Anda di halaman 1dari 59

PERKAWINAN ANAK DI BAWAHUMURDITINJAU DARI

HUKUMADAT MENUI KEPULAUAN


(StudiPada Masyarakat Di KecamatanMenui Kepulauan
KabupatenMorowali Provinsi
Sulawesi Tengah)

(Skripsi)

Oleh

WayanRasta Jaya EkaPutra

BAGIANKEPERDATAAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
ABSTRAK

PERKAWINAN ANAK DI BAWAHUMURDITINJAU DARI


HUKUMADAT MENUI KEPULAUAN
(StudiPada Masyarakat Di KecamatanMenui Kepulauan
KabupatenMorowali Provinsi
Sulawesi Tengah)

Oleh
WayanRasta Jaya EkaPutra

Perkawinan(pawiwahan)adat Menui
Kepulauanadalahikatanlahirbatinantaraseoranglaki- laki(Pati)denganseorang
wanita(Patni)sebagaisuamiistriuntukmelahirkan keturunanyang
dapatmemberikanpeluang ataukesempatankepadaketurunannya untukmelebur
dosa-dosa leluhurnya.Melaksanakansebuahpawiwahanmenurut hukumadat Menui
Kepulauanadalahmenjalankansebuahtahapanhidupyang sakraldanabadi
sifatnyauntukmenujugrhastaataumasaberumahtangga.Pada masagrhasta,
mengenaiusiaperkawinansudah dianjurkanuntukmenghindariterjadinya
perkawinananak di bawah umur.Perkawinananak di bawahumuradalah
perkawinanyang dilakukandiluarbatasusiayangditetapkanolehhukumnasional dan
hukum adatnyamasing-masing. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
Bagaimanakahperkawinananakdibawahumurditinjaudarihukumadat Menui
Kepulauanpada masyarakat Menui Kepulauan Kecamatan Menui Kabupaten
Morowali Sulawesi Tengah?

Jenispenelitianyang digunakanadalahnormatifempiris,dengantipepenelitian
bersifatdeskriptif danmenggunakanpendekatanyuridissosiologis.Metode
pengumpulandatadalampenelitianiniadalahdataprimeryangdiperolehdari
studilapangandengancarawawancarakepadaTokohAdat,Kepala Kecamatan,dan
ParisadhaHinduDharmaIndonesiaserta menyebarkankuisioner, data sekunder
diperolehdaristudikepustakaan.Analisisdatadilakukandengancarakualitatif dan
kuantitatif.

Hasilpenelitian mengenai perkawinan anak dibawah umurditinjau menurut


hukumadat Menui KepulauanpadamasyarakatBalidiKecamatanMenui
KepulauanKecamatanWay Panji
KabupatenLampungSelatanmenunjukkanbahwapelaksanaanperkawinananak
dibawahumurdalampelaksanaannyatidakadabedanyadengan perkawinanpada
Wayan Rasta Jaya EkaPutra

umumnya hanya sajadiawalidengannegosiasidaripihakadatdengan memperhatikan


hukum adat dan hukum nasionalnya.Pelaksanaan perkawinannya adalah pihak
laki-lakingidihpihak perempuanuntukdibawa ke rumahlaki-laki
dandilakukanupacarapawiwahankemudianada permohonandaripihak laki-laki
untukdisahkansecara adatdan agama.Perkawinananakdibawahumuriniterjadi
disebabkan beberapa faktoryaitufaktor pendidikan, ekonomi, pergaulan,saling
demen, dan keinginan orangtua.Perkawinan anak di bawah umur menyebabkan
adanyasuatuakibathukumbagipara pihakyangmelakukanperkawinan,adapun akibat
hukumnyayaitu status laki-laki (Pati)dan perempuan(Patni)dalamhukum adatnya
berubahdaribrahmacarimenujugrhastadanpihak perempuan mengenai
soroh(golongan) dankawitannya(tempat suci bagi kelompok keturunan keluarga
tertentu)tidaklagimengikutikeduaorang tuanyamelainkanmengikutisuaminya,
dansecara tidaklangsung merekaakanmenjadibahanpembicaraan dandicemooh
masyarakat adat.
Kata kunci:PerkawinanAdat, AnakDi BawahUmur,Adat Menui
Kepulauannuraga.
PERKAWINAN ANAKDI BAWAH UMURDITINJAU DARI
HUKUMADAT MENUI KEPULAUAN
((StudiPada Masyarakat Di KecamatanMenui Kepulauan
KabupatenMorowali Provinsi
Sulawesi Tengah)

Oleh

WAYANRASTA JAYA EKAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk MencapaiGelar


SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan


Fakultas Hukum UniversitasLampung

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
JudulSkripsi : PERKAWINANANAKDIBAWAHUMURDITINJAU
DARIHUKUMADAT MENUI KEPULAUAN
(StodipadaMasyarakat Menui KepulauandiKecamatanMenui
Kepulauan Kecamatan
WayPanjiKabopaten LampungSelatan)

Nama Mahasiswa

No.PokokMahasiswa : 1212011357

Bagian : Hukum Keperdataan

Fakultas :Hukum

MENYETUJUI

1. KomisiPembimbing

anah,S.H.,M.H.
21119980 22001

2.KetuaBagianHukum Keperdataan

Dr.WahyuSasongko,S.H.,M.Hum.
NIP 19580527 1984031 001
MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Aprilianti, S.H.,M.H.

Sekretaris/Anggota : SitiNurhasanah, S.H.,M. H.

Penguji
BukanPembimbing:NillaNargis, S.H.,M.Hum

r.Heryandi,S. H.,M.S.
'===tJil:l~96211091987031 003

TanggalLulusUjianSkripsi:21April2016
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkappenulis adalahWayanRastaJayaEka Putra,

penulisdilahirkanpada tanggal25 September

1994diKecamatan Menui KepulauanKecamatan Way

Panji Lampung

Selatan.Penulismerupakananakpertamadaridua

bersaudara,dari pasangan Wayan Sukarmedan

WayanBudriyani.

PenulismenyelesaikanpendidikanSekolahDasardiSDNegeri03Menui Kepulauan

padatahun2006,SekolahMenengahPertamadiSMPDharmaBhaktipadatahun

2009, dan Sekolah MenengahAtas di SMANegeri 01 Kalianda padatahun2012.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung

melaluijalurSNMPTN Tertulispadatahun2012.Padatahun2015, Penulis

melakukanKuliahKerja Nyata (KKN) di KecamatanBumiDipasena

Abadi,Kecamatan RawajituTimur,Kabupaten TulangBawang.Selama

menjadimahasiswapenulis

aktifmengikutikegiatanseminardaerahmaupunnasionaldanorganisasiyaitu

UnitKegiatanMahasiswa HinduUnila, KesatuanMahasiswa HinduDharma

Indonesia, PerhimpunanPemuda HinduBandarLampung, Pusat StudiBantuan

Hukumserta HimpunanMahasiswa Hukum PerdataFakultasHukumUniversitas

Lampung.
MOTO

Ingat mewujudkan putra yangsuputra lebih tinggitingkatannya dari pada

melakukan 100yadnya( melahirkan anak yang baik lebih mulia daripada 100

korban suci yang tulus ikhlas).


PERSEMBAHAN

Dengan penuhrasa pujidan syukur Kehadirat Tuhan YangMahaEsa dan dengan


segala kerendahan hatikupersembahkan kepada:

Keduaorangtuaku tercintaBapak Wayan SukarmedanIbuWayanBudriyani


yangtelah membesarkandan mendidikkudenganpenuhcintadan kasih sayang,
yangsetiamendengarkankeluh kesah sertamemberikan nasihat dan dukungan
kepadaku untuk menggapai cita-citadan masadepanyangcerah, sertaselalu
mendo’akankuagar senantiasadiberikan kemudahan dan kelancaran dalamsetiap
langkahku dalam menggapai cita-citaku.

SemogaTuhan YangMahaEsasenantiasamelimpahkan rahmat, nikmat, dan


karunianyakepadakitasemuadi duniadan akhirat.(Svaha)
SANWACANA

DenganmengucapsyukurkepadaTuhanYangMahaEsa,ataskehadirat-Nya yang

telahmelimpahkansegalakeberkahan,nikmat,danrahmatsertahidayah-

Nya,sehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenulisanskripsiiniyang berjudul

“PERKAWINANANAK DIBAWAHUMURDITINJAUDARIHUKUM ADAT

BALI(Studi Pada Masyarakat Kecamatan Menui Kepulauan Kecamatan

Way PanjiKabupatenLampungSelatan)”sebagaisalah satusyaratuntuk

memperolehgelar SarjanaHukum di Fakultas Hukum UniversitasLampung.

Dalam penulisanskripsiini, penulisbanyakmendapatkanilmupengetahuan,

bimbingan,danmasukanyangbersifatmembangundariberbagaipihak,maka

padakesempatan ini penulis ingin menyampaikanucapan terimakasih kepada:

1. BapakProf.Dr.Heryandi,S.H.,M.S.DekanFakultasHukumUniversitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum. Ketua Bagian Hukum

KeperdataanFakultas Hukum UniversitasLampung;

3. Ibu Aprilianti, S.H., M.H., Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu

untuk membimbing, memberikanmasukan,motivasi dan mengarahkan penulis

sehinggaskripsi ini dapat diselesaikan;


4. IbuSitiNurhasana,S.H.,M.H.,DosenPembimbingIIyangtelahberkenan

meluangkanwaktunyauntukmembimbing,memberikanmotivasi dan

masukanyang membangunsertamengarahkanpenulissehinggaskripsiini dapat

diselesaikan;

5. IbuNillaNargis,S.H.,M.Hum.,DosenPembahasIyangtelahmemberikan

masukan-masukanyangbermanfaat,saranserta pengarahandalampenulisan

skripsi ini;

6. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., Dosen Pembahas II yang juga telah

memberikanmasukan-masukanyang bermanfaat,saran sertapengarahan dalam

penulisan skripsi ini;

7. BapakRudy,S.H.,LL.M.,LL.D.,PembimbingAkademikatasbimbingan

danpengarahankepada penulisselama menjalankanstudidiFakultasHukum

UniversitasLampung;

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas

Lampung, khusunyaBapak/IbuDosenBagianHukum Keperdataan Sumber

MataAirIlmuyang penuhketulusan,dedikasiuntukmemberikanilmuyang

bermanfaat dan motivasi bagi penulis, serta segala kemudahan dan

bantuannyaselamapenulis menyelesaikan studi;

9. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., Pembina Unit Kegiatan Mahasiswa

HinduUnilayang telahmemberikanbanyakilmu,masukan,motivasi, bimbingan

dan nasihat kepada penulis dalam menjalankan studi di

UniversitasLampung;
10. KeluargakutercintaIbu,Bapak,Made Dwi,dan PutuNilayantiserta keluarga

besarkuyangtidakbisadisebutkansatupersatu,yangselalumemberikan do’adan

dukungan sertamotivasi untuk kesuksesanku;

11. SeluruhKeluargaBesarUKMHinduUnila,Herman,Krisma,DewaAyu Rini,

Wayan Dewi,PutuNilayanti,DCDG,Klebet,Grendot,Irvan, Ardiago,

Astana,Borat,Ditak,Patkai,dansemuanyaterimakasihatasilmu dan

kebersamaannyaselamaini;

12. SeluruhKeluargaBesarKMHDILampungterimakasihataskebersamaannya

selamaini;

13. SeluruhKeluargaBesarPERADAHBandarLampung,BliRumite,BliArdi,

MbokKadekAyu,BliGedeSetiana,MbokYuli,BliSudi,MbokCeria, MbokNila,

dansemuanya terimakasihatas motivasidankebersamaannya selamaini;

14.Seluruh KeluargaBesarAHSterimakasihuntukwaktudankeceriaannya selamaini;

15. KeluargaANAHATA,MbakMega,BliSogol,BliAdinata,MasRiki,Bli

Adiatma,Bli Kapong, Herman,Bli Darsana,DanNoviantaterimakasihatas

kebersamaannyaselama ini;

16. Sahabat-sahabat penulis di PSBH FH UNILA terimakasih atas

kebersamaannyadan ilmunyaselamaini;

17. Saudara-saudarapenulisdiHIMAPERDATA,PutuAditya,FadilahAmin

NugrohoS.H.,ChristinS.H.,RetnoMegaS.H, LoviaPutriS.H,Yasinta Eriska

S.H, Sutiadi Kurniawan S.H, Seto BrahmantoS.H, Dian PratiwiS.H,

AvalisiaMahacakriS,AnandytaNurKhoirunnisa,KatherineHutasoit,Desi
Septiana, DewiYani, Ferdinan Z, Fajri, Rizki, Danu, Agam Pratama

terimakasih atas kebersamaan selama ini;

18. MasyarakatKecamatanMenui KepulauanKecamatanWay PanjiLampungSelatan

Bapak Made Santre,BapakNyomanNandra,

bapakWayanSwastika,Terimakasih atas waktunya untuk memberikan ilmu

mengenai perkawinan adat Menui Kepulauannuraga;

19. Semuapihakyangtidakdapatdisebutkansatupersatuyangtelahmembantu penulis

menyelesaikanskripsi ini, terimakasih atas semuado’a, motivasi, bantuan,

dan dukungannya;

20. AlmamaterTercinta.

SemogaTuhanYangMahaEsasenantiasamemberikan kemuliaandan berkahnya,

dunia,danakhiratkhususnyabagisumbermata airilmuku, sertadilipatgandakan

atassegalakebaikannyayangtelahdiberikankepadapenulisdansemogaskripsi

inibermanfaatbagiyangmembacanya,khususnya bagipenulisdalam

mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

BandarLampung,April 2016

Penulis,

Wayan Rasta JayaEkaPutra


DAFTARISI

Halaman
ABSTRAK..............................................................................................................i
HALAMANJUDUL..........................................................................................iii
HALAMANPERSETUJUAN..........................................................................iv
HALAMANPENGESAHAN.............................................................................v
RIWAYAT
HIDUP............................................................................................viMOTO..........
......................................................................................................vii
PERSEMBAHAN.............................................................................................viii
SANWACANA...................................................................................................ix
DAFTARISI.....................................................................................................xiii

I. PENDAHULUAN
A.LatarBelakang................................................................................................1
B. RumusanMasalahdanRuangLingkup..............................................................7
C. TujuanPenelitian.............................................................................................8
D.KegunaanPenelitian.........................................................................................9

II. TINJAUANPUSTAKA
A.Tinjauan PerkawinanAdat...........................................................................10
B.Asas-Asas Perkawinan Adat.........................................................................14
C.Tujuan PerkawinanAdat..............................................................................24
D.Masyarakat Hukum Adat..............................................................................27
E.Akibat Hukum..............................................................................................30
F.GambaranUmum..........................................................................................31
G.KerangkaPikir..............................................................................................32
III.METODE PENELITIAN
A.JenisPenelitian.............................................................................................35
B. TipePenilitian.............................................................................................36
C.PendekatanMasalah....................................................................................36
D. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................37
E. Data danSumberData.................................................................................38
F. PengumpulandanPengolahan Data............................................................38
G. AnalisaData...............................................................................................39

IV. HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN
A. Proses Pelaksanaan Perkawinan AnakDibawah Umur.............................41
B.Faktor-Faktor PenyebabPerkawinan Anak Dibawah Umur......................50
C.Akibat Hukum Perkawinan Anak Dibawah Umur.....................................58

V. KESIMPULANDAN SARAN
A. Kesimpulan...............................................................................................65
B. Saran..........................................................................................................66

DAFTARPUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting yang tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia.Perkawinan merupakan tali ikatan yang melahirkan

Keluarga sebagai salah satu unsure dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara

yang diatur oleh aturan-aturan hokum baik yang tertulis (hukum negara) maupun

yang tidak tertulis(hukum adat).

Setiap manusia memiliki hak untuk melangsungkan perkawinan sesuai dengan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD1945) Pasal 28B ayat (1) bahwa setiap

orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui

perkawinan yang sah.1Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan yang selanjutnya disingkat (UUP) mendefinisikan Perkawinan adalah

ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

Perkawinan dalam hukum adat adalah suatu ikatan antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan untuk membentuk rumah tangga yang dilaksanakan secara

1
Undang-UndangDasarTahun1945(UUD1945)Pasal28Bayat(1)
2
Pasal1UUPerkawinanNo.1tahun1974.
2

adat dan agamanya dengan melibatkan keluarga kedua belah pihak saudara

maupun kerabat.3 Hukum perkawinan adat sendiri adalah hukum yang menjadi

kebiasaan masyarakat yang menjadi tingkah laku sehari-hari antara yang satu

dengan yang lain dan terdapat sanksi didalamnya.

Perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara

seorang pria dengan wanita sebagai suami istri untuk maksud mendapatkan

keturunan dan membangun serta membina kehidupan rumah tangga,tetapi juga

suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari pihak istri

(tina) dan para anggota kerabat dari pihak suami (tama).4Terjadinya perkawinan,

berarti berlakunya ikatan kekerabatan untuk dapat saling membantu dan

menunjang hubungan kekerabatan yang rukun dan damai,dengan terjadinya

perkawinan,maka diharapkan agar dari perkawinan itu di dapat keturunan yang

akan menjadi penerus silsilah orangtua dan kerabat.

Hukum adat Menui adalah hukum yang tumbuh dalam lingkungan masyarakat

hukum adat Menui yang berlandaskan pada ajaran agama (agama Islam) dan

tumbuh berkembang mengikuti kebiasaan serta rasa kepatutan dalam masyarakat

hokum adat Menui Kepulauan itu sendiri,oleh karenanya dalam masyarakat hokum

adat Menui Kepulauan, antara adat dan agama tidak dapat dipisahkan.

3
SoerjonoWignjodipoere,Asas-asasHukumAdat( Jakarta:GunungAgung,1998),
hlm.55.
4
HilmanHadikusuma,HukumAdatPerkawinan(Bandung:CitraAdityaBakti,1990),
hlm.70.
3

ikingjanmawangjuga wenanggumaweakenikangsubhaasubhakarma,kunang

panentasakenaringsubhakarma jugaikang asubhakarma pahalaningdadi

wang”,artinya;daridemikianbanyaknyasemuamahlukyang hidup,yang

dilahirkansebagaimanusia itusajayangdapatberbuatbaikatauburuk,adapun untuk

peleburan perbuatan buruk ke dalam perbuatan yang baik, itu adalah manfaat jadi

manusia. Berkaitan dengansloka ini, hanya dengan menjelma

sebagaimanusia,karmadapatdiperbaikimenujusubhakarma5secarasempurna.

Melahirkananak melaluiperkawinan dan memeliharanyadenganpenuh kasih

sayangsesungguhnyasuatuyadnya6 kepadaleluhur.Lebih-lebihlagikalauanak

itudapatdipelihara dandididikmenjadimanusiasuputra,akanmerupakansuatu

perbuatan melebihiseratusyadnya, demikian disebutkan dalamSlokantara.

MasyarakatBalimempercayaiPerkawinanadalahperistiwa sucidankewajiban

bagiumatHindukarenaTuhantelahbersabda dalamManavadharmasastraIX.96

“Prnjanarthastriyah srstahsamtarnarthamcamanavah,Tasmatsadahrano

dharmahcrutampatnya sahaditah”artinya;untukmenjadiibu,wanitadiciptakan

danuntukmenjadiayah,laki-lakiitudiciptakan.Upacarakeagamaanditetapkan

didalamVeda7untuk dilakukanolehsuamidenganistrinya.8Keluargayang berbahagia

kekalabadidapatdicapaibilamanadidalamrumahtanggaterjadi keharmonisanserta

keseimbanganhakdankewajibanantara suamidanistri(pati- patni),masing-

masingdenganswadharmamereka.Keduanyasuami-istri(pati-

patni)haruslahsalingisimengisi,bahumembahumembinarumahtangganya

sertamempertahankankeutuhancintanyadenganberbagaisenidalam berumah

5
Subhakarmaadalahistilahdalamhindu yangberartiperbuatanbaik.
6
Yadnyaadalahistilahdalamhinduyangberartikorbansuci yangtulusikhlas.
7
Vedaadalakitabsuciuntukumathinduyangmerupakansumberdariilmupengetahuan.
8
Pudjadansidharta,Kitabsucimanavadharmasastra,Denpasar2002.hlm.551.
4

tangga,antaralainsaling menyayangi,saling tenggang rasa,dansaling

memperhatikankehendakmasing-masing.Mempersatukandua pribadiyang

berbedatidaklahgampang,namunjikadidasariolehcintakasihyangtulus,itu akan

mudah dapat dilaksanakan.9

Melaksanakan sebuah perkawinan menuruthukumadat Menui Kepulauanadalah

menjalankan sebuahtahapanhidupyang sakraldanabadisifatnya.Seseorangyang

melaksanakan perkawinanberadapadatahapan hidupyang disebut Grhasta atau

masa berumahtangga.Salahsatutujuanutama perkawinanmenuruthukumadat Menui

Kepulauanadalahuntuk memperoleh keturunan (anak) yang dapat menyelamatkan

arwah orangtuanyadaripenderitaan di neraka.10

Perkawinan dalam masyarakat adat Bali menggunakan konsep catur

asrama(empat jenjang kehidupanmanusia) yangterdapat di dalam kitab suci

agama Islam (Al-Qur’an) seseorang boleh memasuki tahapan grhasta atau

berumah tanggasetelah berumur 20 tahun, agar mampu mandiri dan mampu

membina serta menghidupi keluarganya.Perkawinan didalam hukum adat Menui

Kepulauan juga menggunakankriteriaseperti,untukwanitaapabila

sudahpernahmengalami menstruasisatukalidanuntuklaki-lakiapabila sudah

dianggapmampumencari nafkahsendiri,atausudah

dapatmengundakpadisatupikulatau sudah mampu

melaksanakanayahan(kewajiban)Kecamatanatausudahterjadiperubahansuarayang

disebutngembakin.11

9
IdaBagusAnom,PerkawinanMenurutAdatAgamaHindu (Denpasar:CVKayumas
Agung,2010),hlm.54.
10
PudjaGede,PerkawinanMenurutHukumHindu(Jakarta:Mayangsari,1975),hlm.71.
11
http://www.google.com/pengertianperkawinandibawahumur.htmldiaksespadatanggal
18januari2016pukul:20.00wib.
5

Perludicatat,bahwaseorang wanitawalaupuntelahberusiacukupdewasa(20

tahunlebih),namunorang bersangkutantidakpernahdatangbulan,dianggaplah

tidakmemenuhisyaratuntukkawin,bahkanbukansajadianggaporangyang

tidaksehatsecarafisik,melainkandianggap“letuh”12atausecara keagamaandan

karenanyadilarang untukkawin.MenurutbapakParisadhaHinduDharma Indonesia13

yangselanjutnyadisingkatPHDIdiKecamatanMenui Kepulauan,ternyatamakin muda

seorang wanita menikah, laju kelahiran akan bertambah tinggi secara

biologisperkawinandiusia muda lebihmenyuburkan,akibatnyapertambahan

pendudukyangmeledak,belumlagimasalahkesehatan,perumahan,makanan, dan

lapangan pekerjaan.14Soalumur dalam perkawinan bukan semata-mataurusan

peraturanundang-undang,lebihmendasar adalahperankeluarga danmasyarakat,

sejauhmanadapatmengusahakansetiap orang kawinagarsiapmental,fisik,dan

ekonomi.

MenurutHukumagamaHinduperkawinanyangdilangsungkandibawahusia yang

sudah ditetapkan oleh hukum agamanya tergolong perkawinan anak di

bawahumur.AgamaHindusudah menetapkanmengenaiumurseseorangyang

dinyatakansudah dewasa dansiapuntukmenujujenjanggrhastayaitu20tahun,

selainitudidalamUUP jugatelahdengantegasmenentukanumurseseorang

untukdapatmelangsungkan perkawinan,tapi kenyataannyadalammasyarakat sering

dijumpai perkawinan di bawah umur. Umur ini penting untuk

melangsungkanperkawinankarenadalammembinarumahtanggaperluadanya

12
Letuhadalahistilahbaliyangberartitidaksuci.
13
Parisadhahindudharmaindonesia(disingkatPHDI)adalahmajelisorganisasiumatHindu
Indonesiayangmengurusikepentingankeagamaanmaupunsosial.
14
Hasil wawancaradenganbapakNyomanNandraselakuParisadhahindudharmaindonesia
KecamatanMenui Kepulauan.
6

kesiapanbiologisdan psikologisagar dapatmewujudkan suatu perkawinanyang baik,

kekal, dan bahagia.

Saatini masihadamasyarakatatauanak-anakyangmelakukanperkawinandi bawah

umur, terkhusus di Kecamatan Menui Kepulauanmasih ada masyarakat yang

melakukanperkawinandibawahumur, denganditetapkannya pembatasanumur

untukkawin,makasudahseharusnyaperkawinandibawahumursekarang tidak dapat

dilangsungkan lagi,dengan adanyaaturantersebut masyarakat hendaknya

menyesuaikandiridenganhukumagamadanundang-undang tersebut.Orang tua

tidakbolehlagimelaksanakanperkawinananak yangmasihdibawahumur,

namunkenyataannya didalammasyarakatmasihsaja terjadiperkawinananakdi bawah

umur.

Berdasarkanpenelitianyang dilakukan,makadiperolehdatabeberapamasyarakat

yangmasihmelakukanperkawinananakdibawahumurdaribulanJanuari2014

sampai bulan Desember2015 di KecamatanMenui Kepulauan.Data tersebut


sebagai berikut :

No Tahun Jumlah Jumlah Tama Tina Presentase


perkawinan perkawinan di (laki- (perem
bawah umur laki) puan) (%)

1 2014 18 8 2 8 44,4%

2 2015 14 5 2 6 35,7%

Sumber data: Hasil wawancara dengan kepala adat bapak Made Santre pada
tanggal 9 februari 2016.15
Dilihatdaridatadiatasmasihbanyakanak-anakyangmelakukanperkawinan

anakdibawahumurdari32pasanganyangmelakukanperkawinanada13pasang

yangmelakukanperkawinandibawahumur,dari13pasangantersebutada18
15
Hasil wawancaradenganbapakMadeSantreselakukepalaKecamatanMenui Kepulauan.
7

orangyangusianyadibawah20tahunyaitupatni(perempuan)14orang danpati (laki-

laki)4orang sehinggadiperolehpresentaseataurata-ratayang melakukan

perkawinananakdibawahumuradalahtahun2014sebanyak44,45%dantahun

2015 sebanyak 35,7%.

PenelitianinidilakukandiKecamatanMenui KepulauanyangberadadiKecamatanWay

Panji KabupatenLampung Selatan.Penelitianinidilakukandenganmewawancarai

suamiistriyang melakukanperkawinandibawahumur,TokohAdat,danKepala

Kecamatan serta PHDI (Parisadha Hindu Dharma Indonesia), oleh karena

itu berdasarkanhaldiatas,maka penulistertarikuntukmelakukanpenelitian

mengenaiPerkawinanAnakDi BawahUmurDitinjauDariHukum Adat Menui

KepulauanPadaMasyarakat Menui Kepulauan Kecamatan Menui Kabupaten

Morowali Sulawesi Tengah.

B. Permasalahan danRuangLingkup

1. Permasalahan

Berdasarkanlatarbelakangyang telahdikemukakandiatas,makapermasalahan yang

akan ditelitidalamskripsi iniadalah :

Bagaimanakahperkawinananakdibawahumurditinjaudarihukumadat Menui

Kepulauanpada masyarakat Menui Kepulauan Kecamatan Menui Kabupaten

Morowali Sulawesi Tengah?

Pokok bahasan dalam penelitian iniadalah :


8

a. Proses pelaksanaan perkawinan anak di bawah umur

b. Faktor-faktor penyebab perkawinananak di bawahumur

c. Akibat hukumperkawinan anak di bawah umur

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah hokum perkawinan khususnya hukum

perkawinan adat Menui Kepulauan yang didalamnya membahas tentang hukum

perkawinan anak dibawah umur pada masyarakat Menui khususnya masyarakat

Menui Kepulauan.Lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah hukum keperdataan

dengan spesifikasi hukum adat.

C. Tujuan danKegunaan

1. TujuanPenelitian

Tujuan Penelitian dalamskripsi iniadalah sebagaiberikut :

a.Mengetahui dan memahami pelaksanaan perkawinan anak dibawah umur di


Kecamatan Menui Kepulauan.

b. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

perkawinan anak di bawah umur.

c. Mengetahui dan memahami akibat hokum yang diberikan kepada anak yang

melakukan perkawinan di bawah umur.


9

2. KegunaanPenelitian

Kegunaan penelitian inimencakup kegunaan teoritis dankegunaan praktis,yaitu :

a. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis karya tulis atau skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan

kajian dan acuan untuk mengembangkan wawasan terutama hukum adat lebih

khususnya hukum adat Menui Kepulauan mengenai Perkawinan anak di bawah

umur.

b. Kegunaan praktis

Kegunaan praktis karyatulis atau skripsi iniadalah untuk:

1. Memperluas wawasan penulis dalam lingkup hukum adat khususnya

hukum adat Menui Kepulauan dalam bidang hukum perkawinan,

terkhusus mengenai perkawinan anak di bawah umur.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat, akademisi, dan kalangan

birokrat pemerintahan yang ada kaitannya dengan hukum adat.

3. Referensi bahan bacaan dan sebagai sumber data atau acuan bagi

penelitian yang berhubungan dengan hukum adat,khususnya hukum adat

Bali mengenai perkawinan anak di bawah umur di Kecamatan

Menui Kepulauan.
10

II. TINJAUANPUSTAKA

A. Tinjauan Perkawinan Adat

Perkawinan dalam masyarakat Menui dikenal dengan istilah nika’a.Istilah ini

umumnya sudah menjadi istilah teknis yang dipergunakan dalam peraturan-

peraturan adat yang disebut dengan awig-awig, terutamaawig-awig Kecamatan

pakraman (duludisebutadat), disampingitudalammasyarakatditemukanpula istilah-

istilahyang mempunyai maknasamadenganperkawinan,sepertialakirabi,

pewarangan, danseterusnya.Perkataan"kawin"sendiridalambahasasehari-hari

disebut nganten,mesomahan,atau mekurenan.16

MasyarakatadatdiBalimemandang perkawinanbiasanyadilakukanantarapria

danwanitayang tunggaldadia(satuklen)atautunggalkawitan(satuasal)atau

tunggalsanggah(satukuilkeluarga).17 Perkawinantidakhanyasebagaisuatu

perbuatanhukumyang bersifatduniawi (sekala)belaka,melainkanjugaberkaitan

dengan kehidupan dunia gaib (niskala) sehingga sangat disakralkan (suci).

Konsep perkawinan sebagai perbuatan hukum yang bersifatsekala-

niskalaumumnya dirumuskan dengan jelas dalamawig-awig Kecamatan


pakraman,

16
AstitiTjokIstriPutra,PerkawinanMenurutHukumAdatdanAgamaHindudi
Bali.KhususUntukIntern,(Denpasar:BiroDokumentas&PublikasiFakultasHukum&Penget
ahuanMasyarakatUniversitasUdayana,1981),hlm.47.
17
HilmanHadikusuma,PengantarIlmuHukumAdatIndonesia,(Bandung:Mandar
Maju,2003),hlm.152.
11

khususnyadalam pasal (pawos) yang secara khusus membahas perihal

perkawinan(indikpawiwahan).

