ABSTRACT
Background: Knowledge is the result of considering a case, including recall events that never happened
either intentionally or unintentionally. Lack of knowledge about brushing teeth is very influential in personal
hygiene as brushing teeth include routines that must be done every day. Results of a preliminary study that
researchers do in SDS Kartini in 2013, showed that after the interview about the importance of brushing
your teeth, 3 out of 10 children can answer questions correctly and 7 children can not answer the question
correctly. It can be concluded that there is still a lack of knowledge of the students at SDS Kartini. In
improving the knowledge to do with one of the health education video modeling. This study want to analyze
different knowledge between before and after giving health education.
Methods: This study used a pre-experimental research design with the approach of one group pretest-
posttest design. The population in this study were children aged 6-12 years in SDS Kartini. The sampling
technique in this research is simple random sampling with a sample size of 32 people. Data collection is
done at the time before and after health education using a questionnaire of 25 questions. Analysis of
statistical data used is dependent t test.
Results: The results obtained from this study is the knowledge before intervention (pretest) is 50.84 and
knowledge after intervention (posttest) is 89.22 with p value (sig) of 0.000.
Conclusion: Based on the results, there are significant differences in the level of knowledge before and after
being given health education.
Keywords: Awareness, brushing teeth, video modeling.
ABSTRAK
Latar Belakang: Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kurangnya pengetahuan tentang
menggosok gigi sangat berpengaruh pada kebersihan pribadi karena menggosok gigi termasuk rutinitas yang
harus dilakukan setiap hari. Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SDS Kartini tahun 2013,
menunjukkan bahwa setelah dilakukan wawancara tentang pentingnya menggosok gigi, 3 dari 10 anak dapat
menjawab pertanyaan dengan benar dan 7 anak tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Dapat
disimpulkan bahwa masih rendahnya pengetahuan siswa-siswi di SDS Kartini. Tujuan studi ini adalah untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one group
pretest-posttest design. Populasi pada penelitian ini adalah anak usia 6-12 tahun di SDS Kartini. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling dengan jumlah sampel 32 orang.
Pengumpulan data dilakukan pada saat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan
menggunakan kuesioner sebanyak 25 soal. Analisa data statistik yang digunakan adalah uji t dependen.
Hasil Penelitian: Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah adanya peningkatan pengetahuan dari
sebelum intervensi (pretest) yaitu 50,84 dan pengetahuan setelah intervensi (posttest) yaitu 89,22 dengan p
value (sig) 0,000.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat
pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Kata kunci : Pengetahuan, menggosok gigi, video modeling.
Alamat Korespondensi: Susi Shorayasari, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten, Gedung STIKes Banten Jl Rawabuntu no 10 BSD City
Serpong Tangerang Selatan, email: sshorayasari@yahoo.co.id
Maret 2017 43
Shorayasari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48
44 Maret 2017
Shorayasari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48
Maret 2017 45
Shorayasari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48
Analisis Uji T atau Uji Beda Dua Mean Keberhasilan perubahan pengetahuan
(Paired Sampel) tidak terlepas dari diberikan pendidikan
kesehatan yang diberikan oleh peneliti dengan
Perbedaan pengetahuan bisa terjadi
menggunakan metode video modeling disertai
karena sebelum siswa diberikan pendidikan
dengan tanya jawab yang dibuat sedemikian
kesehatan tentang menggosok gigi siswa
rupa dengan kata-kata, gambar yang penuh
hanya mengetahui pengertiannya saja dan
dengan warna-warna dan gerakan untuk
belum mengetahui sepenuhnya tentang
menarik minat siswa dalam mengikuti
menggosok gigi, setelah diberikan pendidikan
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh
kesehatan siswa mengetahui lebih jelas
peneliti. Alasan peneliti menggunakan video
mengenai pengetahuan tentang menggosok
modeling karena termasuk dalam cara
gigi.
menyajikan pelajaran melalui panca indra
Pada penelitian ini, peneliti
penglihatan yang bisa dengan mudah anak-
menggunakan video modeling. Alasan peneliti
anak melihat cara menggosok gigi yang benar.
menggunakan metode tersebut karena video
Pemilihan metode ini disebabkan
modeling yaitu pemodelan video yang teknik
karena proses pendidikan pada anak-anak
pengajarannya melibatkan siswa menonton
terutama anak sekolah dasar lebih mudah
yang nantinya siswa tersebut dapat melakukan
dilakukan dengan belajar menggunakan kata-
atau mengetahui sesuai dengan yang mereka
kata, gambar dan gerakan yang menarik, hal
amati. Video modeling mempunyai kelebihan
ini terlihat pada saat peneliti memberikan
yaitu bermanfaat untuk menggambarkan
pendidikan kesehatan menggunakan video
gerakan, keterkaitan dan memberikan dampak
modeling. Pada saat pemutaran video siswa-
terhadap topik yang dibahas dan dapat diputar
siswi sangat antusias dalam mengikuti
ulang. Selain itu, gerakan mulut dapat
pendidikan yang disampaikan oleh peneliti.
direkam dengan video, dapat dimasukkan
Hal ini dapat diperkuat dengan penelitian
teknik film lain, seperti animasi, dapat
yang dilakukan oleh Ernita,8 yang menyatakan
dikombinasikan antara gambar diam dengan
anak usia sekolah perkembangan kognitifnya
gerakan, dan proyektor standar dapat
pada tahap operasional konkrit artinya
ditemukan dimana-mana.
aktivitas mental yang difokuskan pada objek-
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
objek peristiwa nyata. Kecenderungan anak
Kusumawardani,7 bahwa terjadi peningkatan
usia sekolah dasar pada tahap ini salah
kemampuan menggosok gigi pada anak yaitu
satunya memiliki ciri yang konkrit.
pada fase baseline berkisar rata-rata 23%,
Penelitian ini membuktikan bahwa
60%, dan 70%, fase intervensi kemampuan
pendidikan kesehatan dapat menambah
rata-rata meningkat 16,6% dari fase baseline,
pengetahuan karena dalam pendidikan
dengan angka peningkatan tertinggi 26% dan
kesehatan terdapat pembelajaran yang
terendah 15% dan fase generalisasi
merupakan proses komunikasi. Dalam suatu
kemampuan rata-rata menggosok gigi sekitar
proses komunikasi selalu memperlihatkan tiga
75,3% dengan nilai tertinggi 98% dan nilai
komponen pokok, yaitu komponen pengirim
terendah 37%. Dilihat dari jurnal yang
pesan (pendidik/guru), komponen penerima
berjudul metode dan media promosi kesehatan
pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri
yang menyatakan bahwa seseorang memiliki
yang biasanya berupa materi pembelajaran.
10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita
Pemberi pesan disini juga mempengaruhi
dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari
proses pembelajaran artinya, materi pelajaran
yang kita lihat dan dengar, 80% dari yang kita
atau pesan yang disampaikan guru (pendidik)
ucapkan, 90% dari yang kita ucapkan dan
tidak dapat diterima oleh siswa, bahkan siswa
lakukan.
46 Maret 2017
Shorayasari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48
sebagai penerima pesan salah menangkap isi sebab itu indikator untuk sikap juga sejalan
pesan yang disampaikan. dengan pengetahuan.13
Peningkatan pengetahuan seseorang
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang KESIMPULAN DAN SARAN
pertama adalah faktor internal misalnya segi Hasil penelitian yang telah dilakukan
minat anak-anak tersebut terhadap apa yang kepada 32 responden di SDS Kartini, maka
disampaikan peneliti karena minat sebagai simpulan yang didapat pada penelitian ini
suatu kecenderungan atau keinginan yang adalah:
tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan 1. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan
seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu rata-rata tingkat pengetahuan responden
hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yaitu 50,84 dengan kategori pengetahuan
yang lebih mendalam.9 kurang.
Faktor yang kedua adalah faktor 2. Setelah diberikan pendidikan kesehatan
eksternal, misalnya informasi yaitu dimana rata-rata tingkat pengetahuan responden
sebelumnya sudah mendapatkan informasi yaitu 89,22. Dengan demikian nilai rerata
mengenai kesehatan gigi dan mulut baik dari setelah diberikan pendidikan kesehatan
televisi, radio, internet, maupun surat kabar, dengan video modeling termasuk dalam
karena kemudahan untuk memperoleh suatu kategori pengetahuan baik.
informasi dapat membantu mempercepat 3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada
seseorang untuk memperoleh pengetahuan tingkat pengetahuan responden sebelum
yang baru. Selain itu faktor lingkungan juga dan setelah diberikan pendidikan kesehatan
sangat mempengaruhi peningkatan dengan p value (sig) 0,000 karena p value
pengetahuan.10 (sig) ≤ α (0,05).
Pengetahuan tersebut pada akhirnya Hasil penelitian dapat dijadikan bahan
diharapkan dapat berpengaruh terhadap informasi dan pertimbangan dalam memilih
perilaku. Dengan kata lain, dengan adanya intervensi bagi siswa sekolah dasar yang
promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat mengalami kesehatan gigi dan mulut. Untuk
membawa akibat terhadap perubahan perilaku masa yang akan datang pendidikan kesehatan
kesehatan dari sasaran.11 Pendidikan harus lebih di tingkatkan lagi. Pendidikan
kesehatan adalah upaya menerjemahkan apa kesehatan juga harus dilakukan sesering
yang telah diketahui tentang kesehatan mungkin oleh pihak sekolah dan tenaga
kedalam perilaku yang diinginkan dari kesehatan setempat. Karena hal tersebut
perorangan ataupun masyarakat melalui merupakan salah satu bentuk upaya promotif
proses pendidikan.12 yang bermanfaat untuk meningkatkan derajat
Pemberian pendidikan kesehatan tidak kesehatan. Dalam melakukan pendidikan
hanya dapat meningkatkan perubahan kesehatan ada beberapa hal yang harus
pengetahuan tetapi juga dapat meningkatkan diperhatikan seperti metode pendidikan
sikap seseorang terhadap suatu objek. kelompok, metode pendidikan individu dan
Peningkatan sikap responden didukung oleh metode pendidikan massa. Pendidikan
pengetahuan dan kesadaran responden kesehatan juga didukung dengan alat bantu,
terhadap suatu stimulus. Setelah seseorang seperti video, televisi, leaflet, poster, lembar
mengetahui stimulus, proses selanjutnya akan balik dan lain-lain.
menilai terhadap stimulus tersebut. Oleh
Maret 2017 47
Shorayasari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2017, 8(1):43-48
48 Maret 2017