Anda di halaman 1dari 8

1.

Macam retensi (utama tambahan)


2. Prosedur bonding
Cara manipulasi bahan adhesif total etching
Diawali dari prosedur aplikasi bahan etsa selama 15 hingga 20 detik.
Setelah prosedur etsa, dilakukan prosedur irigasi dengan air.
Dalam keadaan lembab, bahan primer diaplikasikan. Pada tipe light cure,
dilakukan proses penyinaran selama 15 detik. Sedangkan pada tipe dual
cure, dibiarkan selama 20 detik.
Kemudian bahan bonding diaplikasikan. Pada tipe light cure, dilakukan
proses penyinaran selama 20 detik. Sedangkan pada tipe dual cure,
dibiarkan selama 30 detik.

Bahan etsa yang telah digabungkan dengan primer menjadi molekul phosphonated resin, akan
menghasilkan dua fungsi sebagai bahan etsa dan primer sekaligus. Berbeda dengan
bahan adhesif total etching, bahan adhesif self etching tidak dibilas saat diaplikasikan.
A. Three-step total-etch adhesive  Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap
etching/conditioning, dilanjutkan dengan tahap priming, dan terakhir tahap
bondingyaitu aplikasi dengan resin adhesif. Bahan primer dan adhesif berada dalam
keadaan terpisah (two-bottle component). Bahan ini merupakan sistem adhesive
generasi ke-4. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan asam
phosphor 40 % selama 15 sampai 20 detik. Untuk mencegah kolaps, permukaan
harus dibuat lembab. Namun, pelembaban dentin sulit dilakukan dengan benar
karena menyebabkan perlekatan yang terbentuk lebih rendah dari perlekatan ideal
jika dentin terlalu basah atau terlalu kering.
B. Two-step total-etch adhesive  Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu
kemasan (single-bottle component atau one-bottle system), sehingga terdiri dari
dua tahap aplikasi yaitu tahap etching dan rinsing yang menggunakan bahan
gabungan primer dan resin adhesif. Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-
5. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan dengan asam phosphor35 %
sampai 37 % selama 15 sampai 20 detik

Cara manipulasi bahan adhesif self etching


Diawali dari prosedur aplikasi bahan etsa dan primer yang diaplikasikan langsung dalam satu
langkah, kemudian dibiarkan selama 15 hingga 20 detik.
Keringkan dengan menggunakan semprotan udara dengan kekuatan sedang. Kemudian bahan
bonding diaplikasikan dan dilakukan proses penyinaran
selama 10 detik.
A. Two-step self-etch adhesive  Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi
self-etch primer, kemudian dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif.15 Bahan
ini merupakan sistem adhesif generasi ke-6. Pengetsaan enamel dan dentin secara
bersamaan menggunakan larutan aqueous berisi phenyl-P 20% di dalam HEMA 30%.
Keuntungannya adalah resiko kolapsnya kolagen dapat dieliminasi. Kerugiannya
adalah larutan harus diperbaharui secara terus menerus karena formulasi liquidnya
tidak dapat dikendalikan di tempatnya. Keefektifan pengetsaan enamel dengan
tepat, kurang dapat diramalkan dibandingkan dengan larutan asam phosphor,
karena asam yang digunakan lebih lemah.40b.One-step self-etch adhesive (all in
one)Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan, sehingga
hanya terdiri dari satu tahap aplikasi. Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi
ke-7.
B. One-step self-etch adhesiveadalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan
untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah. Tujuan aplikasi one-step
self-etch adhesive adalah untuk memudahkan prosedur restorasi dengan
mengurangi langkah-langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bonding. Smear layer
tidak disingkirkan, sehingga potensi sensitivitas post-operative (Pada sistem total-
etch) akibat infiltrasi resin yang tidak sempurna ke dalam tubulus dentin dapat
dikurangi. Selain itu, air adalah komponen yang esensial dalam sistem ini dalam
mengadakan ionisasi monomer asam untuk demineralisasi jaringan keras gigi, jadi
sensitivitas teknik dalam tahap hidrasi matriks kolagen yang terdemineralisasi (pada
sistem adhesif total-etch) dapat dieliminasi. Pemisahan tahap etching dan rinsing
juga dieliminasi. Maka dari itu, all-in-one adhesive tidak hanya mempermudah
proses perlekatan dengan mengeliminasi langkah, tetapi juga mengeliminasi
beberapa sensitivitas teknik pada sistem total-etch
3. Minimal intervensi di bidang KG
Prinsip minimal intervensi dapat diartikan sebagai perawatan terhadap karies dengan
mengambil jaringan gigi yang terdemineralisasi saja dan mengarah kepada
pemeliharaan struktur gigi yang sehat sebanyak mungkin.
The World Dental Federation (FDI) membuat lima prinsip Minimal Intervention dalam
penanganan karies, yaitu:
1. Mengurangi bakteri kariogenik. Dental caries adalah penyakit infeksi, maka fokus utama
adalah mengontrol infeksi, kontrol plak, dan mengurangi makanan karbohidrat
2. Pendidikan kepada pasien, memberitahukan penyebab karies. Sehingga ada tindakan
pencegahan yang lebih dini dari pasien
3. Remineralisasi dari lesi non-cavitated pada enamel dan dentin
4. Minimum surgical intervention dan tindakan bedah dilakukan bila perlu, misalnya lesi cavitas
tidak dapat dipertahankan dan keperluan untuk fungsi dan estetik
5. Memperbaiki restorasi yang rusak berfungsi untuk mencegah perluasan karies, memperbaiki
fungsi dan estetik.

Prinsip restorasi pada minimal intervention (MID) :


 Hanya degraded enamel dan infected dentin yang dibuang, sedangkan affected dentin
ditinggalkan.
 Bentuk kavitas dibuat sesuai dengan bentuk karies
 Dasar enamel didukung oleh bahan adhesif restorative
Minimal intervention pada akhirnya mempunyai keuntungan biaya lebih murah, trauma yang
kecil pada pasien dan konsep ini merupakan pendekatan biologik, bukan mekanis.
4. Zat yang mendominasi bonding (shg adhesive)
Sistem adhesif terdiri dari dua bagian:
 bagian yang pertama adalah bahan etsa dan primer yang bersifat hydrophilic
dengan pH ±2,7.
Pada prinsipnya, monomer asam dari bahan primer yang melekat pada jaringan
gigi akan menciptakan pola retensi untuk kemudian menghasilkan perlekatan
mikromekanis pada gigi.
Bahan primer ini berisi monomer asam yaitu methacrylate terfosforilasi,
vitrebond copolymer sebagai adhesif ke email dan dentin.
Selanjutnya BisGMA dan HEMA, sistem pelarut yang terdiri dari air dan etanol
untuk melembabkan dan penetrasi ke jaringan gigi, sistem fotoinisiator pada
camphorquinone untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan.
Partikel filler dalam bahan primer adalah lithium aluminium silicate yang ukuran
partikelnya ±7 nm. Bahan filler ini berguna untuk menambah kekuatan mekanis.
 Bagian yang kedua adalah resin bonding yang bersifat hydrophobic.
Resin bonding memiliki monomer hydrophobic guna menyesuaikan dengan resin
komposit silorane yang bersifat hydrophobic juga.
Komponen lainnya, monomer asam yang memulai pembukaan cincin dari resin
komposit silorane sehingga menghasilkan ikatan kimia. Resin bonding memiliki
partikel filler yaitu lithium aluminium silicate yang berguna untuk menambah
kekuatan mekanis dan mempertahankan viskositas bahan bonding
5. Generasi ashesif dan aplikasi
1. Generasi ke-1 dari sistem adhesif diperkenalkan oleh Buonocore et al. (1956) dengan
menggunakan asam gliserofosforik dimetakrilat (mengandung resin) yang dilekatkan ke
dentin yang telah di etsa dengan asam hidroklorik. Perlekatan ini disebabkan interaksi
antara molekul resin dengan ion kalsium dari hidroksiapatit, tetapi kekuatan daya
lekatnya akan berkurang apabila terkena air.
2. Generasi ke-2 menggunakan ester fosfat yang merupakan derivat metakrilat. Sistem ini
menggunakan interaksi ion antara grup fosfat yang bermuatan negatif dengan kalsium
yang bermuatan positif. Oleh karena dentin tidak di etsa, maka bahan bonding akan
melekat ke smear layer dan bukan permukaan dentin. Beberapa contoh sistem bonding
generasi ke-2 yaitu Bondlite (Kerr Corporation) dan Prisma Universal Bond (Dentsply).
3. Generasi ke-3 lebih difokuskan pada pembuangan atau modifikasi smear layer dengan
pengetsaan pada permukaan dentin oleh asam fosforik yang memungkinkan penetrasi
bahan adhesif tipe ester fosfat ke tubulus dentin. Akan tetapi, sistem ini tidak begitu
berhasil karena monomer resin tidak berpenetrasi melewati smear layer. Misalnya XR
Bond.
4. Perlekatan pada dentin yang dapat diandalkan dimulai dari generasi ke-4. Yang
mengandung 3 unsur utama, yaitu bahan etsa, primer, dan adhesif. Nakabayshi et al.
(1982) mengemukakan bahwa kunci dari perlekatan bahan adhesif ke dentin adalah
terbentuknya lapisan hibrid (hybrid layer atau hybrid zone). Sistem adhesif total-etch
merupakan karakter utamanya dengan menggunakan asam fosfor selama 15-20 detik.
Pengetsaan dentin (menyingkirkan seluruh smear layer, membuka semua tubulus dentin
dan kolagen terekspos), kemudian diikuti oleh aplikasi primer dan bahan adhesif yang
akan berpenetrasi ke dalam tubulus dentin kemudian berpolimerasi membentuk resin
tag.
Beberapa contoh sistem bondinggenerasi ke-4 yaitu All-Bond 2 (Bisco), OptiBond FL
(Kerr Corporation), dan Scocthbond Multi Purpose (3M ESPE).
5. Sistem adhesif generasi ke-5 dikembangkan untuk menyederhanakan langkah prosedur
klinis sistem adhesif dan mencegah kolapsnya kolagen pada dentin yang termineralisasi.
Generasi ke-5 ini terdiri dari dua sistem yang berbeda yaitu One-bottle system
merupakan kombinasi dari primer dan resin adhesif dalam satu botol yang diaplikasikan
setelah pengetsaan email dan dentin secara simultan denganasam phospor 35-37 %
selama 15-20 detik.1619 Misalnya Gluma Coomfort Bond, OptiBond Solo, EasyBond,
Prime & Bond NT (Dentsply), Single Bond (3M Dental Product).
6. Sistem adhesif generasi ke-6 adalah Sel-etching primer atau two-step self-etch adhesive
merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin
adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi sensitifitas dan untuk
mencegah kolapsnya kolagen. Beberapa contoh bahan adhesif Self- etching primer
antara lain Clearfil Liner Bond 2V, Clearfil Liner Bond II, Unfil Bond (GC Product), Adper
SE Plus (3M ESPE).
7. Sistem adhesif generasi ke-7 merupakan perkembangan dari sistem adhesif self-etch
yang menggabungkan bahan etsa, primer, dan adhesif dalam satu botol, tanpa adanya
tahap-tahap aplikasi ataupun pencampuran bahan primer dan bahan adhesif, sistem ini
dikenal dengan one-step self-etch system atau single solution. Contohnya Prompt L-Pop
(3M Dental Product), iBond16TM, dengan semakin berkembangnya sistem adhesif self-
etch Bond Force (Tokuyama) yang dapat melepaskan flour dan menghasilkan lapisan
hybrid yang dalam, dapat digunakan pada daerah yang lembab dan juga mengurangi
sensitifitas pada gigi

Generasi 4 (primer adhesive)


- banyak botol
- etsa dengan asam phosphoric
- perlu dibilas
- tersedia light-cure dan dual-cure
- Untuk aplikasi direct dan indirect

Generasi 5 (primer-adhesive)
- satu botol
- etsa dengan asam phosphoric
- perlu dibilas
- light-cure formulation, dual-cure catalyst avail.
- Untuk aplikasi direct dengan bahan restorasi light-cured

Generasi 6 tipe 1 (self-etch)


- dua botol
- tidak memerlukan etsa dg asam phosphoric
- tidak dibilas
- aplikasi Primer dulu, baru adhesive
- light-cure formulation, dual-cure catalyst avail.
- Untuk aplikasi direct dan indirect
Gen
Generasi 6 tipe 2 (self-etch)
- dua botol => perlu dimix
- tidak memerlukan etsa dg asam phosphoric
- tidak dibilas
- light-cure formulation
- Untuk aplikasi direct dengan bahan restorasi light-cured

Generasi 7 (self-etch)
- satu botol => tidak perlu mix
- tidak memerlukan etsa dg asam phosporic
- tidak dibilas
- light-cure formulation
- Untuk aplikasi direct dengan bahan restorasi light-cured

6. Etsa kelebihan? Kekurangan?


7. Mekanisme perlekatan
Perlekatan pada Enamel  Secara mikroskopik, email terdiri dari prisma-prisma email
yang saling berkaitan dan tersusun rapi. Kemudian antara prisma-prisma terdapat
substansi interprisma yang juga tersusun rapi, berisikan kristal hidroksi apatit yang akan
larut oleh pengetsaan, sehingga permukaan email yang telah teretsa akan berbentuk
rongga-rongga seperti sarang lebah. Rongga ini akan menjadi retensi mekanik bagi
bahan bonding yang dikenal dengan istilah resin tag.
Mekanisme dasar dari perlekatan resin-enamel adalah pembentukan resin tag didalam
permukaan enamel. Email yang telah teretsa memiliki energi permukaan yang tinggi dan
memungkinkan resin dengan mudah membasahi permukaan serta menembus sampai
kedalam mikroporus, kegunaan etsa asam adalah untuk menghilangkan smear layers
dan terutama untuk melarutkan kristal hidroksiapatit pada permukaan luar di antara
permukaan lainnya.Etsa asam mengubah permukaan enamel yang halus menjadi
sebuah permukaan yang tidak beraturan dan meningkatkan energi permukaan. Resin
yang masuk ke dalam mikroporus akan terpolimerisasi untuk membentuk ikatan
mekanik atau resin tag yang menembus 10-21μm ke dalam porus email.
Resin tags yang terbentuk di sekitar enamel rods, yaitu diantara prisma-prisma enamel
disebut dengan macrotags dan jaringan halus dari beberapa small tags yang terbentuk di
tiap-tiap ujung rod di tempat larutnya kristal hidroksiapatit disebut dengan
microtags.Pembentukan microtagdan macrotagdengan permukaan enamel merupakan
mekanisme dasar dari perlekatan resin dan enamel, karena smear layerlabil terhadap
asam

Perlekatan bahan adhesif ke dentin tidak terlepas dari keadaan struktur dentin itu sendiri.
Tidak seperti email yang komposisinya lebih banyak mengandung mineral anorganik (kristal
hidroksiapatit). Dentin merupakan jaringan hidup, dentin bersifat heterogen dan memiliki
kandungan anorganik (hidroksiapatit) 50% volume, bahan organik (khususnya kolagen tipe 1)
30% volume dan cairan 20% volume. Kandungan air yang tinggi membuat persyaratan lebih
ketat untuk bahan yang dapat secara efektif menjembatani antara dentin dan bahan restorasi.
Perlekatan pada dentin menjadi sulit dengan keberadaan smear layer. Smear layer merupakan
lapisan debris organik yang terdapat pada permukaan dentin akibat preparasi. Smear layer
menghalangi tubulus dentin dan berperan sebagai barier, sehingga menurunkan permeabilitas
dentin dan sangat membantu bahan bonding yang bersifat hidrofobik dan menutupi tubulus
dentin.
Smear layer melalui pengetsaan akan dihilangkan, sehingga menyebabkan tubulus dentin
terbuka. Pengetsaan terhadap intertubular dan peritubular dentin mengakibatkan penetrasi
dan perlekatan bagi bahan bonding sehingga membentuk hybrid layer. Hybrid layer merupakan
perlekatan resin adhesif yang terpolimerisasi dengan fibril kolagen (pada sistem total etch) dan
sisa kristal hidroksiapatit (pada sistem self-etch) menghasilkan struktur interfasial.
8. RK dan bonding beda pabrik
9. Smear layer dan smear plaque + yang dmodifikasi ole bonding
Ada tiga mekanisme adhesi yang digunakan;
(1) Adhesif etch-and-rinse yang menghilangkan smear layer dan hidroksiapatit
superfisial melalui proses etching dengan gel asam tersendiri
(2) Adhesif self-etch yang membuat smear layer menjadi permeabel tanpa melarutkan
smear layer
(3) Adhesif glass ionomer bersifat self-adhesive terhadap struktur gigi.
10. Indikasi penggunaan bonding (gen 5678)
Bahan Adhesif Total Etching
 Pada sistem adhesif total etching dilakukan pengetsaan dan pembilasan
kemudian dilanjutkan dengan aplikasi hidrofobik resin yang telah dikombinasikan
dengan hidrofilik primer. Total etching diindikasikan pada permukaan kavitas
yang masih diliputi oleh enamel.
Pada pembuatan ceramic veneer ataupun polymer veneer, veneer secara
langsung dipasangkan pada bagian enamel yang telah dilakukan preparasi
minimal.
Pada pemasangan veneer pada permukaan enamel maka pemakaian total
etching dengan menggunakan asam fosfor akan memberikan hasil yang lebih
baik bila dibandingkan dengan pemakaian self etching. Pemakaian total etching
dengan asam fosfor juga diindikasikan pada pemasangan orthodontic bracket
pada permukaan enamel gigi

 Pada beberapa kondisi retensi dari suatu restorasi sangat bergantung pada
retensi mekanis yang didapat dari enamel. Contohnya, restorasi klas IV pada
permukaan insisal, retensi resin komposit didapatkan dari tepi bevel yang dibuat
pada bagian enamel. Restorasi kavitas klas III pada pasien yang mengalami
bruksism dan restorasi klas V karena karies atau abfraksi akibat tekanan
pengunyahan yang tidak normal
 Bahan adhesif total etching juga digunakan pada permukaan preparasi di bagian
enamel untuk pembuatan bevel pada restorasi onlay yang akan dipasangkan
dengan semen resin. Atau pada pembuatan fissure sealant dengan penempatan
bahan resin komposit pada bagian enamel pit dan fissure yang dalam.

 Pada restorasi klas I dan II dengan tekanan oklusal yang besar juga menjadi
indikasi total etching untuk mendapatkan retensi yang baik. Pada kondisi seperti
yang disebutkan di atas, maka pemakaian asam fosfor untuk pengetsaan pada
bagian enamel sangat diperlukan untuk mendapatkan retensi yang optimal.

Bahan Adhesif Self Etching


Pemakaian klinis bahan adhesif self etching antara lain desensitisasi dan restorasi
klas I, II, III, IV & V. Para klinisi telah menggunakan beragam material dan teknik
untuk merawat hipersensitif dentin. Seperti dengan menggunakan pasta gigi,
laser CO 2 , aldehid, berkumur-kumur dengan fluor, pemakaian bahan kalsium
fosfat, kalium nitrat, dan kalium oksalat juga dengan menggunakan bahan
adhesif.
Pada pemakaian untuk restorasi klas I, II, III, IV dan V, kebanyakan
preparasi pada gigi hanya membutuhkan bahan self etching saja. Pemakaian
bahan total etching sering kali dapat menyebabkan gigi menjadi sensitif,
perkembangan generasi bahan adhesif menyebabkan pemakaian bahan self
etching menjadi lebih disenangi pada kavitas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai