Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
ANDI ALFIANI
G012182005
MAKASSAR
2019
I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1) Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme dari fiksasi nitrogen
2) Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai mekanisme fiksasi nitrogen
secara simbiotik dan non simbiotik.
II. PEMBAHASAN
2.2.3 Denitrifikasi
Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat untuk kembali menjadi gas nitrogen
(N2), untuk menyelesaikan siklus nitrogen. Proses ini dilakukan oleh spesies bakteri
seperti Pseudomonas dan Clostridium dalam kondisi anaerobik. Mereka menggunakan
nitrat sebagai akseptor elektron di tempat oksigen selama respirasi. Fakultatif anaerob
bakteri ini juga dapat hidup dalam kondisi aerobik.
Denitrifikasi umumnya berlangsung melalui beberapa kombinasi dari bentuk
peralihan sebagai berikut:
NO3ā ā NO2ā ā NO + N2O ā N2 (g)
Proses pengikatan nitrogen ini merupakan salah satu dari banyak proses
biokimiawi didalam tanah yang memainkan salah satu peranan penting, yaitu
mengubah nitrogen atmosfer (N2 atau nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam
persenyawaan (nitrogen terikat). Dua organisme terlibat dalam proses ini :
1. Mikroorganisme nonsimbiotik, yaitu yang hidup bebas dan mandiri di dalam tanah
2. Mikroorganisme simbiotik, yaitu yang hidup pada akar tanaman kacang ā kacangan.
Menurut Waksman (1961), bakteri fiksasi nitrogen memerlukan sumber-sumber
energi, yang dapat diperoleh dengan kemampuannya dari senyawa-senyawa organik
karbon tertentu yang digunakannya bagi sintesa sel. Organisme ini dapat digolongkan
dengan berdasar pada basis kemampuannya untuk memanfaatkan sumber-sumber
energi yang tersedia dalam suatu persoalan non-simbiotik. Organisme-organisme
lainnya berkemampuan memperoleh karbon bagi energinya dan bagi sintesa sel dari
tanaman-tanaman yang tumbuh dan secara simbiotis. Organisme-organisme yang
hidup bebas dan memiliki kemampuan untuk memfikasasi nitrogen molekuler dapat
dibedakan menjadi organisme aerob obligat, aerob fakultatif, dan anaerob.
a. Organisme aerob obligat-fiksasi nitogen non-simbiotik. Bakteri penambat nitrogen
non simbiotik, termasuk dalam famili Azotobacteriaceae yang terdiri dari:
1. Genus Azotobacter terdiri dari empat spesies ,yaitu A. crhoococcum, A.
beijerinkii, A. vinelandii dan A. paspali.
2. Genus Azomonas terdiri dari A. agilis, A. insigne, dan A. macrocytogenese.
3. Genus Beijerinkia terdiri dari B. indica, B. mobilis, B.fluminensis dan B.derxii.
4. Genus Derxia yang terdiri dari satu spesies yaitu D.gumnosa
5. Genus Archromobacter, Bacillus, Mycobacterium, dan Arthrobacter (Hamdi,
1982).
b. Bakteri aerob fakultatif antara lain termasuk dalam genus-genus Aerobacter,
Klebseilla, dan pseudomonas.
c. Organisme anaerobik-fiksasi nitrogen non-simbiotik
1. Genus Clostridium pasteurianum, meliputi golongan tidak fermentasi tepung
tipe clostridia
2. Genus Chlorobium
3. Genus Chromatium
4. Genus Rhodomicrobium
5. Genus Rhodopseudomonas
6. Genus Rhodospirilium
7. Genus Desulfovibrio
8. Genus Methanobacterium
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi tanah atau benih
dengan Azotobacter efektif dapat meningkatkan hasil tanaman. Di daerah-daerah
empat musim (temperate regions) jumlah nitrogen yang ditambat oleh Azotobacter
berkisar antara 10-15 kg ha (Subba-Rao, 1999). Secara umum, jumlah N yang
dihasilkan oleh kelompok bakteri ini adalah 10 kg N ha-1 tahun-1 (Tenuta, 2006).
Penambatan N2 lebih besar, yakni sekitar 46 kg N ha-1 (30% dari kebutuhan total N)
dilaporkan oleh Malik et al. (1997) pada tanaman padi yang diinokulasi dengan
inokulan campuran dari beberapa jenis bakteri penambat N2 hidup bebas dan pemacu
tumbuh tanaman, Azospirillum lipoferum N-4, Azospirillum brasilense Wb-3, Azoarcus
K-1, Pseudomonas 96-51, dan Zoogloea Ky-1 (Tabel 5). Kelima jenis bakteri tersebut,
selain mampu menambat N2 dari udara (kecuali Pseudomonas), juga mampu
memproduksi AIA, sehingga memiliki peran ganda: penyedia N dan pemacu
perkembangan tanaman.
Tabel 1. Pengaruh inokulasi bakteri penambat N2 hidup bebas terhadap biomassa padi
dan penambatan N2 pada percobaan plot mini
a) Azotobacter
Azotobacter merupakan bakteri gram negatif yang dapat memfiksasi
N2 secara bebas (non-simbiotik) dengan rata-rata fiksasi setara 20 kg
N/ha/tahun (Jnawali et al 2015). Bakteri ini tergolong bakteri yang aktif
bergerak (memiliki motilitas tinggi), dan secara visual memiliki pigmen
berwarna kuning kehijauan atau coklat (Aziez et al 2014). Chennapa et al
(2013) menyebutkan bahwa Azotobacter yang telah diisolasi dari rhizosfer
padi merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, cyst forming,
mempunyai koloni berwarna coklat hingga kehitaman, glistening, slimy, dan
halus pada media agar Ashbyās. Uji biokimia yang dilakukan pada bakteri
ini menunjukkan bahwa bakteri ini mampu menghasilkan Indoleaccetic
acid, dan asam sitrat. Kemampuan bakteri ini dalam melakukan penambatan
N2 di udara disebabkan oleh adanya enzim nitrogenase yang dimiliki
oleh bakteri tersebut. Enzim nitrogenase di dalam Azotobacter sp. sangat
sensitif terhadap O2 yang akan menurunkan kapasitas fiksasi N2. Nosrati
(2012) menyebutkan bahwa Azotobacter sp. diketahui menggunakan dua
mekanisme untuk melindungi sistem nitrogenase terhadap keberadaan
oksigen, yaitu: (1) Respirasi yang tinggi sehingga menyebabkan jarangnya
kegiatan pemanfaatan oksigen seluler yang dapat mencegah difusi oksigen
ke dalam sel dan nitrogenase, (2) perlindungan konformasi enzim atau switch
off aktivitas nitrogenase oleh shethna atau protein FeSII. Baru-baru ini,
pembentukan alginat dianggap sebagai mekanisme perlindungan baru bagi
nitrogenase terhadap oksigen.
Jnawali et al (2015) melaporkan bahwa Azotobacter merupakan bakteri
penambat N2 bebas (free-living) yang mampu memfiksasi N2 rata-rata 20
kg N/ha/tahun. Adanya keberadaan bakteri tersebut dapat membantu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta meningkatkan
kandungan nitrogen dalam tanah melalui fiksasi N2. Pemanfaatan
Azotobacter untuk kegiatan budidaya pertanian memiliki beberapa efek yang
menguntungkan selain membantu proses fiksasi N2 diantaranya yaitu
sebagai penghasil zat pengatur tumbuh, melindungi tanaman dari patogen,
meningkatkan serapan hara tanaman, dan mampu mengurangi penggunaan
pupuk kimia sehingga dapat memperbaiki kondisi lingkungan dan
meningkatkan kesehatan tanah.
Gambar 1. Azotobacter
Gambar 2. Kurva pertumbuhan (Panel A), fiksasi nitrogen (Panel B) dan produksi
alginat (Panel C) oleh A3 dan A21 isolat. Pengambilan sampel dilakukan
dalam waktu 120 jam. Setelah 96 jam, kedua strain tiba di fase stasioner
serta tingkat maksimum produksi alginat dan fiksasi nitrogen. Semua titik
data adalah sarana tiga ulangan. kesalahan standar ditunjukkan oleh bar
vertikal (Nosrati et al 2012).
b) Azospirillum sp.
Azospirillum sp. merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral yang dapat
memfiksasi N2 di atmosfer dan hidup berasosiasi dengan
tanaman dengan cara mengkolonisasi perakaran tanaman serta
memanfaatkan eksudat yang dikeluarkan oleh perakaran tersebut. Bakteri ini
bersifat mikroaerofilik saat ditumbuhkan dalam media bebas N (N-free
medium) dan berubah menjadi aerob saat mendapatkan nitrogen. Aktivitas
dan pertumbuhan Azospirillum sp. akan optimal pada kondisi pH yang
masam dan temperatur sekitar 32 hingga 40 oC. Bakteri ini akan tumbuh
seperti cincin tipis saat ditumbuhkan dalam media semi-solid dengan sumber
karbon dan energi yang cocok. Bakteri ini hanya mengikat nitrogen dalam
kondisi mikroaerofilik karena nitrogenase yang sensitif terhadap oksigen
(Baliah et al 2015).
Azospirillum sp. merupakan salah satu mikroorganisme pemfiksasi N2
yang paling efisien di lapangan ketika semua kondisi yang diperlukan untuk
fiksasi nitrogen secara biologis terpenuhi. Berbagai hasil penelitian terkait
inokulasi Azospirillum sp. telah menyarankan bahwa fiksasi nitrogen adalah
mekanisme utama dalam pertumbuhan tanaman. Azospirillum sp. dapat
hidup secara bebas atau dapat bersimbiosis dalam memfiksasi N2 dari
atmosfer dan mengubah N2 menjadi NH3, proses ini disebut sebagai
biological nitrogen fixation (BNF) dengan dikatalisasi oleh enzim
nitrogenase yang sensitif terhadap oksigen di dalam bakteri (Saikia et al
2012). Reaksi penambatan N2 dan perubahannya menjadi NH3 yang di
katalisasi oleh nitrogenase ditunjukkan oleh Gambar 8.
Keterangan: Nilai dalam kolom yang sama dengan huruf yang berbeda secara
statistik berbeda (pā¤0.05). B0 = tanpa inokulasi; B1 = Diinokulasi dengan
Azospirillum sp. lipoferum. N0 = kontrol; N25 = 25%; N50 = 50%; N75 = 75%;
N100 = 100% dari dosis yang dianjurkan 150 kg N/ha (Davaran-Hagh et al
2015).
sekitar 46 kg N ha-1 (30% dari kebutuhan total N) dilaporkan oleh Malik et al.
(1997) pada tanaman padi yang diinokulasi dengan inokulan campuran dari
beberapa jenis bakteri penambat N2 hidup bebas dan pemacu tumbuh
tanaman, Azospirillum lipoferum N-4, Azospirillum brasilense Wb-3,
Azoarcus K-1, Pseudomonas 96-51, dan Zoogloea Ky-1 (Tabel 5). Kelima
jenis bakteri tersebut, selain mampu menambat N2 dari udara (kecuali
Pseudomonas), juga mampu memproduksi AIA, sehingga memiliki peran
ganda: penyedia N dan pemacu perkembangan tanaman
Tabel 4. Pengaruh inokulasi bakteri penambat N2 hidup bebas terhadap
biomassa padi dan penambatan N2 pada percobaat plot mini.
permukaan tanah 38,5 kg N ha-1 tahun-1 pada plot tanpa pemupukan, dan
39,6 kg N ha-1 tahun-1 pada plot yang dikapur. Roger dan Ladha (1992)
mengemukakan bahwa kandungan N pada lahan sawah irigasi, 80-110 kg N
ha-1 diperoleh dari penambatan N , air irigasi dan presipitasi, sedangkan 10-
Lintasan reaksi amonia menjadi nitrogen organik diperankan oleh aktivitas dua
jenis enzim yaitu glutamin sintetase (GS) dan glutaminamida (2-oksoglutarat
aminotransferase)- oksidoreduktase NADP (Gambar 2). Reaksi ini terjadi di dalam
sel tanaman. Di dalam sel tanaman, terdapat inti yang bertanggung jawab
terhadap terlaksananya sintesis protein. Senyawa nitrogen organik yang menjadi
dasar penyusun protein adalah gugus asam amino (Goodwin dan Mercer, 1983).
Kemampuan bakteri Rhizobium menambat nitrogen telah banyak dilaporkan.
Diperkirakan dalam setahun, bakteri ini mampu menambat N udara antara 50-600
kg/ha (Schlegel, 1994). Angka sebesar itu, jika disetarakan dengan pupuk urea
menjadi sekitar 100-1300 kg/ha.
Anabaena azollae mempunyai dua macam sel, yaitu sel vegetatif dan heterosis.
Di dalam sel heterosis yang mengandung enzim nitrogenase Anabaena azollae
akan memfiksasi N2 udara melalui ATP yang berasal dari peredaran fosforilasi,
dengan enzim ini maka Anabaena azollae dapat mengubah nitrogen menjadi
Tabel 6. Pengaruh Azolla pinnata sp terhadap hasil tanaman padi, KTK dan
kandungan bahan organik pada tanah inseptisol Jawa Barat (Prihatin dan Komariah,
1988)
III. KESIMPULAN
1. Fiksasi nitrogen adalah proses alam, biologis atau abiotik yang mengubah
nitrogen di udara menjadi ammonia (NH3). Mikroorganisme yang mem-fiksasi
nitrogen disebut diazotrof. Mikro organisme yang melakukan fiksasi nitrogen
antara lain : Cyanobacteria, Azotobacteraceae, Rhizobia, Clostridium, dan
Frankia. Selain itu ganggang hijau biru juga dapat memfiksasi nitrogen.
Beberapa tanaman yang lebih tinggi, dan beberapa hewan (rayap), telah
membentuk asosiasi (simbiosis) dengan diazotrof. Selain dilakukan oleh
mikroorganisme, fiksasi nitrogen juga terjadi pada proses non-biologis,
contohnya sambaran petir. Lebih jauh, ada empat cara yang dapat
mengkonversi unsur nitrogen di atmosfer menjadi bentuk yang lebih reaktif :
Fiksasi biologis, industri fiksasi nitrogen, pembakaran bahan bakar fosil dan
proses lain: Selain itu, pembentukan NO dari N2 dan O2 karena foton dan
terutama petir, dapat memfiksasi nitrogen.
2. Proses pengikatan nitrogen ini merupakan salah satu dari banyak proses
biokimiawi didalam tanah yang memainkan salah satu peranan penting, yaitu
mengubah nitrogen atmosfer (N2atau nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam
persenyawaan (nitrogen terikat). Dua organisme terlibat dalam proses ini :
1. Mikroorganisme nonsimbiotik, yaitu yang hidup bebas dan mandiri di dalam
tanah
2. Mikroorganisme simbiotik, yaitu yang hidup pada akar tanaman kacang ā
kacangan.
DAFTAR PUSTAKA