Anda di halaman 1dari 6

p-ISSN 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48

e-ISSN 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.1.43-48


Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm

PERBEDAAN PENGETAHUAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN


KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI DENGAN VIDEO MODELING

Susi Shorayasari,1 Dian Puspitasari Effendi, Sri Puspita


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten

DIFFERENCE KNOWLEDGE AFTERGIVEN HEALTH EDUCATION ABOUT RUBING


DENTAL WITH VIDEO MODELING

ABSTRACT
Background: Knowledge is the result of considering a case, including recall events that never happened
either intentionally or unintentionally. Lack of knowledge about brushing teeth is very influential in personal
hygiene as brushing teeth include routines that must be done every day. Results of a preliminary study that
researchers do in SDS Kartini in 2013, showed that after the interview about the importance of brushing
your teeth, 3 out of 10 children can answer questions correctly and 7 children can not answer the question
correctly. It can be concluded that there is still a lack of knowledge of the students at SDS Kartini. In
improving the knowledge to do with one of the health education video modeling. This study want to analyze
different knowledge between before and after giving health education.
Methods: This study used a pre-experimental research design with the approach of one group pretest-
posttest design. The population in this study were children aged 6-12 years in SDS Kartini. The sampling
technique in this research is simple random sampling with a sample size of 32 people. Data collection is
done at the time before and after health education using a questionnaire of 25 questions. Analysis of
statistical data used is dependent t test.
Results: The results obtained from this study is the knowledge before intervention (pretest) is 50.84 and
knowledge after intervention (posttest) is 89.22 with p value (sig) of 0.000.
Conclusion: Based on the results, there are significant differences in the level of knowledge before and after
being given health education.
Keywords: Awareness, brushing teeth, video modeling.

ABSTRAK
Latar Belakang: Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kurangnya pengetahuan tentang
menggosok gigi sangat berpengaruh pada kebersihan pribadi karena menggosok gigi termasuk rutinitas yang
harus dilakukan setiap hari. Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SDS Kartini tahun 2013,
menunjukkan bahwa setelah dilakukan wawancara tentang pentingnya menggosok gigi, 3 dari 10 anak dapat
menjawab pertanyaan dengan benar dan 7 anak tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Dapat
disimpulkan bahwa masih rendahnya pengetahuan siswa-siswi di SDS Kartini. Tujuan studi ini adalah untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one group
pretest-posttest design. Populasi pada penelitian ini adalah anak usia 6-12 tahun di SDS Kartini. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling dengan jumlah sampel 32 orang.
Pengumpulan data dilakukan pada saat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan
menggunakan kuesioner sebanyak 25 soal. Analisa data statistik yang digunakan adalah uji t dependen.
Hasil Penelitian: Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah adanya peningkatan pengetahuan dari
sebelum intervensi (pretest) yaitu 50,84 dan pengetahuan setelah intervensi (posttest) yaitu 89,22 dengan p
value (sig) 0,000.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat
pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Kata kunci : Pengetahuan, menggosok gigi, video modeling.

Alamat Korespondensi: Susi Shorayasari, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten, Gedung STIKes Banten Jl Rawabuntu no 10 BSD City
Serpong Tangerang Selatan, email: sshorayasari@yahoo.co.id

