Tiada apa pun lagi di sana selain Allah: Barang siapa yang
mengetahui-Nya, maka ia akan meraih kebahagiaan sejati. Siapapun
yang melupakan-Nya, maka ia akan tertimpa kerugian yang nyata.
Tingkatan para makhluk di jalan makrifat ini bertingkat-tingkat. Di
antara mereka ada yang terpandang, rajin melaksanakan salat, dan
yang mampu bertajali (menangkap penampakan keagungan Allah).
Ada pula seseorang yang terdiam, yang tak diketahui keadaannya.
Allah SWT telah mempersiapkan keberadaan seseorang yang
menyeru kepada keimanan: “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu[QS.
Ali ‘Imran: 193].” Kenalilah Tuhanmu dengan sungguh-sungguh
sebagai tujuan dan maksud dari setiap apa yang kamu ambil dan
kamu undang. Termasuk ke dalam golongan yang istimewa ini adalah
para utusan, para Nabi, orang-orang saleh dan para wali. Golongan
ini tidak memandang apapun selain Allah sehingga nyatalah makna
kalimat syahadat: “Tiada Tuhan selain Allah.”
Iim Abdurohim
1. DARI MANA KITA BERASAL?
Kita ini adalah makhluk tuhan yang disebut manusia, maka
bersyukurah kita semua karena Allah Swt. telah menjadikan kita al
insan (manusia) sebagai makhluk yang paling mulia dan sempurna,
dari sekian milyar makhluk-makhluk-Nya.
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu dari Allah, cahaya dan kitab
yang menerangkan”. (Al- Maaidah, ayat 15)
tanah dan angin dan mereka menjadi ‘roh manusia’. Kemudian daripada
dunia ini Dia ciptakan tubuh yang berdaging, berdarah.
“Maka apabila Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiup padanya roh-
Ku…”. (Surah Shad, ayat 72)
Sampai masanya roh-roh itu terikat dengan badan, dengan darah dan
daging dan lupa kepada asal usul kejadian dan perjanjian mereka. Mereka
lupa tatkala Allah ciptakan mereka pada alam arwah Dia telah bertanya
kepada mereka:
telah menerima perjanjian dari manusia jika Allah adalah Rabb bagi
mereka.
Tidak salah juga kalau orang berkata ruhnya yang tidak ada,
karena ruh adalah nyawa bagi mayat itu. Setelah ruhnya tidak ada
maka mayat (jasad tanpa ruh) itu tidak bernyawa lagi, tidak bernafas
lagi, tidak berdetak lagi jantungnya serta nadinyapun tidak berdenyut
lagi. Apabila ada yang mengatakan akalnya yang tidak ada, maka ini
juga betul karena setelah meninggalnya seseorang maka mayat
(jasad tanpa akal) tersebut tidak akan berfikir lagi dan tidak akan
faham lagi dengan ilmu-ilmu yang dulu pernah dipelajarinya selagi
hidup.
Terakhir jika dikatakan yang tidak ada itu nafsunya, maka ini
pun betul. Karena nafsu itu adalah unsur dalam jiwa orang yang
masih hidup yang memiliki keinginan-keinginan baik maupun buruk.
Dengan demikian setelah menjadi mayat maka tidak ada lagi pada
mayat (jasad tanpa nafsu) itu nafsunya sehingga dia tidak memiliki
keinginan apapun.