Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

Anak merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya. Keberadaannya

diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut dengan penuh bahagia. Semua orang

tua mengharapkan memiliki anak yang sehat, membanggakan, dan sempurna, akan

tetapi, terkadang kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan. Sebagian orang

tua mendapatkan anak yang diinginkannya dan sebagian lagi tidak. Beberapa

diantaranya memiliki anak dengan kebutuhan-kebutuhan khusus, seperti mengalami

autisme.1,2

Setiap tahun di seluruh dunia, kasus autisme mengalami peningkatan. Awal

tahun1990-an, kasus autisme masih berkisar pada perbandingan 1 : 2.000 kelahiran. Di

Indonesia, sampai saat ini, belum ada data pasti mengenai jumlah penyandang autisme.

Dari catatan praktek dokter diketahui, dokter menangani 3-5 pasien autisme per tahun

pada tahun 1980. Data yang akurat dari autisme ini sukar didapatkan, hal ini disebabkan

karena orang tua anak yang dicurigai menghidap autisme seringkali tidak menyadari

gejala-gejala autisme pada anak mereka. Di samping itu, ada juga keluarga yang

mencurigai anaknya mempunyai kelainan lansung mencari pengobatan ke doktor THT

karena menduga anaknya mengalami gangguan pendengaran atau ke poli tumbuh

kembang karena mengira anaknya mengalami masalah dengan perkembangan fisik.

Akibatnya, anak autisme ini tidak terdeteksi.1,2

1
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang perlu mendapat

perhatian yang serius, bukan hanya karena gangguan fungsi adaptif anak namun juga

dapat mempengaruhi kehidupan keluarga secara keseluruhan. Diagnosis dilakukan

dengan melakukan wawancara psikiatrik pada orangtua dan juga melakukan observasi

pada anak. Kondisi ini perlu dideteksi sedini mungkin agar dapat diberikan intervensi

yang lebih awal sehingga diharapkan anak dapat terus berkembang dengan optimal.1,2

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Autisme berasal dari istilah dalam bahasa Yunani, “aut” = diri sendiri, “isme” =

orientasi/keadaan. Maka autisme dapat diartikan sebagai kondisi seseorang yang secara

tidak wajar terpusat pada dirinya sendiri, kondisi seseorang yang senantiasa berada di

dalam dunianya sendiri. Istilah “autisme” pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner

pada tahun 1943.3 Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pada anak yang

sifatnya komplek dan berat, biasanya telah terlihat sebelum berumur 3 tahun, tidak

mampu untuk berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan maupun keinginannya.

Akibatnya perilaku dan hubungannya dengan orang lain menjadi terganggu, sehingga

keadaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Kebiasaan

anak-anak autis sangat terganggu secara fisik maupun mental, seringkali menjadi anak-

anak yang terisolir dari lingkungannya dan hidup dalam dunianya sendiri dengan

berbagai gangguan mental dan perilaku. Perilaku itu biasanya, sering bersikap

semaunya sendiri tidak mau diatur, perilaku tidak terarah (mondar-mandiri, lari-lari,

manjat-manjat, berputar-putar, lompat-lompat, ngepak-ngepak, teriak-teriak, agresif,

menyakiti diri sendiri, tantrum (mengamuk),sulit konsentrasi, perilaku refetitif).4

2.2 PENYEBAB AUTISME

Secara pasti penyebab autisme tidak diketahui namun autisme dapat terjadi dari

kombinasi berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang dipicu faktor lingkungan.1,4

3
Ada berbagai teori yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

autisme yaitu :

a. Teori Biologis

1) Faktor Genetik- Keluarga yang terdapat anak autis memiliki resiko lebih tinggi

dibandingkan populasi keluarga normal. Abnormalitas genetik dapat

menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel – sel saraf dan sel otak.

2) Prenatal, natal dan post natal- Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan,

tangis bayi yang terlambat, gangguan pernapasan dan anemia merupakan salah

faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya autisme. Kegagalan pertumbuhan

otak karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak mencukupi

karena nutrisi tidak dapat diserap oleh tubuh, hal ini dapat terjadi karena adanya

jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena faktor ekonomi.

3) Neuro Anatomi- Gangguan/fungsi pada sel-sel otak selama dalam kandungan

yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan atau

infeksi dapat memicu terjadinya autisme.

4) Struktur dan Biokimiawi Otak dan Darah- Kelainan pada cerebellum dengan

sel-sel purkinje mempunyai kandungan serotonin yang tinggi. Demikian juga

kemungkinan tingginya kandungan dopamin atau opioid dalam darah.

b. Teori Psikososial.

Beberapa ahli (Kanner & Bruno Bettelhem) menganggap autism sebagai akibat

hubungan yang dingin/tidak akrab antara orang tua ibu dan anak. Demikian juga orang

4
yang mengasuh dengan emosional kaku, obsesif tidak hangat bahkan dingin dapat

menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik.

c. Faktor Keracunan Logam Berat

Keracunan logam berat dapat terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bata,

emas dan sebagainya. Keracunan logam berat pada makanan yang dikonsumsi ibu yang

sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang tinggi. Pada

penelitian diketahui dalam tubuh anak-anak penderita autism terkandung timah hitam

dan merkuri dalam kadar yang relatif tinggi.

d. Faktor Gangguan Pencernaan, Pendengaran, dan Penglihatan.

Menurut data yang ada 60% anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang

sempurna. Kemungkinan timbulnya autistik karena adanya gangguan dalam

pendengaran dan penglihatan.

e. Autoimun tubuh

Auto imun pada anak dapat merugikan perkembangan tubuhnya sendiri karena zat –

zat yang bermanfaat justru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri. Imun adalah kekebalan

tubuh terhadap virus/bakteri pembawa penyakit. Sedangkan autoimun adalah

kekebalan yang dikembangkan oleh tubuh sendiri yang justru kebal terhadap zat – zat

penting dalam tubuh dan menghancurkannya.

2.3 KLASIFIKASI AUTISME

Klasifikasi Autisme dapat dibagi berdasarkan berbagai pengelompokan kondisi 1,2,4:

1. Klasifikasi berdasarkan saat munculnya kelainan

5
 Autisme infantil; istilah ini digunakan untuk menyebut anak autis yang

kelainannya sudah nampak sejak lahir

 Autisme fiksasi; adalah anak autis yang pada waktu lahir kondisinya normal,

tanda-tanda autisnya muncul kemudian setelah berumur dua atau tiga tahun

2. Klasifikasi berdasarkan intelektual

 Autis dengan keterbelakangan mental sedang dan berat (IQ dibawah 50).

Prevalensi 60% dari anak autistik

 Autis dengan keterbelakangan mental ringan (IQ 50-70). Prevalensi 20% dari

anak autis

 Autis yang tidak mengalami keterbelakangan mental (Intelegensi diatas 70).

Prevalensi 20% dari anak autis

3. Klasifikasi berdasarkan interaksi sosial:

 Kelompok yang menyendiri; banyak terlihat pada anak yang menarik diri, acuh

tak acuh dan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku

dan perhatian yang tidak hangat

 Kelompok yang pasif, dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan

anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya

 Kelompok yang aktif tapi aneh : secara spontan akan mendekati anak yang lain,

namun interaksinya tidak sesuai dan sering hanya sepihak.

4. Klasifikasi berdasarkan prediksi kemandirian:

 Prognosis buruk, tidak dapat mandiri (2/3 dari penyandang autis)

6
 Prognosis sedang, terdapat kemajuan dibidang sosial dan pendidikan walaupun

problem perilaku tetap ada (1/4 dari penyandang autis)

 Prognosis baik; mempunyai kehidupan social yang normal atau hampir normal

dan berfungsi dengan baik di sekolah ataupun ditempat kerja. (1/10 dari

penyandang autis)

2.4 KARAKTERISTIK ANAK AUTISME 5,6

1. Karakteristik di Bidang Komunikasi

 Kata yang di gunakan terkadang tidak sesuai artinya

 Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang

 Bicara tidak di dipakai untuk alat komunikasi

 Senang meniru kata-kata atau lagu tanpa mengetahui apa artinya

 Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia

inginkan

 Sebagian anak autis tidak berbicara atau sedikit berbicara

 Perkembangan bahasanya lambat atau sama sekali tidak ada, tampak seperti tuli

atau sulit berbicara

2. Karakteristik di Bidang Interaksi Sosial

 Suka menyendiri

 Menghindari kontak mata

 Tidak tertarik untuk bermain bersama

 Menolak atau menjauh bila di ajak untuk bermain

7
3. Karakteristik di Bidang Sensoris

 Tidak peka terhadap sentuhan

 Tidak peka terhadap rasa sakit

 Langsung menutup telinga bila mendengar suara yang keras

 Senang mencium atau menjilat benda yang ada di sekitarnya

4. Karakteristik di Bidang Pola Bermain

 Tidak bermain seperti anak lain pada umumnya

 Tiak bermain sesuai dengan fungsi mainanya

 Sangat lekat dengan benda-benda tertentu

 Senang terhadap benda-benda berputar

 Tidak memiliki kreativitas dari imajinasi

 Tidak suka bermain dengan teman sebayanya

5. Karakteristik di Bidang Perilaku

 Dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif dan sebaliknya

 Melakukan gerakan yang berulang-ulang

 Tidak suka pada perubahan

 Merangsang diri

 Duduk bengong dengan tatapan kosong

6. Karakteristik di Bidang Emosi

 Sering marah, menangis , dan tertawa tanpa alasan yang jelas

 Kadang-kadang agresif dan merusak

8
 Kadang-kadang menyakiti diri sendiri

 Dapat mengamuk tak terkendali

 Tidak memiliki empati

2.5 GANGGUAN ANAK AUTISME 7,8

1. Gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal.

 Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara.

 Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang

sering disebut sebagai bahasa planet.

 Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang sesuai.

 Bicara tidak digunakan untuk komunikasi.

 Meniru atau membeo, beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian , nada

, maupun kata – katanya tanpa mengerti artinya.

 Kadang bicara monoton seperti robot.

 Mimik muka datar.

 Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi

dengan cepat

2. Gangguan pada bidang interaksi sosial

 Menolak atau menghindar untuk bertatap muka.

 Anak mengalami ketulian.

 Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk.

 Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang.

9
 Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan

mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.

 Bila didekati untuk bermain justru menjauh.

 Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain.

 Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di

pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun.

 Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan

terhadap orang tuanya.

3. Gangguan pada bidang perilaku dan bermain

 Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan

gerakan yang sama berulang – ulang sampai berjam – jam.

 Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara

bermainnya juga aneh.

 Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus

untuk waktu lama)atau sesuatu yang berputar.

 Terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu,

kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana.

 Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang

bergerak.

 Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana sini,

melompat - lompat, berputar -putar, memukul benda berulang – ulang.

10
4. Gangguan pada bidang perasaan dan emosi

 Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak

merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang

menangis akan di datangi dan dipukulnya.

 Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang nyata.

 Sering mengamuk tidak terkendali ( temper tantrum) , terutama bila tidak

mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan

dekstruktif.

5. Gangguan dalam persepsi sensoris

 Mencium – cium , menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja.

 Bila mendengar suara keras langsung menutup mata.

 Tidak menyukai rabaan dan pelukan . bila digendong cenderung merosot untuk

melepaskan diri dari pelukan.

 Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu.

2.6 PENEGAKAN DIAGNOSIS ANAK AUTISME

Diagnosa untuk anak-anak autis dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku

anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Karena

karakteristik dari penyandang autis ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa

yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli

sepeerti ahli neurologis, ahli psikologis anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa dan

tenaga ahli terapis yang profesional menangani anak-anak autis.7,8,9 Dalam proses

11
diagnosis, deteksi dini anak autisme merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan

dilakukannya deteksi dini, maka dapat dilihat kenyataan yang ada dan dapat segera

dilakukan intervensi atau penanganan yang benar. Anak dengan kebutuhan khusus,

sama dengan anak manapun mengalami perkembangan otak yang cepat pada usia di

bawah lima tahun.2,3 Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi

atau anak usia :

1) Usia 0-6 bulan

 Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)

 Terlalu sensitif, cepat terganggu

 Gerakan tangan berlebihan terutama ketika mandi

 Tidak ditemukan senyum sosial di atas 10 minggu

 Tidak ada kontak mata diatas 3 bulan

2) Usia 6-12 bulan

 Sulit bila digendong

 Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan

 Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

 Tidak ada kontak mata

3) Usia 12 bulan–2 tahun

 Kaku bila digendong

 Tidak mau permainan sederhana (ciluk ba, da da)

 Tidak mengeluarkan kata

 Tidak tertarik pada boneka

12
 Memperhatikan tangannya sendiri

 Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/ halus

4) Usia 2-3 tahun

 Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain

 Melihat orang sebagai “benda”

 Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah

 Kontak mata terbatas

 Tertarik pada benda tertentu

5) Usia 4-5 tahun

 Sering didapatkan ekolalia (membeo)

 Mengeluarkan suara yang aneh

 Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)

 Temperemen tentrum atau agresif

Deteksi dini dapat dilakukan melalui kuesioner Checklist for Autism in Toddlers

(CHAT).2,5 Kuesioner ini dapat digunakan untuk deteksi dini anak dengan GSA (

Gangguan Spektrum Autism) yang berusia 18 – 36 bulan, dilakukan dengan observasi

dan mengajukan pertanyaan kepada orangtua yang menemukan adanya satu atau lebih

gejala, seperti; (1) keterlambatan bicara; (2) gangguan komunikasi/ interaksi sosial; (3)

perilaku yang berulang ulang pada anak mereka. CHAT terdiri dari 2 bagian, yaitu:

A. Sembilan buah pertanyaan yang diajukan pada orangtua/pengasuh dengan jawaban

Ya atau Tidak:

1) Senang di ayun-ayun, diguncang-guncang

2) Tertarik memperhatikan anak lain

13
3) Suka memanjat tangga

4) Suka main ciluk-ba, petak umpet

5) Bermain pura-pura membuat minuman

6) Meminta dengan menunjuk

7) Menunjuk benda

8) Bermain dengan benda kecil

9) Memberikan benda utk menunjukkan sesuatu

B. Lima pengamatan perilaku anak, yang dijawab dengan jawaban Ya atau Tidak

1) Anak memandang mata pemeriksa

2) Anak melihat ke benda yang ditunjuk

3) Bermain pura-pura membuat minum

4) Menunjuk benda yang disebut

5) Menumpuk kubus

Interpretasi CHAT :

 Risiko tinggi menderita Gangguan Spektrum Autisme jika menjawab tidak

pada butir A5, A7, B2-4

 Risiko rendah menderita Gangguan Spektrum Autisme jika menjawab tidak

pada butir A7, B4

 Kemungkinan adanya gangguan perkembangan lain jika menjawab tidak pada

3 butir atau lebih dari butir A1-4, A6, A8-9, B1, B5

Dengan menggunakan CHAT maka deteksi autisme diharapkan lebih dini dan

intervensi juga dapat dilakukan lebih awal sehingga diharapkan hasil akhir tatalaksana

menjadi lebih baik. Selain itu, untuk mendiagnosa anak dengan autisme, dapat juga

14
digunakan kriteria diagnosa yang telah dikeluarkan oleh DSM-V (Diagnostic and

Statistic Manual of Mental Disorder Fifth Edition).7 Kriteria diagnosa tersebut adalah:

1) Defisit yang menetap dari komunikasi sosial dan interaksi sosial yang meliputi

berbagai konteks kehidupan anak dan sudah timbul dalam diawal

perkembangan anak namun seringkali manifestasi gejala baru tampak jelas bagi

orang tua saat perkembangan anak berjalan lebih lambat dibandingkan dengan

anak seusianya. Defisit tersebut dapat berupa kesulitan sampai dengan

kegagalan dalam menjalin komunikasi verbal timbal balik; berkurangnya

sampai dengan kehilangan keinginan untuk berbagi ketertarikan, emosi, atau

afeksi; kegagalan untuk memulai atau berespons dalam menjalin interaksi

sosial; abnormalitas dalam kontak mata dan bahasa tubuh atau defisit dalam

pemahaman dan penggunaan bahasa tubuh dalam berkomunikasi; kehilangan

secara total ekspresi wajah dan komunikasi non-verbal; kesulitan dalam

menyesuaikan perilaku dalam berbagai konteks sosial.

2) Adanya pola perilaku, minat atau aktivitas yang terbatas dan berulang, seperti

pola perilaku stereotipik; echolalia (mengulang atau imitasi kata atau

pembicaraan orang lain); perilaku ritualistik; minat yang terbatas pada objek

atau benda tertentu; preokupasi dengan objek atau benda tertentu; hiper- atau

hiposensitivitas terhadap rangsang indera tertentu; minat yang tidak wajar

terhadap benda atau kegiatan tertentu, misalnya terlalu fokus terhadap satu jenis

mainan tertentu sehingga tidak bisa melepaskan diri dari benda tersebut.

3) Gejala-gejala pada umumnya sudah mulai timbul dalam periode awal

perkembangan (seringkali gejala baru dikenali orangtua pada saat anak berusia

15
sekitar 2 tahun atau saat perkembangan yang diharapkan tidak sesuai dengan

anak seusianya).

4) Gejala di atas menimbulkan hendaya yang bermakna secara klinis dalam aspek

sosial, pekerjaan atau fungsi sehari-hari anak saat ini.

2.7 DIAGNOSA BANDING AUTISME DENGAN GANGGUAN

PERKEMBANGAN PERVASIF LAINNYA 5

1. Sindrom Asperger

Anak yang menderita sindrom Asperger biasanya umur lebih dari 3 tahun dan

memiliki masalah bahasa. Penderita sindrom ini cenderung memiliki intelegensi rata-

rata atau lebih tinggi. Namun seperti halnya gangguan autisme, mereka kesulitan

berinteraksi dan berkomunikasi.

2. Gangguan perkembangan menurun (PDD NOS/Pervasive developmental

disorder not otherwise specified)

Gejala ini disebut juga non tipikal autisme. Penderita memiliki gejala-gejala autisme,

namun berbeda dengan jenis autisme lainnya. IQ penderita ini rendah.

3. Sindrom Rett

Sindrom ini terjadi hanya pada anak perempuan. Mulanya anak tumbuh normal. Pada

usia satu hingga empat tahun, terjadi perubahan pola komunikasi, dengan

pengulangan gerakan tangan dan pergantian gerakan tangan.

4. Gangguan Disintegrasi Anak

16
Pada gejala autisme ini, anak tumbuh normal hingga tahun kedua. Selanjutnya anak

akan kehilangan sebagian atau semua kemampuan komunikasi dan keterampilan

sosialnya. Anak menunjukkan kehilangan keterampilan yang telah dicapai

sebelumnya dalam dua atau lebih bidang berikut : pemakaian bahasa,responsivitas

sosial,bermain,keterampilan motorik, dan pengendalian kandung kemih dan usus.

2.8 TERAPI PADA ANAK AUTISME

1. Terapi Applied Behavioral Analysis (ABA)

Metode Lovas merupakan bentuk dari applied behavioural analysis (ABA).10 Di mana

dasar metode ini adalah dengan menggunakan pendekatan prilaku (behavioral) yang

pada setiap tahap intervensi dini anak pada autisme ditekankan pada kepatuhan,

keterampilan dalam meniru dan membangun kontak mata. Latihan-latihan awal terus

dilakukan hingga mencapai keberhasilan. Jika anak dapat menjalankan itu dengan baik

maka akan diberikan reward atau hadiah yang sesuai bisa saja makanan favoritnya,

senyuman, pujian, mainan atau pelukkan. Jika mereka gagal menerima rangsangan atau

stimulus dari proses terapi tersebut maka para terapi harus mengucapkan dengan tegas

kata “tidak”.

2. Terapi TEACCH

TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication

Handicapped Children) yaitu suatu metode yang dilakukan untuk mendidik anak autis

dengan menggunakan kekuatan relatifnya pada hal terstruktur dan kesenangannya pada

rutinitas dan hal-hal yang dapat diperkirakan dan relatif mampu berhasil pada

17
lingkungan yang visual dibanding yang auditori.1,2 Inti dari program ini adalah agar

anak-anak dapat berkerja dengan tujuan yang jelas dalam komunitasnya. Dengan cara

membuat lingkungan yang teratur dan terstruktur, jadwal kerja yang jelas, membuat

sistem kerja, yang dibantu melalui instruksi-instruksi berbentuk gambar atau simbol.

3. Terapi Wicara

Terapi wicara (speech therapy) merupakan suatu keharusan, karena anak autis

mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa.1,10 Tujuannya adalah untuk

melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik. Hampir semua anak

dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa.

4. Terapi okupasi

Terapi okupasi dilakukan untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan

keterampilan otot pada anak autis dengan kata lain untuk melatih motorik halus anak.

Hampir semua anak autis mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik

halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil

dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan ke

mulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk

melatih mempergunakan otot –otot halusnya dengan benar. Contohnya Floortime.1,10

5. Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu

autis mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang

tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang

18
bagus. Fisioterapi dan terapi integrase sensoris akan sangat banyak menolong untuk

menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.2,10

6. Terapi Bermain

Untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain. Meskipun

terdengarnya aneh, seorang anak autis membutuhkan pertolongan dalam belajar

bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan

interaksi sosial. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan

teknik-teknik tertentu. Terapi bermain ini bertujuan selain untuk bersosialisasi juga

bertujuan untuk terapi perilaku, bermain sesuai aturan.4

7. Terapi Makan

Pengaturan makan merupakan bagian dari terapi biomedikal. Anak dengan autisme

umumnya alergi terhadap makanan. Pengalaman dan perhatian orangtua dalam

mengatur makanan dan mengamati gejala yang timbul akibat makanan tertentu sangat

bermanfaat dalam terapi. a) Diet tanpa gluten dan kasein. b) Diet untuk alergi &

Intoleransi.9

8. Terapi Musik

Untuk melatih auditori anak,menekan emosi,melatih kontak mata dan konsentrasi.

Manfaat terapi musik adalah meningkatkan perkembangan emosisosial anak di mana

saat memulai suatu hubungan, anak autism cenderung secara fisik mengabaikan atau

menolak kontak sosial yang ditawarkan oleh orang lain. Dan terapi musik membantu

menghentikan penarikan diri ini dengan cara membangun hubungan dengan benda,

19
dalam hal ini instrumen musik. Anak-anak ini biasanya sangat menyukai bentuk,

menyentuh dan juga bunyi yang dihasilkan dari alunan musik tersebut. Karena itu,

peralatan musik ini bisa menjadi perantara untuk membangun hubungan antara anak

autisme dengan individu lain.1,5

9. Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang

komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam

ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat

bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka

untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.2,8

10. Terapi Medikamentosa

Terapi bergantung pada gangguan yang terjadi. Ada beberapa gejala yang sebaiknya

dihilangkan dengan pemberian obat-obatan, yaitu saat anak terlalu hiperaktif,

menyakiti diri sendiri dan orang lain (agresif), merusak, dan sulit tidur. Meski begitu,

harus dicamkan, obat bukan untuk menyembuhkan, melainkan untuk menghilangkan

gejala saja. Contohnya, antidepresan untuk mengendalikan gangguan kecemasan,

penghambat pelepasan selektif serotonin (SSRI) untuk menanggani depresi, melatonin

untuk mengatasi gangguan sulit tidur, atau obat anti-psikotik untuk menanggani

perilaku agresif dan membahayakan.9,10

20
BAB 3

KESIMPULAN

Autisme adalah sindrom yang muncul pada diri anak yang diakibatkan oleh

berbagai virus yang bersumber dari makanan, lingkungan dan vaksinasi. Semua itu

terjadi ketika berada dalam kandungan maupun setelah lahir. Sindrom autisme harus

dideteksi sedini mungkin sehingga dapat membantu proses perkembangan perilaku,

komunikasi dan interaksi anak kedepannya. Sindrom autisme pada diri anak dapat

dikurangi melalui jalan terapi yang dini, terpadu, tepat dan intensif. Disini peran orang

tua dan keluarga sangat dibutuhkan dalam menunjang perkembangan anak autisme

selama menjalani proses terapi karena tidak ada kata berhenti dalam mendidik anak

dengan autisme. Pendidikan dan terapi adalah kunci bagi keberhasilan anak dengan

autism kedepan.

SARAN

Saat mengandung para ibu harus lebih menjaga kesehatan dengan berada di

lingkungan yang bersih agar tidak mudah terkena virus dan tidak mudah alergi. Selain

itu juga para ibu juga harus menjaga pola makannya dengan memakan makan yang

sehat dan bergizi. Sebagai orang tua, hendaklah peka dengan tingkah laku anak-anak

sejak usia dini supaya kelainan yang ada pada diri anak-anak dapat di intervensi dengan

secepatnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. YPAC. Buku Pedoman Penanganan dan Pendidikan Autisme YPAC. 2011.

[Dikutip pada tanggal 16 Mei 2017] Diunduh di : http://ypacnasional.org/buku-

pedoman-penangganan-dan-pendidikan-autisme-ypac/.

2. Mujahiddin, S S. Memahami dan Mendidik Anak Autisme Melalui Perspektif

dan Prinsip-prinsip Metode Pekerjaan Sosial. Mataniari Publisher.

Medan.2012.

3. Rahayu, S M. Deteksi dan Intervensi Dini Pada Anak Autis. Jurnal Pendidikan

Anak, Volume III. Edisi I. Juni. 2014.

4. Understanding Autism. [Internet]. WebMD. 2016. [cited 16 May 2017].

Available from: http://www.webmd.com/brain/autism/understanding-autism-

basics

5. What is autism? [Internet]. Autism Society. 2016. [cited 17 May 2017].

Available from: http://www.autism-society.org/what-is/

6. Karakteristik Autisme. [Internet]. Yayasan dan Biro Psikologi EDUfa

Counseling. 2015. [cited 18 May 2017]. Available

from:http://edufacounseling.com/blog/karakteristik-autisme/

7. Autism Spectrum Disorder. [Internet] National Institute of Child Health and

Human Development. 2016. [cited 18 May 2017]. Available from:

https://www.nimh.nih.gov/health/topics/autism-spectrum-disorders-

asd/index.shtml

22
8. Autism. [Internet]. The National Autistic Society. 2016. [cited 16 May 2017].

Available from: http://www.autism.org.uk/about/what-is/asd.aspx

9. Autism Spectrum Disorder. [Internet]. MedlinePlus. National Library of

Medicine. 2016. [cited 18 May 2017]. Available from:

https://medlineplus.gov/autismspectrumdisorder.html

10. Suteja J. Bentuk dan Metode Terapi Terhadap Anak Autisme Akibat Bentukan

Perilaku Sosial. Jurnal Edueksos Vol III. No. 1, Januari-Juni 2014.

23

Anda mungkin juga menyukai