Anda di halaman 1dari 35

PELAYANAN KESEHATAN DAN TUMBUH KEMBANG

NEONATUS, BAYI DAN BALITA


Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kesehatan Reproduksi

Disusun oleh :

Hanifa Ramadhanti (1072171028)


Tirena Putri Nurjani (1072171005)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya tugas ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam tugas ini,
kami membahas tentang “ Pelayanan Kesehatan dan Tumbuh Kembang Neonatus,
Bayi dan Balita.”
Tugas ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai
pengertian neonatus, bayi dan balita, ciri-ciri bayi baru lahir, refleks-refleks fisiologis,
rawat gabung, kebijakan nasional pelayanan kesehatan bayi dan balita, faktor-faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembang neonatus, indikator tumbuh kembang neonatus,
alat bantu pemantauan tumbuh kembang neonatus serta deteksi dini kelainan tumbuh
kembang anak.

Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,


arahan, koreksi dan saran. Untuk itu kami berterima kasih kepada :

1. Yasinta Dewi Kristianti, S.Si.Ti, M.Kes selaku dosen mata kuliah Kesehatan
Reproduksi.

Materi yang kami paparkan dalam tugas ini tentunya jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk
kesempurnaan tugas ini. Demikianlah tugas ini kami buat, semoga bermanfaat.

Jakarta, 26 Oktober 2018

Penyusun
Kelompok 11

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I – Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II – Pembahasan

A. Pengertian Neonatus

B. Pengertian Bayi

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

D. Data-data Statistik

E. Reflek-refleks Fisiologis

F. Rawat Gabung

G. Kebijakan Nasional Neonatus, Bayi dan Balita

BAB III – Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran
Daftar Pustaka

A. NEONATUS

1. Pengertian

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu ( 28 hari ) sesudah
kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 ( baru lahir ) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berumur 0 - 7 hari. Neonatus lanjut adalah
bayi berusia 7 - 28 hari. ( Wafi Nur Muslihatun, 2010 )

Menurut Dep.Kes.RI. ( 2005 ) bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
umur kehamilan 37 minggu - 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000
gram.

Menurut M.Sholeh Kosim ( 2007 ). Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara
2500 - 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan
kongenital ( cacat bawaan ) yang berat.

Bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir ( Muchtar, 2002 ).

Menurut Soetjningsih ( 2004 ) bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun.

1. Manifestasi Klinis Neonatus Normal

Menurut Sarwono Prawiroharjo tahun 2002 :

a. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 / menit yang kemudian turun
sampai 140 / menit - 120 / menit pada waktu bayi berumur 30 menit.

b. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama ( kira-kira 80 / menit ) disertai dengan


pernapasan cuping hidung, retraksi suprastenal dan intercostals, serta rintihan hanya
berlangsung 10 - 15 menit.

c. Nilai apgar 7 - 10

d. Berat badan 2500 - 4000 gram

e. Panjang badan lahir 48 - 52 cm

f. Lingkar kepala 33 -35 cm

g. Lingkar dada 30 - 38 cm

h. Lingkar lengan atas 11 cm

i. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

j. Reflek moro sudah baik, apabila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan


memeluk

k. Grasping reflek sudah baik, apabila diletakkan suatu benda diatas telapak tangan,
bayi akan mengenggam.
B. BAYI

Menurut Soetjiningsih ( 2004 ), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun. Dengan
pembagian sebagai berikut :

1. Masa Neonatal, yaitu usia 0 - 28 hari

a. Masa neonatal dini, yaitu usia 0 - 7 hari

b. Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 - 28 hari.

2. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari - 1 tahun

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak ada
batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga
rentan terhadap kematian.

3. Manifestasi Klinis Bayi

1. Sistem Pernapasan

Saluran napas perifer masih membuka dan masih sempit, membran mukosa mudah
rusak dan sensitif terhadap trauma ( mudah tersedak, tidak boleh ada asap rokok dari
orang lain . Dalam keadaan normal tangis bayi terdengar keras dan bernada sedang.
Jika terjadi kelainan suara bayi terdengar bernada tinggi dan lemah.

2. Sistem Kardiovaskuler dan darah

Sirkulasi perifer berjalan lambat, ini akan mengakibatkan sinosis ringan pada tangan
dan kaki serta perbedaan warna pada kulit

3. Sistem Gastrointestinal

Kapasitas lambung 15 - 30 ml dan akan meningkat dalam minggu - minggu pertama


kehidupan. Pada saat lahir keasaman lambung tinggi namun pada hari ke 10 hampir
tidak ada asam lambung oleh karena itu, rentan terhadap terjadinya infeksi.

4. Warna Kulit
Pada saat kelahiran tangan dan kaki warnanya akan kelihatan lebih gelap daripada
bagian tubuh lainnya, tetapi dengan bertambahnya umur bagian ini akan lebih merah
jambu.

C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA

1.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan ( growth ) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah,


ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat ( gram, pound, kilogram ), ukuran panjang ( cm, meter ), umur tulang
dan keseimbangan metabolik ( retensi kalsium dan nitrogen tubuh ).

Perkembangan ( development ) adalah bertambahnya kemampuan ( skill ) dalam


struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dam dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 2002 ).

Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang
bersifat kuantatif dan dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh ( Depkes RI )

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran dan
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, perkembangan lebih menitikberatkan
aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk
perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan ( Markum,
2010 ).

1.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

1. Faktor Genetik
Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Melalui interaksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi,
dapat ditentukan kualitas pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan di negara maju
biasanya disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan di negara berkembang selain
faktor genetik, penyebab kematian terbesar adalah faktor lingkungan yang kurang
memadai.

2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan dan disebut juga milieu, merupakan tempat anak tersebut hidup dan
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Secara garis besar, faktor
lingkungan dibagi berdasarkan faktor-faktor :

a. Faktor Lingkungan Pranatal


Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan perkembangan
janin, yaitu :
1. Gizi pada Ibu Sewaktu Hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil,
lebih sering menghasilkan bayi lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan
pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir.
2. Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus dapat kelainan
bawaan.
3. Toksin atau Zat Kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat
anti kanker, rokok, alkohol.
4. Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah
somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta.
5. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan
kematian janin, kerusakan otak atau cacat bawaan.
6. Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin, infeksi intrauterin yang
sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH.
7. Stress
Stress yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan.

b. Faktor Lingkungan Postnatal


Faktor lingkungan postnatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayi
adalah :
1. Lingkungan Biologis Terdiri Dari :
a. Ras atau suku bangsa
b. Jenis Kelamin
c. Umur
d. Gizi
e. Perawatan Kesehatan
f. Kepekaan Terhadap Penyakit

2. Faktor Fisik, Yaitu :


a. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah
b. Sanitasi
c. Keadaan rumah
d. Radiasi

3. Faktor Psikososial
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi
belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan memberikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar.

4. Faktor Keluarga dan Adat Istiadat


Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan
atau pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak
karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer
maupun sekunder.
1.3 Indikator Pemantauan Pertumbuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita

Secara garis besar, tumbuh kembang dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu tumbuh
kembang fisik, intelektual dan emosional. Selain itu, kualitas tumbuh kembang anak
ini ditentukan oleh faktor potensi genetic heredo dan peran lingkungan.

Suatu kelainan bisa terjadi jika ada faktor genetik dan atau karena faktor lingkungan
yang tidak mampu mencukupi kemampuan dasar tumbuh kembang anak. Peran
lingkungan juga menjadi faktor penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh
kembang anak. Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak meliputi kebutuhan
psikososial yang terdiridari kebutuhan biomedis (asuh) dan kebutuhan psikososial
(asih dan asah). lingkungan ini terdiri dari lingkungan mikro (ayah, kakak, adik,
status sosial ekonomi).

Deteksi tumbuh kembang ini, sudah bisa dilakukan sejak anak memasuki ruang
pemeriksaaan bersama orangtuanya melalui observasi atau pengamatan dengan
memperhatikan mulai penampilan wajah, bentuk kepala, tinggi badan hingga
interaksi dengan lingkungannya.

Deteksi dini tumbuh kembang anak juga ditempuh melalui pemeriksaan fisik rutin,
beberapa hal yang diperiksa pada anak, yakni tinggi badan, berat badan dan ukuran
kepala, tinggi badan dan berat badan berguna untuk mendeteksi gangguan
pertumbuhan.