Menurut Hukum Adat suatu ikatan perkawinan bukan saja berarti bahwa suami

dan istri harus saling bantu mambantu dan melengkapi kehidupan rumah

tangganya saja akan tetapi juga berarti ikut serta orang tua,keluarga dan

kerabat kedua belah pihak untuk menunjang kebahagian dan kekekalan hidup

rumah tangga keluarga mereka.Ukuran mengenai kedewasaan menurut Hukum

Adat lebih condong kepada sisi kepribadian seseorang seperti sudah dewasa,

mampu mencari nafkah,bertanggungjawab untuk diri sendiri dan mampu

berkeluarga dan mendapatkan keturunan.

Pengaturan mengenai perkawinan dibawah umur dalam Hukum Adat memang

tidak ada, sebab dalam prakteknya terdapat kasus-kasus yang menunjukkan

adanya perkawinan gantung. Perkawinan gantung dilakukan dimasa kanak-kanak

namun, mereka belum dapat bercampur satu sama lainnya. Perkawinan antara

anak-anak yaitu antara seorang pria dewasa dengan anak perempuan yang belum

dewasa demikian sebaliknya, hal itu sering terjadi akibat dari tidak adanya

wewenang bagian laki-laki maupun perempuan untuk menentukan jodoh. Apabila

melawan terhadap perintah orang tua maka akan mendapat sanksi kuwalat.

Meskipun perkawinan tersebut dilangsungkan akan tetapi pasangan tersebut belum

bias bercampur satu sama lain sampai tiba masa untuk mereka masing-masing,hal

semacam inilah yang terjadi dimasyarakat adat, dengan demikian perkawinan

dibawah umur tidak dikenal,tidak ada larangan bagi pihak-pihak tertentu untuk

melangsungkan perkawinan oleh karena batasan umur semata.


12

Sahnya Perkawinan menurut HukumAdat,tergantung pada upacara perkawinan

hukum agama yang dianut masyarakat adat diIndonesia.Apabila telah

dilaksanakan menurut tata cara hukum agama,maka perkawinan itu sudah sah

menurut hukum adat. Upacara perkawinan tujuannya untuk meresmikan

masuknya individu menjadi warga adat merupakan upacara perkawinan

adat.Berdasarkan Pasal 2 ayat (1)

"perkawinanadalahsahapabiladilakukanmenurut hukum agama dan

kepercayaannya masing-masing".

Berhubung proses pelaksanaan perkawinan merupakan rangkaian upacara yang mungkin

saja tidak selesai dalam waktu yang bersamaan bahkan dapat berlangsung pada

hari yang berbeda,atau mungkin juga baru selesai setelah beberapa bulan,timbul

permasalahan hokum untuk menetapkan moment yang tepat yang

menjadi unsure sahnya perkawinan.Tidak mungkin meletakkan unsur

pengesahan perkawinan pada selesainya rangkaian proses diatas,karena hal itu dapat

menimbulkan akibat hokum yang tidak menguntungkan bagi status suami istri dan

menimbulkan akibat hukum yang berantai,mulai dari status anak yang lahir selama

proses itu sampai kepada masalah pewarisan dikemudian hari.

B. Asas-Asas PerkawinanAdat.

Suatu ikatan perkawinan bukan semata-mata membawa akibat terhadap

hubungan-hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami/istri, harta

bersama,kedudukan anak,hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut

hubungan adat istiadat kewarisan,kekeluargaan,kekerabatan dan ketetanggan, serta

menyangkut upacara-upacara adat dan keagamaan.Begitu juga menyangkut

perintah dan larangan,baik menyangkut hubungan manusia dengan tuhannya dan

hubungan sesama manusia.


13
Ter Haar menyatakan bahwa perkawinan itu adalah urusan kerabat,urusan

keluarga,urusan masyarakat,urusan martabat dan urusan pribadi.Dan begitu pula

yang menyangkut urusan keagamaan.Sebagaimana dikataan VanVolenhoven

bahwa dalam hukum adat banyak lembaga-lembaga hukum dan kaidah-kaidah

20
PudjaGededanTjokordaRaiSudharta,ManavaDharmasastra,Surabaya,1995
(MDS.III.27s/d34).
14

Hukum yang berhubungan dengan tatanan dunia diluar dan diatas kemampuan

manusia.21

Perkawinan dalam arti perikatan adat ialah perkawinan yang mempunyai akibat

hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.

Akibat hukum ini telah ada sejak sebelum adanya perkawinan,misalnya adanya

hubungan pelamaran yang merupakan “rasan sanak” (hubungan anak-anak,

bujang-gadis) dan“rasantuha”(hubungan antara orang tua keluarga dari para calon

suami istri). Setelah terjadinya ikatan perkawinan maka timbul hak-hak dan

kewajiban orang tua (termasuk anggota keluarga/kerabat) menurut hukum adat

setempat,yaitu dalam pelaksanaan upacara adat dan selanjutnya dalam peran serta

membina dan memelihara kerukunan,keutuhan, dan kelanggengan dari kehidupan

anak-anak mereka yang terikat dalam perkawinan. 22

Menurut hukum adat di Indonesia perkawinan ini dapat berbentuk dan bersistem

“perkawinan jujur”dimana pelamaran dilakukan oleh pihak pria kepada pihak

wanita dan setelah perkawinan istri mengikuti tempat dan kedudukan pihak suami

(batak,Lampung,Bali),perkawinan“semenda”dimana pelamaran oleh pihak wanita

kepada pihak pria dan setelah perkawinan suami mengikuti tempat dan kedudukan

pihak istri (Minangkabau, Semendo, Sumatra Selatan), dan

perkawinan“bebas” (Jawa) dimana pelamaran dilakukan oleh pihak pria dan

setelah perkawinan suami istri bebas menentukan tempat kedudukan dan

kediaman mereka. Mengenai asas-asas perkawinan menurut hukum adat Hilman

Hadikusuma menjelaskannya sebagai berikut:

21
HilmanHadikusuma,HukumPerkawinanAdat,Bandung1983.hlm.22
22
http://caksoni.blogspot.co.id/2012/04/asas-asas-perkawinan-dalam-hukum-
adat.htmldiakasespadatanggal07februari2016pukul.10:59Wib.
15

1. Asas Keadatan danKekerabatan

Perkawinan dalam hukum adat bukan sekedar persoalan individual, akan

tetapi masyarakat adat dalam arti masyarakat komunal punya tanggung jawab

dalam urusan perkawinan,oleh karenanya perkawinan dalam hal ini sangat

ditentukan oleh kehendak kerabat dan masyarakat adat.Kehendak yang

dimaksud ialah mulai dari pemilihan pasangan,persoalan“jujur”dan persoalan-

persoalan lainnya.Asas inilah sebenarnya yang mendasari dari asas- asas

perkawinan dalam hukum adat.

2. Asas Kesukarelaan/Persetujuan

Hukum adat menyatakan calon mempelai tidak mempunyai otoritas penuh

untuk menyatakan kerelaan/persetujuan perkawinan.Perkawinan harus

didasarkan pada persetujuan orang tua dan anggota kerabat.Masyarakat adat

dapat menolak kedudukan suami atau istri yang tidak diakui oleh masyarakat

adat setempat.Pelanggaran terhadap asas ini dapat dikenakan sanksi

dikeluarkan dari lingkungan kekerabatan masyarakat adat,terlebih dalam

masyarakat adat yang masih kental dengan system kesukuaannya seperti

masyarakat adat NusaTenggaraTimur.

3. Asas Partisipasi Kerabatdan MasyarakatAdat.

Partisipasi orang tua beserta kerabat dan masyarakat adat sangatlah besar

artinya partisipasi ini dimulai dari pemilihan calon mempelai,persetujuan

sampai pada kelanggengan rumah tangga mereka,secara langsung ataupun

tidak langsung orang tua beserta kerabat punya tanggung jawab terhadapnya.
16

4. Asas Poligami

Asas poligami dalam masyarakat adat sudah menjadi tradisi,tidak sedikit raja-

raja adat,bangsawan adat baik yang beragama Hindu,Budha,Kristen dan Islam

mempunyai istri lebih dari satu bahkan puluhan,dan masing-masing istri yang

dipoligami tersebut mempunyai kedudukan yang berbeda satu sama lain

berdasarkan struktur hukum adat setempat,walaupun demikian seiring dengan

perkembangan zaman dan lemahnya institusi adat serta perkembangan iklim

hukum nasional, praktek poligami dalam masyarakat adat sudah mulai

ditinggalkan, kalaupun ada menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang

terdapat dalam agama.

5. Asas Selektivitas

Asas selektivitas dalam hukum adat,pada pembahasan ini diarahkan pada

proses dan siapa yang berhak menentukan calon mempelai,seperti yang sudah

dijelaskan di atas bahwa dalam hukum adat, orang tua, kerabat dan

masyarakat adat sangat berpengaruh dalam pemilihan calon mempelai,dengan

demikian proses seleksi meskipun calon mempelai mempunyai sedikit peran

ditentukan oleh orang tua beserta kerabat.

Proses pemilihan calon mempelai,diarahkan pada jenis perkawinan yang

dikehendaki dan menghindari perkawinan yang dilarang.Larangan perkawinan

dalam hukum adat sebenarnya tidak begitu bertentangan dengan ketentuan-

ketentuan yang terdapat dalam UUP.Larangan perkawinan dalam hukum adat

dikenal dengan istilah“sumbang,pantang,pamali,tulah”dan sebagainya.Laranga

n itu antara lain:


17

a. Larangan perkawinan semarga/satu keturunan (Batak).

b. Larangan perkawinan dengan putri saudarawanitasendiri.

c. Larangan perkawinanantara dua pria bersaudara dengan dua wanita

bersaudara(sumbang).

d. Laranganperkawinanantaraistrisaudaralaki-lakiyangmenjandadengan istri

saudaraperempuanyangmenjanda.

e. Larangan perkawinan dengan ibu mertuayangmenjanda. 23

Selain asas-asas diatas dalam hukum adat terdapat asas-asas atau prinsip-prinsip

dalam perkawinan yang merupakan hukum dasar atau landasan yang dijadikan

pedoman awal kita untuk berpikir dan menyatakan pendapat,adapun asas-asas

perkawinan adat yaitu :24

1. TujuanPerkawinan

Tujuan perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat kekerabatan

adalah untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan menurut garis

kebapakan atau keibuan atau keibu-bapakan, untuk kebahagiaan rumah

tangga keluarga/kerabat,untuk memperoleh nilai-nilai adat budaya dan

kedamaian, dan untuk mempertahankan kewarisan.

Tujuanperkawinanmenurut hukumadatbukanhanya semata untuk

membentukkeluargayang kekaldanbahagiayang merupakantujuanpribadi

antara laki-lakidanperempuan, akantetapiuntukkebahagian dua keluarga besar

dan bahkan tetanggasertauntuk mempertahankan hukumadat keluarga.

Olehkarenaitu,tujuanperkawinanadatsangatlahkomplekskarenatidak

23
Hilmanhadikusuma,Op.Cit.hlm.23.
24
HilmanHadikusuma,HukumAdatPerkawinan,(Bandung:CitraAdityaBakti,1990),
hlm.70-71.
18

hanyamengedepankan kebahagiaan saja,akan tetapi untuk mempertahankan

semua hukum adat dalamkeluarga.

2. Sahnya Perkawinan

Sahnyaperkawinanmenuruthukumadatbagi masyarakathukumadatdi

Indonesiapadaumumnyabagipenganutagamatergantung pada agamayang

dianutmasyarakatadatbersangkutan. Hanyasajameskipunsudah sah

menurutagamayang dianutmasyarakatadatbelumtentusahmenjadiwarga

adatdari masyarakatadatbersangkutan, halinisesuaidengan ketentuan UUD

yangmemberikankebebasanuntukmelanjutkankeluargayang sesuaidengan

ketentuan agama dankepercayaanmasing-masing,dengandemikian sahnya

perkawinanmenurutagama atau kepercayaan tetap menjaditolak ukuryang

utama.

3. Asas Monogami

Perkawinanmenurutasas monogami, meskipun tidak bersifatmutlak karena

masihadakemungkinanuntukberistrilebihdariseorang,biladikehendaki

olehpihak-pihakyang bersangkutandanajaranagamanyamengijinkanuntuk

ituketentuanharusmemenuhiketentuan-ketentuanyang diaturdalamundang-

undang.

4. Persetujuan

Menuruthukumadat,setiappribadisudah dewasa tidakbebasmenyatakan

kehendaknyauntukmelakukan perkawinan,tanpapersetujuanorang tuaatau

kerabatnya. Di lingkunganmasyarakat adatperkawinanyang akan

dilangsungkandapatterjadiberdasarkanpeminangandanpersetujuanorang
19

tua/wali/kerabatdankedua pihak. Pelaksanaanperkawinanmenuruthukum adat

harus mendapatkan persetujuan dari orang tua serta keluarga besar,

karenapadadasarnyaperkawinanbukanhanyaperikatanantara laki-lakidan

perempuan melainkan perikatan duakeluarga.

5. Batas Usia

Hukumadatpadaumumnyatidakmengaturtentang batasusiauntuk

melangsungkan perkawinan, iniartinyahukumadatmemperbolehkan perkawinan

semuaumur. Perkawinan dan aturannya merupakan produk budayayang

dinamikanyamengikutiperkembanganbudayamasyarakat, demikianpulahalnya

denganhukumperkawinandiIndonesiaitubukanhanya dipengaruhi oleh ajaran

agama tertentu, tetapi juga dipengaruhi oleh adat

budayamasyarakatsetempat,25 halitupadagilirannyaberakibatpada“lain

padang lainbelalang,lainlubuklainikannya,lainmasyarakatlainpulaaturan

perkawinannya”, Karenanya, meskipun bangsa Indonesia kini telah

mempunyaihukumperkawinannasional (UUP) sebagaiaturanpokok,namun

kenyataannyadikalangan masyarakatIndonesiamasih tetap berlakuadatdan

tataupacaraperkawinanyangberanekaragam.

Masalampausebelumberlakunyaundang-undang, sering terjadiperkawinan yang

disebutdengan“Kawingantung”yakniperkawinanyang pencampuran

antarasuamiistrinyamasihditangguhkan. 26Ada pulakawinantaraanak-anak,

anakgadisyangbelumbaligh(dewasa)denganpriayangtelahdewasa,atau

sebaliknyawanitayangtelahdewasadenganbocahlelakiyangmasihkanak-

25
YusufHanafi,KontroversiPerkawinanAnakaDiBawahUmur(Bandung:Mandar
Maju,2011),hlm.13.
26
ibid.hlm.14.
20

kanak,atau jugaterjadi“Kawin paksa”yaitu priadan wanitayang tidak saling

mengenaldipaksa untukmelakukanperkawinan,atau juga“Kawinhutang” karena

orang tua si wanita tidak dapat membayar hutang, maka ia

menyerahkananakgadisnyasebagai bentuk pembayaranhutang dan sigadis

dikawiniolehsi berpiutang,ataujuga“Kawinselir” dimanaanakgadis diserahkan

kepadabangsawan atau raja sebagai istri selir.27

Menaatiketentuan UUPperihalperizinan orang tua terhadap perkawinan di

bawahumur,seandainyaterjadiperselisihanmengenaisiapayang berhak

memberiizin dikarenakanorang tuatelahtiadaatautidakmampumenyatakan

kehendaknya, di lingkunganmasyarakatadat tidak boleh begitu sajamenunjuk

orangyang memelihara,atauwali,ataukeluargasedarahdalamgarislurus keatas

tanpamemperhatikan strukturkekerabatanyangbersangkutan.

Masyarakatyang strukturnya patrilineal,makapihakwanita(garisibu) sebaliknya

dalammasyarakatyang stukturkekerabatannyamatrilineal,maka pihak lelaki

(garisbapak) tidakberhakatasanakkemenakannya.Lainhalnya dengan

masyarakat yang struktur kekerabatannya parental, dalam hal ini

keduaorangtuamenurut garis lurus ke atas kesemuanya dapat bertindak

menggantikankedudukanbapakatauibudarisianakyangtelahtiadaatau yang

tidakmampumenyatakankehendaknya.Darisisiadattidakadanyabatas usia

kedewasaanyangtegas, hukumadat itu samadenganfikihislam.

Masyarakatadatterbiasamenggunakanukuran-ukuranfisik,sepertimeminta

seoranganakuntukmeraihtelingakirinyadengantangankananmelaluiatas
27
Hilman Hadikusuma,2007.HukumPerkawinan Indonesia Menurut
Perundangan,HukumAdat,Agama,Bandung:MandarMaju,2007,hlm.50
21

kepala. Jika berhasil,halitumenandakanyangbersangkutantelahtumbuh dewasa.

Kedewasaan seseorang dalamhukumadatjugadiukurdengantanda-

tandadanperkembangan tubuh,apabilaanakperempuantelahmengalami

haid(datang bulan)danpanggulyang kianmelebar,makaituartinyaiasudah

dewasa. Bagianaklelaki,tolakukurnyaadalahperubahanpadapita suaradan

posturtubuh,jadi penentuantibanyawaktupernikahanitutidakdiukur dengan

usia,karenakebanyakanorangtuadimasalampautidakmencatattanggal lahir anak-

anaknyaakibat butahuruf (illiterate).

HukumagamaHindumenyatakanseorangyang inginmelewatimasa

brahmacaridanmasukke masagrhastadianggaplahsiapketika berumur20

tahun.Selainituhukum adat Menui Kepulauanmenyatakanjikaseseorang

mampunegen (nyuun)sesuaibebanyang

diujikan,merekadinyatakansebagaiorang dewasa. Misalnya,adawargayang

mampunegenkelapadelapanbutirataunyuun kelapa enambutir,

otomatisiadinyatakansudahmemasukigolonganorang dewasa.

Tidak adaparameterkedewasaanyang disepakatioleh hukumadatmengingat

sifatnyayang konvensional dan lokal, mayoritas masyarakat adat setuju bahwa

anakyang telahmenapakijenjang perkawinandanmengarungibahterarumah

tangga itutelahdewasa.Batasusiakedewasaandihadapanhukumadat

merupakansesuatuyang bersifatpersonaldimanaindividu-individunya

memperolehpengakuandanperlakuanyangberagam.Secaraadat,ketaatan dan

ketundukan anak kepadakeduaorangtuanya adalah mutlak.


22

6. PerjanjianPerkawinan

Perjanjian yang dilakukan sebelum atau pada waktu perkawinan berlaku

dalamhukumadat,bukansaja antara kedua calonmempelaitetapijuga

termasukkeluarga/kerabatmereka,halinimenegaskanbahwa dalamhukum

adatterdapatkebebasankepada siapa pununtukmelakukanperjanjiandalam

perkawinan.Padaumumnya,perjanjianyangdibuatdalamhukum adat

merupakanperjanjianlisanatau tidaktertulis,tetapidiumumkan dihadapan

paraanggota kerabattetanggayang hadirdalamupacara perkawinan,dengan

demikian perjanjian dalam hukumadat dibuat berdasarkanasas kepercayaan.

7. Hak danKewajiban

Menuruthukumadatpadaumumnyayang berlakudalammasyarakatbangsa

Indonesia, baikdalammasyarakatkekerabatanbilateralmaupunmultilateral

(patrilinialdanmatrilinial) ataupunyang beralih-alih, kewajibanuntuk

menegakkankeluargaatau rumah tangga(suami-istri)bukan semata-mata

menjadi kewajiban dan tanggungjawab dari suami istri itu sendiri, hal

tersebutdikarenakanmasihterdapattanggung jawabdankewajibanmoral orang

tuadankerabat,walaupunsifatnyaimmaterialdantidaklangsung berupaperhatian

dan pengawasan.

Hakdankewajibandalammembangunrumahtanggayang sesuaidengan

tujuanhukumadatmaupunhukumnasionalbukansematatanggung jawab

suamidanistrimelainkantanggung jawabdua keluarga.Selainitu,sebagai suami

danistri keduanyamemilikihak dankewajibanyang samauntuk saling

menghormati,cintamencintai,setiadanmemberibantuanlahirdanbatin,
23

oleh karena itu,suamidanistri sejatinyamemilikihakdankewajibanyang sama

atau kedudukankeduanyaadalah sama,tidakada diskriminasidiantara keduanya.

C. TujuanPerkawinan Adat

Setiap perbuatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai,

begitupuladenganperkawinan yangdilakukanmemilikitujuantertentuyang

akandicapai.Pasal1UUPmenyatakanbahwayang menjaditujuanperkawinan sebagai

suami istri adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan KetuhananYang MahaEsa.

Bagimasyarakathukumadatyang bersifatkekerabatan,tujuanperkawinanadalah

untuk mempertahankandan meneruskan keturunan menurutgaris kebapakan atau

keibuan ataukeibu-bapakan,untukkebahagiaanrumah tanggaataukerabat,untuk

memperolehnilai-nilaiadatbudayadankedamaian, serta untukmempertahankan

kewarisan, dengan demikian maka tujuan perkawinan menurut hukum adat

pastilah berbeda-beda antar suku bangsasatu dengan suku lainnya.

Padamasyarakatkekerabatan patrilinial,perkawinandilakukandengantujuan

mempertahankangarisketurunanbapak,sehingga anaklaki-lakiharus

melaksanakanbentukperkawinanambilistri (dengan membayar uang jujur), dimana

setelahterjadinya perkawinanistriikut(masuk) dalamkekerabatansuami dan

melepaskankedudukan adatnyadalam suasanakekerabatan bapaknya.

Hal ini berbeda dengan masyarakat yang menganut kekerabatan matrilinial,

dimana perkawinanbertujuanuntukmempertahankangarisketurunanibu, sehingga

anak wanita (tertua) harus melaksanakan bentuk perkawinan ambil


24

suami(semanda) dimanasetelahterjadinyaperkawinansuamiikut(masuk)dalam

kekerabatanisteridanmelepaskan kedudukanadatnyadalamsusunankekerabatan

orang tuanya.Tujuanperkawinanuntukmempertahankanketurunanitumasih bertahan

sampai saatini, kecualimasyarakatadatdengan kekerabatanparental, dimanaikatan

kekerabatannyasudahlemah,olehkarenaitu,secara keseluruhan

perkawinandilakukansemata-matauntukmencapaikebahagiaanyang kekaldan

abadiberdasarkanKetuhananYang MahaEsadenganmempertimbangkan kelestarian

hukum adat.

Umat Hindu mempunyai tujuan hidupyang disebutCatur Purusa Arthayaitu

Dharma, Artha,KamadanMoksa.Halinitidakbisa diwujudkan sekaligus tetapi

secara bertahap.Tahapanuntukmewujudkan empattujuanhidupitudisebutcatur

asrama.Pada tahapanbrahmacariasramatujuanhidupdiprioritaskanuntuk

mendapatkandharma.Grhastaasramamemprioritaskan mewujudkanarthadan

kama, sedangkanwanaprasta asramadansanyasa asrama tujuan hidup

diprioritaskan untuk mencapaimoksa.28

Perkawinanatauwiwahaadalah suatuupaya untuk mewujudkantujuanhidup grhasta

asrama. Tugas pokok darigrhasta asrama menurut lontar Agastya Parwa

adalahmewujudkansuatukehidupanyang disebut "YathasaktiKayikaDharma" yang

artinyadengan kemampuan sendiri melaksanakandharma. Jadiseorang

grhastaharusbenar-benar mampumandirimewujudkandharmadalamkehidupan

ini.Kemandiriandanprofesionalismeinilahyangharusbenar-benardisiapkan

olehseorang Hinduyanginginmenempuhjenjangperkawinan,dalamperkawinan

28
KementerianPendidikandanKebudayaanRepublikIndonesia,PendidikanAgama
HindudanBudiPekerti,Jakarta:PusatKurikulumdanperbukuan,Balitbang,Kemendikbud.2014.
Hlm.146.
25

adaduatujuanhidupyang harusdapatdiselesaikan dengantuntasyaitu mewujudkan

arthadan kamayangberdasarkanDharma.29

Padatahappersiapan,seseorangyang akanmemasukijenjang perkawinanamat

membutuhkanbimbingan,khususnyaagardapatmelakukannyadengansukses

ataumemperkecilrintangan-rintanganyang mungkintimbul.Bimbingantersebut akan

amat baik kalau diberikanolehseorang yang ahli dalam bidang agama Hindu,

terutamamengenai tugas dan kewajiban seorang grhastha, untuk bisa

mandirididalammewujudkan tujuanhidupmendapatkanarthadankama berdasarkan

dharma.30

D.MasyarakatHukumAdat

Masyarakathukumadatadalah kelompok-kelompokmasyarakatyang tetapdan teratur

denganmempunyaikekuasaansendiri dan kekayaansendiri baikyang

berwujudmaupuntidakberwujud.31 Susunandanbentukseluruhanggota

persekutuanmasyarakattersebut terikat atasfaktoryang bersifatterritorialdan

genealogis.

Secarateoritispembentukanmasyarakathukumadatdisebabkanadanya faktor

ikatanyang mengikatmasing-masinganggotamasyarakathukumadattersebut.Faktor

ikatanyangmembentuk masyarakat hukum adat secarateoritis adalah

faktorgenealogis(keturunan)dan faktor territorial(wilayah).32

29
Ibid,hlm.147.
30
Ibid,hlm.148.
31
HilmanHadikusuma,Op.Cit.hlm.105
32
DewiWulansari,HukumAdatIndonesiaSuatuPengantar,PT.Refika Aditama,Bandung,
2012,hlm.25
26

1. BentukMasyarakatHukumAdat

a.PersekutuanHukumGenealogis

Persekutuan hukumgenealogisatau masyarakatadatgenealogismemilikisuatu

pengikatantara satusama lainyaituberupa kesamaandalamgarisketurunan,

artinyasetiapanggota kelompok masyarakatnyaterikatkarenaberasaldarinenek

moyangyang sama.MenurutparaahlihukumadatHindia-Belandamasyarakat hukum

genealogis ini dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu bersifat patrilinial,

matrilinialdan parentalatau bilateral.

1. Masyarakatpatrilinial

Masyarakatpatrilinialadalahmasyarakatyang susunanmasyarakatnyaditarik

berdasarkangaris keturunan bapak, sedangkan garis keturunanibu

disingkirkan.Adapunyang termasukke dalammasyarakatpatrilinialadalah

masyarakat Menui Kepulauan Kecamatan WayPanjiLampungSelatan.

2. MasyarakatMatrilinial

Masyarakatmatrilinial merupakan kebalikan dari masyarakatyangpatrilinial,

dimana susunan masyarakatnya ditarik berdasarkangarisIbusedangkangaris

keturunan bapak disingkirkan, adapun masyarakat yangtermasuk kedalam

masyarakatmatrilinialadalahMinangkabau,SemendodiSumatera Selatan,

KerincidanbeberapasukukecildiTimor.Masyarakatmatrilinialini tidak

mudahdikenali,karenamasyarakatmatrilinialjarang menggunakannama- nama

sukunyameskipunada.

3. Masyarakatparentalatau bilateral

Masyarakat parentalatau bilateral adalah gabungan antara masyarakat

patrilinialdanmasyarakatmatrilinial,sehinggamasyarakatparentalinilebih
27

dikenaldenganmasyarakatyang mengambiljalurtengah(seimbang),dimana

masyarakatparentalataubilateraldalamsusunan masyarakatnyadiambildari

garisorangtuanya yaitugarisbapakdan garis ibu,adapun yangtermasuk kedalam

masyarakatparentalatau bilateraladalah masyarakatadatJawa, Aceh, Melayu,

Kalimantan dan Sulawesi. Padadasarnyaasas perkawinan

dalamUUPbertujuanmembentukkeluargayang memilikipersekutuan

parentalyaitutidakadagarisyang menjadiprioritas,melainkanantarasuami dan

istri memiliki kedudukanyangsama.

b. PersekutuanHukumTeritorial

Persekutuan masyarakathukum teritorial adalah masyarakat yang tetap dan

teratur,yang anggota-anggotamasyarakatnyaterikatpadasuatudaerahkediaman

tertentu. Hal iniberarti dalam persekutuan masyarakat teritorial anggotanya

terikatsatusamalainberdasarkanpersamaantempattinggal.MenurutR.Van Dijk

persekutuan hukumteritorialdapat dibedakan kedalam tigamacam, yaitu :33

1.Persekutuan Kecamatan, seperti Kecamatan orang Jawa yang merupakan

suatu tempat kediamanbersama didalamdaerahnya sendiritermasukbeberapa

pendukuhan yangterletakdisekitarnyayang

tundukpadaperangkatKecamatanyang berkediaman di pusat Kecamatan.

2.PersekutuanDaerah,sepertikesatuanmasyarakat“nagari”diMinangkabau,

“Marga” diSumatera Selatan dan Lampung, “negorij” di Minahasa dan

Maluku.

33
HilmanHadikusuma,Op.Cit.,hlm.106-107
28

3.PerserikatandaribeberapaKecamatan,

yaituapabiladiantarabeberapaKecamatanatau margayang terletak

berdampinganyang masing-masing berdirisendiri mengadakan perjanjian

kerjasamauntuk mengatur kepentingan bersama.

c. PersekutuanHukumGenealogis-Teritorial

Persekutuan hukumGenealogis-Teritorialanggotanyabukanhanyaterikatpada

tempatkediamandaerahtertentusaja, melainkanjuga terikatpada hubungan

keturunandalamikatanpertaliandarahataukekerabatan. Pada suatudaerahyang

terdapat masyarakat hukumgenealogis-teritorialakan berlakudualisme atau

pluralisme hukum yaitu hukum administrasi pemerintahan berdasarkan

perundang-undangan,hukumadatyang berlakubagisemuaanggota kesatuan

masyarakatKecamatanyangbersangkutan,danhukumadatyang tradisionalbagi

kesatuan-kesatuan masyarakathukumtertentumenurutdaerahasalnyamasing- masing

dan tentu saja berlaku pula hukum antar adat yang berbeda dalam

pergaulanmasyarakatcampuran,jadiyang dimaksuddenganmasyarakatparental atau

bilateraladalah kesatuan masyarakathukumyangpatrilinialgenealogis

dimanaparaanggotanyabukanhanyaterikatpadatempatkediamanmelainkan

jugaterikat padagaris keturunan.

d. MasyarakatAdat-keagamaan
Diantaraberbagaikesatuanmasyarakatadatterdapatjugakesatuanmasyarakat

adatyang khususbersifatkeagamandibeberapadaerahtertentu.Adakesatuan

masyarakatadat-keagamaanmenurutkepercayaanlama ada kesatuan masyarakat

yangkhususberagamHindu,Islam,KristenatauKatholik,danadayangbersifat
29

campuran.34Pada lingkungan masyarakat yang didominasi kepercayaan dan

agamatertentu,maka paraanggotanyaselainmerupakanwarga kesatuanKecamatan

menurutperundangan,tetapijugamerupakanwargaadatyang tradisionaldan

wargakeagamaanyangdianutnyamasing-masing.

E. AkibatHukum

Akibathukummerupakansuatuakibatyang ditimbulkanolehadanyasuatu

hubunganhukum.Suatu hubungan hukum memberikan hakdan kewajibanyang

telahditentukanolehundang-undang,sehinggaapabila dilanggarakan

menimbulkansuatuakibat,bahwaorangyangmelanggaritudapatdituntutdi muka

pengadilan.Suatuhubungan pergaulan persahabatan biasasepertiingkar

janjiuntukbermainbersamatidakmembawaakibathukum,namunsecaranon-

hukummisalnyaganjalandantidakenakdariyangdijanjikanbisaterjadi. 35 Hal

inimenegaskanbagaimana dampak dari adanyasuatu akibathukumdarisuatu

peristiwa hukum. Menurut kamushukum, akibat hukum adalah akibat yang

timbuldarihubunganhukum,dimana akibatmemilikiartisesuatuyangmenjadi

kesudahanatau hasildari pekerjaan,keputusan,persyaratanatau keadaanyang

mendahuluinya.

F. GambaranUmum

Secaraumummasyarakatadat Menui

Kepulauandibagimenjadudua,yaitumasyarakatadat Menui

KepulauanAgadanBaliMajapahit, orang-orangBaliAgakebanyakan mendiami

peKecamatanandidaerahpegunungansepertididaerahKabupatenBulelengdandi

34
HilmanHadikusuma,Op.Cit.hlm.111.
35
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar IlmuHukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2010,hlm.131-132
30

daerah Karang AsemsedangkanBaliMajapahityang penduduknyaterbanyak

mendiami daerah dataran disebelah barat Pulau Lombok. Kecamatan-

Kecamatan di pegununganpola perkampungannyamemusatsedangkanKecamatan-

Kecamatan didataran terpencar-pencar dengansistembanjar.36

MasyarakatBaliyangadadiLampungdibagijugakedalamduabagianakan

tetapinamanyaberbedadenganyang adadiBali.DiLampung dikenaldengan

istilahBaliAlusdan BaliNusa,Balialusbanyak terdapatdidaerahLampung Tengah,

LampungTimur, Pesisir Barat, dan Bakauheni sedangkan Bali Nusa

banyakterdapatdiKotaBumi,TulangBawang, Ketapang danMenui Kepulauan.

MasyarakatBaliAlusdikenaldenganBahasanyayang lebihsopandibandingkan

dengan masyarakatBaliNusa, masyarakatBali Nusacenderunglebih kasar.

Kecamatan Menui Kepulauan

merupakansuatuKecamatanyangterletakdiProvinsiLampung

KabupatenLampungSelatanKecamatanWay Panji,yangmemiliki587kepala

keluargayang terbagiatas5BanjaryaituBanjarSiderahayu,BanjarSukanadi,

BanjarSukamulya,BanjarSari,Dan BanjarPande Arge.DiKecamatan Menui

Kepulauan ini hampir99%masyarakatnyasukuBaliyang

beragamaHindu,Kecamataniniberbatasan dengan Kecamatan

SiderenodanKecamatanTrimomuktiyang mayoritaspenduduknyaorang suku

JawayangberagamaIslam dan Hindu.

Berdasarkanhaltersebut,diKecamatanMenui Kepulauanyang

menjadisampelpenelitianini

masihterdapatmasyarakatBaliyangmelaksanakanperkawinananakdibawah

umuryaitu13pasangkepalakeluargadaritahun2014sampaitahun2015dari32

36
HilmanHadikusuma,PengantarIlmuHukumAdatIndonesia,(Bandung:Mandar
31
Maju,2003),hlm.148.
32

pasang yang melakukan perkawinan pada umumnya, 37 hal ini membuktikan

bahwa masih kurangnya pengetahuan masyarakat Menui Kepulauannuraga

terhadap hukum adat,hukum agama, danjuga hukumpositif kita

saatiniyaituUUPyang menetapkanbatas usiaperkawinanuntukanak,serta kurangnya

kesadaran masyarakatakandampaknegatif jika

melangsungkanperkawinananakdibawah umur.

G. KerangkaPikir

Kerangkapikirmerupakansebuahbaganatau alurkerja dalammemecahakan

permasalahan penelitian. Kerangka kerjatersebut dimulai dari permasalahan

sampai pencapaintujuan.

Hukum Perkawinan
Adat
Menui
Kepulaua
n

Laki-Laki (tama) Perempuan (tina)

Perkawinan Anak Di
bawah Umur

Proses Akibat Hukum


Pelaksanaan Faktor-Faktor Perkawinan
Perkawinan Penyebab Anak Di bawah
Anak Di bawah Terjadinya Umur
Umur Perkawinan
Anak Di bawah
Umur

37
Hasil wawancaradenganbapakwayanswastikaselakukepalaadatKecamatanMenui
Kepulauan.
33

Perkawinanadatmerupakansuatuikatanlahir danbatinantaraseorang laki-laki

(pati)danperempuan(patni)yangdilakukansesuaidenganketentuanhukum

adat.Mengenaihal-halyang berkaitandenganperkawinansudahdiaturdidalam

hukumagamanya, hukumadatmasing-masingdaerah, danhukumnegaranya.

Perkawinananakdibawahumurmerupakan perkawinanyang dilakukan dibawah

batasusiayang ditentukanolehhukumnegaranyadalamhaliniUUP,hukumadat Menui

Kepulauannuraga,danhukumagamanya.Hukumagama Hindudalamkitab

nitisastraseseorang bolehmemasukitahapangrhastaatauberumahtanggasetelah

berumur 20tahun,agarmampumandiridanmampumembinaserta menghidupi

keluarganya,selainitudalamhukumadat Menui Kepulauanjuga

menggunakankriteriauntuk seseorang

itudianggapcakapatausudahlayakmemasukitahapanhidupgrhasta

(masaberumahtangga).PerkawinananakdibawahumurdiKecamatanMenui

Kepulauan masih sajaterjadi padahal sudah jelas-jelas bertentangan dengan hukum

agamanya danhukumnegaranya, sehinggapermasalahanperludibahasmengenai

proses pelaksanaan perkawinananak dibawah umur,faktor-faktorpenyebab

perkawinan di bawah umur, danakibat hukum perkawinan dibawah umur.


34

III. METODE PENELITIAN

Memperolehgambaranyang lengkapterhadapmasalahyang ditelitidigunakan

metode-metode tertentudengankebutuhanpenelitian.Metode penelitiantersebut

diperlukan dalamupayamemperolehdatayangbenar-benar objektifdandapat

dipertanggungjawabkankebenarannya.

A. Jenis Penelitian

Jenispenelitianyang

digunakandalampenelitianiniadalahnormatifempiris.Pengertian hukum normatif

adalah penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulisdari aspek teori, sejarah,

filosofi,perbandingan,struktur dankomposisi, lingkup dan materi, penjelasan

umumdari pasaldemipasal,formalitas dan kekuatanmengikatsuatuundang-undang

tetapitidakmengikataspekterapanatau implementasinya.

Penelitianhukumnormatif dengancaramengkajihukumtertulisyangbersifat

mengikatdarisegalaaspekyang kaitannyadenganpokokbahasanyang diteliti.

Sedangkanpenelitianhukumempiris(empiricallawresearch) adalah penelitian

hukumpositif tidaktertulismengenaiperilaku(behavior)anggota masyarakat

dalamhubunganbermasyarakat,dengankata lain,penelitianhukumempiris

mengungkapkan hukumyang hidup (living law) dalam masyarakat melalui


35

perbuatanyangdilakukanolehmasyarakat. 38 Penelitianempirismerupakandari

prilaku nyata sebagaidata primer diperolehdaridata lokasipenelitianlapangan

(fieldresearch), dengandemikian penelitianinimerupakanpenelitiannormatif

empirisdimana penelitianiniakanmengkajitentangperkawinananakdibawah umur

ditinjau dari hukum adat Menui Kepulauan.

B. TipePenelitian

Tipe penelitianadalahtipe penelitiandeskriptifyaitusuatupenelitianyang

menggambarkansecarajelas,rincidansistematismengenaiobjekyang akan

diteliti.39Penelitiandeskriptif dilakukandengantujuanuntukmelihatsecarajelas, rinci,

dan sistematis mengenai perkawinan anak di bawah umur di Kecamatan Menui

KepulauanKecamatanWayPanjiLampungSelatan.

C. PendekatanMasalah

Pendekatanmasalahyang digunakandalampenelitianiniyaitupendekatanyuridis

sosiologis,yang merupakanpenelitianmengenaihukumyang hidupdalam masyarakat

melalui perilaku yang dialami masyarakat, perilaku ini berfungsi

gandayaitusebagaipolaterapandansekaligusmenjadibentuknormatifhukum

danperilakudalammasyarakat.40 Subjekdanobjekpenelitianiniadalah masyarakat

Menui Kepulauan yang berdomisili Kecamatan Menui Kecamatan Way Panji

KabupatenLampungSelatantentangperkawinananak di bawah umur.

38
Abdulkadir Muhammad,HukumdanPenelitianHukum, (Bandung:CitraAdityaBakti,
2004), hlm.155.
39
Ibid.hlm.155
40
Ibid.hlm.102
36

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. PopulasiPenelitian

Populasidalampenelitian inidiartikan sebagaisuatu masyarakatdalamsuatu

wilayahyang merupakansebagaiobjek.Populasidalampenelitianiniadalah

masyarakatBaliyaituKecamatan Menui Kepulauan denganjumlah 587kepala

keluarga di wilayahtersebut.Ada32pasanganyang melakukanperkawinanpada

umumnya dan13pasangyang melakukanperkawinandibawahumur,dari13pasangan

tersebutada18orangyang usianyadibawah20tahunyaitupatni(perempuan)14

orangdan pati(laki-laki)4 orang.

2. SampelPenelitian

Sampelmerupakanpenarikandarisuatupopulasiuntukdijadikansuatuobjek

gunakeperluanpenelitian.Pengambilansampeluntukpenelitianinidilakukan

denganmengambilcontohkasusyang terjadididalammasyarakatMenui

Kepulauan.Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Suharsimi

Arikunto, jika

subyeknyakurangdari100Orangsebaiknyadiambilsemuanya,jikasubjeknya

besarataulebihdari100orangdapatdiambil10-15%atau20-25%ataulebih.41

MasyarakatMenui Kepulauanyang menjadisampelpenelitianiniberjumlah18orang,

sehinggadiambilsemuakarenakurang dari100orang,masing-masing18orang dari

13pasangyaitupatni(perempuan)14orangdanpati(laki-laki)4orangyang

melangsungkan perkawinan anak di bawah umur.

41
YomiMarfayaldi,EksistensiSistemMamak-KemenakanPada MasyarakatMinangkabau
Perantauan dikecamatanKemilingKotaBandarLampung(Skripsi),BandarLampung,2014, hlm.27
37

E. Data dan SumberData

Dalam penelitian hukum normatif empiris, data yang digunakan adalah data

primer dan sekunder.

1. Dataprimeradalahdatayangdiperolehsecaralangsungmelaluipenelitiandi

lapanganyaitudengancara membagikan kuisionerkepadaKeluargayang

melakukan perkawinandibawah umuryang merupakan respondendan

melakukan wawancarakepada Tokoh Adat, Kepala Kecamatan, dan

Parisadha Hindu Dharma Indonesiasebagaiinforman dari masyarakatMenui

Kepulauanyang menjadiobjek penelitian diwilayah penelitianyaitu Kecamatan

Menui Kepulauan Kecamatan WayPanjiLampungSelatan.

2. Datasekunderyaitudatayang diperolehdaribahan-bahanpustakadansumber

hukumadat.Datasekunderpadapenelitianiniadalahtentangperkawinan

anakdibawahumurpada masyarakatMenui Kepulauandanliteratur-

literaturtentang hukum perkawinanadat.

F. MetodePengumpulandata danMetodePengolahanData

Berdasarkan pendekatan masalahdan sumber datayang diperlukan, maka

pengumpulan datadalampenelitianinidilakukandengancara studipustakadan

studilapangan.

1. Studipustakaadalahstudipustakayangdilakukanuntukmengumpulkandata

sekunder, dengancaramempelajarikonsepperkawinanadat(perkawinananak di

bawah umur) dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan

mengidentifikasi datayangsesuai dengan permasalahan.


38

2. Studilapanganbergunauntukmengumpulkandataprimer,sedangkandata primer

diperolehdengan caramembagikankuisionerkepadaKeluargayang

melakukanperkawinandibawahumuryang merupakanrespondendan wawancara

terhadapinformanyaituKepalaKeluargayangmelakukan

perkawinandibawahumur, TokohAdat,Kepala Kecamatan,danParisadhaHindu

Dharma Indonesia.

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya pengolahan data yang

diperolehdigunakanuntukmenganalisispermasalahanyang diteliti.Pengolahan data

dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengancara:

1. Pemeriksaandata,yaitumelakukanpemeriksaandatayangterkumpulapakah

datayang diperolehsudahcukuplengkap,sudahcukupbenardansesuai dengan

permasalahan.

2. Klasifikasidata,yaitudilakukandengancaramengelompokkandatasesuai dengan

bidangpokok bahasan agar memudahkandalam menganalisis.

3. Penyusunandata,yaitudilakukandengancaramenyusundanmenempatkan data

pada tiap-tiappokokbahasanatau permasalahandengansusunanyang sistematis

sehinggamemudahkan dalam pembahasannya.

G.Analisis data

Setelahtahappengolahandata dilakukan,makatahapselanjutnyamenganalisis

datatersebut,dalampenelitianinidipergunakanmetodeanalisiskualitatif dan

kuantitatif.Analisis kualitatifadalah analisis dengan cara menafsirkan data, dengan

melakukan penafsiran terhadap datayang diperoleh, baikyangberasal dari


39

peraturan perundang-undangan, wawancara, maupun literatur, sedangkananalisis

kuantitatifyaitumenguraikan data dalambentukrumusanangka-angka,sehingga

mudahdibaca dandiberi artisehinggadapatmenjawabpermasalahandalam

penelitianini.42 Datadalampenelitianiniakandiuraikankedalamangkaatau

persentasedankalimat-kalimatyangtersusunsecarasistematis.Adapunrumus

persentasenya yaitu: n (persentase) = x 100%, sehingga


diperolehgambaranyangjelasdanpadaakhirnyadapatditarikkesimpulansecara

induktifyaitu penarikan kesimpulan dari kasus-kasusindividual nyatayang

sifatnyakhususdantelahdiakuikebenarannyasecara ilmiahmenjadisebuah

kesimpulanyangbersifatumumsebagaijawabansingkatdaripermasalahanyang

diteliti.

42
AbdulkadirMuhammadOp.Cit..hlm.127
V. KESIMPULANDANSARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkanuraiandarihasilpenelitiandan pembahasanpadababsebelumnya,

makadapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. PelaksanaanperkawinananakdibawahumurdiMenui KepulauanKecamatanWay

PanjiLampung Selatandilakukakandenganmemperhatikanhukumadat

Kecamatannya danhukumnegaranya.

Pelaksanaanperkawinananakdibawahumur sama saja dengan pelaksanaan

perkawinan biasa pada umumnya sesuai denganadatnya,namunada

perbedaanpelaksanaanperkawinandi KecamatanMenui Kepulauan

denganperkawinanmasyarakatBalipada umumnya,pelaksanaan

perkawinanyangdilakukan diMenui Kepulauandilakukan sederhanatapi

mencakup secara keseluruhansesuaidenganajaranagama dibandingkandengan

perkawinan padamasyarakat Balipadaumumnya.

2. Faktor-faktorpenyebabterjadinyaperkawinandibawahumuradalahfaktor

pendidikan,faktorekonomi,faktorpergaulanyangmenyebabkanhamildi luar

perkawinanyangsah,dan faktorsalingdemen,serta faktorkeingindari orang

tua,darisemuafaktortersebutfaktorpergaulanyang menyebabkan hamil

diluarperkawinanyangsahyangpalingdominan.
65

3. Akibathukumyang ditimbulkanbagiparapihakyangmelakukanperkawinan

kebanyakanterjadipadapihak perempuan karenamasyarakatBalimenganut

sistemkekerabatanpatrilinial(garisketurunanyang ditarikdaripihaklaki- laki).

Secara hukumnasionalkedua mempelaiharusmeminta dispensasidari

pengadilan kemudian secara hukum adat kedua mempelai harusmeminta

restu dari keduaorangtuanya.

Mengenaistatussilaki-lakidanperempuanketika melangsungkanperkawinan

mengalami perubahan untuk laki-laki sudah berada dalam tahapan grhasta

menurutHindudanbegitujugadenganperempuan,kemudianuntuksi perempuan

mengenaisorohdankawitanyamengikutisuaminya bukanlagi kedua orang

tuanya,dansecaratidaklangsungpara pihakyangmelakukanperkawinananakdi bawah

umur akan menjadi bahan pembicaraandan dicemooh masyarakatyang

sudahmenjadi kebiasaanmasyarakat adat Menui Kepulauannuraga.

B. Saran

Berdasarkanuraiandiatas,makapenulismemilikibeberapasaranyang ditujukan

kepadabeberapapihak,yaitu :

1. Sebaiknya kepada Tokoh adat secara bersama-sama melakukan rembug

Kecamatan untukmengkajiaturanhukumadatnya danmenyesuaikandengan

hukumpositifyangberlakusaatini, agar masyarakatdiKecamatanMenui

Kepulauan tidakmelakukanhal-halyang

bertentangandenganhukumadatdanhukum positifnya.

2. SebaiknyakepadaPemerintahKecamatandalamhaliniParisadhaHinduDharma

Indonesiadan Kepala Kecamatan mendatangkan pihak-pihak yang mampu


66

memberikansosialisasimengenaiUndang-UndangPerkawinanNo1tahun

1974tentang Perkawinandanaturanhukumperkawinanadatsecara

komprehensifagarmasyarakatKecamatanMenui

Kepulauantidaklagimelakukanhal- halyangtidak sesuai dengan hukumadat

dan hukum positif.

3. Sebaiknya kepada Masyarakat Menui Kepulauandiberikan wawasan

mengenaiUndang-Undang PerkawinanNo1tahun1974tentang Perkawinan

dan aturan hukum perkawinan adat setempat,sehingga masyarakat

bertambah pengetahuannyamengenaihukumperkawinanadat,dan hukum

postifnyadalamhalinimengenaiUndang-UndangPerkawinanNo1tahun

1974 tentangPerkawinan.
DAFTARPUSTAKA

A. Buku

Anom,IdaBagus.2010.PerkawinanMenurutAdatAgamaHindu.Denpasar:CV
Kayumas Agung.

A.Rasyid,Rohian.1998.HukumAcaraPeradilanAgama.Jakarta:RajaGrafindo
Persada.
Dirdjosisworo,Soedjono. 2010.Pengantar IlmuHukum. Jakarta:PTRaja Grafindo
Persada.

Djamali, R.Abdoel. 2003.Pengantar Hukum Indonesia.Jakarta: Raja


Grafindo.

Hadikusuma, Hilman. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut


Perundangan, Hukum Adat dan Hukum Agama.Bandung: CV. Mandur Maju

------------------------.2003.PengantarIlmuHukumAdatIndonesia.Bandung:Mandar
Maju.

Hanafi,Yusuf.2011.KontroversiPerkawinanAnakDiBawahUmur.Bandung: Mandar
Maju.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia.2014. PendidikanAgama
Hindu dan BudiPekerti.Jakarta:PusatKurikulumdan perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.

Maharta,NengahdanNiwayanSeruni.2014. PengembangandanPendalaman
Agama Hindu.BandarLampung: CV.SeruniBandarLampung.

Marfayaldi,Yomi. 2014.EksistensiSistem Mamak-Kemenakan PadaMasyarakat


MinangkabauPerantauan dikecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung
(Skripsi).BandarLampung.

Muhammad,Abdulkadir. 2004.Hukumdan Penelitian Hukum. Bandung: Citra


AdityaBakti.

Pudja,Gede. 1975.Perkawinan Menurut HukumHindu. Jakarta: Mayangsari.

---------------- danTjokorda Rai Sudharta. 1995.ManavaDharmasastra. Surabaya:


Paramita.
Poerwadarminta.2011. Kamus UmumBahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

SubektiR. 2002.Ringkasan Tentang Hukum Keluarga dan HukumWaris. Jakarta:


Cet.III,Intermasa.

Supriadi,WilaChandrawila.2001.PerempuandanKekerasanDalamPerkawinan.
Bandung: Mandar Maju.
Tjok,Astiti.1981.PerkawinanMenurutHukumAdatdanAgamaHindudiBali.Khusus Untuk
Intern.Denpasar:Biro Dokumentas&PublikasiFakultasHukum& Pengetahuan
MasyarakatUniversitas Udayana.

Wignjodipoere,Soerjono.1988.Asas-asas HukumAdat.Jakarta:GunungAgung.

Wulansari,Dewi.2012.HukumAdatIndonesiaSuatuPengantar.Bandung: PT.
RefikaAditama.

B. PeraturanPerundang-undangan

Undang-UndangDasarRepublikIndonesia1945.

Undang-UndangNomor1 Tahun 1974 tentangPerkawinan.

Keputusan dan ketetapanPHDI(ParisadhaHindu DharmaIndonesia).

C. Website

http://www.google.com/pengertian perkawinan dibawah umur.html.

http://caksoni.blogspot.co.id/2012/04/asas-asas-perkawinan-dalam-hukum-
adat.html

Anda mungkin juga menyukai