrol
penggunaannya agar tetap tersedia dan tentunya tidak ada waktu tunggu yang
mengganggu kelancaran proses produksi. Analisis ini mampu memberikan
pertmbangan yang terbaik untuk semua komponen namun tidak selalu optimal
profitnya. Perbedaan mendasar antara program linier dan goal programming
yakni :
1. Fungsi tujuan dari goal programming adalah target atau sasaran yang
ingin dicapai dengan prioritasnya masing – masing sedangkan pada
program linier funsi tujuannya adalah tujuan tunggal yang ingin dicapai.
2. Fungsi kendala atau syarat ikatan yang memiliki target atau sasaran tidak
berbentuk pertidaksamaan namun persamaan.
3. Analisis secara grafik dan simpleks pada goal programming mengikuti
urutan prioritasnya, dari urutan pertama sampai urutan ke n.
Karena merupakan pengembangan atau perluasan dari program linier maka
seluruh asumsi, notasi, formulasi model matematis, prosedur perumusan model
dan penyelesaiaannya tidak jauh berbeda dengan PL ( siswanto, 2007: 341 ).
Konsep dualitas, analisa sensitivitas, dan parametrik yang ada dalam program
linier sudah diuraikan sangat membantu memberikan pertimbangan yang baik
dalam mengambil keputusan yang terbaik , dengan demikian sebagai sebuah
tehnik analisis yang dikembangkan dari program linier maka tentunya dalam goal
programming juga dapat ditelusuri analisis sensitivitas, parametrik dan
2
dualitasnya. Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan analisa
sensitivitas dan dualitas serta program linier dan goal programming adalah
pertama Kajian Dualitas dan Analisa Sensitivitas Pasca Optimum pada PL oleh
Sulfa Alboneh yang dalam penelitian ini mengkaji secara lengkap proses analisis
sensitivitas dan dualitas pasca optimum disertai pembahasan contoh yang relevan
dan penelitian yang dilakukan oleh Damianus Samo dengan judul Kajian Masalah
Linier Programing Tujuan Multidimensi dengan Metode Grafik dan Simpleks
dengan menampilkan dan menganalisis penyelesaian grafik dan prosedur
perhitungan metode simpleks untuk menyelesaikan masalah goal programming.
Berpedoman pada penelitian sebelumnya dan pada kenyataan bahwa goal
programming merupakan pengembangan dari program linier maka penulis tertarik
untuk melanjutkan dengan mengkaji tentang dualitas, analisa sensitivitas, serta
analisa parametrik dari Goal Programing, secara manual maupun dengan bantuan
program computer LINDO, dimana hal – hal tersebut belum dikaji dan dianalisis
di penelitian sebelumnya dalam sebuah tulisan dengan judul ” Kajian Dualitas,
Analisa Sensitivitas, dan Parametrik dari Masalah Goal Programming ”.
3
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalahnya :
a. Apa yang dimaksud dengan Analisis Dualitas, dan bagaimana penggunaan
nya.
b. Apa yang dimaksud dengan Analisis Sensitivitas, dan bagaimana penggunaan
nya.
1.3 Tujuan
Berdasarkan pokok permasalahan diatas maka tujuan dari tulisan ini adalah
a. Mengetahui Pengertian dan Penggunaan Analisis Dualitas
b. Mengetahui Pengertian dan Penggunaan Analisis Sensitivitas
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari tulisan ini adalah
a. Sebagai alat analisis dan perhitungan dalam rangka pengambilan keputusan
yang tepat bagi perusahaan atau badan usaha
b. Mengetahui tentang Analisis Dualitas & Analisis Sensitivitas
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANALISIS DUALITAS
Teori dualitas merupakan salah satu konsep programa linier yang penting dan
menarik ditinjau dari segi teori dan praktisnya. Ide dasar yang melatarbelakangi
teori ini adalah bahwa setiap persoalan program linier mempunyai suatu program
linier lain yang saling berkaitan yang disebut “dual”, sedemikian sehingga solusi
pada persoalan semula (yang disebut "primal”) juga memberi solusi pada dualnya.
Pendefinisian dual ini akan tergantung pada jenis pembatas, tanda - tanda
variabel, dan bentuk optimasi dari persoalan primalnya. Akan tetapi, karena setiap
persoalan programa linier harus dibuat dalam bentuk standar lebih dahulu
sebelum modelnya dipecahkan , maka pendefinisian dibawah ini akan secara
otomatis meliputi ketiga hal di atas.
Dalam sebuah pemodelan Pemrograman Linear, terdapat dua konsep yang saling
berlawanan. Konsep yang pertama disebut Primal dan yang kedua Dual. Bentuk
Dual adalah kebalikan dari bentuk Primal. Hubungan Primal dan Dual sebagai
berikut:
5
Y1, dan Y2 dinamakan variable dual.
Bila masalah primal dan dual dibandingkan, terlihat beberapa hubungan sebagai
berikut:
1. Koefisien fungsi tujuan primal menjadi konstan sisi kanan masalah dual,
sebaliknya, konstan sisi kanan primal menjadi koefisien fungsi tujuan dual.
2. Tanda pertidaksamaan batasan dibalik.
3. Tujuan diubah dari minimalisasi (maksimalisasi) dalam primal menjadi
maksimalisasi (minimalisasi) dalam dual.
4. Setiap kolom pada primal berhubungan dengan suatu baris (batasan) dalam
dual, sehingga banyaknya batasan dalam dual sama dengan banyaknya
variable primal.
5. Setiap baris (batasan) pada primal berhubungan dengan suatu kolom dalam
dual, sehingga ada satu variable dual untuk setiap batasan primal.
6. Bentuk dual dari dual adalah bentuk primal.
6
Table simpleks optimum:
Dual
Maksimalkan: W = 40Y1 +
50Y2 Batasan: 2Y1 + 3Y2 ≤ 3
4Y1 + 2Y2 ≤ 2.5
7
Tabel solusi optimum simpleks
Dari segi ekonomi, solusi optimum bentuk dual dapat ditafsirkan sebagai
sumbangan per unit batasan sumber daya. Nilai optimum fungsi tujuan primal
dan dual adalah sama. Suatu masalah seharusnya dirumuskan dalam bentuk
primal atau dual, tergantung sepenuhnya kepada kemudahan perhitungan dalam
menyelesaikan suatu masalah. Jika suatu masalah bentuk primalnya memiliki
sejumlah besar batasan sementara variablenya hanya sedikit, masalah tersebut
dapat diselesaikan dengan efektif jika dirumuskan dalam bentuk dual.
Contoh 2 :
Primal Minimumkan Z = 2X1 +
X2 Fungsi batasan:
1) X1 + 5X2 ≤ 10
2) X1 + 3X2 ≤ 6
3) 2X1 + 2X2 ≤ 8
X1, X2 ≥ 0
Dual
Maksimumkan Y = 10 y1 + 6y2 +
8y3 Fungsi batasan :
1) y1 + y2 + 2y3 ≥ 2
2) 5y1 + 3y2 + 2y3 ≥ 1 y1,
y2 ≥ 0
Contoh 3:
Primal
Maksimumkan Z = X1 + 3X2 –
2X3 Fungsi batasan:
1) 4X1 + 8X2 + 6X3 = 25
2) 7X1 + 5X2 + 9X3 =
30 X1, X2, X3 ≥ 0
Dual
Minimumkan Y= 25y1 + 30y2
8
Fungsi batasan:
1) 4y1 + 7y2 ≥ 1
2) 8y1 + 5y2 ≥ 3
3) 6y1 + 9y2 ≥ -2
9
B. ANALISIS SENSITIVITAS
Ada enam tipe perubahan dalam analisis sensitivitas dengan menggunakan tabel
simpleks yaitu :
1. Perubahan koefisien fungsi tujuan untuk variabel nonbasis.
2. Perubahan koefisien fungsi tujuan untuk variabel basis.
3. Perubahan pada ruas kanan suatu pembatas.
4. Perubahan kolom untuk suatu variabel nonbasis.
5. Penambahan suatu variabel atau aktivitas baru.
6. Penambahan suatu pembatas baru.
Contoh :
1. Fungsi Tujuan:
Maksimumkan : Z = 150.000 X1 + 100.000 X2
2. Fungsi Pembatas:
Bahan A : X1 +
X2<= 600
Bahan B : 2 X1 + X2<= 1000
Syarat Non negative : X1, X2 >= 0
Tabel
Simpleks
10
Iterasi-0
Iterasi-1
Matrik A-1 disebut Matrix Starting Solution yang dijadikan pedoman dalam
melakukan perubahan parameter :
1. Perubahan koefisien fungsi tujuan (Cj)
Pada solusi optimum : (C2 C1) kalikan dengan matyrix starting solution, maka
Jadi :
X1 = 300, X2 = 400 dan Z = 150.000 X1 + 100.000 X2
= 150.000 (300) + 100.000 (400)
= 45.000.000 + 40.000.000
= 85.000.000
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
https://talisadikamaifa.files.wordpress.com/2012/10/bab-i.docx
https://www.academia.edu/29517284/Modul_TRO_DUALITAS_DAN_SENSITIVITAS
https://zalamsyah.files.wordpress.com/2015/12/riset-operasi-dualitas-dan-sensitivitas-
pada-model-lp1.pdf
14