Anda di halaman 1dari 8

P-ISSN 2301 - 8097

E-ISSN 2540 - 9352

JEEE Vol.X No.X/20XX

PEMODELAN ALIRAN MINYAK DI PIPA BIDANG LANGGAK

Abstrak

Congeal in the pipeline adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh PT.SPR Langgak dalam
pemipaan minyak mentah dari sumur produksi ke unit pemrosesan minyak yang disebabkan oleh penurunan
suhu minyak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu
fluida dalam pipa, mempelajari pengaruh kecepatan angin terhadap suhu fluida dalam pipa dan untuk
mengetahui lokasi terjadinya congeal di pipa PT.SPR Langgak. Menentukan lokasi terjadinya congeal
menggunakan model T dengan metode analitik dalam perangkat lunak Matlab adalah dengan memasukkan
parameter suhu pipa, viskositas, kepadatan, kecepatan fluida, kecepatan angin dan suhu lingkungan. Lokasi
congeal ditentukan oleh model T yang diperoleh dalam jarak pipa Zone C 44,9-449m dengan model
kesalahan rata-rata T adalah 1,88%. Model T ini dapat diterapkan asalkan kandungan parafin adalah 15-60%
dan karakteristik pipa (ketebalan pipa, diameter pipa dan material pipa) adalah sama.

Kata kunci: congeal, minyak mentah, suhu lingkungan, model T dan pipa

PENGANTAR

Industri minyak dan gas adalah salah satu industri pasokan energi terbesar di dunia. Eksplorasi dan
eksploitasi besar-besaran dilakukan setiap saat di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Ini terjadi
karena minyak dan gas masih merupakan komponen utama penyedia energi sebelum energi terbarukan dapat
diproduksi secara massal dengan biaya rendah (Syafrul dan Jumarlis, 2013).

Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi berada di wilayah hulu migas. Area minyak dan gas hulu terdiri dari
sektor darat dan lepas pantai. Sektor darat adalah sektor yang memiliki masalah paling besar di wilayah hulu
migas, terutama di jalur pipa. Masalah-masalah ini adalah salah satu masalah terbesar yang hampir dihadapi
oleh semua industri hulu migas di Indonesia, termasuk oleh PT. SPR Langgak.

Dalam kasusnya, masalah pipa minyak mentah disebabkan oleh aliran minyak menyusut, yang dapat
mengurangi produksi minyak mentah. Masalah yang sering terjadi akibat pengaruh congeal, tetapi beberapa
kasus juga menemukan pembentukan endapan yang disebut kerak (skala) pada pipa (Syahri dan Sugiarto,
2008). Ini tergantung pada komposisi minyak mentah dari masing-masing bidang produksi / sumur. Untuk
beberapa industri hulu migas masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan metode jaket pemanas listrik.
Tetapi penggunaan jaket pemanas listrik membutuhkan biaya yang sangat tinggi dalam pemasangan dan
pemeliharaan, sehingga industri hulu migas tertentu menggunakan metode tersebut (Vela et al., 2014).

Congeal dalam pipa disebabkan oleh perubahan suhu dan tekanan seiring dengan perubahan cuaca yang
terjadi di lapangan / sumur produksi. Perubahan cuaca yang terjadi di ladang produksi / sumur dapat
mengubah suhu di dalam pipa sehingga memiliki efek langsung pada tekanan aliran oli di dalam pipa, yang
memicu hilangnya laju aliran oli. Menurut Mustaghfirin (2013), minyak mentah yang mencapai kilang hanya
5/8, sisanya 3/8 masih tersisa di dalam pipa karena salah satunya dibekukan di dalam pipa.

Selain perubahan tekanan dalam aliran minyak yang disebabkan oleh perubahan suhu lingkungan, sifat fluida
lainnya seperti viskositas dan kepadatan juga mempengaruhi dan menyebabkan congeal.

di dalam pipa. Faktor karakteristik pipa seperti jenis pipa, panjang pipa, diameter pipa, ketebalan pipa,
kekasaran pipa dan keberadaan alat kelengkapan juga dianggap sebagai penyebab congeal di dalam pipa.
/JEEE Vol.X No.X/20XX

Untuk alasan ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perubahan suhu lingkungan pada faktor-
faktor yang mempengaruhi ini, sehingga mempengaruhi pengurangan laju aliran minyak dalam pipa.

Penelitian tentang masalah ini sebagian besar telah dilakukan pada jaringan pipa horizontal, tetapi hanya
terbatas pada perawatan (Vela et al., 2014) atau hanya menambahkan platform (Syahri dan Sugiarto, 2008)
ke minyak dan jaringan pipa. Oleh karena itu, penulis mengangkat masalah ini untuk menjelaskan pengaruh
penurunan suhu lingkungan dan karakteristik pipa terhadap penurunan laju aliran minyak. Untuk
menjelaskan efek ini, perlu membuat model aliran minyak di pipa PT.SPR Langgak.

Transfer energi

Transfer energi adalah studi tentang transfer energi dalam suatu material karena perbedaan dalam gradien
suhu. Transfer energi ini selalu terjadi dari sistem suhu tinggi ke sistem lain yang memiliki suhu lebih rendah
dan berhenti setelah kedua sistem mencapai suhu yang sama (Ahmad dan Ristyohadi, 2017).

Konduksi

Transfer energi konduksi adalah transfer energi ke benda padat dari daerah suhu tinggi ke daerah suhu
rendah. Menurut Fourrier, kecepatan aliran sebanding dengan luas permukaan tempat perbedaan energi dan
suhu berbanding terbalik dengan ketebalan dinding yang dilewati (Ahmad dan Ristyohadi, 2017).

∆𝑇
𝑞 = 𝐾𝐴
𝐿
Information:
q = conduction (W/m2 K)
K = carbon steel material conductivity (43.3W/m K)
A = surface area located (m2)
∆T = temperature difference, Tp - Te (K)
L = pipe length (m)

Konveksi

Transfer energi konveksi adalah mekanisme transfer energi antara permukaan padat dan fluida yang tidak
dapat dimampatkan dan kompresibel yang bergerak dan melibatkan konduksi dan pergerakan cairan.
Semakin cepat gerakan fluida, semakin besar laju perpindahan panas konveksi. Atas dasar proses
pendinginan pipa panas yang dihembuskan oleh udara dingin, proses perpindahan energi konveksi akan
terjadi melalui beberapa tahap, energi panas pertama akan mengalirkan konduksi dari permukaan benda
padat ke partikel lapisan fluida yang berdekatan, maka energi ini akan diturunkan jauh dari permukaan benda
padat melalui mekanisme konveksi, di mana ada dua proses yang terjadi secara bersamaan, yaitu kombinasi
dari efek konduksi dalam fluida akibat pergerakan acak antara partikel fluida yang terjadi secara mikroskopis
sehingga partikel fluida yang memiliki energi lebih tinggi akan memindahkan sebagian energinya ke fluida
partikel yang memiliki energi lebih rendah, serta adanya pergerakan fluida makroskopik yang akan
menggantikan fluida yang telah dipanaskan di sekitar permukaan benda padat dengan fluida dingin (Ahmad
dan Ristyohadi, 2017). Persamaan konveksi dan Nusselt ditulis sebagai berikut (Bird et al., 1993).

Re1 Re2 (𝜇)1


NuD = (0,4 + 0,06 ) Pr0,4
2 3 4
𝑁𝑢𝐷 𝑥 𝐾
ℎ =
𝐿
/JEEE Vol.X No.X/20XX

Information:
h = convection (W/m2 K)
L = pipe length (m)
K = carbon steel material conductivity (43.3W/m K)
NuD = Nussetl number, valid if 1 <Re <105 (Nu)
Re = Reynolds number
Pr = Prandtl number

Energy Transfer Model

Fig. 1. Increment Model T

Parameters known are (1) pipe skin surface area = Ws, (2) pipe length = L, (3) conduction rate = Kd, (4) wind
speed = Vw, (5) environmental temperature = Te, (6) rate convection = Kv, (7) pipe roughness = Rg, (8) pipe
temperature = Tp, (9) area of circle = Wc, (10) pressure = P, (11) density = ρ, (12) viscosity = μ, ( 13) fluid
velocity = Vb, (14) gravity = g, (15) pipe thickness = Tn, (16) fluid volume in pipe = Vp, (17) pipe diameter =
r and (18) fluid temperature = Tf. According to the Langgak SPR Management data (2018), the average wind
speed (Vw) in Langgak Ujung Batu Village is 0.7 m/s and the fluid velocity (Vb) in the pipe is 2.33 m/s.
/JEEE Vol.X No.X/20XX

Asumsi masalah congeal dalam pipa pada pemodelan neraca energi diketahui, yaitu (1) aliran aliran
minyak dalam arah z (Vz ≠ 0; Vr = 0), (2) Vb konstan dengan arah z dan r, (3) kemiringan pipa konstan
(tidak ada pengaruh karena posisi pipa relatif lurus), (4) tebal pipa konstan (Tn = 0) dengan OD = 1,5mm,
(5) arah angin mengikuti arah z, (6) keseluruhan kandungan material pipa konstan yaitu Carbon Steel, (7)
warna keseluruhan # LGK015 pipeline konstan dengan hitam, (8) volume cairan dalam pipa = volume
tabung dan (9) pemasangan di Zona C yang membagi bagian adalah konstan.

METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2018 di Lapangan Langgak dengan kode sumur produksi #
LGK015 PT. SPR Langgak Ujung Batu Provinsi Riau. Pengukuran suhu dan tekanan fluida telah
dilakukan di setiap zonasi pada pipa # LGK015 PT. SPR Langgak. Analisis viskositas dan kepadatan
telah dilakukan di Minilab PT. SPR Langgak.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel minyak mentah di pipa masing-masing zona.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Termometer Hg, Termometer Gun, Anemometer,
Pengukur Tekanan, Jar Hydrometer, Personal Computer (PC) yang telah menginstal perangkat lunak
Microsoft Excel, Matlab Mathworks, Adobe Autocad dan Ansys Fluent 6.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tetap (suhu fluida, tekanan pipa, viskositas
dan kepadatan) dan perubahan variabel (waktu pengukuran, zona pipa, suhu pipa, suhu lingkungan,
kecepatan fluida dan kecepatan angin).

Prosedur Penelitian
Penelitian tentang pemodelan transfer energi dalam pipa lapangan Langgak dilakukan dalam beberapa
tahap, termasuk; (1) penggambaran bentuk pipa, (2) perhitungan karakteristik pipa, (3) pengukuran
parameter untuk setiap bagian zonasi dalam pipa, (4) penentuan jenis aliran fluida, (5) model transportasi
energi T dan (6) deskripsi pola aliran fluida dalam pipa.
Persamaan model yang diperoleh dinamai model T. Model T adalah suhu fluida dalam pipa, mengetahui
model T akan mengetahui terjadinya penyumbatan dan mengetahui lokasi terjadinya congeal di dalam
pipa. Berikut ini adalah persamaan model T yang diperoleh:

𝑉𝑏
[𝑉𝑏 𝜌 + (𝑉𝑏 𝜌 𝑉𝑏 𝑉𝑏) + (𝑉𝑏 (−2𝜇 𝐿 − 𝜌 𝑉𝑏)] + 𝜌𝑔
+ [𝐾𝑑 𝑇𝑒 𝑉𝑤]
√𝑓
(𝑅𝑒 Pr 2 )𝑘(𝑇𝑝 − 𝑇𝑒)
2 1 1 √𝑓
𝐷 (12,48 𝑃𝑟 ⁄3 − 7,853 𝑃𝑟 ⁄3 + 3,613 𝐼𝑛𝑃𝑟 + 5,8 + 2,78 𝐼𝑛 [ 𝑅𝑒 8 ])
45
= 𝑇𝑓 (4)
[𝐾𝑣 𝑉𝑏 𝑊𝑠]
with:
1 𝐷 𝑃 −𝑃
𝑓 = 4 [ 𝐿 ] [1 0 𝐿2 ] (5)
𝜌(𝑉𝑏)
2
𝐿
2 4 𝜇𝐿 𝐿
𝑃0 − 𝑃𝐿 = 0,198 [ ] [ 19 ] 𝑊 4 (6)
𝜋 𝜌 𝑅 ⁄4
𝑉𝑏 (7)
𝑤=
𝑟

HASIL DAN DISKUSI


/JEEE Vol.X No.X/20XX

PT. Pipa SPR Langgak dengan kode sumur # LGK015 memiliki panjang total 939 m. Pipa ini dibagi
menjadi 3 zona, yaitu Zona A, Zona B dan Zona C. Zona pipa A dibagi menjadi 10 bagian, setiap bagian
memiliki panjang 15 m, artinya Zona A memiliki jarak bagian 15 m; 30 m; 45 m; 60 m; 75 m; 90 m; 105
m; 120 m; 135 m dan 150 m. Pipa Zona B juga dibagi menjadi 10 bagian, setiap bagian memiliki panjang
34m, artinya Zona B memiliki jarak bagian 34 m; 68 m; 102 m; 136 m; 170 m; 204 m; 238 m; 272 m; 306
m dan 340 m. Pipa Zona C juga dibagi menjadi 10 bagian, masing-masing bagian memiliki panjang 44,9
m, yang berarti bahwa Zona C memiliki jarak bagian 44,9 m; 89,8 m; 134,7 m; 179,6 m; 224,5 m; 269,4
m; 314,3 m; 359,2 m; 404,1 m dan 449 m.
Parameter data dari hasil penelitian yang telah dianalisis untuk setiap bagian dari zonasi pipa selama 7
hari pada jam 3:00 6:00 9:00 9:00 12:00 malam 3:00 siang. 6:00 malam 9:00 malam dan pukul 12.00 pagi
terdiri dari parameter umum yang homogen di dalam pipa yang terdiri dari parameter suhu lingkungan,
kecepatan angin dan kecepatan fluida. Memperoleh data suhu lingkungan dengan kisaran 293.7-312.9 K
dan data kecepatan angin dengan kisaran 0.5-0.9 m / s. Data kecepatan fluida yang diperoleh per zonasi
data oleh pasukan Manajemen SPR, yaitu di Zona A kecepatan fluida adalah 3 m / s, kecepatan fluida
Zona B adalah 2,54 m / s dan kecepatan fluida Zona C adalah 1,45 m / s. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
Tabel 1, parameter rata-rata suhu lingkungan dan kecepatan angin berdasarkan waktu dan kecepatan
fluida.
Time
Parameters 03a 09a 12p 03p 09p 12a
06am 06pm
m m m m m m
Env. Temperature
295 296 303 308 304 301 297 296
(K)
Average (K) 300.38
Wind Speed (m/s) 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.8 0.6
Average (m/s) 0.7
Zone A Zone B Zone C
Fluid Velocity
3 m/s 2.54 m/s 1.45 m/s
Parameter utama terdiri dari suhu fluida, suhu pipa, tekanan, viskositas dan kepadatan. Parameter utama
diukur berdasarkan akumulasi waktu rata-rata harian. Data fluida diperoleh dengan rentang 315.15-347.15
K, data suhu pipa dengan kisaran 315.65-353.25 K, data tekanan dengan kisaran 254.930-165.360 Pa,
data viskositas dengan kisaran 94 x 10-3-64 x 10 -3 Pa.s dan rentang data kepadatan 956.0-755.1 kg / m3.

Ciptakan Lokasi dengan Model T


Suhu fluida adalah suhu yang diukur secara manual di bidang # LGK015 di setiap bagian zonasi pipa.
Berdasarkan data suhu fluida yang diperoleh di lapangan bahwa lokasi terjadinya congeal ada di bagian 1
Zona C (jarak pipa 490-534.9 m dari sumur) dan bagian 10 Zona C (jarak pipa 894.1-939 m dari sumur).
Model T adalah suhu fluida yang diperoleh dari perhitungan dan analisis transportasi energi. Model T
dibuat untuk memfasilitasi pengukuran suhu fluida dalam pipa tanpa harus mengukurnya secara manual
di lapangan. Berdasarkan waktu, zona dan suhu lingkungan, data suhu lingkungan terendah dan tertinggi
dipilih. Data suhu lingkungan terendah dipilih pada 22 Oktober 2018 pada jam 3:00 pagi dengan data
suhu lingkungan yaitu 293,7 K. Data suhu lingkungan tertinggi dipilih pada 24 Oktober 2018 pada pukul
12:00 siang. dengan data pada suhu lingkungan 312.9 K. Berikut ini adalah efek dari grafik suhu
lingkungan pada suhu fluida pada Gambar. 2
/JEEE Vol.X No.X/20XX

Berdasarkan waktu, zona dan kecepatan angin, data kecepatan angin dipilih sebagai yang terendah dan
tertinggi. Data kecepatan angin terendah dipilih pada 24 Oktober 2018 pukul 9:00 pagi dengan data
kecepatan angin 0,5 m / s. Data kecepatan angin tertinggi dipilih pada tanggal 26 Oktober 2018 pada
pukul 6:00 malam. dengan data kecepatan angin 0,9 m / s. Berikut ini adalah grafik efek kecepatan angin
pada suhu fluida pada Gambar. 3.

Gambar. 3. Efek Kecepatan Angin


Grafik pengaruh suhu lingkungan pada suhu fluida pada Gambar. 2 diperoleh model T kesalahan terendah
dan tertinggi pada data suhu lingkungan terendah dan tertinggi, yaitu 2,04%. Pada Gambar. 2 juga
dijelaskan bahwa ada pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu fluida dalam pipa. Pengaruh suhu
lingkungan pada suhu fluida menyebabkan congeal di dalam pipa Zone C. Berdasarkan model T, congeal
terjadi di semua bagian Zona C sementara berdasarkan data, congeal hanya terjadi di bagian 1 Zona C
(jarak pipa 490-534,9 m dari sumur) dan bagian 10 Zona C (jarak pipa 894,1-939 m dari baik).
Efek grafik kecepatan angin pada suhu fluida pada Gambar. 3 diperoleh model T kesalahan terendah dan
tertinggi pada data kecepatan angin terendah dan tertinggi, yaitu 1,73%. Pada Gambar. 3, dijelaskan
bahwa tidak ada efek kecepatan angin pada suhu fluida dalam pipa. Berdasarkan model T, congeal terjadi
di semua bagian Zona C sementara berdasarkan data, congeal tidak terjadi di pipeline. Data suhu fluida
terendah pada grafik efek kecepatan angin terendah dan tertinggi adalah 319,15 K, yang berarti bahwa
tidak ada congeal di dalam pipa. Ini mengacu pada Manajemen Langgak SPR (2018), bahwa
pembentukan lilin sehingga terjadinya congeal akan terjadi pada suhu di bawah 318,71 K.
/JEEE Vol.X No.X/20XX

Pola Aliran Pipa dengan Ansys


Hasil analisis dengan model T untuk setiap bagian zona pipa menemukan bahwa Zona C semua bagian
diduga terjadi di dalam pipa. Untuk mendukung hasil analisis dengan model T, pola aliran masing-masing
zona pipa dijelaskan dengan menggunakan CFD pada perangkat lunak Ansys. Pola aliran yang dijelaskan
oleh Ansys bertujuan untuk membandingkan zona yang tidak terjadi congeal (Zona A dan Zona B)
dengan zona yang terjadi congeal (Zona C).
Di Zona A, rata-rata Model T adalah 334,44 K dengan suhu pipa rata-rata 342,92 K, tekanan rata-rata
214,192 Pa, kepadatan rata-rata 777,57 kg / m3, viskositas rata-rata 67x10-3 Pa.s dan laju aliran fluida
rata-rata 3 m / s. Berikut ini adalah ilustrasi pola aliran untuk suhu fluida di Zona A menggunakan Ansys
pada Gambar. 4.

Gambar 4. Zona A dengan Ansys


Di Zona B, model rata-rata T adalah 321,47 K dengan suhu pipa rata-rata 334,69 K, tekanan rata-rata
214,192 Pa, kepadatan rata-rata 846,26 kg / m3, viskositas rata-rata 80x10-3 Pa.s dan laju aliran fluida
rata-rata 2,54 m / s. Berikut ini adalah ilustrasi pola aliran untuk suhu fluida di Zona B menggunakan

Ansys pada Gambar. 5.


Gbr. 5. Zona B dengan Ansys
Di Zona C, model rata-rata T adalah 317,75 K dengan suhu pipa rata-rata 318,35 K, tekanan rata-rata
213,847 Pa, kepadatan rata-rata 913,83 kg / m3, viskositas rata-rata 89x10-3 Pa.s dan laju aliran fluida
rata-rata 1,45 m / s. Berikut ini adalah ilustrasi pola aliran untuk suhu fluida di Zona C menggunakan
Ansys pada Gambar. 6.
/JEEE Vol.X No.X/20XX

Gbr. 6. Zone C dengan Ansys


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pemodelan aliran minyak di pipa Langgak, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu fluida dalam pipa PT.SPR Langgak.
2. Tidak ada pengaruh kecepatan angin terhadap suhu fluida dalam pipa PT. SPR Langgak.
3. Berdasarkan model T, lokasi congeal berada dalam pipa Zona C semua bagian pada jarak 490-939 m
dari sumur atau 44,9-449 m dari Zona C.

Ucapan Terima Kasih


Penelitian ini didukung oleh Program Pascasarjana Teknik Kimia Universitas Riau, Indonesia dan PT.
SPR Langgak, Ujung Batu Provinsi Riau, Indonesia. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Jurnal Teknik Energi Bumi, Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau, Indonesia, atas
dorongan penulisan makalah ini.

Refrences
Ahmad Yani dan Ristyohadi. 2017. Analisis Kehilangan Steam Dan Penurunan Temperatur Pada Jaringan
Distribusi Steam Dari PT. KDM Ke PT. KNI. Jurnal Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro
Turbo Vol 6 No 2 Hal; 123-135. http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo/article/download/558/pdf
Bird Byron, Stewart Warren dan Lightfoot Edwin. 1993. Fenomena Transportasi (Edisi Kedua).
Universitas Wisconsin-Madison. New York. Amerika.
Manajemen SPR Langgak. 2018. Mengamankan Data SPR Langgak.
Mustaghfirin Amin. 2013. Proses Pengolahan Migas dan Petrokimia (Edisi Kesatu). Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta.
https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/Kelas_11_SMK_Proses_Pengolahan_Migas_dan_Petro
kimia.pdf
Syafrul Hadi dan Jumarlis. 2013. Pengaruh Lingkungan Minyak Mentah Terhadap Laju Korosi Pada Pipa
Baja Karbon dan Pipa Galvanis. Jurnal Teknik Mesin Vol 3 No 2 Hal; 66-69.
https://ejournal.itp.ac.id/index.php/tmesin/article/view/137/136
Syahri dan Bambang Sugiarto. 2008. Perawatan Skala Pada Pipa Distribusi Minyak Mentah Secara
Kimiawi. Seminar Prosiding Teknoin Nasional Bidang Teknik Kimia dan Tekstil (Hal: B33-B37).
Universitas Veteran. Yogyakarta.https: //media.neliti.com/media/publications/87951-ID-none.pdf
Vela Arisya, Ruth Juniati, Ellyta Sari dan Maria Ulfah. 2014. Penggunaan Pour Point (PPD) Dalam
Mengatasi Minyak Beku (Congeal) Pada Perkapalan Bangko-Dumai.
http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFTI&page=article&op=viewFile&path[[=4134&path[[=
3503

Anda mungkin juga menyukai