Anda di halaman 1dari 12

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Adinda Safitri E. 8. Melisa Fatma M.


(201601063) (201601093)
2. Anesthasia M. P. S. 9. Nadia Puspa Prima I.
(201601066) (201601096)
3. Danang Kurniawan 10. Quwata Ridho Y.
(201601070) (201601105)
4. Enggar Rahman D. C. 11. Renita Indah S.
(201601074) (201601107)
5. Happy Yaistika A. 12. Seftian Darma W.
(201601081) (201601113)
6. Intan Ragil P. A. 13. Tasya Junika R.
(201601083) (201601117)
7. Lynda Asita Shara
Yulis Setyawati (201601123
(201601089)
)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III – KEPERAWATAN PONOROGO
POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizophrenia selalu diikuti dengan
gangguan persepsi sensori dan halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan
klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian
dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan
disekitarnya.

Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien
yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien
dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain,1987).

Gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan suatu yang sebenarnya tidak


terjadi, suatu peneraapan panca indera tanpa adanya ransangan dari luar
(Maramis,1998).

Sebagai suatu persepsi dari luar tanpa adanya sumber dari luar (Schultz.J,
1986).

B. Klasifikasi Halusinasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :

a. Halusinasi pendengaran

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara– suara orang,


biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,


gambaran geometrik, gambar kartun dan panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang– kadang terhirup bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi peraba

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan


menjijikkan.

f. Halusinasi sinestetik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir


melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

C. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala dari halusinasi diantaranya (Townsend, 1998) :

a. Berbicara sendiri
b. Tersenyum atau tertawa sendiri
c. Disorientasi
d. Pikiran cepat berubah– ubah
e. Bersikap seperti mendengar
f. Konsentrasi rendah
g. Berhenti berbicara di tengah- tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
h. Kekacauan alur pikir
i. Respon tidak sesuai

D. Penyebab dari Halusinasi

Salah satu penyebab dari Perubahan sensori perseptual : halusinasi yaitu


isolasi sosial : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Rawlins,1993).

E. Akibat dari Halusinasi

Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko


mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau membahayakan diri, orang lain
dan lingkungan.

F. Hubungan Schizophrenia dengan Halusinasi

Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan


persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizophrenia). Bentuk halusinasi ini bisa
berupa suara– suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata– kata
yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga
klien menghasilkan respons tertentu seperti: bicara sendiri, bertengkar atau respons
lain yang membahayakan.

Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan


mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda
mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan
schizophrenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa
mania depresif dan syndroma otak organik.

Gangguan persepsi yang utama pada skizophrenia adalah halusinasi, sehingga


halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan,
halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri,
atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.

Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizophrenia, suara– suara


biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan
tindakan atau perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat
halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati).
BAB III
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

1. Sesi I : Mengenal Halusinasi


a. Tujuan Terapi aktivitas Kelompok
Tujuan : Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktifitas kelompok ini adalah :
1) Klien dengan riwayat skizofrenia dengan disertai gangguan persepsi
sensori halusinasi
2) Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau
mengamuk dalam keadaan tenang.
3) Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
c. Media dan Alat

TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan
alat ini hanya yang ada diruangan saja seperti :
1) Spidol dan whiteboard atau papan tulis
2) Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya).
3) Beberapa contoh obat.
4) Tape recorder untuk game jika ada.
d. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab.
2) Bermain peran atau simulasi.
e. Mekanisme Kegiatan
1) Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi
b) Membuat kontrak dengan klien.
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
d) Orientasi
2) Salam terapeutik.
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Perkenalkan nama dan panggilan semua terapis (beri
papan nama)
c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan
nama)
3) Orientasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
4) Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan,
yaitu mengenal suara –suara yang di dengar.
b) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalakan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti keegiatan dari awal sampai akhir.
5) Tahap Kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
mengenal suara- suara yang didengar (halusinasi ) tentang isinya, waktu
terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
b) Terapis meminta klien menceritakan isii halusinasi, kapan
terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi
halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai
semua klien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.
c) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien
dari suara yang biasa didengar.
6) Tahap Terminasi
a) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Tindak Lanjut
Terapis meminta klien untuuk melaprkan isi, waktu, situasi, dan
perasaanya jika terjadi halusinasi.
c) Kontrak yang akan dating
 Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi.
 menyepakati waktu dan tempat.
f. Evaluasi dan Dokumentasi
i. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 1, kemampuan
yang diharapkan adlah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi,
situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadinya halusinasi.
Formulir evaluasi sebagai berikut :
ii. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi : halusinasi sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi halusinasi
( menyuruh memukul ), waktu ( pukul 9 malam ), situasi ( sedang sendiri),
perasaan (jika sedang geram ). Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi
yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

2. Sesi II : Kemampuan Menghardik Halusinasi


a. Tujuan terapi aktivitas kelompok
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi.
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
b. Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktivitas kelompok ini adalah :
1) Klien dengan riwayat schizophrenia dengan disertai gagguan persepsi
sensori halusinasi.
2) Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengaklami perilaku agresif atau
mengamuk, dalam keadaan tenang.
3) Klien dapat diajak kerjasama (cooperative)
4) Klien sudah mengikuti TAK Sesi I.
c. Media dan Alat

TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan
alat hanya yang ada diruangan saja seperti :
1) Spidol dan whiteboard atau papan tulis
2) Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya)
3) Beberapa contoh obat
4) Tape recordr untuk game jika ada
d. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran atau simulasi
e. Mekanisme Kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi
1.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
 Salam dari Terapis kepada klien.
 Klien dan terapis pakai papan nama.
b) Evaluasi atau Validasi.
 Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
 Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi,
waktu, situasi, dan perasaan.
c) Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara
mengontrol halusinasi (menghardik Halusinasi).
 Menjelaskan aturan main, yaitu :
 Jika ada klien ang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta ijin pada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan harus dari awal sampai
selesai.
d) Tahap Kerja
 Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi
sampai semua klien mendapat giliran.
 Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
 Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik halusinasi saat halusinasi muncul.
 Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu :
“Pergi,.jangan ganggu saya”, “Saya mau bercakap-cakap dengan
teman saya…”.
 Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardikhalusinasi dimulai dari klien disebelah kiri terapis
berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapat
giliran.
 Terapis memberikan pujian dan mengajak semuaklien bertepuk
tangan saat klien selesai menghardik halusinasi.
e) Tahap Terminasi.
 Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
 Rencana Tindak Lanjut
 Terapis menganjurkan klien utuk menerapkan cara yang
telah dipeljari jika halusinasi muncul
 Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal
kegiatan harian klien.
 Kontrak yang akan datang
 Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
yang berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan.
 Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
berikutnya.
f. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnyapada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang
diharapkan adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik.
2) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK
pada catatan roses keperawatan tiap klien. Contoh : klien
mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 2. Klien
mampu memperagakan cara menghardik halusinasi. Anjurkan
klien menggunakannya jika halusinasi muncul, khusus pada
malam hari (buat jadwal).
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna & Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta :
EGC.

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 . Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai