Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Di dalam ibadah kita
dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya baik itu nilai pendidikan,
moral, aqidah, keimanan, dan lain-lain. Tujuan pendidikan Islam adalah mendidik
manusia untuk beribadah kepada Allah swt, membentuk manusia bertaqwa kepada-Nya,
serta mendidik manusia agar memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam ibadah.

Allah telah menetapkan tujuan penciptaan manusia dan jin yaitu untuk beribadah kepada-
Nya, sebagai mana terdapat dalam firman-Nya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”. (Adz Dzariyat 56)

Ibadah dalam Islam mencakup seluruh sisi kehidupan, ritual dan social, habluminallah,
dan habluminan naas, meliputi pikiran, perasaan, dan pekerjaan. “Katakanlah:
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku,dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam”. (Al An’am 162).

Ibadah disebut benar manakala terpenuhi dua syarat yaitu ikhlash karena Allah dan
mengikuti aturan syariat. Allah berfirman: “yang menjadikan mati dan hidup, supaya
Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al Mulk 2).

Nilai dalam hal ini adalah konsep yang berupa ajaran-ajaran Islam, dimana ajaran Islam
itu sendiri merupakan seluruh ajaran Allah yang bersumber Al-Qur’an dan Sunnah yang
pemahamannya tidak terlepas dari pendapat para ahli yang telah lebih memahami dan
menggali ajaran Islam. Peran ibadah dalam mendidik manusia agar menjadi manusia
yang berakal berfikir sistematis dan menggunakan pikirannya secara terus menerus yang
merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai media mendidik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat ibadah

Ibadah (‫ )عبادة‬secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam


syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi
ibadah itu antara lain :

1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang


digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi,
3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah ,
baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi
ibadah yang paling lengkap.

Ibadah itu terbagi menjadiibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut),
raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan
rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat,
zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik danhati). Serta masih banyak
lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah berfirman, “Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak
menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai
kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)

Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka
melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka
kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka
siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-
Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku
bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah
mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah )

B. Nataij Ibadah (hasil-hasil Ibadah)

Ibadah yang shahih akan menghasilkan dan melahirkan sikap dan perilaku yang
positif dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi bekal dan pegangan dalam mengemban
amanah sebagai hamba Allah khususnya tugas da’wah. Diantara dampak dari ibadah
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya Keimanan. Ulama ahlu sunah wal jamaah sepakat bahwa iman
mengalami turun naik, kuat dan lemah, pasang-surut, menguat dengan amal shalih dan
melemah dengan maksiat. Allah berfirman: “sesungguhnya orang-orang yang
beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayat bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya
kepada Allahlah mereka bertawakal:”.( Al Anfal 2.)

2. Semakin kuat penyerahan diri kepada Allah (Islam). Ketika kaum muslimin
menhghadapi kekuatan sekutu pada perang ahzab keyakinannya akan kemenangan
yang dijanjikan Allah semakin mantap dan keislaman mereka semakin kuat. “dan
tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka
berkata: inilah yang dijanjikan Allah dan rasulNya kepada kita, dan benarlah Allah
dan RasulNya dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali
iman dan ketundukan”. (Al Ahzab 22)

3. Ihsan Dalam Beribadah. Yaitu asy syu’ur bii uroqobatillah (merasa selalu diawasi
Allah) sebagaimana Rasulullah menjelaskan dalam hadits Bukhari.

“َُ‫نُتَ َراهُُفَ ِإنَهُُيَ َراك‬ ُ‫ّللاَُ َكأَنَكَُُتَ َراهُُفَ ِإ إ‬


ُ‫نُلَ إُمُتَك إ‬ ُ‫سانُُأ َ إ‬
َُ ُ‫نُت َ إعب َُد‬ ِ‫“ إ‬
َ ‫اْلحإ‬

“Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika
kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Allah Melihat kamu.” (HR.Bukhari).

Ketika seorang muslim merasa diawasi Allah dalam beribadah, maka dia berusaha
maksimal melalukannya sesuai dengan petunjuk syari’at dan ikhlas karena-Nya, inilah
yang dimaksud dengan ihsan di dalam surat Al-Mulk ayat 2

4. Ikhbat (tunduk). Ibadah yang sebenarnya manakala dilakukan dengan kesadaran dan
dorongan hati,bukan formalitas dan rutinitas belaka. Tunduk dan patuh baru akan
tumbuih apabila didasari pemahaman yang dalam dan keimanan yang kuat
sebagaimana firmanNya: “dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini
bahwasanya Al Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan
tunduk hati mereka kepadaNya. (Al Hajj 54)

5. Tawakal. Ibadah yang benar berdampak kehidupan seseorang ketika menghadapi


tantangan hidup terutama tantangan da’wah, para nabi ketika menghadapi penolakan
da’wah kaum mereka, mereka menyerahkan semua itu kepada Allah. Hud 56

6. Mahabbah (rasa cinta). Seorang mukmin dengan beribadah dapat merasakan cinta
kepada Allah dan allah mencintainya. Lihat AsSajdah 15-16

7. Taubat. Kata-kata yang paling sering diungkapkan oleh orang yang beriman terutama
yang aktif berda’wah di jalan Allah adalah memohon ampunan dari dosa dan
kesalahan. “Tidak ada do’a mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-
dosa kami dan tindakan-tindakan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah
kami terhadap kaum yang kafir”. (Ali Imran 147).
8. Roja (mengharap rahmat Allah). Seorang mukmin dalam beramal hanya
mengharapkan rahmat Allah,“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang
yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah,

9. Berdo’a. orang yang beriman ketika beribadah selalu meminta kepada Allah, tidak
meminta kepada selain-Nya.

10. Khusyu’. Orang yang beriman itu ketika disebut nama Allah hatinya tunduk dan
khusyu kepada Allah. “dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis
dan mereka bertambah khusyu’ (al Isra 107-109)

C. Halawah Ibadah (Manisnya Ibadah)

Tidak diragukan lagi bahwa setiap ibadah memiliki kelezatan, jika tidak maka tidak
ada kemanisan di dalamnya. Dan di antara dalil-dalil atas lezatnya ibadah adalah sabda
Nabi SAW :

‫ذاقُطعمُاْليمانُمنُرضيُباهللُرباُوُبُاْلسالمُديناُوُبمحمدُرسوال‬

"Akan merasakan manisnya iman orang-orang yang ridla Allah sebagai Rabb dan
Muhammad sebagai Rasul." Dan sabdanya:

ُ‫ُأنُيكونُهللاُوُرسولهُأحبُإليهُمماسواهماُوأنُيحبُالمرءُالُيحبُإال‬:‫ثالثُمنُكنُفيهُوجدُحالوةُاْليمان‬
‫ُوأنُيكرهُأنُيعودُفيُكفرُبعدُأنُأنقذهُهللاُمنهُكماُيكرهُأنُيقذفُفيُالنار‬,‫هللا‬

"Tiga hal yang barang siapa yang ada di dalamnya akan mendapatkan manisnya iman,
hendaklah ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaanya pada yang lainnya.
Hendaklah ia benci kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya sebagimana ia
membenci untuk dicampakkan ke neraka". Dan di dalam riwayat imam Ahmad dari Abu
Razin Al Aqili :

"Jika Anda sudah menjadi demikian maka sesungguhnya manisnya iman telah masuk
di dalam hatimu sebagaimana manisnya air kepada orang yang harus pada hari yang
sangat panas."

"Salah seorang diantara Anda merasakan manisnya iman sehingga aku lebih ia cintai
dari anaknya, bapaknya dan nyawanya yang ada di antara rusuknya dan manusia
semuanya"

Tanda-Tanda Yang menunjukan seorang mu`min Yang telah merasakan lezatnya


ibadah :

1. Bersegera dalam ketaatan

Seorang mu`min ketika dia menjumpai salah satu dari ibadah dia akan bergegas
menyambutnya karena cinta atas kedatangannya, sebagaimana ketika datangnya
waktu shalat atau ketika mendekati bulan Ramadhan atau haji atau jihad atau yang
lainnya .

Sahabat Adi bin Hatim (wafat: 68 H) berkata:"Tidaklah datang waktu shalat itu
kecuali aku sudah siap dan ia tidak datang kecuali aku sudah bersiwak ".Dia telah siap
untuk shalat sebelum waktunya dan bersiwak ketika memasukinya.

Dan pemimpin para tabi`in Said bin Musayib (wafat: 94 H) berkata: "Tidaklah
seorang mu`adzin mengumadankan adzan sejak tiga pulah tahun kecuali saya berada
di masjid." Kalau bukan karena kerinduanya ketemu dengan Allah maka ia tidak
mungkin bergegas ke masjid sebelum adzan selama tiga puluh tahun. Adapun imam
qori' `Asim bin Abi Najud al Asa (wafat: 128 H) setiap kali lewat masjid ia berkata
:"Mari kita tempati karena sesungguhnya kebutuan kita tidak akan lewat", kemudian
ia masuk dan shalat. Inilah kerinduan dan kebutuhannya terhadap sholat setiap waktu.

Dan berkata Muhammad bin Samaah at-Taimi al-Kufi (wafat: 233 H) :"Saya tingal di
sini selama empat pulah tahun dan tidak pernah ketingalan takbiratul ihram kecuali
ketika hari kematian ibuku",dan ini dibawah derajat yang pertama, karena yang
disebut takbir yang pertama bukan mendatangi azdan,

Dan bahwasannya sahabat Abdullah bin rawahah jika ia ingin keluar rumah ia shalat
dua rakaat dan jika ia masuk rumah ia shalat dua rakaaat dan ia tidak
meningalkannya.

Nabi saw telah memuji Abdullah bin rawahah (wafat: 6 H) dalam sabdanya :

‫رحمهُهللاُأخيُعبدُهللاُبنُرواحةُكانُأينماُأدركتهُالصالةُأناخ‬

"Semoga Allah merahmati saudaraku Abdullah bin Rawahah yang mana setiap aku
menemuinya ia sedang shalat"

Dan dia (Abdullah bin Rawahah) rkh berusaha mencintai ketika ia kembali dan
meninggalkan rumahnya dalam keadaan berdzikir kepada Allah di samping itu ia
tidak ingin mengahirkan shalat dari waktunya meskipun dalam keadaan sibuk atau
dalam safar, semua itu karena cintanya pada shalat dan bermunajat.

Dan jika itu terjadi pada shalat maka seluruh amalan yang lainnya pun akan demikian
juga dan Abu Bakar selalu mendahului Umar ra dalam kebaikan sebagaimana yang
telah maklum.

Oleh karena itu sesungguhya syetan berjuang agar seorang mukmin mengakhirkan
ketaatan sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadits yang shahih:

ُ‫ُفإن‬,‫ُعليكُليلُطويلُفارقد‬:‫يقعدُالشيطانُعلىُقاُفيهُرأسُأحدكمُإذاُهوُنامُثالثُعقدُيضربُعلىُكلُعقدة‬
ُ‫ُفإنُصلى ُانحلتُعقدهُكلها ُفأصبحُنشيطاُطيب‬,‫ُفإنُتوضأ ُانحلتُعقده‬,‫استيقظُفذكرُهللاُتعلى ُاحلتُعقده‬
‫ُوُإالُخبيثُالنفسُكسالن‬,‫النفس‬
"Syetan duduk di atas kening di antara salah satu dari kalian jika ia tidur tiga ikatan.
Dia memukulkan setiap tiga ikatan itu dengan berkata:' Malammu pajang maka
tidurlah', jika Anda bangun dan mengingat Allah Ta'ala maka terurailah ikatan yang
pertama, kemudian jika ia berwudhu terurailah ikatan yang kedua, jika ia sholat
terurai ikatan semuanya (yang ketiga) maka pagi itu menjadi bagi yang
menyenangkan dan jika tidak seperti itu, pagi itu menjadi jelek dan memalaskan"

Dan sesungguhnya bersegera kepada ketaatan bukan termasuk tergesa -gesa yang
tercela akan tetapi Rasulullah SAW menjelaskan:

‫أنُالتؤدةُفيُكلُشيئُخيرُإالُفيُعملُاالخرة‬

"Sesungguhnya santai dalam segala sesuatu itu baik kecuali dalam amal akhirat."

Alangkah baiknya sifat Yunus bin Ubaid sesungguhnya tidaklah datang perintah
Allah kecuai ia dalam keadaan siap. Maka dia selalu dalam keadaan wudlu agar tidak
ketinggalan sholat sunnah atau wajib kapan saja masuk waktunya. Dan dia juga
seorang yang zuhud di dalam dunia dan dia telah menulis wasiat menyambut
kematiaanya, begitu pula ketika akan keluar berjihad. Demi Allah sesungguhnyna ia
adalah derajat yang besar bagi siapa yang dikehendaki Allah untuknya.

Dan jika Anda sanggup wahai saudaraku seiman untuk tidak didahului seorang dalam
kebaikan maka kerjakanlah sebagaimana yang diwasiatkan kepadamu. Dan janganlah
Anda menjadi orang yang selalu mendahului dalam perkara dunia dari mereka dan
orang yang paling akhir dari mereka dalam amlan-amalan akhirat. Sesungguhnya
Rasulullah SAW telah bersabda :

‫الُتكنُاولُداخلُإلىُالسوقُوالُاخرُخارجُمنه‬

"Janganlah Anda menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan orang yang
terakhir keluar darinya",

Yang demikian itu karena pasar adalah rumah syetan. Dan hadits tersebut merupakan
peringatan bagi seorang mukmin untuk tidak berloma-lomba dalam perkara dunia,
tetapi hanya berlomba-lomba dalam urusan akhirat. Kepada Allahlah kita minta
pertolongan.

2. Memanjangkan sholat

Orang yang merasakan lezatnya ibadah maka ia tidak merasakan berapa panjang
waktu yang ia lewati.bahkan waktu berjam-jam seakan-akan hanya dalam hitungan
menit.akan lewat waktu yang panjang sebagimana beberapa menit saja.

Waktu yang dihabiskan untuk kesenangan menjadi satu jam

Sehari dihabiskan untuk kejahatan sea-akan setahun.


Maka dari itu baginda Rasulullah SAW mendirikan malamnya dengan Surat Al
Baqarah dan Ali Imran dan An Nisa dalam satu rekaat tanpa merasakan waktu yang
panjang karena larut dalam kenikmatan bermunajat.

Dan demikianlah para sahabat dan para tabiin dalam kebaikan. Dan sesungguhnya
khalifah Utsman bin Afan (wafat: 35 H) mengkhatamkan Al Qur'an dalam satu
rekaat. Sebagaiman yang diketahui darinya. 1[21] Dan yang demikian tidak akan
terjadi kecuali hilangnya rasa capek dengan merasakan kenikmatan Al qur'an dan ia
berkata:"Seandainya hati kalian itu suci maka kalian tidk mungkin kenyang dengan
firman Rabb kaian."

Dan begitu pula Tamim Ad Dari (wafat: 40 H) 2[23]dan Sa'id bin Jubair (wafat: 95 H)
dan Imam Abu Hanifah An Nu'man (Wafat: 150 H) mereka mengkhatamkan
AlQur'an dalam satu rekaat. Sebagaimana yang dikatakan Imam Nawawi (wafat: 676
H), dan itu mungkin terjadi di malam yang panjang pada musim dingin. Dan
dikatakan sebagi waktu yang barokah.

Dan bahwasannya Abu Ishak Asy Sya'bi (wafat: 127 H) ketik ia menginjak tua dan
tidak kuat berdiri sehingga dibangkitkan dan jika manusia membangkitkannya maka
ia membaca seribu ayat dan ia berkata:"Saya telahlemah dan tulang-tulangku telah
rapuh dan sesungguhnya aku hari ini tidak mendirikan sholat kecuali dengan
membaca Al Baqorah dan Ali Imran. Subhanallah.

Subhanallah ! Ketika ia dalam kadaaan lemah ia tetap mendirikan sholat dan tidak
beranjak rukuk kecuali setelah membaca Al Baqarah dan Ali Imran dan membaca
keduannya membutuhkan satu jam seperempat.

Di antara mereka adalah tabi'in Sa'id bin Musayyib yang disebutkan sesungguhnya ia
shalat dhuhur dengan memakai wudlunya shalat 'isyak selama lima puluh tahun. Dan
dialah pemimpin para tabi'in dan bukanlah yang ia kerjakan itu kemungkaran, yang ia
mengingkarinya. Dan yang demikian itu bukan hanya setahun atau dua tahun, jikalau
hal itu kita anggap sesuatu yang wajib bagi kita maka jumlah yang demikian itu tidak
seberapa.

Dan di antara salafus shalih ada yang bersungguh dalam beribadah sehingga jika
dikatakan kepadanya sesungguhnya besuk hari kiamat ia tidak bisa menambah di
dalam ibadahnya karena sesungguhnyaa ia telah mempersembahkan darinya lebih
banyak dari apa yang ia mampu. Dari mereka Abu Muslim Al Khaulani (wafat: 62H)
yang berkata :"Jika dikatakan kepadaku api jahannam menyala-nyala aku tidak akan
bisa menambah amalanku."

Dan dari mereka MAnsyur Bin Zadan Al Washiti (wafat: 131H) dan Sufwan bin
Shalih Al Quraisydan Abdullah bin Abi Naim Al Kufi (wafat: 123 H) dan Hammad
bin Salamah Al Bashri RA.(wafat: 167 H) Semoga Allah merahmati mereka.

Dan kelezatan dalam ibadah yang dirasakan sebagian dari mereka menimbulkan
angan-anagn mereka semoga Allah mengkaruniai kepada mereka sholat dalam
kuburannya agar mereka dapat menikmatinya di dalam kubur sebagaimana mereka
menikmatinya di dunia. Maka Allah mengabulkan permohonan mereka.

Begitu pula Tsabit bin Alfan Albanani Al Bashri (wafat : 123H) berkata:"Saya tidak
mendapatkan dari hatiku sesuatu yang lebih nikmat dari nikmatnya qiyamul lail." Dan
beliau juga berdoa:"Ya, Allah jika engkau memberi sholat kepada hamba-Mu di
dalam kuburannya maka berikanlah sholat kepadaku di dalam kuburanku". 3 [26]
Maka Allah mengabulkannya, maka ia melihat Abu Sinan sedang sholat di liang
kuburnya dan dia bermimpi sedang shalat di dalam kuburnya dengan memakai jubah
hijau.

Mereka hidupkan malam-malam dengan ketaatan kepada Rabb mereka


dengan membaca Al Qur'an, memanjatkan permohonan dan permintaan
Air mata mereka mengalir membasahi pipi
laksana aliran sungai
Ketika malam datang mereka bagaikan rahib, ketika mereka berjihad
melawan musuh musuh mereka laksana satria yang gagah berani
Tampak di wajah mereka bekas sujud kepada Rabb mereka
Dan darinya terpancar cahaya yang berkilauan

Dan jika Anda wahai saudara saudariku seiman, melihat yang demikian itu adalah hal
yang sangat sulit dan saya ingin seperti mereka maka Anda akan menjangkaunya
Insya Allah, dan Anda harus memulainya dengan bertahap, sedikit demi sedikit maka
shalatlah dengan menggunakan surat -surat pendek dan setelah berlalu beberapa hari
shalatlah dengan surat-surat yang lebih panjang dari sebelumnya dan begitu
seterusnya. Maka Anda akan mendapatkan dirimu siap untuk memperpanjang shalat
dan janganlah Anda seperti mereka yang bersungguh-sungguh dengan tiab-tiba
kemudian berhenti, karena amalan yaang dicintai Allah adalah yang terus-menerus
meskipun sedikit.

3. Membiasakan puasa
Sebagaimana seorang ahli ibadah yang mendapatkan kelezatan dalam beribadah, ia
mencintai untuk memperpanjang shalat dia juga senang membiasakan puasa, dia tidak
akan berbuka kecuali pada waktu-waktu ia diperintahkan untuk berbuka dalam satu
tahun seperti pada dua hari raya. Yang demikian itu karena puasa itu makanannya ruh
dan akan mendekatkan manusia kepada Yang Maha Tinggi. Berkata Ibnu Qoyyim ra
(wafat: 751 H):

"Diciptakan bani Adam itu badannya dari tanah dan ruhnya dari alam malaikat.
Keduanya selalu beriringan maka jika badannya lapar dan menjadikannya begadang
dan menegakkan untuk ibadah maka ruhnya akan mendapatkam kenyamanan dan
ketenangan maka ia akan berada di mana ia diciptakan darinya. Dan apabila ia
mengenyangkan badannya dan memberi kenikmatan kepadanya serta menidurkannya,
sibuk untuk melayani maka kenikmatan itu akan ...di tempat yang ia diciptakan
darinya.

Dan ada baiknya aku sebutkan di sini hukum berpuasa terus menerus, untuk
menghilangkan kerancuan dengan hadits Rasulullah SAW:

‫الُصامُمنُصامُألبد‬

"Tidak ada puasa bagi orang yang puasa terus menerus".

Larangan Rasul tentang puasa dahr (terus menerus), menurut madzab dhahiriyyah dan
Hanafiyyah dari riwayat Imam Ahmad berpendapat memakruhkannya, dan jumhur
ulama berpendapat sunnah bagi yang mampu menjalakannya dan mereka adalah
pengikut Imam Malik, Imam Syafei dan Imam Ahmad. Mereka berhujjah dengan
perkataan shahabat Hamzaah bin Umar Al Aslami kepada rasulullah,"Sesungguhnya
saya adalah laki-laki yang terus menerus berpuasa", dan Rasulullah tidaak
mengingkarinya dan itu ada di Shahih Muslim. Dan ketika Ibnu Umar ditanya tentang
puasa dahr ia berkata:"Kita mengikuti para pendahulu kita dari agama ini" Berkata
Imam Nawawi:"Telah berkata qadli Iyadl dan yang lainnya, jumhur ulama
berpendapat memperbolehkannya jika ia tidak berpuasa pada hari-hari yang dilarang
berpuasa. Jumhur ulama juga melarang berpuasa pada hari-hari raya daan melarang
bagi orang yang berbahaya mengerjakannya.

Ibnu Rajab (wafat: 795) berkata di dalam Al Lathoif hal 146-148, dari ringkasannya
orang yang dilarang berpuasa dahr ia adalah orang yang tidak merasakan puasa dan
tidak berbuka, maksudnya dia tidak mendapatkan beban dari puasanya, karena yang
demikian itu menjadi kebiasaanya baginya, karena badannya mempunyai baginya dan
juga karena kemungkinan akan datang hari yang tidak kuat ia menjalankan puasa.

4. Membaca Al Qur'an
Allah mensifati orang mukmin pada sisi turunnya Al Qur'an dengan:"Orang-orang
yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa
gembira".(QS. At TAubah: 124)

Dan Utsman bin Affan pernah berkata:'Jika hati kalian suci kalian tidak bakal
kenyang dengan firman Rabb kalian"

Oleh karena itu kita jumpai para salafush sholih yang mampu mengkhatamkan Al
Qur'an dalam satu malam pada waktu yang berfadhilah, diantara nereka adalah Imam
Abu Hanifah, Atha' bin Saib (wafat: 137H), Yahya bin Qathan (wafat: 198 H), dan
Imam Syafei (wafat: 204 H), semoga Allah merahmati mereka.

Dan di antara mereka ada yang mengkhatamkan Al Qur'an dalam dua malam,
diantaranya Sa'id bin Jubair, Aswad bin Yazid (wafat: 75H), Mus'ar bin Kadam
(wafat: 152 H), semoga Allah merahmati mereka.

Dan sudah selayaknya di sini saya sebutkan hukum menghatamkan Al Qur'an kurang
dari tiga hari ditinjau dari sabda Rasulullah SAW:

‫لمُيفقهُمنُقرأُالقرانُفيُأقلُمنُثالث‬

"Belum paham siapa yang membaca Al Qur'an (menghatamkan AL qur'an kurang dari
tiga hari".

Dan Imam Ahmad berpendapat dengan riwayat dari Abu Ubaidah dan yang lainnya
makruh. Sebagaian besar ulama berpendapat memperbolehkannya. Imam Nawawi
berkata dalam kitab At Tibyan setelah menyebutkan pendapat para salaf dalam
masalah itu:"Dan yang paling banyak apa yang kami mampu dalam satu hari satu
malam 4 kali khatam dalam satu malam dan empat kali pada siang harinya. Dan yang
dipilih bahwa yang demikian itu berbeda dengan perbedaan kemampuan manusia dan
barang siapa dengan kecerdasannya dapat memahami seni dan makna ayat maka
hendaknya ia memperpendek waktu bacaannya kerena pemahamnan yang sempurna
yang ia dapatkan. Dan begitu juga bagi mereka yang sibuk menyebarkan agama dan
dalam pemerintahan orang muslim atau yang selainnya dari kepentingan agama dan
kesejahteraan kaum muslimin maka hendaknya ia membatasi dirinya atas
kemampuannya karena kesibukan yang ia jalani.

Maka bersegargeralah wahai saudara dan asaudariku! Untuk memakan makanan


ruhiyah, dari hidangan Allah ta’ala yakni al quranul karim, cukuplah bagi kamu
kelezatannya, sesungguhnya al quran adalah pejaran dari Allah ta’ala maka terimalah
pelajaranNya sungguh Alllah ta’ala senang memulyakan hambaNya yang beriman
meski ia tidak berada dalam pendidikanNya lalu bagaiaman jika berada dalam
pendidikanNya?.

5. bersedih atas ketaatan yang luput.


Di antara tanda rasa kelezatan beribadah adalah seorang mukmin jika lepas darinya
suatu kebaikan dia akan bersedih, bersedih sehingga terlepasnya kebaikan tersebut
tidak terulang lagi. Bersedih karena yang lainnya telah mendahului menuju Allah.
Sebagaiman kesedihan orang-orang yang tertinggal jihad di dalam perang 'asarah
maka' lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena
kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.
(QS.9: 92). Dan sebagimana kesedihan Abdullah bin Umar ra yang tertinggal jihad,
dia berkata: "saya datang meminta ikut serta kepada Rasulullah
Sallahu’alaihiwasallam akan tetapi beliau tidak mengizinkan menganggap saya masih
kecil, tidak pernah kulalui malam-malam seperti yang kulalui waktu itu dalam
kegundahan kesedihan dan tangis karena Rasulullah tidak menerimaku, kemudian
pada tahun selanjutnya saya meminta untuk ikut serta alhamdulillah bealiau
mengizinkan, sebagaiaman Muadz bin jabal juga menangis ketika menjelang ajalnya
seraya berkata: itulah Sa'id bin Abdul Aziz At Tanukhi ra (wafat 167 H) jika terlepas
dari sholat jamaah dia menangis.

Berkata Sulaiam bin Hamzah Al Maqdisi ra (wafat 715 H):"Saya tidak pernah sholat
sendirian kecuali hanya dua kali dan seolah-olah aku tidak sholat (ketika sholat
sendirian tersebut).

6. Berangan-angan untuk mati karena kerinduannya bertemu dengan Allah


untuk mendapatkan kelezatan yang besar.

Sebagian dari tanda orang yang merasakan kelezatan dalam beribadah adalah dia
rindu untuk bertemu dengan Allah SWT sehingga dia betah mendengarkan dan
membaca firman-firman-Nya, sholat dan memerangi hawa nafsunya, shoum untuk
mendapatkan ketaqwaan kepada-Nya. Akan tetapi dia tidak akan merasakan
kebahagiaan dengan melihat-Nya (karena dia masih di dunia-pent) sehingga ia terus-
menerus memanjatkan doa:

‫وُأسألكُلذةُالنظرُإلىُوجهكُالكريمُوُالشوقُإلىُلقائك‬

"Ya, Allah aku mohon kepada-Mu kelezatan memandang wajah-Mu yamg mulia dan
mohon agar aku senantiasa merindukan perjumpaan dengan-Mu"

sabda Rasulullah SAW:

‫ُوعمارُوسلمان‬,‫ُعلي‬:‫إنُالجنةُلتشتاقُإلىُثالثة‬

"Sesungguhnya jannah itu merindukan kepada tiga orang, yaitu Ali, Umar dan
Salman" Jadi bukan hanya mereka yang merindukan jannah bahkan jannah sendiri
yang merindukan mereka karena bersegera dan banyaknya amal mereka serta
keutamaan mereka sehingga Allah menjadikan mereka dalam pemeliharan-Nya
dengan nikmat dan kasi-sayang-Nya.:
Seandainya Anda mengatakan kepadaku, matilah. matilah maka saya akan mendengar
dan taat

Dan akan kukatakan kepada penyeru kematian: Selamat datang.

Inilah kebenaran kerinduan bertemu dengan Allah SWT dan ketakutan dirinya atas
lemahnya iman di hari-hari yang akan datang. Akan tetapi bagi siapa yang cinta akan
kekekalan dunia dan berhasrat menambah kebaikan serta memberi manfaat kepada
kaum muslimin sesungguhnya ia akan dibalas dengan idzin Allah Ta'ala sesuai
dengan niatnya. Rasulullah SAW bersabda:

‫ُوُإماُمسيئاُفلعلهُيستعتب‬,ُ‫الُيتمنينُأحدكمُالموتُإماُمحسناُفلعلهُيزداد‬

" Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan mati, jika ia seorang yang
baik (muhsin) siapa tahu Allah akan menambah kebaikannya dan jika dia seorang
yang jahat siapa tahu dia akan berhenti".

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Kritik dan Saran

Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari
makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga makalah ini bermanfaat.
Amin

Anda mungkin juga menyukai