Anda di halaman 1dari 29

ABSTRAK

Kinetika adsorpsi adalah suatu proses penyerapan pada permukaan zat padat karena adanya
gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mempelajari kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat dalam larutan. Energi potensial
permukaan dan molekul turun dengan mendekatnya molekul ke permukaan. Molekul yang
teradsorpsi dapat dianggap membentuk fase dua dimensi. Dalam fase dua dimensi molekul dapat
mempertahankan dua derajat kebebasan.
Percobaan ini dilakukan dengan membuat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,5 N dan
1 N, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan volume 25 mL dan ditambahkan karbon
aktif sebanyak 3 gram. Lalu diaduk dan ditutup dengan plastik serta didiamkan dengan variasi
waktu 10, 30, 50 dan 70 menit. Setelah itu larutan disaring dan diambil filtratnya, ditetesi indikator
pp dan dititrasi dengan larutan natrium hidroksida 0,5 N hingga terjadi perubahan warna.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, kinetika adsorpsi asam asetat 0,5 N dengan 3 gram
menggunakan adsorben karbon aktif menggunakan kinetika adsorpsi orde III, karena nilai R2 yang
paling mendekati 1 terdapat pada orde III yaitu sebesar 0,9846 N melalui persamaan garis y =
0.0267x + 4,7523 didapat nilai k sebesar 0,0267 min-1. Dan kinetika adsorpsi asam asetat 1 N
dengan 3 gram menggunakan adsorben karbon aktif menggunakan kinetika adsorpsi orde I, karena
nilai R2 yang paling mendekati 1 terdapat pada orde I yaitu sebesar 0,9626 N melalui persamaan
garis y = 0.0013x + 0,0971 didapat nilai k sebesar 0,0013 N-2 min-1.

Kata kunci: karbon aktif, kinetika adsorpsi, natrium hidroksida, orde, titrasi.

VI-i
PERCOBAAN VI
KINETIKA ADSORBSI

6.1 PENDAHULUAN

6.1.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari kinetika adsorbsi karbon
aktif terhadap asam asetat dalam larutan.

6.1.2 LATAR BELAKANG


Adsorbsi digunakan untuk menyatakan bahwa ada zat lain yang terserap
pada zat itu. Besar kecil adsorbsi dapat dipengaruhi oleh macam adsorben, macam
zat yang diadsorbsi, konsentrasi adsorben, luas permukaan, termperatur dan
tekananan yang diadsorbsi. Adsorbsi terbagi menjadi dua jenis yaitu fisika dan
kimia.
Prinsip kerja dari percobaan kinetika adsorbsi yaitu penyerapan oleh
adsorben dengan konsentrasi adsorben dan waktu adsorbsi tertentu. Percobaan ini
menggunakan asam asetat dan karbon aktif sebagai adsorben. Proses penyerapan
menggunakan asam asetat 0,5 N dan 1 N dengan variasi waktu 10, 30, 50 dan 70
menit. Titrasi CH3COOH dengan NaOH 0,5 N akan mencapai ekivalen ketika
jumlah mol CH3COOH tepat habis bereaksi dengan jumlah mol NaOH.
Aplikasi adsorbsi dalam industri yaitu penggunaan zat adsorben untuk
menyerap uranium dan unsur-unsur transuranium. Contoh penyerapannya seperti
Pb dan Am pada industri pengolahan limbah radioaktif cair serta untuk
mendapatkan kembali uranium dari laut. Percobaan ini penting dilakukan karena
memberikan manfaat untuk memahami prinsip kerja kinetika adsorbsi dan
diaplikasikan dalam dunia industri oleh praktikan kedepannya.

VI-1
VI-2

6.2 DASAR TEORI


Beberapa jumlah arang di dalam kehidupan yang dapat menyerap
sejumlah tertentu gas atau menyerap zat-zat warna dari larutan. Peristiwa
penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain semacam ini, disebut adsorbsi. Zat
yang diserap disebut fase terserap sedang zat yang menyerap disebut fase
adsorben. Kecuali zat padat, adsorben dapat pula berupa zat cair. Karena itu
adsorbsi dapat terjadi antara : zat padat dan zat cair, zat padat dan gas, zat cair dan
zat cair atau gas dan zat cair. Peristiwa adsorbsi ini disebabkan oleh gaya tarik
molekul-molekul di permukaan adsorben. Adsorbsi berbeda dengan absorbsi,
karena pada absorbsi zat yang diserap masuk ke dalam absorben, misalnya
absorbsi air oleh sponge atau uap air oleh CaCl2 anhydrous (Sukardjo,1984).
Gaya Van Der Waals terdapat pada permukaan pertikel yang belum
berimbang atau bahkan gaya valensi yang dapat menarik dan mengikat atom-atom
(atau molekul-molekul dan ion-ion) dari zat asing. Adhesi zat-zat teradsorbsi
terikat dengan kuat dalam lapisan. Lapisan yang biasanya tebalnya tak melebihi
dari satu atau dua molekul (atau ion). Banyaknya zat asing yang dapat diadsorbsi
bergantung pada luasnya permukaan yang tersingkap. Meskipun adsorobsi
merupakan gejala umum dari zat padat, adsorbsi ini teristimewa efisiensinya
dengan materi koloid yang disebabkan oleh besarnya luas permukaan itu (Keenan,
1999).
Adsorpsi ada dua jenis yaitu adsorpsi disebabkan oleh gaya Van Der
Waals yang ada pada permukaan adsorben. Panas adsorpsi fisika biasanya rendah
dan lapisan yang terjadi pada permukaan adsorben biasanya lebih dari satu
molekul. Pada adsorpsi kimia, terjadi reaksi antara zat yang diserap dan adsorben.
Lapisan molekul pada permukaan adsorben hanya satu lapis panas adsorpsinya
tinggi. Dalam hal-hal tertentu, gas diserap dalam keadaan utuh pada permukaan
adsorben. Dalam keadaan lain, seperti hidrogen pada permukaan Pt hitam,
molekulya terpecah menjadi atom-atom. Akibat dari hal ini ialah hidrogen
menjadi aktif sekali, karena itu Pt selalu dipakai sebagai katalisator untuk reaksi-
reaksi dengan hidrogen. Adsorpsi gas oleh zat padat digunakan pada masker. Alat
VI-3

ini berisi arang halus, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan,
misalnya gas racun (Sukardjo, 1984).
Adsorpsi gas oleh zat padat ditandai oleh kenyataan-kenyataan sebagai
berikut (Sukardjo, 1984) :
a. Adsorpsi bersifat selektif, artinya suatu adsorben dapat menyerap banyak
sekali suatu gas, tetapi tidak menyerap gas-gas tertentu.
b. Adsorpsi terjadi sangat cepat, hanya kecepatan adsorpsi makin berkurang
dengan makin banyaknya gas yang diserap.
c. Jumlah diserap tergantung temperatur, makin jauh jarak antara temperatur
penyerapan dari tenperatur kritis, makin sedikit jumlah gas yang diserap.
d. Adsorpsi tergantung dari luas permukaan adsorben, makin porous adsorben
makin besar daya adsorpsinya.
e. Adsorpsi tergantung jenis adsorben dan pembuatan adsorben arang dari satu
bahan yang dibuat dengan berbagai cara, mempunyai daya serap berbeda pula.
f. Jumlah gas yang diadsorpsi persatuan berat adsorben, tergantung tekanan
parsial gas, makin besar tekanan makin banyak gas yang diserap. Namun
demikian, bila penyerapan telah jenuh, tekanan tidak berpengaruh.
g. Adsorpsi merupakan proses reversible. Bila tidak terjadi reaksi kimia,
penambahan tekanan menyebabkan penambahan adsorpsi dan pengurangan
tekanan menyebabakan pelepasan yang diserap.
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah
sebagai berikut (Syauqiah. dkk, 2011) :
1. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka semakin banyak zat yang
teradsorbsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan
jumlah dari adsorben.
2. Jenis Adsorbat
Peningkatan polaribilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorbsi
molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki
kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibandingkan molekul yang
tidak dapat membentuk dipol (non polar). Peningkatan berat molekul adsorbat
VI-4

dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi. Adsorbat dengan rantai yang


bercabang biasanya lebih mudah diadsorbsi dibandingkan rantai lurus.
3. Struktur Molekul Adsorbat
Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangi kemampuan penyisihan
sedangkan nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan.
4. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak
jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben.
5. Temperatur
Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap
adsorben terhadap adsorbat menyebakan pori-pori adsorben lebih terbuka
pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga
kemampuan penyerapannya menurun.
6. pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada
biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.
7. Kecepatan pengadukan
Menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan
terlalu lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila
pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak,
sehingga proses adsorpsi kurang optimal.
8. Waktu Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum
terjadi pada waktu kesetimbangan.
9. Waktu Kesetimbangan dipengaruhi oleh :
• Tipe biomassa (jumlah dan jenis ruang pengikatan).
• Ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif),
• Ion yang terlibat dalam sistem biosorpsi.
• Konsentrasi ion logam.
10. Porositas adsorben juga mempengaruhi daya adsorbsi dari suatu adsorben.
Adsorben dengan porositas yanng besar mempunyai kemampuan menyerap
VI-5

yang lebih tinggi dibandingkan dengan adsorben yang memiliki porositas


kecil. Untuk meningkatkan porositas dapat dilakukan dengan mengaktivasi
secara fisika seperti mengalirkan uap air panas ke dalam pori-pori adsorben
atau mengaktivasi secara kimia.
Arang merupakan bentuk berpori dari karbon yang dihasilkan melalui
penyulingan memusnah (destruktif) bahan organik. Arang dari kayu digunakan
sebagai bahan bakar. Semua bentuk arang selalu berpori dan digunakan untuk
menyerap gas dan memurnikan serta menjernihkan cairan. Ada beberapa jenis
arang, bergantung pada sumbernya. Arang dari tempurung kelapa terutama baik
untuk penyerapan gas. Arang tulang dibuat dengan memanaskan tulang dan
melarutkan kalsium fosfat serta garam mineral lainnya dengan asam. Arang tulang
digunakan dalam pemurnian gula. Arang aktif ialah arang yang telah diaktifkan
untuk penyerapan, diolah memberi uap atau memanaskannya dalam vakum
(Daintith, 1997).
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan padatan lembab dan cair bening
yang berwarna putih. NaOH larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam
eter. Hidratnya mengandung 7,5,4,3,5,3,2 dan 1 molekul air. Natrium hidroksida
dahulu dibuat melalui pengolahan natrium karbonat dengan kapur tetapi sumber
utamanya sekarang ialah melalui elektrolisis air asin dalam sel merkuri , atau
dengan berbagai sel diafragma. Produk utama yang diharapkan dari sel-sel
tersebut ialah gas klorin (untuk digunakan dalam plastik) dan natrium hidroksida
dapat dikatakan sebagai hasil samping. NaOH sangat basa dan banyak digunakan
dalam industri kimia, terutama untuk membuat sabun dan kertas. Natrium
hidroksida juga digunakan untuk menyerap gas yang bersifat asam, seperti karbon
dioksida dan sulfur dioksida, dan dimanfaatkan dalam pengolahan efluen serta
penyingkiran logam berat (sebagai hidroksida) dan untuk menetralkan keasaman.
Larutan NaOH sangat korosif terhadap jaringan tubuh dan terutama
membahayakan mata (Daintith, 1997).
Natrium hidroksida mempunyai sifat fisik dan kimia yaitu sebagai berikut
(Sciencelab, 2013):
Bentuk fisik : padat
VI-6

Bau : tidak berbau


Rasa : tidak berasa
Warna : putih
Titik didih : 1388 ̊C
Titik leleh : 323 ̊C
Kelarutan : mudah larut dalam air dingin
Asam asetat mempunyai sifat fisik dan kimia yaitu sebagai berikut:
Bentuk fisik : cair
Bau : berbau tajam
Rasa : seperti cuka asam
Warna : bening
Titik didih : 118,1 ̊C
Titik leleh : 16,6 ̊C
Kelarutan : larut dalam air panas dan dingin, eter, aseton, benzen
Indikator fenolftalein lebih dikenal denagn nama indikator pp. Indikator
ini berwujud cairan yang bening atau tidak berwarna. Indikator pp jika diteteskan
ke dalam larutan asam tidak akan menghasilkan perubahan warna (larutan tetap
jernih). Sebaliknya, jika indikator pp diteteskan ke dalam larutan basa, maka
larutan akan berubah warna menjadi merah muda (Fajar Crys P, 2008).
Asam asetat atau lebih dikenal dengan nama asam cuka adalah golongan
asam kerboksilat yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Asam asetat
murni dikenal dengan nama asam asetat glasial yang memiliki titik leleh 16,6 ℃.
Dalam kehidupan sehari-hari, asam cuka digunakan sebagai pemberi rasa pada
makanan. Di dalam industri makanan, asam cuka digunakan untuk menurunkan
pH. Asam cuka juga bberfungsi sebagai zat pengawet yang di dalam industri asam
asetat bisa digunakan pada pembuatan serat selulosa asetat, plastik, zat warna,
obat-obatan, dan lain-lain (Sutresna, 2007).
Arang merupakan adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap
zat-zat dalam larutan. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghasilkan zat-zat
warna dalam larutan. Penyerapan zat dari larutan, mirip dengan penyerapan gas
oleh zat padat. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau
VI-7

pelarut. Bila dalam larutan ada dua zat atau lebih, zat yang satu akan diserap lebih
kuat dari yang lain. Zat-zat yang dapat menurunkan tegangan muka antara, lebih
kuat diserap. Makin kompleks zat yang terlarut, makin kuat diserap oleh adsorben.
Makin tinggi temperatur, makin kecil daya serap, namun demikian pengaruh
temperatur tidak sebesar seperti pada adsorpsi gas (Sukardjo, 1984).
Analisis kinetika adsorbsi terbagi atas tiga bagian orde satu, orde dua dan
orde tiga. Peristiwa kinetika adsorbsi dapat dipelajari hubungan konsentrasi
spesialis terhadap perubahan waktu. Kinetika adsorbsi karbon aktif terhadap
asam asetat dapat ditentukan dengan mengukur perubahan konsentrasi asam asetat
sebagai fungsi waktu dan menganalisisnya dengan analisis hanya konstanta
kesetimbangan adsorbsi atau dengan grafik. Ketiga analisis kinetika adsorbsi
tersebut adalah (Dogra. S, 1990) :
1. Orde Satu
Reaksi-reaksi orde I adalah reaksi-reaksi yang laju berbanding lengsung
dengan konsentrasi reaktan, yaitu :

−𝑑[𝐶]
= 𝐾[𝐶 . . . (6.1)
𝑑𝑡

Yang pada integrasi memberikan

ln [C] = ln [C]0 – Kt . . . (6.2)


[C] = [C]0 e-kt . . . (6.3)

atau

1 [𝐶]𝑜
k = 𝑡 ln . . . (6.4)
[𝐶]

−𝑑[𝐶]
keterangan : = kecepatan adsorpsi
𝑑𝑡

k = konstanta laju reaksi (s-1)


[C] = konsentrasi larutan (N)
VI-8

t = waktu (s)
[C] = konsentrasi reaktan t=0 (N)
E = bilangan pokok logaritma natural (ln)

2. Orde dua
Dalam reaksi orde II, laju berbanding langsung dengan kuadrat konsentrasi
dari suatu reaktan atau dengan hasil kali konsentrasi yang meningkat sampai
pangkat satu atau dua dari reaktan-reaktan tersebut.

1 1
= [𝐶]0 + 𝑘𝑡 . . . (6.5)
𝐶

Keterangan : [C] = konsentrasi larutan (N)


[C]0 = konsentrasi awal t = 0 (N)
k = konstanta laju reaksi (s-1N-1)
t = waktu (s)
3. Orde tiga

1 1
− = 𝑘𝑡 ...(6.6)
2[𝑅]2 2[𝑅]20

Atau

1 1 1
𝑘= [[𝐶]2 − [𝐶]2 ] ...(6.7)
2𝑡 0

Keterangan : [C] = konsentrasi larutan (N)


[C] = konsentrasi awal t=0 (N)
t = waktu (s)
k = konstanta laju reaksi ( N-2s-1)
6.3 METODOLOGI PERCOBAAN
6.3.1 Alat dan Rangkaian Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret 50 mL,
erlenmeyer 250 mL, gelas arloji, gelas ukur 10 mL, corong, statif dan klem, sudip,
pipet tetes, pipet gondok 25 mL, propipet, pipet gondok 10 mL, neraca analitik,
gelas beker 100 mL dan stopwatch.

Rangkaian Alat :

Keterangan:
2
1. Statif dan klem
2. Buret

5 3. Pembungkus plastik
1 4. Karbon aktif
5. NaOH 0,5 N
6. CH3COOH 1 N
7 3 7. Erlenmeyer
6
4

Gambar 6. 1 Rangkaian Alat Titrasi

6.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades,
CH3COOH 0,5 N, CH3COOH 1 N, indikator fhenolftalein (pp), karbon aktif,
NaOH 0,5 N, kertas saring, karet gelang dan pembungkus plastik.

6.3.3 Prosedur Kerja


6.3.3.1 Larutan Blanko
Erlenmeyer diambil, larutan CH3COOH 0,5 N diambil sebanyak 10 mL
lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok.

VI-9
VI-10

Setelah itu, ditambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes. Lalu dititrasi dengan


NaOH 0,5 N dari bening sampai berubah warna menjadi merah muda. Dicatat
volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi. Lakukan langkah yang sama untuk
larutan CH3COOH 1 N

6.3.3.2 Adsorbsi CH3COOH 0,5 N dan 1 N dengan Karbon Aktif


Erlenmeyer disiapkan sebanyak 8 buah, CH3COOH 1 N dimasukkan ke
dalam 4 erlenmeyer masing-masing 25 mL dan CH3COOH 0,5 N dimasukkan ke
dalam erlemmeyer masing-masing 25 mL. Kemudian karbon aktif ditimbang
sebanyak 3 gram, masing-masing dimasukkan ke dalam 8 buah erlenmeyer dan
ditutup dengan plastik pembungkus. Erlenmeyer dikocok selama 1 menit dan
didiamkan selama 10, 30, 50 dan 70 menit. Setelah itu, larutan disaring dan diukur
volume filtratnya sebanyak 10 mL. Larutan ditambahkan 3 tetes indikator pp.
Kemudian dititrasi dengan NaOH 0.5 N. Volume NaOH yang diperlukan untuk
titrasi dicatat.
.
VI-11

6.3.4 Diagram Alir


6.3.4.1 Larutan Blanko
CH3COOH 1 N

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 mL

lndikator pp

- Diteteskan sebanyak 3 tetes

Larutan Blanko

- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N sampai berubah


warna menjadi merah muda
- Dicatat volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi
- Diaduk selama 1 menit
Hasil
- Ditutup dengan plastik pembungkus dan didiamkan selama
20, 40, 60 dan 80 menit
Gambar 6.2 Diagram Alir Larutan Blanko
VI-12

6.3.4 Diagram Alir


6.3.4.2 Adsorpsi CH3COOH 1N dan 0,5N dengan Karbon Aktif

CH3COOH 0,5 N dan 1N

- Diisi sebanyak 25 mL masing-masing ke dalam erlenmeyer


sebanyak 4 buah (total 8 erlenmeyer)

Karbon aktif

- Ditimbang sebanyak 3 gram (dilakukan 8 kali)


- Dimasukkan setiap 3 gram karbon aktif ke dalam 8
- Diisi
buahmasing-masing
erlenmeyer 20 mL ke dalam erlenmeyer
- sebanyak4 buah plastik pembungkus dan dikocok
Ditutup dengan
selama 1 menit
- Didiamkan selama 10, 30, 50 dan 70 menit
- Disaring
Filtrat

- Diambil Filtratnya sebanyak 10 mL


- Ditambahkan 3 tetes indikator pp
- Dititrasi dengan larutan NaOH 0.5 N
- Dicatat volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi

Hasil

Gambar 6.3 Diagram Alir Kinetika Adsorpsi


6.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
6.4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Titrasi CH3COOH Blanko
No. Konsentrasi CH3COOH (N) Vlarutan (mL) Vtitrasi NaoH (mL)

1. 0,5 N 10 11
2. 1 10 20,6

Tabel 6.2 Hasil Titrasi Filtrat CH3COOH 0,5 N dan 3 gram Karbon Aktif setelah
Adsorpsi
No. Waktu Adsorbsi (menit) Vfiltrat (mL) Vtitrasi (mL)
1. 10 10 9
2. 30 10 8,4
3. 50 10 8,1
4. 70 10 7,8

Tabel 6.3 Hasil Titrasi Filtrat CH3COOH 1 N dan 3 gram Karbon Aktif setelah
Adsorpsi
No. Waktu Adsorbsi (menit) Vfiltrat (mL) Vtitrasi (mL)
1. 10 10 18,4
2. 30 10 18
3. 50 10 17,7
4. 70 10 17

VI-13
VI-14

6.4.2 Hasil Perhitungan


Tabel 6.4 Hasil Perhitungan CH3COOH 0,5 N dengan 3 gram Karbon Aktif
t Cfiltrat ln Co/C
No Co (N) Cterserap (N) 1/ (N) 1/C2 (N)
C
(menit) (N) (N)
1. 10 0,55 0,45 0,1 0,2007 2,2222 4,9382
2. 30 0,55 0,42 0,13 0,2697 2,3809 5,6689
3. 50 0,55 0,405 0,145 0,3060 2,4691 6,0966
4. 70 0,55 0,39 0,16 0,3438 2.5641 6,5746
R2 0,9729 0,9792 0,9846
K 0,0023 0,0056 0,0267

Tabel 6.5 Hasil Perhitungan CH3COOH 1 N dengan 3 gram Karbon Aktif


t Cfiltrat ln Co/C
No Co (N) Cterserap (N) 1/ (N) 1/C2 (N)
C
(menit) (N) (N)
1. 10 1,03 0,92 0,11 0,1129 1,0869 1,1815
2. 30 1,03 0,90 0,13 0,1349 1,111 1,2346
3. 50 1,03 0,885 0,145 0,1517 1,1299 1,2767
4. 70 1,03 0,85 0,18 0,1921 1,1764 1,3841
R2 0,9626 0,9583 0,9538
K 0,0013 0,0014 0,0033

6.4.3 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari kinetika adsorbsi karbon
aktif terhadap larutan asam asetat. Adsorben (zat yang mengadsorbsi) yang
digunakan adalah karbon aktif dengan massa 3 gram, sedangkan adsorbat (zat
yang teradsorbsi) yang digunakan adalah asam asetat deengan konsentrasi 0,5 N
dan 1 N. Dalam hal ini asam asetat sebagai zat terlarut yang akan diadsorbsi oleh
permukaan karbon aktif (norit). Adsorbsi yang terjadi termasuk adsorbs fisik, di
mana ikatan yang terjadi antara adsorben dan adsorbatnya adalah ikatan Van der
Waals karena gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan adsorben lebih
VI-15

besar dibandingkan antara zat terlarut dengan pelarutnya. Adsorbsi karbon aktif
terhadap asam asetat terjadi karena pengaruh gaya adhesi adsorben lebih besar
daripada gaya kohesi.
Variasi konsentrasi CH3COOH 0,5 N dan 1 N bertujuan sebagai data
pembanding dari pengaruh konsentrasi adsorbat dalam proses adsorbsi. Adapun
tujuan penambahan karbon aktif sebesar 3 gram untuk menyerap asam asetat
dalam larutan. Kemuadian larutan ditutup dengan plastic untuk menghindari
penguapan CH3COOH karena larutan CH3COOH bersifat volatil. Lalu larutan
dikocok selama 1 menit untuk membuka pori-pori dari karbon aktif agar
membesar dan mengaktifkan karbon aktif sehingga proses adsorbs optimal.
Larutan yang telah dikocok didiamkan dengan selang waktu 10, 30, 50
dan 70 menit. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh waktu kontak dengan
banyaknya konsentrasi filtrat yang terserap. Semakin lama waktu pendiaman
maka jumlah zat yang terserap juga semakin banyak (Syauqiah, 2011). Setelah itu,
larutan disaring dan filtrat yang didapat ditetesi indikator PP. Indikator PP
digunakan sebagai penanda tercapainya titik ekivalen dan menjadikan larutan
bersifat basa karena indikator PP memiliki rage pH sekitar 8,2 – 10 (Monk, 2004).
Titik ekivalen terjadi saat larutan CH3COOH berubah warna dari bening menjadi
merah muda. Hal ini berarti larutan CH3COOH tepat habis bereaksi dengan
NaOH. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa (aq) + H2O(l) . . . (6.8 )

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dibuat grafik hubungan antara C


filtrat dengan waktu pada larutan CH3COOH dengan konsentrasi 0,5 N dan 3
gram karbon aktif yaitu sebagai berikut:
VI-16

0.6

0.5

0.4
C Filtrat (N)

0.3

0.2

0.1

0
0 10 20 30 40 50 60 70

Waktu (menit)

Gambar 6.4 Grafik Hubungan Antara t (menit) dan Cfiltrat

Berdasarkan Gambar 6.4 diketahui bahwa semakin lama waktu kompak maka
konsentrasi Cfiltrat semakin turun dan menyebabkan semakin banyak zat yang
terserap. Nilai Cfiltrat dengan waktu 10, 30, 50 dan 70 menit secara berturut-turut
adalah 0,45 N; 0,42 N; 0,405 N dan 0,39 N. Sedangkan Cterserap paling tinggi yaitu
0,16 N pada t = 70 menit.
Berdasarkan hasil perhitungan, hubungan antara Cfiltrat dengan waktu
pada asam asetat dengan konsentrasi 1 N dan massa karbon aktif sebanyak 3 gram
yaitu sebagai berikut:

1.2

0.8
C Filtrat (N)

0.6

0.4

0.2

0
0 10 20 30 40 50 60 70

Waktu (menit)

Gambar 6.5 Grafik Hubungan t (menit) dengan Cfilttrat (N) CH3COOH 1 N dan
Karbon Aktif 3 gram.
VI-17

Berdasarkan Gambar 6.5 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu kontak maka
Cfiltrat akan semakin turun dan menyebabkan semakin banyak zat yang terserap.
Nilai Cfiltrat dengan waktu 10, 30, 50 dan 70 menit secara berturut-turut adalah
0,92 N; 0,90 N; 0,885 N dan 0,85 N. Sedangkan Cterserap paling tinggi yaitu 0,18 N
pada t = 70 menit.
Berdasarkan Gambar 6.4 dan 6.5 dapat dilihat bahwa semakin lama
waktu kontak maka semakin kecil Cfiltrat dan semakin besar konsentrasi yang
terserap. Hal ini disebabkan kerja karbon aktif sebagai adsorben semakin besar
untuk menyerap CH3OOH jika keduanya dicampur dalam waktu yang lama,
sehingga memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul asam asetat
berlangsung lebih baik dan adsorbs lebih maksimal (Sukardjo, 1984). Pada
percobaan ini, Cterserap paling banyak ada pada menit ke 70 yaitu 0,16 N untuk
asam asetat 0,5 N dan 3 gram karbon aktif. Sedangkan untuk 1 N CH3COOH dan
3 gram karbon aktif paling banyak ada pada menit ke 70 yaitu 0,18 N. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi adsorbat maka semakin banyak
adsorbat yang terserap karena substansi permukaan adsorben yang terserap juga
semakin banyak (Spheight, 2002).
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dibuat grafik hubungan antara
waktu dan perubahan konsentrasi dari hasil perhitungan ln Co/C, 1/C dan 1/C 2
pada asam asetat 0,5 N dengan 3 gram karbon aktif sebagai berikut:

0.4
0.35
0.3
0.25
ln (Co/C) (N)

0.2
0.15 y = 0.0023x + 0.1869
R² = 0.9729
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70

Waktu (menit)

𝐶0
Gambar 6.6 Grafik Hubungan antara t (menit) dan ln (N).
𝐶𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡
VI-18

Berdasarkan Gambar 6.6 diperolen nilai K sebesar 0,0025 m-1dan nilai R2 sebesar
0,9729. Nilai ln Co/C pada waktu 10, 30, 50 dan 70 menit berturut-turut adalah
0,2007 N; 0,2697 N; 0,3060 N dan 0,3438 N.

2.6
2.55
2.5
2.45
1/C (N)

2.4
2.35
2.3 y = 0,0056x + 2,1863
R² = 0,9792
2.25
2.2
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

1
Gambar 6.7 Grafik Hubungan t (menit) dan (N)
𝐶

Berdasarkan Gambar 6.7 dapat dilihat bahwa dalam percobaan didapatkan nilai K
sebesar 0,0056 N-1m-1 dan nilai R2 sebesar 0,9792. Nilai 1/C dengan waktu 10, 30,
50 dan 70 menit berturut-turut adalah 2,2222 N; 2,3809 N; 2,4691 N dan 2,5641
N.

7
6
5
4
1/C^2 (N)

y = 0.0267x + 4.7523
3 R² = 0.9846
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

1
Gambar 6.8 Grafik Hubungan antara t (menit) dengan .
𝐶2
VI-19

Berdasarkan Gambar 6.8 dapat dilihat bahwa didapatkan nilai K sebesar 0,0267
N-2m-1 dan R2 sebesar 0,9846. Nilai dari 1/C2 dengan waktu 10, 30, 50 dan 70
menit berturut-turut adalah 4,9382 N; 5,6689 N; 6,0966 N Dan 6,8746 N.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dibuat grafik hubungan antara
waktu dan perubahan konsentrasi dari hasil perhitungan ln Co/C, 1/C dan 1/C 2
pada asam asetat 1 N dengan 3 gram karbon aktif sebagai berikut:

0.25

0.2

0.15
ln (Co/C) (N)

0.1
y = 0,0013x + 0,0971
R² = 0,9626
0.05

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

𝐶0
Gambar 6.9 Grafik Hubungan antara t (menit) dan ln (N)
𝐶𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡

Berdasarkan Gambar 6.9 diperoleh nilai K sebesar 0,0018 m-1 dan R2 sebesar
0,9626. Nilai ln Co/C pada waktu 10, 30, 50 dan 70 menit berturut-turut adalah
0,1129 N; 0,1349 N; 0,1517 N dan 0,1921 N.
VI-20

1.2
1.18
1.16
1.14
1/C (N)

1.12
y = 0,0014x + 1,0686
1.1 R² = 0,9583
1.08
1.06
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

1
Gambar 6.10 Grafik Hubungan antara t (menit) dan (N)
𝐶

Berdasarkan Gambar 6.10 dapat dilihat pada percobaan ini diperoleh nilai K
sebesar 0,0014 N-1m-1 dan R2 sebesar 0,9583. Nilai dari 1/C dengan waktu 10, 30,
50 dan 70 menit berturut-turut adalah 1,0869 N; 1,1111 N; 1,1299 N dan 1,1764
N.

1.4

1.35

1.3
1/C^2 (N)

1.25
y = 0,0033x + 1,1392
R² = 0,9538
1.2

1.15
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

1
Gambar 6.11 Grafik Hubungan antara t (menit) dan (N).
𝐶2
VI-21

Berdasarkan Gambar 6.11, diperoleh nilai K sebesar 0,0033 N-2m-1 dan nilai R2
sebesar 0,9538. Nilai dari 1/C2 dengan waktu 10, 30, 50 dan 70 menit secara
berturut-turut adalah 1,1815 N; 1,2346 N; 1,2767 N dan 1,3841 N.

Adapun orde reaksi dari adsorbsi CH3COOH 0,5 N dengan 3 gram


karbon aktif merupakan orde tiga, dilihat dari nilai R2 nya sebesar 0,9846 dan
nilai K sebesar 0,0267 N-2m-1. Sedangkan pada adsorbsi CH3COOH 1 N dengan 3
gram karbon aktif merupakan reaksi orde satu, dilihat dari nilai R2 nya sebesar
0,9626 dan nilai K sebesar 0,0013 m-1. Penentuan jenis orde reaksi dapat
ditentukan dari nilai R2 yang mendekati 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika adsorbsi antara lain waktu
kontak, konsentrasi adsorbat dan pengocokan. Semakin lama waktu kontak maka
zat yang terserap semakin banyak, di mana dalam percobaan ini dipakai selang
waktu 10, 30, 50 dan 70 menit. Percobaan ini menggunakan variasi konsentrasi
adsorbat asam asetat 0,5 N dan 1 N. Menurut Spheight (2002), bahwa konsentrasi
adsorbat semakin besar maka semakin banyak konsentrasi adsorbat yang terserap.
Pengocokan CH3COOH dan karbon aktif dilakukan agar larutan menjadi
homogen dan untuk mengaktifkan karbon aktif, sehingga terjadi interaksi atau
kontak adsorben dan adsorbat.
6.5 PENUTUP
6.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah adsorpsi yang terjadi
antara karbon aktif dengan asam asetat adalah adsorbsi fisik. Orde reaksi pada
reaksi pada proses adsorbsi asam asetat 0,5 N dengan karbon aktif 3 gram adalah
orde III dengan nilai R2 sebesar 0,9846 dan nilai k sebesar 0,0267 menit-1 dan
pada proses adsorbsi asam asetat 1 N dengan karbon aktif 3 gram adalah orde I
dengan nilai R2 sebesar 0, 9625 dan nilai k sebesar 0,0013 N-2menit-1. Masing-
masing konsentrasi terserap maksimal asam asetat 0,5 N dan 1 N dengan karbon
aktif 3 gram berturut-turut yaitu 0,16 N dan 0,18 N. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi adsorbsi adalah waktu kontak, luas permukaan, jenis adsorbat,
konsentrasi adsorbat, pH dan ukuran molekul adsorbat.

6.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari percobaan ini adalah agar menggunakan
bahan lain untuk adsorben. Seperti zeolite atau alumina aktif. Sehingga dapat
dilihat perbedaan hasil antara percobaan sebelumnya dan selanjutnya.

VI-22
DAFTAR PUSTAKA

Dainth, John. 1997. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta. Erlangga.

Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta. Universitas Indonesia.

Fajar, Crys Partana. 2008. Kimia 1, SMP Kelas VII. Bogor. Quadra.

Keenan, C. W. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta. Erlangga.

Monk, Paul. M. 2004. Physical Chemistry: Understanding Our Chemical World.


West Sussex. John Wiley & Sons Ltd.

Sciencelab.com.inc. 2013. MSDS For Acetid Acid.


http://www.sciencelab.com
Diakses tanggal 21 April 2018.

Sciencelab.com.inc. 2013. MSDS For Sodium Hydroxide.


http://www.sciencelab.com
Diakses tanggal 21 April 2018.

Speight, James. 2002. Chemial Process and Design. New York Handbook Hill
Company.

Sukardjo. 1984. Kimia Anorganik. Yogyakarta. Bina Aksara.

Syauqiah, dkk. 2011. Analisis Variasi Waktu dan Kecepatan Pengaduk Pada

Percobaan Adsorpsi Limbah Logam Berat dengan Arang

Aktif. Banjarbaru. Universitas Lambung Mangkurat.

DP-VI-1
LAMPIRAN PERHITUNGAN

A. Perhitungan CH3COOH 0,5 N dan 1 N untuk Blanko


a) Asam asetat 0,5 N
Diketahui :V CH3COOH = 10 ml
V NaOH = 11 mL
N NaOH = 0,5 N
Ditanya : Co Blanko ?
Jawab : Co Blanko = V NaOH x N NaOH
V Blanko CH3COOH
= 11 mL x 0,5 N
10 mL
= 0,55 mL
b) Asam asetat 1 N
Diketahui :V CH3COOH = 10 ml
V NaOH = 20,6 mL
N NaOH =1N
Ditanya : Co Blanko ?
Jawab : Co Blanko = V NaOH x N NaOH
V Blanko CH3COOH
= 20,6 mL x 0,5 N
10 mL
= 1,03 mL

B. Perhitungan Konsentrasi Setelah Adsorbsi pada tn


1. Larutan CH3COOH 0,5 N dan karbon aktif 3 gram
a. Pada t = 10 menit
Diketahui : V CH3COOH = 10 mL
V NaOH = 9 mL
N NaOH = 0,5 N

LP.VI-1
LP.VI-2

Co Blanko = 0,55 N
Ditanya : Cfiltrat, Cterserap, Orde 1, Orde 2, dan Orde 3 ?
Jawab : Cfiltrat = V NaOH x N NaOH
V CH3COOH
= 9 mL x 0,5 mL
10 mL
= 0, 45 N
Cterserap = Co – Cfilttrat = 0,55 – 0,45 = 0,1 N
Orde 1 = ln Co/ Cfilttrat = ln (0,55/0,45) = 0,2007
Orde 2 = 1/ Cfilttrat = 1/ 0,45 = 2,222
Orde 3 = 1/ Cfilttrat2 = 1/(0,45)2 = 4,9382

b. Pada t = 30 menit
Diketahui : V CH3COOH = 10 mL
V NaOH = 8,4 mL
N NaOH = 0,5 N
Co Blanko = 0,55 N
Ditanya : Cfiltrat, Cterserap, Orde 1, Orde 2, dan Orde 3 ?
Jawab : Cfiltrat = V NaOH x N NaOH
V CH3COOH
= 8,4 mL x 0,5 mL
10 mL
= 0, 42 N
Cterserap = Co – Cfilttrat = 0,55 – 0,42 = 0,13 N
Orde 1 = ln Co/ Cfilttrat = ln (0,55/0,42) = 0,2697
Orde 2 = 1/ Cfilttrat = 1/ 0,42 = 2,3809
Orde 3 = 1/ Cfilttrat2 = 1/(0,42)2 = 5,6689

c. Pada t = 50 menit
Diketahui : V CH3COOH = 10 mL
V NaOH = 8,1 mL
LP.VI-3

N NaOH = 0,5 N
Co Blanko = 0,55 N
Ditanya : Cfiltrat, Cterserap, Orde 1, Orde 2, dan Orde 3 ?
Jawab : Cfiltrat = V NaOH x N NaOH
V CH3COOH
= 8,1 mL x 0,5 mL
10 mL
= 0, 405 N
Cterserap = Co – Cfilttrat = 0,55 – 0,405 = 0,145 N
Orde 1 = ln Co/ Cfilttrat = ln (0,55/0,405) = 0,3060
Orde 2 = 1/ Cfilttrat = 1/ 0,405 = 2,4691
Orde 3 = 1/ Cfilttrat2 = 1/(0,405)2 = 6,0966

d. Pada t = 70 menit
Diketahui : V CH3COOH = 10 mL
V NaOH = 7,8 mL
N NaOH = 0,5 N
Co Blanko = 0,55 N
Ditanya : Cfiltrat, Cterserap, Orde 1, Orde 2, dan Orde 3 ?
Jawab : Cfiltrat = V NaOH x N NaOH
V CH3COOH
= 7,8 mL x 0,5 mL
10 mL
= 0, 39 N
Cterserap = Co – Cfilttrat = 0,55 – 0,39 = 0,16 N
Orde 1 = ln Co/ Cfilttrat = ln (0,55/0,16) = 0,3438
Orde 2 = 1/ Cfilttrat = 1/ 0,39 = 2,5641
Orde 3 = 1/ Cfilttrat2 = 1/(0,39)2 = 6,5746

2. Larutan CH3COOH 1 N dan karbon aktif 3 gram


a. Pada t = 10 menit
LP.VI-4

Diketahui : V CH3COOH = 10 mL
V NaOH = 18,4 mL
N NaOH = 0,5 N
Co Blanko = 1,03 N
Ditanya : Cfiltrat, Cterserap, Orde 1, Orde 2, dan Orde 3 ?
Jawab : Cfiltrat = V NaOH x N NaOH
V CH3COOH
= 18,4 mL x 0,5 mL
10 mL
= 0, 92 N
Cterserap = Co – Cfilttrat = 1,03 – 0,92 = 0,11 N
Orde 1 = ln Co/ Cfilttrat = ln (1,03/0,92) = 0,1129
Orde 2 = 1/ Cfilttrat = 1/ 0,92 = 1,0869
Orde 3 = 1/ Cfilttrat2 = 1/(0,92)2 = 1,1815

b. Pada t = 30 menit
Diketahui : V CH3COOH = 10 mL
V NaOH = 18 mL
N NaOH = 0,5 N
Co Blanko = 1,03 N
Ditanya : Cfiltrat, Cterserap, Orde 1, Orde 2, dan Orde 3 ?
Jawab : Cfiltrat = V NaOH x N NaOH
V CH3COOH
= 18 mL x 0,5 mL
10 mL
= 0, 90 N
Cterserap = Co – Cfilttrat = 1,03 – 0,90 = 0,13 N
Orde 1 = ln Co/ Cfilttrat = ln (1,03/0,90) = 0,1349
Orde 2 = 1/ Cfilttrat = 1/ 0,90 = 1,1111
Orde 3 = 1/ Cfilttrat2 = 1/(0,90)2 = 1,2346
LP.VI-5

c. Pada t = 50 menit
Diketahui : V CH3COOH = 10 mL
V NaOH = 17,7 mL
N NaOH = 0,5 N
Co Blanko = 1,03 N
Ditanya : Cfiltrat, Cterserap, Orde 1, Orde 2, dan Orde 3 ?
Jawab : Cfiltrat = V NaOH x N NaOH
V CH3COOH
= 17,7 mL x 0,5 mL
10 mL
= 0, 885 N
Cterserap = Co – Cfilttrat = 1,03 – 0,885 = 0,145 N
Orde 1 = ln Co/ Cfilttrat = ln (1,03/0,885) = 0,1517
Orde 2 = 1/ Cfilttrat = 1/ 0,885 = 1,1299
Orde 3 = 1/ Cfilttrat2 = 1/(0,885)2 = 1,2767

d. Pada t = 70 menit
Diketahui : V CH3COOH = 10 mL
V NaOH = 17 mL
N NaOH = 0,5 N
Co Blanko = 1,03 N
Ditanya : Cfiltrat, Cterserap, Orde 1, Orde 2, dan Orde 3 ?
Jawab : Cfiltrat = V NaOH x N NaOH
V CH3COOH
= 17 mL x 0,5 mL
10 mL
= 0, 85 N
Cterserap = Co – Cfilttrat = 1,03 – 0,85 = 0,18 N
Orde 1 = ln Co/ Cfilttrat = ln (1,03/0,85) = 0,1921
Orde 2 = 1/ Cfilttrat = 1/ 0,85 = 1,1764
Orde 3 = 1/ Cfilttrat2 = 1/(0,85)2 = 1,3841

Anda mungkin juga menyukai