Maret 2017 43
Shorayasari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48

PENDAHULUAN Hal diatas terjadi karena kurangnya


pengetahuan dan pendidikan kesehatan pada
Pendidikan kesehatan adalah suatu
anak usia 6-12 tahun. Dalam penelitian
upaya atau kegiatan untuk menciptakan
Sanjaya,4 terhadap 70 responden di SD
perilaku masyarakat yang kondusif untuk
Antonius 02 Banyumanik menunjukkan
kesehatan, pendidikan kesehatan berupaya
bahwa praktik menggosok gigi pada anak
agar masyarakat menyadari atau mengetahui
62,9% baik, pengetahuan anak 88,6% baik,
bagaimana cara memelihara kesehatan
sikap anak 74% baik, 71,4% responden sering
mereka, bagaimana menghindari atau
melihat iklan pasta gigi, peran petugas
mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan
kesehatan 82,9% baik, peran dokter kecil
mereka dan kesehatan orang lain dengan
57,1% baik, peran orang tua 60% baik, peran
mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat.
guru olahraga 60% baik.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) adalah kumpulan perilaku yang
dilakukan atas dasar kesadaran untuk
METODE
pembelajaran agar seseorang atau keluarga Penelitian ini merupakan penelitian
dapat menolong diri sendiri di bidang deskriptik kuantitatif dengan menggunakan
kesehatan untuk mewujudkan kesehatan rancangan penelitian pre-eksperimental
masyarakat. Setiap manusia sudah pasti dengan pedekatan cross sectional. Penelitian
mendambakan tubuh yang bersih dan sehat. dilaksanakan dengan cara menilai kegiatan
Hal tersebut dapat diterapkan dengan pola gosok gigi pada anak usia 6-12 tahun di SDS
Hidup Bersih dan Sehat yang dimulai dengan Kartini sebelum dilakukan intervensi
kesehatan pribadi. Untuk menjadi pribadi tayangan video modeling menggosok gigi,
yang sehat dan menerapkan pola hidup bersih dan kemudian pengkajian kembali tentang
dan sehat maka dapat ditunjang dengan menggosok gigi pada anak usia 6-12 tahun di
kesehatan pribadi.1 SDS Kartini sesudah intervensi tayangan
Kebersihan gigi dan rongga mulut dapat video modeling menggosok gigi.
ditempuh dengan berbagai macam cara, salah Teknik pengambilan sampel pada
satunya adalah dengan menggosok gigi. penelitian ini adalah simple random sampling
Menggosok gigi dilakukan setelah makan dan dengan jumlah sampel 32 orang.
sebelum tidur merupakan kegiatan rutin Pengumpulan data dilakukan pada saat
sehari-hari. Manfaat dari menggosok gigi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
adalah mencegah gigi berlubang, kesehatan dengan menggunakan kuesioner
menyegarkan napas, mengurangi bau mulut, sebanyak 25 soal. Analisis data statistik yang
mengurangi sakit gigi, menjadikan gigi putih digunakan adalah uji t dependen.
dan bersih dan aktivitas lebih semangat serta
fokus.2 Fakta menyebutkan bahwa 89% anak HASIL PENELITIAN
dibawah usia 12 tahun menderita penyakit
gigi dan mulut. Kondisi itu akan berpengaruh Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Sebelum dan Sesudah
pada derajat kesehatan mereka, proses tumbuh
dilakukan Pendidikan Kesehatan
kembang bahkan masa depan mereka. Hasil
Surkenas menunjukkan bahwa 62,4% Variabel Mean Standar Min Mak
penduduk merasa terganggu pekerjaannya Pengetahuan Deviasi
Sebelum 50,84 10,408 28 66
atau murid sekolah tidak masuk sekolah Setelah 89,22 8,241 75 100
dengan alasan karena sakit gigi, dengan nilai
rata-rata tidak masuk sekolah karena sakit gigi Table 1. menunjukkan data sebelum
adalah 3,86 hari.3 dilakukan pendidikan kesehatan didapat nilai

44 Maret 2017
Shorayasari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48

minimal 28 dengan 1 responden dan nilai signifikan terhadap pengetahuan tentang


maksimal 66 dengan 5 responden, nilai menggosok gigi sebelum dan setelah
median adalah 52,50 sedangkan rerata nilai diberikan pendidikan kesehatan.
sebelum diberikan pendidikan kesehatan
adalah 50,84 dengan standar deviasi 10,408. PEMBAHASAN
Maka dengan demikian nilai rerata sebelum Distribusi Frekuensi sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan mempunyai dilakukan pendidikan kesehatan
kategori kurang, sesuai dengan teoriArikunto,5
Hasil rerata bisa dikatakan kurang baik
yang menyatakan kategori sebagai berikut
sebelum dilakukan intervensi kesehatan
(baik: 76-100, cukup: 56-75, kurang: 40-55).
karena pada saat pengisian kuesioner
Kemudian hasil setelah dilakukan
responden belum sepenuhnya mengerti
pendidikan kesehatan didapat nilai minimal
tentang menggosok gigi. Hal tersebut dapat
75 dengan 4 responden dan nilai maksimal
terjadi karena responden tidak mendapatkan
100 dengan 6 responden, nilai median adalah
pelajaran yang khusus tentang menggosok
90,00 sedangkan nilai rerata setelah diberikan
gigi selama proses belajar mengajar di
pendidikan kesehatan adalah 89,22 dengan
sekolah. Selain itu belum pernah ada
standar deviasi 8,241. Maka nilai rerata
pendidikan kesehatan yang diberikan kepada
setelah diberikan pendidikan kesehatan
siswa mengenai pengetahuan menggosok gigi
mempunyai kategori baik sesuai dengan
dari lingkungan sekolah maupun lingkungan
teoriArikunto,1yang menyatakan kategori
tenaga kesehatan. Setelah diberikan intervensi
sebagai berikut (baik: 76-100, cukup: 56-75,
kesehatan tentang menggosok gigi terlihat
kurang: 40-55).
jelas peningkatan rerata dari 50,84 dengan
kategori kurang menjadi meningkat dengan
Analisis Uji T atau Uji Beda Dua Mean
(Paired Sampel) nilai rerata 89,22 dengan kategori baik.
Hasil dari penelitian didapatkan hasil
Tabel 2. posttest lebih baik daripada hasil pretest,
Distribusi Frekuensi Sebelum dan Sesudah karena adanya suatu perlakuan yaitu sebelum
dilakukan Pendidikan Kesehatan dilakukan posttest kepada siswa dengan
diberikan pendidikan kesehatan tentang
Variabel Mean Standar P n
Pengetahuan Deviasi value menggosok gigi dan setelah diberikannya
Sebelum 50,84 10,408 0,000 32 pendidikan kesehatan tentang menggosok
Setelah 89,22 8,241 0,000 32
gigi, siswa mengalami suatu pembelajaran.
Berdasarkan Tabel 2. diatas Suatu Pembelajaran yang dimaksud adalah
menggambarkan perbedaan pengetahuan siswa yang telah diberikan pendidikan
setelah diberikan pendidikan kesehatan kesehatan tentang menggosok gigi sesuai
tentang menggosok gigi. Rerata nilai dengan kebutuhan siswa itu sendiri, sehingga
pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan informasi yang baru mampu menambah
kesehatan adalah 50,84 yang masuk dalam pengetahuannya.
kategori pengetahuan kurang dan setelah Peningkatan tingkat pengetahuan
diberikan pendidikan kesehatan terjadi setelah diberikan tindakan pendidikan
peningkatan rerata nilai menjadi 89,22 berarti kesehatan dapat dimungkinkan, karena
masuk dalam kategori pengetahuan baik, tindakan pendidikan kesehatan memiliki
dengan standar deviasi 8,241 (p value=0,000, tujuan yaitu terjadinya perubahan
α=0,05). jika p value (Sig) ≤ α (0,05) maka pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu,
keputusannya adalah Ho ditolak. Dengan keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat.6
demikian terjadi adanya perbedaan yang

