Anda di halaman 1dari 4

Tugas : Pancasila(Pendapat orangtua tentang pentingnya Pancasila & Ringkasan buku)

Judul : Pancasila Sebagai Ideologi


Penulis : Oetojo Oesman Dan Alfian.
Tebal Buku : 421 hlm, 21 cm.
Cetakan : Cetakan ke 2 tahun 1991.
Penerbit : BP – 7 Pusat.
Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan Budaya

Dinamika perubahan selama lebih dari satu dasawarsa terakhir telah merambah
berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan ketatanegaraan. Berlandaskan
semangat reformasi, dengan tujuan membangun era baru, dengan menata ulang
ketatanegaraan yang dulunya, yaitu era orde baru yang dianggap serat dengan diskriminasi
dan pengekangan atas hak-hak warga Negara, menuju era demokrasi mengedepankan
kebebasan berpikir, berpendapat dan bertindak, pada kenyataannya bangsa Indonesia terjebak
dalam disorientasi kebangsaan, yaitu pudarnya tujuan berbangsa dan bernegara, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.

Ketidaksiapan masyarakat menerima kebebasan mengakibatkan kerusakan pada


tantanan sosial, budaya bahkan tatanan berbangsa dan bernegara. Kita sebagai bangsa tidak
dapat menyerap dan mengartikulasikan kemajuan jaman, sehingga kebebasan dalam arus
globalisasi, kemajuan teknologi dan integrasi ekonomi dunia lebih berdampak buruk pada
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Akibatnya, jumlah konflik baik vertikal maupun horizontal mengalami peningkatan


yang cukup tajam. Berdasarkan peta konflik yang disusun oleh Badan Penanggulangan
Bencana Konflik jumlah konflik di Indonesia pada tahun 2007 mencapai dengan daerah
rawan konflik. Indeks pembangunan merosot, manusia hanya menempati posisi dari negara.
Indeks pembangunan pendidikan Indonesia berada pada peringkat dar Negara. Indeks
pembangunan ekonomi Indonesia mengalami kemuduruan berada di peringkat ke dari
Negara. Sementara itu indeks persepsi korupsi melonjak tajam berada di peringkat dari
Negara. Fenomena korupsi menjadi seolah hal yang biasa, pornografi, gaya hidup K-Pop,
kebarat-baratan, individualisme dan materialisme meruntuhkan tata nilai dan norma
masyarakat.

Atas kenyataan tersebut, Indonesia sebagai satu kesatuan kebangsaan seolah tidak
mempunyai otoritas atas dirinya. Kesadaran sebuah bangsa yang mempunyai jati diri,
karakter dan keperibadian sudah tidak tercermin pada prilaku masyarakat dan tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia sebagai sebuah bangsa seolah tidak
mempunyai kemandirian berpikir, pembangunan didasarkan pada logika tanpa keyakinan
sehingga tidak bisa mengembangkan nilai-nilai kebangsaan yang sesuai jati diri manusia
Indonesia dan sesuai dengan perkembangan jaman.

Dasar-dasar berbangsa dan bernegara sebenarnya sudah diletakan oleh para founding
father Negara ini. Pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup dan ideologi bangsa
Indonesia yang syah sampai sekarang ini. Pancasila adalah jiwa, atau ruh dari bangsa
Indonesia. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, Sila kedua “Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab”, Sila Ketiga “Persatuan Indonesia” merupakan jati diri bangsa Indonesia, dasar
pembangunan karakter manusia Indonesia yaitu atas dasar Ketuhanan, memiliki rasa
kemanusiaan, mampu bersikap adil, berprilaku beradab, dan mengedepankan persatuan
Indonesia.

Sila pertama adalah belief atau keyakinan dalam berbangsa dan bernegara. Sila kedua
adalah dasar nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara, dan sila ketiga merupakan norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama sampai sila ketiga merupakan
panduan harmoni dalam berbangsa dan bernegara.Sila Keempat “Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat dalam Kebijaksanaan, Permusyawaratan/Perwakilan” merupakan dasar tata
negara dalam berbangsa dan bernegara. Sila Kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia” merupakan tujuan dalam berbangsa dan bernegara.
Apa yang terjadi saat ini tidak terlepas dari tidak berfungsinya Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, baik Pancasila sebagai pandangan hidup, Pancasila sebagai dasar
negara dan Pancasila sebagai ideologi.

KEDAULATAN KEBUDAYAAN
Atas dasar hal tersebut diatas, makalah ini mempertanyakan kedaulatan kebudayan
nasional. Mengapa kedaulatan kebudayaan? Kedaulatan kebudayaan berasal dari dua kata,
kedaulatan yang berasal dari kata daulat, yaitu otoritas penuh, dan kebudayaan yang berasal
dari kata budaya, budhi dan daya, yaitu cipta, rasa dan karsa manusia. Kedaulatan
kebudayaan disini menggambarkan arti otoritas penuh atas ide dan gagasan cipta, rasa dan
karsa manusia Indonesia.

Pancasila lahir atas buah kemerdekaan berpikir, berpendapat dan bertindak,


dirumuskan dengan kejerinhan pikiran dan kesadaran dan semangat kebangsaan yang tinggi
oleh para pendiri bangsa ini. Bung Karno presiden pertama dan salah satu founding father
bangsa Indonesia menyatakan pentingnya pembangunan karakter bangsa sebagai modal
untuk menghadapi tantangan kedepan. Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan daya kreatif
yang tinggi, mampu meng-asimilasi dan meng-akulturasi nilai-nilai budaya dari berbagai
belahan dunia, dalam rangka proses pembentukan budaya nusantara.

Kerusakan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini disebabkan


karena pikiran dan mental yang terjajah, akibat dari tidak berfungsinya Pancasila sebagai
pandangan hidup, Pancasila sebagai dasar negara maupun Pancasila sebagai ideologi
negara.Pikiran yang terjajah adalah pikiran yang terkekang oleh setigma keagungan
pemikiran luar, menafikan pikiran yang jujur dan orisinil yang sesuai dengan keyakinan,
ruang dan waktu. Sedangkan mental yang terjajah adalah mental yang tidak mandiri dan tidak
percaya diri, atau minder dan tergantung pada sesuatu atau orang lain.

Kedaulatan kebudayaan menjadi penting karena menghasilkan sistem gagasan atau


ide, cipta, rasa dan karsa yang bersumber dari pemikiran yang jernih dan mental yang
merdeka, percaya pada kemampuan diri sendiri, dan keduanya berdasarkan pada sebuah
keyakinan yang bersumber dari hati nurani. Sehingga dengan kedaulatan kebudayaan
karakter dan jati diri bangsa Indonesia akan terbangun dengan sendirinya.
RINGKASAN BUKU PANCASILA DAN PENDAPAT ORANG
TUA TENTANG PENTINGNYA PANCASILA BAGI
PERGURUAN TINGGI

Nama Dosen : Joeniarko S.H. M.Pd.


Disusun oleh : Harold Frandi Angga Sinambela (1811040)

UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA


FAKULTAS FILSAFAT
BANDUNG
2018

Anda mungkin juga menyukai