Disusun oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya tugas ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam tugas ini,
kami membahas tentang “ Pelayanan Kesehatan dan Tumbuh Kembang Neonatus,
Bayi dan Balita.”
Tugas ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai
pengertian neonatus, bayi dan balita, ciri-ciri bayi baru lahir, refleks-refleks fisiologis,
rawat gabung, kebijakan nasional pelayanan kesehatan bayi dan balita, faktor-faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembang neonatus, indikator tumbuh kembang neonatus,
alat bantu pemantauan tumbuh kembang neonatus serta deteksi dini kelainan tumbuh
kembang anak.
1. Yasinta Dewi Kristianti, S.Si.Ti, M.Kes selaku dosen mata kuliah Kesehatan
Reproduksi.
Materi yang kami paparkan dalam tugas ini tentunya jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk
kesempurnaan tugas ini. Demikianlah tugas ini kami buat, semoga bermanfaat.
Penyusun
Kelompok 11
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I – Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II – Pembahasan
A. Pengertian Neonatus
B. Pengertian Bayi
D. Data-data Statistik
E. Reflek-refleks Fisiologis
F. Rawat Gabung
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
A. NEONATUS
1. Pengertian
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu ( 28 hari ) sesudah
kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 ( baru lahir ) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berumur 0 - 7 hari. Neonatus lanjut adalah
bayi berusia 7 - 28 hari. ( Wafi Nur Muslihatun, 2010 )
Menurut Dep.Kes.RI. ( 2005 ) bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
umur kehamilan 37 minggu - 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000
gram.
Menurut M.Sholeh Kosim ( 2007 ). Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara
2500 - 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan
kongenital ( cacat bawaan ) yang berat.
Bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir ( Muchtar, 2002 ).
a. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 / menit yang kemudian turun
sampai 140 / menit - 120 / menit pada waktu bayi berumur 30 menit.
c. Nilai apgar 7 - 10
g. Lingkar dada 30 - 38 cm
k. Grasping reflek sudah baik, apabila diletakkan suatu benda diatas telapak tangan,
bayi akan mengenggam.
B. BAYI
Menurut Soetjiningsih ( 2004 ), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun. Dengan
pembagian sebagai berikut :
Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak ada
batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga
rentan terhadap kematian.
1. Sistem Pernapasan
Saluran napas perifer masih membuka dan masih sempit, membran mukosa mudah
rusak dan sensitif terhadap trauma ( mudah tersedak, tidak boleh ada asap rokok dari
orang lain . Dalam keadaan normal tangis bayi terdengar keras dan bernada sedang.
Jika terjadi kelainan suara bayi terdengar bernada tinggi dan lemah.
Sirkulasi perifer berjalan lambat, ini akan mengakibatkan sinosis ringan pada tangan
dan kaki serta perbedaan warna pada kulit
3. Sistem Gastrointestinal
4. Warna Kulit
Pada saat kelahiran tangan dan kaki warnanya akan kelihatan lebih gelap daripada
bagian tubuh lainnya, tetapi dengan bertambahnya umur bagian ini akan lebih merah
jambu.
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang
bersifat kuantatif dan dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh ( Depkes RI )
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran dan
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, perkembangan lebih menitikberatkan
aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk
perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan ( Markum,
2010 ).
1. Faktor Genetik
Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Melalui interaksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi,
dapat ditentukan kualitas pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan di negara maju
biasanya disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan di negara berkembang selain
faktor genetik, penyebab kematian terbesar adalah faktor lingkungan yang kurang
memadai.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan dan disebut juga milieu, merupakan tempat anak tersebut hidup dan
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Secara garis besar, faktor
lingkungan dibagi berdasarkan faktor-faktor :
3. Faktor Psikososial
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi
belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan memberikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar.
Secara garis besar, tumbuh kembang dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu tumbuh
kembang fisik, intelektual dan emosional. Selain itu, kualitas tumbuh kembang anak
ini ditentukan oleh faktor potensi genetic heredo dan peran lingkungan.
Suatu kelainan bisa terjadi jika ada faktor genetik dan atau karena faktor lingkungan
yang tidak mampu mencukupi kemampuan dasar tumbuh kembang anak. Peran
lingkungan juga menjadi faktor penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh
kembang anak. Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak meliputi kebutuhan
psikososial yang terdiridari kebutuhan biomedis (asuh) dan kebutuhan psikososial
(asih dan asah). lingkungan ini terdiri dari lingkungan mikro (ayah, kakak, adik,
status sosial ekonomi).
Deteksi tumbuh kembang ini, sudah bisa dilakukan sejak anak memasuki ruang
pemeriksaaan bersama orangtuanya melalui observasi atau pengamatan dengan
memperhatikan mulai penampilan wajah, bentuk kepala, tinggi badan hingga
interaksi dengan lingkungannya.
Deteksi dini tumbuh kembang anak juga ditempuh melalui pemeriksaan fisik rutin,
beberapa hal yang diperiksa pada anak, yakni tinggi badan, berat badan dan ukuran
kepala, tinggi badan dan berat badan berguna untuk mendeteksi gangguan
pertumbuhan.
Kelainan pertumbuhan anak yang dijumpai adalah perawakan pendek ( short statue ),
perawakan tinggi ( tall stature ), yang diklasifikasikan sebagai variasi normal dan
patologis, malnutrisi dan obesitas, apabila menjumpai kelainan pertumbuhan tersebut
diperlukan suatu kiat dalam pengukuran antropometri sebagai salah satu cara
penilaiannya.
1. Pengukuran Antropometrik
Pengukuran ini digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, cairan tubuh, sehingga
diketahui status keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.
Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi di samping faktor
genetik. Penilaian tinggi badan berdasarkan urine menurut WHO dengan baku NCHS
secara persentase dari median dan penilaiannya sebagai berikut :
≥ 90% normal
Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot. Penilaian ini tidak
cocok untuk menilai jaringan lemak tubuh, tetapi tidak dapat digunakan untuk
menilai status gizi pada anak pra sekolah.
e. Pemeriksaan Fisik
Penilaian dilakukan dengan melihat bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh dan
anggota gerak lainnya, menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas,
pantat dan paha.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Penggunaan kurva pertumbuhan ( growth chart ) atau tabel NCHS sebagai baku
secara teratur merupakan alat yang paling tepat untuk menilai status gizi pada
pertumbuhan anak. Dalam pemantauan pertumbuhan anak pada plot berat atau tinggi
badan anak pada kurva NCHS perlu diikuti secara berkala untuk melihat alur
pertumbuhannya menyimpang atau tidak. Pemantauan bukan hanya pada posisi titik
plot itu saja, akan tetapi juga hubungan titik - titik tersebut selama kurun waktu
tertentu.
Terdapat empat variasi kurva pertumbuhan tinggi badan terhadap umur yang harus
diklasifikasikan dalam menentukan pertumbuhan anak yang pendek yaitu
konstitusional, familial, patologis yang terjadi pada masa prenatal atau postnatal.
Untuk kurva pertumbuhan di Indonesia sebenarnya tergantung referensi yang akan
dipakai. Rata-rata tinggi badan tidak berbeda banyak dan kadang-kadang melebihi
batas 160 - 165 cm.
Di Indonesia terdapat kartu menuju sehat ( KMS ) yang dipakai baik untuk
penyuluhan maupun sebagai alat monitor pertumbuhan dan gizi di masyarakat. KMS
di Indonesia merupakan modifikasi WHO-NCHS, yaitu berat badan terhadap umur
anak balita, dilengkapi dengan gambar perkembangan motorik kasar, halus dan
berbahasa.
Tujuan KMS adalah sebagai alat bantu ( instrumen ) bagi ibu atau orang tua dan
petugas untuk memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak balita,
menentukan tindakan-tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
Sistem penilaian gizi dengan pencatatan dalam suatu formulir untuk anak sakit
diajukan oleh Behrman & Kliegman dalam buku Essential’s Nelson’s Texbook of
Pediatrics. Selain data-data tentang masalah makanan dan antropometri, keadaan
klinis anak juga dipaparkan secara rinci. Instrumen semacam ini kiranya cukup
memadai untuk dipergunakan di klinik dilengkapi dengan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lengkap.
Terdapat beberapa metode skrining yang dikembangkan dari refensi luar negeri,
misalnya DDST ( Denver Development Screening Test ) yang sudah dimodifikasi dan
dipakai dalam beberapa buku.
Perkembangan anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik ( nature ) atau
dianggap sebagai produk lingkungan ( nurture ) saja. Model biopsikososial pada
tumbuh kembang anak mengakui pentingnya pengaruh kekuatan intrinsik dan
ekstrinsik.
Skrining perkembangan adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana dan murah bagi
anak-anak yang tanpa gejala namun mempunyai resiko tinggi atau dicurigai
mempunyai masalah.
Denver II dapat digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan
umur-umurnya, anak-anak yang sehat berumur 0 - 6 tahun, anak-anak tanpa gejala
kemungkinan ada kelainan perkembangan. Denver II juga dapat digunakan untuk
memastikan anak dengan persangkaan ada kelainan perkembangan dan melakukan
monitor anak-anak dalam resiko terhadap perkembangan.
Cara melakukan pemeriksaan Denver II, antara lain dilakukan secara kontinyu, anak
didampingi ibu atau pengasuh, anak dan ibu dalam keadaan santai, satu formulir
digunakan beberapa kali pada satu klien. Posisi anak pada saat pemeriksaan, adalah
bayi dibaringkan di atas tempat tidur sedangkan anak duduk di kursi, lengan di atas
meja.
Prinsip pemeriksaan Denver II, yakni dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan,
dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
Pelaksanaan pemeriksaan
Material alat tes dalam pemeriksaan Denver II harus sesuai standar yang telah
ditentukan, material alat-alat tersebut, adalah lembar formulir DDST II, benang
sulaman merah, kismis atau manik-manik, kerincingan dengan pegangan, kubus kayu
berwarna merah, kuning, hijau dengan ukuran dimensi 1 inchi 10 buah, lonceng kecil,
bola tennis, boneka plastik kecil dengan botol susu, cangkir plastik kecil dengan
pegangan, pensil merah, kertas kosong, botol kaca bening dengan tutup berdiameter ±
2 cm dan dapat di buka. Apabila ada, perlu juga disediakan meja dan kursi tiga buah,
ruangan yang cukup luas untuk melakukan tes sektor motorik kasar, serta meja
khusus dengan kasur atau selimut sebagai tempat pemeriksaan bayi kecil.
Cara pengukuran atau pemeriksaan Denver II, antara lain sebagai berikut.
2. Menarik garis pada lembar DDST II sesuai dengan umur yang telah ditentukan
3. Melakukan pengukuran pada anak pada item-item dalam empat sektor dan
memberikan skoring pada setiap item yang dinilai
a. Timbangan ini digunakan untuk menimbang anak sampai umur dua tahun atau
selama anak masih bisa duduk atau berbaring tenang
b. Letakkan timbangan pada tempat yang datar dan tidak mudah bergoyang
d. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa baju, topi, kaus kaki dan sarung tangan
a. Letakkan timbangan di atas lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak
b. Lihat posisi jarum harus ada pada angka 0. jika tidak, maka atur posisi jarum agar
netral atau pada angka 0
c. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu
d. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
g. Bila anak terus-menerus bergerak, perhatikkan gerakan jarum, baca angka yang di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
d. Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 ( pembatas kepala )
e. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas
kaki ke telapak kaki
Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui lingkaran kepala
anak dalam batas normal atau tidak. Jadwal pelaksanaan disesuaikan dengan umur
anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang
lebih besar, umur 12-72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Cara
mengukur lingkar kepala anak sebagai berikut :
1. Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata,
di atas kedua telinga dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
3. Tanyakan tanggal lahir bayi atau anak lalu hitung umur bayi atau anak
4. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin bayi atau anak
5. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran yang
sekarang.
c. Language ( bahasa )
f. Delapan buah kubus ukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm, warna merah, hijau, biru,
kuning, masing-masing 2 buah
h. Manik-manik
i. Lonceng kecil
j. Bola tenis
k. Pensil merah
m. Ruangan yang cukup luas untuk menguji item motorik kasar (gross motor )
Tahap 1 :
a. 3 - 6 bulan
b. 9 - 12 bulan
c. 18 - 24 bulan
d. 3 tahun
e. 4 tahun
f. 5 tahun
Tahap II :
Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap I.
a. Pada garis paling atas dan dasar terdapat skala yang menggambarkan umur dalam
bulan dan tahun mulai lahir sampai dengan 6 tahun. Tiap jarak antara 2 tanda ( garis
kecil tegak ) menunjukkan 1 bulan sampai dengan 24 bulan, lalu tiap jarak
menunjukkan 3 bulan.
b. Di bagian depan ada 125 item yang digambarkan dalam bentuk kotak atau
batangan yang ditempatkan dalam neraca umur dimana 25%, 50%, 75%, 90% dari
sampel standar anak normal dapat melaksanakan tugas tersebut.
c. Pada beberapa kotak tes terdapat foot note / catatan kecil bilangan yang
menunjukkan bahwa cara melaksanakan / menginterprestasi item dapat dilihat dibalik
lembar formulir dengan bilangan yang sama.
d. Huruf L pada tepi kiri kotak item menunjukkan bahwa item tersebut boleh lulus
atau lewat melalui ibu untuk pengasuh anak. Hanya item tes dengan huruf L dalam
kotak yang boleh di “lewat” kan melalui laporan.
b. Pelaksana
2. Alat bantu pemeriksaan berupa pensi, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,
kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak enam buah, kismis, kacang tanah dan potongan
biskuit kecil ukuran 0,5 - 1 cm.
1. Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa. Tentukan umur anak dengan
menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak ( dalam hitungan
bulan ) lebihnya 16 hari, maka dibulatkan menjadi 1 bulan.
2. Setelah menentukan umur anak, pilihlah KPSP yang sesuai dengan umur anak
- Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak. Contoh “ Dapatkah bayi
makan kue sendiri ?”
- Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP, misalnya “ Pada posisi anak telentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke arah posisi duduk !”
4. Jelaskan kepada orang tua agar tidak takut atau ragu-ragu untuk menjawab. Oleh
karena itu, pastikan orang tua atau pengasuh anak mengerti dengan apa yang
ditanyakan kepadanya.
5. Apakah pertanyaan secara berurutan dan satu per satu. Setiap pertanyaan hanya
membutuhkan satu jawaban, yaitu ya atau tidak.
6. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah orang tua atau pengasuh anak
menjawab pertanyaan sebelumnya.
7. Terakhir, teliti kembali apakah semua pertanyaan yang ada dalam KPSP telah
terjawab.
Angka Kematian Bayi menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 2000, 2002, 2007, 2010, 2012
dan Kematian Dibawah Usia Lima Tahun menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 199 dan 2007, 2012
Aceh 143 93 58 58 46 40 - 25 28 47
Lampung 146 99 69 38 48 48 55 43 23 30
Kepulauan Riau - - - - - - - 43 20 35
DI Yogyakarta 102 62 42 30 23 25 20 19 16 25
Bali 130 92 51 58 40 36 14 34 20 29
Gorontalo - - - - - 57 77 52 56 67
Sulawesi Barat - - - - - na 74 48 60
Maluku Utara - - - - - 75 na 51 40 62
Papua Barat - - - - - na 36 28 74
Papua 86 105 80 61 65 57 na 41 19 54
Catatan :
Angka Kematian Dibawah Usia Lima Tahun tidak tersedia untuk 1998
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, SDKI 1994 dan 1997
E. REFLEK-REFLEK FISIOLOGIS
1. Refleks Moro
2. Refleks Rooting
Mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut terbentuk
dengan baik.
Adalah bibir monyong, lidah melipat, menarik ke dalam atau menghisap disebabkan
karena lapar, rangsangan bibir. Timbul saat lahir, usia 6 -8 bulan seperti gerakan
refleks.
Ketika kepala bayi dimiringkan ke kiri maka lengan kirinya akan meregang lurus
sementara siku lengan kanannya akan melipat. Hal ini biasa disebut sebagai posisi
“pagar”.
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan faring untuk
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.
F. RAWAT GABUNG
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama sama atau pada
tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat, ibu
tersebut dapat menyusui anaknya. Dalam pelaksanaanya bayi harus selalu dekat
ibunya semenjak dilahirkan sampai saatnya pulang. Ini sesungguhnya bukan hal yang
baru. Bahkan di daerah pedesaan hampir 80 % ibu melahirkan segera melakukan
rawat gabung di rumahnya masing-masing.
1. Bantuan Emosional
Setelah seminggu selama 9 bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan si ibu
dapat membelai-belai bayi, mendengar tangisnya serta memperhatikan disaat buah
hatinya tidur. Hubungan ibu dan bayi ini sangat penting ditumbuhkan pada saat-saat
awal dan bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu.
2. Penggunaan Asi
Dari segala sudut pertimbangan maka Asi adalah makanan terbaik bagi bayi. Dan
produksi ASI akan makin cepat dan makin banyak bila menyusui dilakukan sesegera
dan sesering mungkin.
3. Pencegahan Infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang akan sulit dicegah.
Dengan melakukan rawat gabung maka infeksi silang dapat dihindari. Kolostrum
yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi akan melapisi seluruh permukaan
mukosa dari saluran pencernaan bayi dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan
mempunyai kekebalan yang tinggi.
4. Pendidikan Kesehatan
1. Di Poliklinik Kebidanan
b. Lebih baik bila ada ruangan untuk memutar film tentang cara perawatan payudara,
keluarga bencana, cara memandikan bayi, merawat tali pusar.
2. Di Kamar Bersalin
a. Bayi yang memenuhi syarat perawatan gabung dilakukan perawatan bayi baru lahir
seperti biasa.
b. Dalam setengah jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya
untuk merangsang pengeluaran ASI
c. Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan perawatan gabung, terutama bagi yang
belum mendapat penyuluhan di poliklinik
3. Di Ruang Perawatan
a. Bayi diletakkan dalam tempat tidur yang ditempatkan di samping tempat tidur ibu
d. Bayi tidak boleh diberi susu dari botol. Bila terpaksa atau sesuai dengan indikasi
medis bayi dapat diberi susu formula dengan menggunakan sendok,cangkir
e. Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk merawat
payudaranya.
Kunjungan Neonatus Menurut DEPKES RI ( 2009 ).
Kunjungan Penatalaksanaan
Berkaitan dengan hak anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai,
maka kewajiban pemerintah UU Perlindungan Anak No 23 tahun 2002 adalah
sebagai berikut :
4. Jika orang tua dan keluarga tidak mampu melaksanakan tanggung jawab untuk
menjaga kesehatan anak, maka pemerintah wajib memenuhinya.
5. Negara, pemerintah, keluarga, orang tua wajib mengusahakan agar anak yang lahir
terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan menimbulkan
kecacatan.
Jika mengacu pada program pokok puskesma, pelayanan pada anak merupakan salah
satu program pokok dari kesehatan ibu dan anak. Tujuan umum pelayanan kesehatan
pada anak adalah meningkatkan derajat kesehatan anak melalui pemantauan status
gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi dasar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu program pokok kesehatan ibu dan anak.
Tujuan umum pelayanan kesehatan pada anak adalah meningkatkan derajat kesehatan
anak melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai
penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dasar, sehingga anak tumbuh
dan berkembang secara optimal.
B. SARAN
Kelompok kami sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang pelayanan kesehatan pada bayi dan balita dan perkembangan
neonatus, bayi dan balita. Dan harapan kami makalah ini tidak hanya berguna bagi
penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca.
BAB III
PENUTUP
C. KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu program pokok kesehatan ibu dan anak.
Tujuan umum pelayanan kesehatan pada anak adalah meningkatkan derajat kesehatan
anak melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai
penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dasar, sehingga anak tumbuh
dan berkembang secara optimal.
D. SARAN
Kelompok kami sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang pelayanan kesehatan pada bayi dan balita dan perkembangan
neonatus, bayi dan balita. Dan harapan kami makalah ini tidak hanya berguna bagi
penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Maryanti, S.SiT, Sujianti, SST, Tri Budiarti, SST. 2011. Buku Ajar Neonatus,
Bayi dan Balita. Jakarta: Tim Info Media
Ari Sulistyawati. 2013. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Salemba
Medika
Pongki Jaya, S.Kep, Ns, M.Kes, Vidia Atika Manggiasih, SST, S.Psi, M.Kes. 2016.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
Jakarta: CV. Trans Info Media