Maret 2017 45
Shorayasari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48

Analisis Uji T atau Uji Beda Dua Mean Keberhasilan perubahan pengetahuan
(Paired Sampel) tidak terlepas dari diberikan pendidikan
kesehatan yang diberikan oleh peneliti dengan
Perbedaan pengetahuan bisa terjadi
menggunakan metode video modeling disertai
karena sebelum siswa diberikan pendidikan
dengan tanya jawab yang dibuat sedemikian
kesehatan tentang menggosok gigi siswa
rupa dengan kata-kata, gambar yang penuh
hanya mengetahui pengertiannya saja dan
dengan warna-warna dan gerakan untuk
belum mengetahui sepenuhnya tentang
menarik minat siswa dalam mengikuti
menggosok gigi, setelah diberikan pendidikan
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh
kesehatan siswa mengetahui lebih jelas
peneliti. Alasan peneliti menggunakan video
mengenai pengetahuan tentang menggosok
modeling karena termasuk dalam cara
gigi.
menyajikan pelajaran melalui panca indra
Pada penelitian ini, peneliti
penglihatan yang bisa dengan mudah anak-
menggunakan video modeling. Alasan peneliti
anak melihat cara menggosok gigi yang benar.
menggunakan metode tersebut karena video
Pemilihan metode ini disebabkan
modeling yaitu pemodelan video yang teknik
karena proses pendidikan pada anak-anak
pengajarannya melibatkan siswa menonton
terutama anak sekolah dasar lebih mudah
yang nantinya siswa tersebut dapat melakukan
dilakukan dengan belajar menggunakan kata-
atau mengetahui sesuai dengan yang mereka
kata, gambar dan gerakan yang menarik, hal
amati. Video modeling mempunyai kelebihan
ini terlihat pada saat peneliti memberikan
yaitu bermanfaat untuk menggambarkan
pendidikan kesehatan menggunakan video
gerakan, keterkaitan dan memberikan dampak
modeling. Pada saat pemutaran video siswa-
terhadap topik yang dibahas dan dapat diputar
siswi sangat antusias dalam mengikuti
ulang. Selain itu, gerakan mulut dapat
pendidikan yang disampaikan oleh peneliti.
direkam dengan video, dapat dimasukkan
Hal ini dapat diperkuat dengan penelitian
teknik film lain, seperti animasi, dapat
yang dilakukan oleh Ernita,8 yang menyatakan
dikombinasikan antara gambar diam dengan
anak usia sekolah perkembangan kognitifnya
gerakan, dan proyektor standar dapat
pada tahap operasional konkrit artinya
ditemukan dimana-mana.
aktivitas mental yang difokuskan pada objek-
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
objek peristiwa nyata. Kecenderungan anak
Kusumawardani,7 bahwa terjadi peningkatan
usia sekolah dasar pada tahap ini salah
kemampuan menggosok gigi pada anak yaitu
satunya memiliki ciri yang konkrit.
pada fase baseline berkisar rata-rata 23%,
Penelitian ini membuktikan bahwa
60%, dan 70%, fase intervensi kemampuan
pendidikan kesehatan dapat menambah
rata-rata meningkat 16,6% dari fase baseline,
pengetahuan karena dalam pendidikan
dengan angka peningkatan tertinggi 26% dan
kesehatan terdapat pembelajaran yang
terendah 15% dan fase generalisasi
merupakan proses komunikasi. Dalam suatu
kemampuan rata-rata menggosok gigi sekitar
proses komunikasi selalu memperlihatkan tiga
75,3% dengan nilai tertinggi 98% dan nilai
komponen pokok, yaitu komponen pengirim
terendah 37%. Dilihat dari jurnal yang
pesan (pendidik/guru), komponen penerima
berjudul metode dan media promosi kesehatan
pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri
yang menyatakan bahwa seseorang memiliki
yang biasanya berupa materi pembelajaran.
10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita
Pemberi pesan disini juga mempengaruhi
dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari
proses pembelajaran artinya, materi pelajaran
yang kita lihat dan dengar, 80% dari yang kita
atau pesan yang disampaikan guru (pendidik)
ucapkan, 90% dari yang kita ucapkan dan
tidak dapat diterima oleh siswa, bahkan siswa
lakukan.

46 Maret 2017
Shorayasari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48

sebagai penerima pesan salah menangkap isi sebab itu indikator untuk sikap juga sejalan
pesan yang disampaikan. dengan pengetahuan.13
Peningkatan pengetahuan seseorang
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang KESIMPULAN DAN SARAN
pertama adalah faktor internal misalnya segi Hasil penelitian yang telah dilakukan
minat anak-anak tersebut terhadap apa yang kepada 32 responden di SDS Kartini, maka
disampaikan peneliti karena minat sebagai simpulan yang didapat pada penelitian ini
suatu kecenderungan atau keinginan yang adalah:
tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan 1. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan
seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu rata-rata tingkat pengetahuan responden
hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yaitu 50,84 dengan kategori pengetahuan
yang lebih mendalam.9 kurang.
Faktor yang kedua adalah faktor 2. Setelah diberikan pendidikan kesehatan
eksternal, misalnya informasi yaitu dimana rata-rata tingkat pengetahuan responden
sebelumnya sudah mendapatkan informasi yaitu 89,22. Dengan demikian nilai rerata
mengenai kesehatan gigi dan mulut baik dari setelah diberikan pendidikan kesehatan
televisi, radio, internet, maupun surat kabar, dengan video modeling termasuk dalam
karena kemudahan untuk memperoleh suatu kategori pengetahuan baik.
informasi dapat membantu mempercepat 3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada
seseorang untuk memperoleh pengetahuan tingkat pengetahuan responden sebelum
yang baru. Selain itu faktor lingkungan juga dan setelah diberikan pendidikan kesehatan
sangat mempengaruhi peningkatan dengan p value (sig) 0,000 karena p value
pengetahuan.10 (sig) ≤ α (0,05).
Pengetahuan tersebut pada akhirnya Hasil penelitian dapat dijadikan bahan
diharapkan dapat berpengaruh terhadap informasi dan pertimbangan dalam memilih
perilaku. Dengan kata lain, dengan adanya intervensi bagi siswa sekolah dasar yang
promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat mengalami kesehatan gigi dan mulut. Untuk
membawa akibat terhadap perubahan perilaku masa yang akan datang pendidikan kesehatan
kesehatan dari sasaran.11 Pendidikan harus lebih di tingkatkan lagi. Pendidikan
kesehatan adalah upaya menerjemahkan apa kesehatan juga harus dilakukan sesering
yang telah diketahui tentang kesehatan mungkin oleh pihak sekolah dan tenaga
kedalam perilaku yang diinginkan dari kesehatan setempat. Karena hal tersebut
perorangan ataupun masyarakat melalui merupakan salah satu bentuk upaya promotif
proses pendidikan.12 yang bermanfaat untuk meningkatkan derajat
Pemberian pendidikan kesehatan tidak kesehatan. Dalam melakukan pendidikan
hanya dapat meningkatkan perubahan kesehatan ada beberapa hal yang harus
pengetahuan tetapi juga dapat meningkatkan diperhatikan seperti metode pendidikan
sikap seseorang terhadap suatu objek. kelompok, metode pendidikan individu dan
Peningkatan sikap responden didukung oleh metode pendidikan massa. Pendidikan
pengetahuan dan kesadaran responden kesehatan juga didukung dengan alat bantu,
terhadap suatu stimulus. Setelah seseorang seperti video, televisi, leaflet, poster, lembar
mengetahui stimulus, proses selanjutnya akan balik dan lain-lain.
menilai terhadap stimulus tersebut. Oleh

Maret 2017 47
Shorayasari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48

DAFTAR PUSTAKA 7. Kusumawardani, Endah. Buruknya


Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta:
1. Proverawati Atikah, Rahmawati Eni. Media Ortindo. 2011.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
8. Kurniasari, Ernita. Pengaruh Pendidikan
(PHBS). Nuha Medika, Yogyakarta Teori Kesehatan Gosok Gigi Dengan Metode
dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Ular Tangga Terhadap Perubahan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Pengetahuan, Sikap, dan Aplikasi
Medika. 2012. Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah
2. Irma, I.Z dan Intan S.A. Penyakit gigi, Di SD Wilayah Paron Ngawi. Surabaya:
Mulut, dan THT, 1st ed., Yogyakarta: Universitas Airlangga. 2012.
Nuha Medika. 2013. 9. Mubarak W I, Chayatin Ns N. Ilmu
3. Hastuti. Sri, dan Annisa. Andriyani. Kesehatan Masyarakat: Teori dan
Perbedaan Pengaruh Pendidikan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. 2009.
Kesehatan Gigi Dalam Meningkatkan 10. Wawan, A., Dewi Maharani. Teori dan
Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Pada Anak Di SD Negeri 2 Sambi Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha
Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Medika. 2010.
GASTER, 2010. Vol.7, No. 2 Agustus
11. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Perilaku
2010 Surakarta.
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.
4. Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan
12. Suryani. Hubungan Pengetahuan dan
Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Status Ekonomi dengan Status Gizi Ibu
Grup. 2011.
Hamil di Puskesmas Putri Ayu Kota
5. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Jambi. Jurnal Penelitian. 2009.
Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
13. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi
Cipta. 2006.
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
6. Nursalam & Efendi, F. Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta. 2012.
Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika. 2008.

48 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai