Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOKTER INTERNSHIP
Bronkopneumonia
Disusun Oleh :
Nama : dr. Vanya Genevieve Orapau
Wahana : RST Wirasakti Kupang
Periode : Februari 2018 – Februari 2019
Dokter Pendamping :
dr. Stephanie Hellen Hartoyo
dr. Cyrilus Clive Steward Susilo
Konsulen :
dr. Woro Indri Padmosiwi Purba, Sp.A
III. ANAMNESIS
Diambil dari alloanamnesis (ayah dan ibu kandung pasien) pada tanggal 5 September 2018 pkl
14:30 WITA.
Keluhan Utama : Sesak sejak 1 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan : Demam, batuk dan pilek sejak 5 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1 hari SMRS. Ibu pasien mengatakan sebelumnya
pasien sempat batuk dan pilek sejak 5 hari SMRS. Ibu pasien mengatakan batuk berdahak
berwarna kuning kehijauan disertai dengan pilek ingus kental. Selain itu, pasien juga demam
sejak 4 hari SMRS. Demam dirasakan sepanjang hari, naik dan turun apabila meminum
parasetamol. Ibu pasien juga mengatakan tidak terdapat adanya mimisan, bab berdarah, mual dan
muntah.
Empat hari yang lalu, pasien sudah berobat ke puskesmas terdekat dan telah diberikan obat
parasetamol yang diminum 3x1 sendok teh dan puyer batuk pilek 3x1. Satu hari SMRS, ibu
pasien mengatakan pasien tampak sesak sehingga pasien dibawa berobat ke puskesmas dan saat
itu dilakukan tindakan nebulisasi dan pemberian obat yang sama namun keluhan tidak membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelumnya OS pernah menderita tb paru pada usia 7 bulan dan telah menuntaskan
pengobatannya selama 6 bulan. Pasien juga tidak mempunyai riwayat asma dan alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut ibu pasien, anggota keluarga pasien di rumah banyak yang menderita batuk lama namun
tidak pernah berobat. Riwayat asma pada keluarga disangkal.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
WBC 17.6 103/µl 5.00-10.00
LYM 3.1 103/µl 1.30-4.00
MID 3.5 103/µl 0.16-0.70
GRA 11.0 103/µl 2.50-7.50
LYM% 17.8 % 25.0-40.0
MID% 19.9 % 3.00-7.00
GRA% 62.3 % 50.0-75.0
RBC 4.90 106/µl 4.00-5.50
HGB 10.3 g/dl 12.0-17.4
HCT 34.0 % 36.0-52.0
MCV 69.4 Fl 76.0-96.0
VI. RESUME
An. AA berusia 2 tahun 1 bulan datang dengan keluhan sesak sejak 1 hari SMRS. Ibu pasien
mengatakan sebelumnya pasien sempat batuk dan pilek sejak 5 hari SMRS. Batuk berdahak
berwarna kuning kehijauan disertai dengan pilek ingus kental. Selain itu, pasien juga demam
sejak 4 hari SMRS. Demam dirasakan sepanjang hari, naik dan turun apabila meminum
parasetamol. Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke Puskesmas tapi keluhan tidak
membaik.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai suhu 38,7oC, SpO2 : 96%, pada inspeksi toraks didapatkan
adanya retraksi sela iga -/+ dan pada auskultasi terdengar adanya rhonki basah halus -/+. Pada
pemeriksaan laboratorium dijumpai adanya leukositosis (17.600/µl) dan pada pemeriksaan
rontgen toraks tampak infiltrat hampir di seluruh lapangan paru.
VIII. TERAPI
a. O2 2 lpm
b. IVFD D5 1⁄4 NS 900 cc/24 jam
c. Pamol supp 125 mg / perrektal
d. Parasetamol sirup 3x1 cth / PO
e. Pulvis bapil 3x1 pulv / PO
IX. FOLLOW UP
1. Tanggal 5 September 2018 Pkl 18:00 WITA.
S : Pasien batuk berdahak, dahak berwarna kuning kehijauan dan pilek ingus kental. Demam
sudah mulai turun dan sesak mulai berkurang. Anak tampak lemas, tidak mau makan dan
minum. Mual (-), muntah (-), BAK dan BAB normal.
O : KU : Tampak Sakit Sedang. HR : 110 x/menit. RR : 26 x/menit.
Kesadaran : Compos Mentis. T : 37,9oC.
Mata : CA -/-, SI -/-, Cekung -/-.
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/+, wheezing -/-, retraksi sela iga -/+.
Cor : Bunyi Jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : Datar, supel, BU (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik.
A : Bronkopneumonia
P : Terapi dari dr.Woro, Sp.A : Injeksi Cefotaxime 2x400 mg / IV, nebulisasi 2x1 (Combivent
1⁄ ampul : NaCl 0,9% 5 cc), lanjutkan pulvis batuk, lanjutkan parasetamol bila demam.
2
2. Tanggal 6 September 2018 Pkl 17:45 WITA.
S : Pasien masih batuk berdahak, dahak berwarna kuning kehijauan dan pilek ingus kental
berwarna kuning kehijauan. Pasien sudah tidak demam dan sesak sejak semalam. anak
tampak lemas dan masih tidak mau makan. Mual (-), muntah (-), BAK dan BAB normal.
O : KU : Tampak Sakit Sedang. HR : 100 x/menit. RR : 24 x/menit.
Kesadaran : Compos Mentis. T : 36,9oC.
Mata : CA -/-, SI -/-, Cekung -/-.
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/+, wheezing -/-, retraksi sela iga -/+.
Cor : Bunyi Jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).
Laporan Kasus Bronkopneumonia | 5
Abdomen : Datar, supel, BU (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik.
A : Bronkopneumonia
P : Terapi Lanjut
3. Tanggal 7 September 2018 Pkl 18:20 WITA.
S : Pasien masih batuk berdahak, dahak berwarna kuning kehijauan dan sudah tidak pilek.
Anak sudah mulai aktif namun masih susah untuk makan. Demam (-), sesak (-), mual (-),
muntah (-), BAK dan BAB normal.
O : KU : Baik. HR : 100 x/menit. RR : 20 x/menit.
Kesadaran : Compos Mentis. T : 36,8oC.
Mata : CA -/-, SI -/-, Cekung -/-.
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-, retraksi sela iga -/-.
Cor : Bunyi Jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : Datar, supel, BU (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik.
A : Bronkopneumonia
P : Terapi Lanjut
4. Tanggal 8 September 2018 Pkl 17:00 WITA.
S : Anak aktif, makan dan minum sudah mau. Batuk (-), pilek (-), demam (-), sesak (-), mual
(-), muntah (-), BAK dan BAB normal.
O : KU : Tampak Sakit Sedang. HR : 100 x/menit. RR : 20 x/menit.
Kesadaran : Compos Mentis. T : 37,0oC.
Mata : CA -/-, SI -/-, Cekung -/-.
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/+, wheezing -/-, retraksi sela iga -/+.
Cor : Bunyi Jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : Datar, supel, BU (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik.
A : Bronkopneumonia
P : Boleh pulang, obat pulang : Cefadroxyl syrup 2x5 ml, rencana kontrol tgl.
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim
paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya,
yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus atau
bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution). Pneumonia
merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan
sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Prevalensi bronkopneumonia di negara berkembang yaitu 30-45 % per 1000 anak di bawah
usia 5 tahun, 16-22 % per 1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7-16 % per 1000 anak pada usia di atas
9 tahun.
1.1. ANATOMI
Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan :
a. Saluran pernapasan bagian atas, antara lain :
- Hidung (Nasal)
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (cavum
nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan
kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. Bagian-bagian hidung terdiri dari bagian
luar dinding hidung, lapisan tengah yang terdiri dari otot dan tulang rawan, dan juga
lapisan dalam yang terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat dinamakan konka
nasalis yang berjumlah tiga buah yakni konka nasalis inferior, konka nasalis media,
konka nasalis superior. Konka ini terdiri dari tiga buah lekukan yakni meatus superior,
meatus mediais, meatus inferior. Meatus tersebut yang dilewati oleh udara pernapasan
sebelah dalam berhubungan dengan koana. Dasar dari rongga hidung adalah tulang
rahang atas, keatas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut
sinus paranasalis yakni sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus
etmoidalis.
Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptor dari saraf
penciuman disebut nervus olfaktorius. Disebelah belakang konka bagian kiri, kanan
dan sebelah atas langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan
2.1. DEFINISI
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim
paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus
disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
2.2. EPIDEMIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di
bawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, kurang
lebih 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika
dan Asia Tenggara. Insiden pneumonia di negara berkembang yaitu 30-45% per 1000 anak di
bawah usia 5 tahun, 16-22% per 1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7-16% per 1000 anak pada
yang lebih tua.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
baik di negara yang sedang berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun
dengan resiko kematian yang tinggi. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia
prevalensi pneumonia balita di Indonesia meningkat dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2%
pada tahun 2007. Penyebab utama virus pneumonia pada anak adalah Respiratory Syncytial Virus
(RSV) yang mencakup 15-40% kasus diikuti virus inflamasi A dan B, parainfluenza, human
metapneumovirus dan adenovirus.
2.3. ETIOLOGI
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri, jamur) dan
sebgaian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin atau sejenisnya) dan
masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).
Berbagai penyebab bronkopneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat
ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi). Mikroorganisme tersering
penyebab bronkopneumonia adalah virus dan bakteri yakni Diplococcus pneuomoniae,
Streptococcus pneumoniae, virus influenza. Awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan
ludah (droplet), kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke
jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah.
2.4. PATOGENESIS
Saluran pernapasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru. Paru-paru dilindungi
dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal
dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi IgA lokal dan respon inflamasi
yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas
yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi
organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau
aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak
dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.
2.6. KLASIFIKASI
Gejala ISPA untuk golongan umur < 2 bulan :
a. Bronkopneumonia berat adalah adanya napas cepat yaitu frekuensi pernapasan sebanyak
60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah ke
dalam.
b. Bukan bronkopneumonia yakni batuk tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.
Gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan – 5 tahun :
a. Bronkopneumonia sangat berat yakni bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
b. Bronkopneumonia berat yakni bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
c. Bronkopneumonia yakni bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat
yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit pada anak usia 2
bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
d. Bukan bronkopneumonia yakni hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti di atas,
tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.
2.7. DIAGNOSIS
2.7.1. ANAMNESIS
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40oC dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa
hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
2.7.2. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
a. Inspeksi: pernafasan cuping hidung(+), sianosis sekitar hidung dan mulut, tampak
adanya retraksi sela iga.
b. Palpasi: Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
c. Perkusi: Sonor memendek sampai beda.
2.7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam,
yaitu penatalaksanaan umum dan khusus.
a. Penatalaksaan umum yakni :
- Pemberian oksigen 2-4 lpm hingga sesak napas hilang.
2.8. KOMPLIKASI
Dengan penggunaan antibiotik, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang
dapat dijumpai adalah seperti efusi pleura, empyema, otitis media akut. Komplikasi lainnya
seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang terlihat.
2.9. PROGNOSIS
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat yang dimulai secara dini pada perjalanan
penyakit tersebut maka mortalitas selama masa bayi dan masa kanak-kanak dapat di turunkan
sampai kurang dari 1% dan sesuai dengan kenyataan ini morbiditas yang berlangsung lama juga
menjadi rendah. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datangterlambat
menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim
paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya,
yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
baik di negara yang sedang berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan
resiko kematian yang tinggi. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia prevalensi pneumonia
balita di Indonesia meningkat dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.
Pada bronkopneumonia didapatkan adanya gejala demam tinggi disertai batuk/pilek serta sesak
napas. Pada hasil pemeriksaan laboratorium akan dijumpai peningkatan leukosit dan pada rontgen
toraks didapatkan infiltrat luat ataupun tampak adanya konsolidasi. Penanganannya adalah pemberian
oksigen, antipiretik, mukolitik dan antibiotik. Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat
yang dimulai secara dini pada perjalanan penyakit tersebut maka mortalitas selama masa bayi
dan masa kanak-kanak dapat di turunkan sampai kurang dari 1%.
1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson B. Nelson textbook of Pediatrics, 17th ed. 2008.
Phiadelphia: WB Saunders. p. 433-5.
2. Staf Pengajar FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Cetakan ke empat. Jakarta: BPFKUI.
3. Matondang C, Wahidayat I, Satroasmono S. Diagnosis Fisis pada Anak, Edisi ke dua. 2003.
Jakarta: Sagung Seto.
4. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
5. Rahajoe, Nastini N. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke1. 2010. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
6. Samuel A. Bronkopneumonia on Pediatric Patient. Diakses dari :
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/viewFile/1327/pdf. Diakses paada : 17
September 2018.