Kelainan pertumbuhan anak yang dijumpai adalah perawakan pendek ( short statue ),
perawakan tinggi ( tall stature ), yang diklasifikasikan sebagai variasi normal dan
patologis, malnutrisi dan obesitas, apabila menjumpai kelainan pertumbuhan tersebut
diperlukan suatu kiat dalam pengukuran antropometri sebagai salah satu cara
penilaiannya.
1. Pengukuran Antropometrik

Pengukuran antropometrik sebagai pengukuran pada variasi dimensi fisik dan


komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.
Pengukuran antropometrik ada dua tipe, yaitu pertumbuhan dan ukuran komposisi
tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas
lemak. Pengukuran antropometrik merupakan bagian dari langkah-langkah
manajemen tumbuh kembang anak. Berikut ini langkah-langkah manajemen tumbuh
kembang anak :

a. Pengukuran Berat Badan

Pengukuran ini digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, cairan tubuh, sehingga
diketahui status keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.

b. Pengukuran Panjang Badan

Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi di samping faktor
genetik. Penilaian tinggi badan berdasarkan urine menurut WHO dengan baku NCHS
secara persentase dari median dan penilaiannya sebagai berikut :

≥ 90% normal

< 90% abnormal (malnutrisi kronis).

c. Pengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak.


Pertumbuhan otak kecil menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila otaknya besar
(volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan aliran cairan serebrospinal.
Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih
besar, umur 12-72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan.
d. Pengukuran Lingkar Lengan Atas

Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot. Penilaian ini tidak
cocok untuk menilai jaringan lemak tubuh, tetapi tidak dapat digunakan untuk
menilai status gizi pada anak pra sekolah.

e. Pemeriksaan Fisik

Penilaian dilakukan dengan melihat bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh dan
anggota gerak lainnya, menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas,
pantat dan paha.

f. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan


dengan keadaan penyakit, antara lain pemeriksaan kadar hemoglobin, serum protein
(albumin dan globulin), hormonal.

2. Penggunaan Kurva Pertumbuhan Anak ( KMS, NCHS )

a. Baku ( standar ) NCHS

Penggunaan kurva pertumbuhan ( growth chart ) atau tabel NCHS sebagai baku
secara teratur merupakan alat yang paling tepat untuk menilai status gizi pada
pertumbuhan anak. Dalam pemantauan pertumbuhan anak pada plot berat atau tinggi
badan anak pada kurva NCHS perlu diikuti secara berkala untuk melihat alur
pertumbuhannya menyimpang atau tidak. Pemantauan bukan hanya pada posisi titik
plot itu saja, akan tetapi juga hubungan titik - titik tersebut selama kurun waktu
tertentu.

Terdapat empat variasi kurva pertumbuhan tinggi badan terhadap umur yang harus
diklasifikasikan dalam menentukan pertumbuhan anak yang pendek yaitu
konstitusional, familial, patologis yang terjadi pada masa prenatal atau postnatal.
Untuk kurva pertumbuhan di Indonesia sebenarnya tergantung referensi yang akan
dipakai. Rata-rata tinggi badan tidak berbeda banyak dan kadang-kadang melebihi
batas 160 - 165 cm.

b. Penggunaan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) Sebagai Home Based Record

Di Indonesia terdapat kartu menuju sehat ( KMS ) yang dipakai baik untuk
penyuluhan maupun sebagai alat monitor pertumbuhan dan gizi di masyarakat. KMS
di Indonesia merupakan modifikasi WHO-NCHS, yaitu berat badan terhadap umur
anak balita, dilengkapi dengan gambar perkembangan motorik kasar, halus dan
berbahasa.

Tujuan KMS adalah sebagai alat bantu ( instrumen ) bagi ibu atau orang tua dan
petugas untuk memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak balita,
menentukan tindakan-tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

3. Penilaian dan Klasifikasi Status Gizi

Sistem penilaian gizi dengan pencatatan dalam suatu formulir untuk anak sakit
diajukan oleh Behrman & Kliegman dalam buku Essential’s Nelson’s Texbook of
Pediatrics. Selain data-data tentang masalah makanan dan antropometri, keadaan
klinis anak juga dipaparkan secara rinci. Instrumen semacam ini kiranya cukup
memadai untuk dipergunakan di klinik dilengkapi dengan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lengkap.

4. Data-data Perkembangan dan Maturasi pada Penyimpangan Tumbuh


Kembang

Terdapat beberapa metode skrining yang dikembangkan dari refensi luar negeri,
misalnya DDST ( Denver Development Screening Test ) yang sudah dimodifikasi dan
dipakai dalam beberapa buku.

1.4 Indikator Pemantauan Perkembangan Neonatus, Bayi dan Anak Balita

Perkembangan anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik ( nature ) atau
dianggap sebagai produk lingkungan ( nurture ) saja. Model biopsikososial pada
tumbuh kembang anak mengakui pentingnya pengaruh kekuatan intrinsik dan
ekstrinsik.

Gangguan perkembangan dapat menimbulkan manifestasi klinik yang


bermacam-macam. Manifestasi klinik gangguan perkembangan tersebut, yakni
gangguan motorik kasar, gangguan wicara, gangguan belajar, gangguan psikologis,
gangguan makan, gangguan buang air besar dan lain-lain.

Skrining perkembangan adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana dan murah bagi
anak-anak yang tanpa gejala namun mempunyai resiko tinggi atau dicurigai
mempunyai masalah.

Perangkat skrining perkembangan, terdiri dari beberapa perangkat seperti : denver


development screening test ( Denver ) II dan bayley infant neurodevelopment
screener ( BIS ).

a. Denver Development Screening Test II


Dipublikasikan pertama kali pada tahun 1967 untuk membantu tenaga kesehatan
mendeteksi masalah perkembangan potensial pada anak-anak di bawah usia 6 tahun.

Denver II dapat digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan
umur-umurnya, anak-anak yang sehat berumur 0 - 6 tahun, anak-anak tanpa gejala
kemungkinan ada kelainan perkembangan. Denver II juga dapat digunakan untuk
memastikan anak dengan persangkaan ada kelainan perkembangan dan melakukan
monitor anak-anak dalam resiko terhadap perkembangan.

Cara melakukan pemeriksaan Denver II, antara lain dilakukan secara kontinyu, anak
didampingi ibu atau pengasuh, anak dan ibu dalam keadaan santai, satu formulir
digunakan beberapa kali pada satu klien. Posisi anak pada saat pemeriksaan, adalah
bayi dibaringkan di atas tempat tidur sedangkan anak duduk di kursi, lengan di atas
meja.

Prinsip pemeriksaan Denver II, yakni dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan,
dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.

Pelaksanaan pemeriksaan

Material alat tes dalam pemeriksaan Denver II harus sesuai standar yang telah
ditentukan, material alat-alat tersebut, adalah lembar formulir DDST II, benang
sulaman merah, kismis atau manik-manik, kerincingan dengan pegangan, kubus kayu
berwarna merah, kuning, hijau dengan ukuran dimensi 1 inchi 10 buah, lonceng kecil,
bola tennis, boneka plastik kecil dengan botol susu, cangkir plastik kecil dengan
pegangan, pensil merah, kertas kosong, botol kaca bening dengan tutup berdiameter ±
2 cm dan dapat di buka. Apabila ada, perlu juga disediakan meja dan kursi tiga buah,
ruangan yang cukup luas untuk melakukan tes sektor motorik kasar, serta meja
khusus dengan kasur atau selimut sebagai tempat pemeriksaan bayi kecil.
Cara pengukuran atau pemeriksaan Denver II, antara lain sebagai berikut.

1. Menentukan umur anak pada saat pemeriksaan

2. Menarik garis pada lembar DDST II sesuai dengan umur yang telah ditentukan

3. Melakukan pengukuran pada anak pada item-item dalam empat sektor dan
memberikan skoring pada setiap item yang dinilai

4. Melakukan interpretasi hasil tes keseluruhan.

1.5 Deteksi Dini Pertumbuhan Fisik Bayi dan Anak

Pengkuruan Berat Badan ( TB )

1. Menggunakan Timbangan Bayi

a. Timbangan ini digunakan untuk menimbang anak sampai umur dua tahun atau
selama anak masih bisa duduk atau berbaring tenang

b. Letakkan timbangan pada tempat yang datar dan tidak mudah bergoyang

c. Lihat posisi jarum. Usahakan jarum penunjuk pada posisi 0

d. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa baju, topi, kaus kaki dan sarung tangan

e. Baringkan bayi dengan hati-hati pada alas timbangan

f. Lihat posisi jarum sampai berhenti

g. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum

h. Bila bayi terus-menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum lalu angka di


tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

2. Menggunakan timbangan injak

a. Letakkan timbangan di atas lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak

b. Lihat posisi jarum harus ada pada angka 0. jika tidak, maka atur posisi jarum agar
netral atau pada angka 0

c. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu
d. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi

e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti

f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan

g. Bila anak terus-menerus bergerak, perhatikkan gerakan jarum, baca angka yang di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

Pengukuran Panjang Badan ( PB ) atau Tinggi Badan ( TB )

1. Cara Mengukur Posisi Berbaring

a. Sebaiknya dilakukan oleh dua orang

b. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar

c. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0

d. Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 ( pembatas kepala )

e. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas
kaki ke telapak kaki

f. Petugas 2 : membaca angka di tepi luar pengukur.

2. Cara Mengukur dengan Posisi Berdiri

a. Anak tidak memakai sandal atau sepatu

b. Berdiri tegak menghadap ke depan


c. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur

d. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun

e. Baca angka pada batas tersebut.

Pengukuran Lingkar Kepala Anak

Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui lingkaran kepala
anak dalam batas normal atau tidak. Jadwal pelaksanaan disesuaikan dengan umur
anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang
lebih besar, umur 12-72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Cara
mengukur lingkar kepala anak sebagai berikut :

1. Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata,
di atas kedua telinga dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.

2. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0

3. Tanyakan tanggal lahir bayi atau anak lalu hitung umur bayi atau anak

4. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin bayi atau anak

5. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran yang
sekarang.

1.6 DETEKSI TUMBUH KEMBANG MENGGUNAKAN DDST II


DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak,
tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang
diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat ( 15 - 20
menit ).

Keuntungan dari pemeriksaan DDST II ini adalah DDST II mampu menilai


perkembangan anak sesuai usia, mampu memantau perkembangan anak usia 0 - 6
tahun, mampu memonitor anak dengan risiko perkembangan, mampu menjaring
adanya kelainan perkembangan pada anak dan mampu memastikan apakah anak yang
diduga ada kelainan perkembangan benar-benar mengalami kelainan.

1. Aspek perkembangan yang dinilai dalam pemeriksaan DDST II

a. Personal social ( perilaku sosial )

b. Fine Motor adaptive (gerakan motorik halus )

c. Language ( bahasa )

d. Gross Motor ( gerakan motorik kasar ).

2. Alat yang digunakan :

a. Benang wol merah

b. Icik-icik dengan pegangan kecil

c. Boneka kecil dengan botol susu

d. Cangkir kecil dengan pegangan

e. Kertas putih berukuran folio

f. Delapan buah kubus ukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm, warna merah, hijau, biru,
kuning, masing-masing 2 buah

g. Botol kecil warna bening dengan tutup berdiameter ± 2 cm

h. Manik-manik
i. Lonceng kecil

j. Bola tenis

k. Pensil merah

l. Meja dan kursi untuk examiner, ibu dan anak

m. Ruangan yang cukup luas untuk menguji item motorik kasar (gross motor )

n. Tempat tidur lengkap dengan perlak dan laken

o. Lembar formulir DDST

p. Buku petunjuk sebagai referensi.

3. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap

Tahap 1 :

a. 3 - 6 bulan

b. 9 - 12 bulan

c. 18 - 24 bulan

d. 3 tahun

e. 4 tahun

f. 5 tahun

Tahap II :

Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap I.

4. Lembar Formulir Tes :

a. Pada garis paling atas dan dasar terdapat skala yang menggambarkan umur dalam
bulan dan tahun mulai lahir sampai dengan 6 tahun. Tiap jarak antara 2 tanda ( garis
kecil tegak ) menunjukkan 1 bulan sampai dengan 24 bulan, lalu tiap jarak
menunjukkan 3 bulan.
b. Di bagian depan ada 125 item yang digambarkan dalam bentuk kotak atau
batangan yang ditempatkan dalam neraca umur dimana 25%, 50%, 75%, 90% dari
sampel standar anak normal dapat melaksanakan tugas tersebut.

c. Pada beberapa kotak tes terdapat foot note / catatan kecil bilangan yang
menunjukkan bahwa cara melaksanakan / menginterprestasi item dapat dilihat dibalik
lembar formulir dengan bilangan yang sama.

d. Huruf L pada tepi kiri kotak item menunjukkan bahwa item tersebut boleh lulus
atau lewat melalui ibu untuk pengasuh anak. Hanya item tes dengan huruf L dalam
kotak yang boleh di “lewat” kan melalui laporan.

Formulir Tes Denver II Halaman Depan

Formulir Tes Denver II Halaman Belakang


5. Contoh Profil Hasil Tes DDST

1.7 DETEKSI TUMBUH KEMBANG MENGGUNAKAN KPSP


a. Jadwal Pelaksanaan Skrining

Secara rutin dilakukan pada anak umur 3,6,9,12,15,18,21,24,54,60,66 dan 72 bulan.


Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, maka ibu datang kembali pada
umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan anak.

b. Pelaksana

Skrining menggunakan KPSP dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan


petugas PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ) yang telah terlatih.

c. Alat atau Instrumen yang Digunakan

1. Formulir KPSP menurut umur, formulir ini berisi 9 - 10 pertanyaan tentang


kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP adalah anak umur
0 - 72 bulan.

2. Alat bantu pemeriksaan berupa pensi, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,
kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak enam buah, kismis, kacang tanah dan potongan
biskuit kecil ukuran 0,5 - 1 cm.

d. Cara Penggunaan KPSP

1. Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa. Tentukan umur anak dengan
menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak ( dalam hitungan
bulan ) lebihnya 16 hari, maka dibulatkan menjadi 1 bulan.

2. Setelah menentukan umur anak, pilihlah KPSP yang sesuai dengan umur anak

3. KPSP terdiri atas dua macam pertanyaan sebagai berikut

- Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak. Contoh “ Dapatkah bayi
makan kue sendiri ?”

- Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP, misalnya “ Pada posisi anak telentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke arah posisi duduk !”
4. Jelaskan kepada orang tua agar tidak takut atau ragu-ragu untuk menjawab. Oleh
karena itu, pastikan orang tua atau pengasuh anak mengerti dengan apa yang
ditanyakan kepadanya.

5. Apakah pertanyaan secara berurutan dan satu per satu. Setiap pertanyaan hanya
membutuhkan satu jawaban, yaitu ya atau tidak.

6. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah orang tua atau pengasuh anak
menjawab pertanyaan sebelumnya.

7. Terakhir, teliti kembali apakah semua pertanyaan yang ada dalam KPSP telah
terjawab.

KPSP Pada Bayi Umur 6 Bulan


KPSP Pada Bayi Umur 12 Bulan

D. DATA -DATA STATISTIKA

Angka Kematian Bayi menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 2000, 2002, 2007, 2010, 2012

dan Kematian Dibawah Usia Lima Tahun menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 199 dan 2007, 2012

Angka Kematian Bayi


Provinsi
1971 1980 1990 1994 1997 2000 2002 2007 2010 2012

Aceh 143 93 58 58 46 40 - 25 28 47

Sumatera Utara 121 89 61 61 45 44 42 46 26 40

Sumatera Barat 152 121 74 68 66 53 48 47 30 27

Riau 146 110 65 72 60 48 43 37 23 24

Jambi 154 121 74 60 68 53 41 39 29 34

Sumatera Selatan 155 102 71 60 53 53 30 42 25 29

Bengkulu 167 111 69 74 72 53 53 46 28 29

Lampung 146 99 69 38 48 48 55 43 23 30

Kepulauan Bangka Belitung - - - - - 53 43 39 27 27

Kepulauan Riau - - - - - - - 43 20 35

DKI Jakarta 129 82 40 30 26 25 35 28 14 22

Jawa Barat 167 134 90 89 61 57 44 39 26 30

Jawa Tengah 144 99 65 51 45 44 36 26 21 32

DI Yogyakarta 102 62 42 30 23 25 20 19 16 25

Jawa Timur 120 97 64 62 36 48 43 35 25 30


Banten - - - - - 66 38 46 24 32

Bali 130 92 51 58 40 36 14 34 20 29

Nusa Tenggara Barat 221 189 145 110 111 89 74 72 48 57

Nusa Tenggara Timur 154 128 77 71 60 57 59 57 39 45

Kalimantan Barat 144 119 81 97 70 57 47 46 28 31

Kalimantan Tengah 129 100 58 16 55 48 40 30 23 49

Kalimantan Selatan 165 123 91 83 71 70 45 58 34 44

Kalimantan Timur 104 100 58 61 51 40 42 26 21 21

Sulawesi Utara 114 93 63 66 48 28 25 35 25 33

Sulawesi Tengah 150 130 92 87 95 66 52 60 45 58

Sulawesi Selatan 161 111 70 64 63 57 47 41 31 25

Sulawesi Tenggara 167 116 77 79 78 53 67 41 40 45

Gorontalo - - - - - 57 77 52 56 67

Sulawesi Barat - - - - - na 74 48 60

Maluku 143 123 76 68 30 61 na 59 45 36

Maluku Utara - - - - - 75 na 51 40 62

Papua Barat - - - - - na 36 28 74

Papua 86 105 80 61 65 57 na 41 19 54

INDONESIA 145 109 71 66 52 47 43 39 26 34

Catatan :

SDKI = Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Angka Kematian Dibawah Usia Lima Tahun tidak tersedia untuk 1998

Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, SDKI 1994 dan 1997

E. REFLEK-REFLEK FISIOLOGIS

1. Refleks Moro

Adalah rangsangan pendek yang menyebabkan lengan terangkat ke atas ke bawah,


terkejut dan relaksasi. Yang timbul pada saat lahir, hilang sekitar 2 bulan.

2. Refleks Rooting

Mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut terbentuk
dengan baik.

3. Refleks Grasp ( Refleks Mengenggam )


Adalah bayi menggenggam setiap benda yang diletakkan ke dalam tangannya cukup
kuat sehingga dapat menyebabkan tubuhnya terangkat relaks. Timbul saat lahir,
hilang sekitar usia 2 bulan.

4. Refleks Suck ( Refleks Menghisap )

Adalah bibir monyong, lidah melipat, menarik ke dalam atau menghisap disebabkan
karena lapar, rangsangan bibir. Timbul saat lahir, usia 6 -8 bulan seperti gerakan
refleks.

5. Refleks Tonic Reflex ( Tonus Leher Asimetrik )

Ketika kepala bayi dimiringkan ke kiri maka lengan kirinya akan meregang lurus
sementara siku lengan kanannya akan melipat. Hal ini biasa disebut sebagai posisi
“pagar”.

6. Refleks Swallowing ( Refleks Menelan )

Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan faring untuk
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.

F. RAWAT GABUNG

Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama sama atau pada
tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat, ibu
tersebut dapat menyusui anaknya. Dalam pelaksanaanya bayi harus selalu dekat
ibunya semenjak dilahirkan sampai saatnya pulang. Ini sesungguhnya bukan hal yang
baru. Bahkan di daerah pedesaan hampir 80 % ibu melahirkan segera melakukan
rawat gabung di rumahnya masing-masing.

Rawat gabung dapat bersifat :

1. Kontinu, dengan bayi tetap berada di samping ibunya terus menerus

2. Intermiten, di mana bayi sewaktu-waktu ingin menyusui, atau atas permintaan


ibunya dapat dibawa kepada ibunya.
Tujuan rawat gabung :

1. Bantuan Emosional

Setelah seminggu selama 9 bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan si ibu
dapat membelai-belai bayi, mendengar tangisnya serta memperhatikan disaat buah
hatinya tidur. Hubungan ibu dan bayi ini sangat penting ditumbuhkan pada saat-saat
awal dan bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu.

2. Penggunaan Asi

Dari segala sudut pertimbangan maka Asi adalah makanan terbaik bagi bayi. Dan
produksi ASI akan makin cepat dan makin banyak bila menyusui dilakukan sesegera
dan sesering mungkin.

3. Pencegahan Infeksi

Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang akan sulit dicegah.
Dengan melakukan rawat gabung maka infeksi silang dapat dihindari. Kolostrum
yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi akan melapisi seluruh permukaan
mukosa dari saluran pencernaan bayi dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan
mempunyai kekebalan yang tinggi.

4. Pendidikan Kesehatan

Pada saat melaksanakn rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan


pendidikan kesehatan kepada ibu. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi,
merawat tali pusar, perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik, merupakan
bahan-bahan yang diperlukan si ibu.

Pelaksaan Rawat Gabung :

1. Di Poliklinik Kebidanan

a. Ibu-ibu diberikan pelayanan tentang kebaikan ASI dan perawatan gabung,


perawatan payudara, makanan ibu hamil, perawatan bayi dan lain-lain.

b. Lebih baik bila ada ruangan untuk memutar film tentang cara perawatan payudara,
keluarga bencana, cara memandikan bayi, merawat tali pusar.

c. Melayani konsultasi dalam masalah kesehatan ibu dan anak

d. Membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung, aktivitas-aktivitas yang


dijumpai.

2. Di Kamar Bersalin

a. Bayi yang memenuhi syarat perawatan gabung dilakukan perawatan bayi baru lahir
seperti biasa.

b. Dalam setengah jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya
untuk merangsang pengeluaran ASI

c. Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan perawatan gabung, terutama bagi yang
belum mendapat penyuluhan di poliklinik

d. Mengisi status secara lengkap dan benar

e. Persiapan agar ibu dan bayinya dapat bersama-sama keruangan.

3. Di Ruang Perawatan

a. Bayi diletakkan dalam tempat tidur yang ditempatkan di samping tempat tidur ibu

b. Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat mengenali


keadaan-keadaan yang tidak normal serta kemudian meloprkan kepada dokter juga.

c. Bayi boleh menyusu bila bayi atau ibu mengingikan

d. Bayi tidak boleh diberi susu dari botol. Bila terpaksa atau sesuai dengan indikasi
medis bayi dapat diberi susu formula dengan menggunakan sendok,cangkir

e. Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk merawat
payudaranya.
Kunjungan Neonatus Menurut DEPKES RI ( 2009 ).

Kunjungan Penatalaksanaan

Kunjungan Neonatal ke - 1 dilakukan 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi,


dalam kurun waktu 6-48 jam setelah bayi hindari memandikan bayi hingga
lahir. sedikitnya 6 jam dan hanya setelah itu
jika tidak terjadi masalah medis dan jika
suhunya 36,5º. bungkus bayi dengan kain
yang kering dan hangat, kepala bayi
harus tertutup.

2. Pemeriksaan fisik bayi

3. Dilakukan pemeriksaan fisik

4. Gunakan tempat yang hangat dan


bersih

5. Cuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan pemeriksaan.

Kunjungan Neonatal ke - 2 dilakukan 1. Menjaga tali pusar dalam keadaan


pada kurun waktu hari ke - 3 sampai bersih dan kering
dengan hari ke - 7 setelah bayi.
2. Menjaga kebersihan bayi

3. Pemeriksaan tanda bahaya seperti


kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,
diare, berat badan rendah dan masalah
pemberian ASI

4. Menjaga keamanan bayi

5. Menjaga suhu tubuh bayi.

Kunjungan Neonatal ke - 3 dilakukan 1. Pemeriksaan fisik


pada kurun waktu hari ke - 8 sampai
dengan hari ke - 28 setelah lahir. 2. Menjaga kebersihan bayi

3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda


bahaya bayi baru lahir

4. Menjaga keamanan bayi

5. Menjaga suhu tubuh bayi

G. KEBIJAKAN NASIONAL NEONATUS, BAYI DAN BALITA

Berkaitan dengan hak anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai,
maka kewajiban pemerintah UU Perlindungan Anak No 23 tahun 2002 adalah
sebagai berikut :

1. Wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang


komperhensif agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak
dalam kandungan.

2. Penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan upaya kesehatan secara komperhensif


harus didukung oleh peran serta masyarakat

3. Upaya kesehatan yang komperhensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif


dan rehabilitatif, baik untuk pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan
diselenggarakannya secara cuma-cuma bagi keluarga yang tidak mampu.

4. Jika orang tua dan keluarga tidak mampu melaksanakan tanggung jawab untuk
menjaga kesehatan anak, maka pemerintah wajib memenuhinya.

5. Negara, pemerintah, keluarga, orang tua wajib mengusahakan agar anak yang lahir
terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan menimbulkan
kecacatan.

Jika mengacu pada program pokok puskesma, pelayanan pada anak merupakan salah
satu program pokok dari kesehatan ibu dan anak. Tujuan umum pelayanan kesehatan
pada anak adalah meningkatkan derajat kesehatan anak melalui pemantauan status
gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi dasar.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu program pokok kesehatan ibu dan anak.
Tujuan umum pelayanan kesehatan pada anak adalah meningkatkan derajat kesehatan
anak melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai
penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dasar, sehingga anak tumbuh
dan berkembang secara optimal.

B. SARAN

Kelompok kami sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang pelayanan kesehatan pada bayi dan balita dan perkembangan
neonatus, bayi dan balita. Dan harapan kami makalah ini tidak hanya berguna bagi
penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca.
BAB III

PENUTUP

C. KESIMPULAN

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu program pokok kesehatan ibu dan anak.
Tujuan umum pelayanan kesehatan pada anak adalah meningkatkan derajat kesehatan
anak melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai
penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dasar, sehingga anak tumbuh
dan berkembang secara optimal.

D. SARAN

Kelompok kami sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang pelayanan kesehatan pada bayi dan balita dan perkembangan
neonatus, bayi dan balita. Dan harapan kami makalah ini tidak hanya berguna bagi
penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Maryanti, S.SiT, Sujianti, SST, Tri Budiarti, SST. 2011. Buku Ajar Neonatus,
Bayi dan Balita. Jakarta: Tim Info Media

Ari Sulistyawati. 2013. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Salemba
Medika

Pongki Jaya, S.Kep, Ns, M.Kes, Vidia Atika Manggiasih, SST, S.Psi, M.Kes. 2016.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
Jakarta: CV. Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai