INVERTED PAPILLOMA
menjadi karsinoma.3,4
Istilah Papilloma berarti neoplasia Etiologi dari Inverted Papilloma masih
dengan pertumbuhan epitel. The US National belum dapat dijelaskan secara pasti. Beberapa
Cancer Institute menyebutkan inverted literatur mengatakan bahwa Human Papilloma
papilloma yaitu tipe tumor dengan permukaan Virus (HPV) adalah etiology dari Inverted
epitel yang tumbuh ke bawah. Istilah inverted Papilloma dengan HPV Virus penyebab
berasal dari karakteristik proliferasi terbanyak adalah HPV 6,11,16, dan 18.
metaplastik permukaan epitel (respiratori, Disebutkan tipe yang paling mungkin adalah
transisional atau tipe skuamous) yang tumbuh HPV tipe 6 dan 11 menjadi faktor etiologi,
kearah stroma, dengan pertumbuhan endofitik sedangkan HPV 16 dan 18 lebih bersifat
daripada eksofitik. Menurut World Health karsinogenik dibandingkan tipe 6 dan 11.
Organization (WHO), inverted papilloma (IP) Human Papilloma virus (HPV) terdapat pada
adalah tumor jinak epitel terdiri dari epitel 14% seluruh kasus inverted papilloma dan
kolumnar atau epitel respiratori bersilia yang 100% kasus pada papilloma eksofitik .2,3
berdifferensiasi baik pada hidung dan sinus Nasal eksterna dan kavum nasi
paranasal. yang menunjukkan gambaran memiliki fungsi sebagai pembersih dan
pertumbuhan jaringan ke stroma dibawahnya pelembab udara yang masuk, begitu juga
tanpa menembus membran basalis. Banyak sebagai fungsi pembau. Sedangkan untuk
1
terjadi pada dekade 6-8 kehidupan sinus paranasal di sekitarnya belum begitu di
IP merupakan tumor jinak dari mengerti fungsinya, tetapi beberapa hipotesa
sinonasal yang paling sering terjadi (0,5- 4%). menyatakan kegunaannya salah satunya
Dengan insidensi pertahun sekitar 0,2- 0,6 % sebagai peringan dari struktur tengkorak dan
per 100.000 orang pertahun. IP sering menghasilkan “crumple zone” untuk
ditemukan di usia dewasa pada dekade ke- perlindungan otak dan mata dari trauma
lima. Sedangkan pada dekade ke-enam biasa facialis.2,3
ditemukan kearah keganasan.1,2
Inverted Papilloma merupakan
IP memiliki tiga karakteristik yang perluasan dari tipe sinonasal papilloma yang
membedakan dengan tumor sinonasal lainnya, berasal dari membran ektoderm schneiderian.
yakni : sangat berpotensi dekstruktif terhadap Merupakan tumor jinak yang agresif dan
organ dan jaringan lain di sekitar, tingkat destruktif. Dimana rasio kejadian lebih besar
1
pada laki- laki di banding perempuan, yakni 3, berpotensi dan berkaitan dengan malignansi
4 : 1. Dengan usia rata- rata kejadian pada dan rekurensi yakni Human papillomavirus
untuk penegakan diagnosis. Pemeriksaan Hidung kanan tersumbat sejak setahun yang
secara makroskopis, tampakan dari Inverted lalu terus menerus bertambah berat sejak
Papilloma adalah berukuran besar, berbatas sebulan yang lalu. Keluar ingus berwarna
tegas, mirip polip namun bergranular atau putih kadang bercampur darah. Penurunan
dapat terlihat benjolan berlobul merah penghidu dirasakan. Nyeri hidung (+),
keabuan, lebih tegas dibanding inflamasi, demam disangkal. Benjolan di leher (-),
dengan karakteristik “raspberry”. Sedangkan pandangan ganda (-). Tidak ada keluhan pada
3
rhinoskopi posterior didapatkan bagian dextra 8 jam, injeksi asam tranexamat 500mg/ 8
tampak massa berbenjol-benjol tidak mudah jam, injeksi ranitidine 50 mg/ 12 jam, infus
beradarah yang menutupi kavum nasi, RL 1500cc/ 24 jam.
sedangkan pada bagian sinistra dalam batas
Pada hari ke-6 tampon post operasi
normal.
dilepas dan hari ke -7 setelah operasi keadaan
Pada pemeriksaan auris dextra dan pasien stabil dan luka post operasi membaik
sinistra, didapatkan canalis auditoris eksterna tanpa perdarahan aktif, maka pasien di
normal dengan membran timpani intak dan perbolehkan pulang dengan terapi oral
refleks cahaya positif. Pada pemeriksaan amoxicillin 500mg/ 8 jam, paracetamol
orofaring dalam batas normal tonsil palatina 500mg/ 8 jam dan disarankan untuk kontrol
dextra dan sinistra T1-T1, tidak hiperemis, ke poli THT tiga hari post keluar rumah sakit.
refleks muntah postif. Laringoskopi indirect Permasalahan pada keadaan seperti kasus ini
didapatkan plika fokalis simetris normal. adalah, bagaimana pendekatan tatalaksana
Pada pemeriksaan patologi anatomi yang tepat dan efektif sehingga dapat
didapatkan hasil Schneiderian papilloma mencegah rekurensi.
dengan tipe Inverted Papilloma. Pada
Diskusi
pemeriksaan CT scan SPN didapatkan lesi
isoden yang memenuhi kavum nasi dekstra Pada pasien dengan tumor sinus
yang menginvasi daerah antrum maxilla paranasal berbagai macam pendekatan
dekstra dan sphenoid dekstra. operasi dapat diterapkan, meliputi teknik
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, reseksi dan pendekatan mulai daerah mana
dan pemeriksaan penunjang maka pasien ini reseksi dimulai, bergantung pada ukuran dan
didiagnosis Inverted Papilloma sinonasal lokasi tumor. Pendekatan ini meliputi bedah
dextra. Pasien di berikan manajemen dan endoskopik, Midfasial degloving, Rhinotomy
tatalaksana eksterpasi massa dan lateral, pendekatan lateral wajah(Fisch-
maksilektomi media dengan pendekatan Mattox), dan Kraniotomy.11
Rhinotomy Lateral Pada pasien ini dilakukan pendekatan
berupa Rhinotomy lateral dimana teknik ini
Setelah di lakukan operasi pasien di
dimulai dengan insisi curvilinier yang dimulai
observasi rawat inap kurang lebih enam hari
dari aspek inferomedial atas mata
denga terapi injeksi antibiotic ceftriaxone
diextensikan kebawah melalui tengah diantara
1gr/12 jam, injeksi analgetik ketorolac 30mg/
4
dorsum nasi dan kantus media. Sampai pada Pada pasien ini tidak dilakukan
ujung dari dasar ala nasi.11 pendekatan Midfasial Degloving, walaupun
Keuntungan dari pendekatan ini pendekatan MFD memberikan variasi akses
adalah dapat memberikan akses yang luas pada daerah yang sangat luas, meliputi rongga
kepada operator terutama pada tumor yang hidung, nasofaring dan Antrum maxilla.
meliputi daerah maxilla, ethmoidal supra Keuntungan utama dari MFD adalah
orbita, Duktus frontalis, Fossa Lacrimalis, minimnya insisi pada wajah dan mampu
orbita, atau lapisan kribiformis.10,11 memberikan akses yang luas kepada tumor
Salah satu alasan dilakukan yang berasal dari inferior. Sedangkan
Rhinotomy lateral adalah untuk memberikan kekurangan utamanya adalah kesulitan akses
akses terhadap operator untuk membersihkan terhadap tumor yang berasal dari superior10,11
tumor yang meluas ke area orbita. Dari Kesuksesan dalam melakukan
Rhinotomy lateral insisi dapat diperluas tindakan pembedahan bergantung dari
sampai infraorbita dan kemudian dapat komplitnya pengangkatan massa tumor,
dilakukan pembersihan jaringan tumor tindakan pembedahan dilakukan dengan
sebersih-bersihnya. pengangkatan massa tumor seluas-luasnya
Sedangkan kekurangan Rhinotomy hingga bersih tidak ada sisa jaringan tumor
lateral adalah meliputi komplikasi terutama untuk menghilangkan resiko terjadinya
pada orbita seperti blepharitis, epiphora, rekurensi. Beberapa literatur menyatakan
11
dacryocystitis. bahwa kejadian rekurensi paling cepat terjadi
Pada litelatur yang membandingkan pada 2 tahun paska pembedahan.11
penangan menggunakan Midfacial degloving
Berbagai faktor dapat mempengaruhi
(MFD), lateral rhinotomy dan pembedahan
rekurensi, seperti kepastian seberapa jauh
endoskopi. Di dapatkan rekurensi terendah
tumor menginvasi dan keahlian dari tiap
terjadi pada psien dengan manajemen MFD,
pembedah pada tiap tekhnik yang di
diikuti lateral rhinotomy, dan rekurensi
gunakan. Perlunya pemeriksaan preoperatif
tertinggi pada pembedahan secara endoskopi,
yang memadai seperti CT-scan dan
yakni 2,1%- 15,5%- 19,6%. Hal ini
pemeriksaaan endoskopi guna memastikan
disebutkan adanya kaitan antara tekhnik yang
seberapa jauh tumor menginvasi.8
di gunakan dengan eksposur dan pembersihan
10,11
tumor yang tidak komplit. Pada pasien ini tidak didapatkan
5
adanya rekurensi setelah 5 bulan tindakan N., Hamkar. R. 2016. The prevalence of
operasi. human papillomavirus infection in Iranian
patients with sinonasal Inverted Papilloma.
Kesimpulan
Journal of the Chinese Medical Association:
Dilaporkan pasien perempuan berusia Iran. Pages 137- 140.
43 tahun dengan keluhan hidung tersumbat 5. Thompson L.D.R. 2015. Schneiderian
satu sisi saja. Berdasarkan anamnesis, Papilloma of The Sinonasal Tract. ENT
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan Journal: California.
penunjang pasien didiagnosis sebagai 6. Tuli. B.S., Tuli. P. S., Singh. A., Tuli. K. N.
Inverted Papilloma lalu dilakukan tindakan Disesases of Nose and paranasal Sinuses: In
bedah berupa extirpasi massa dan Tuli. B.S., Tuli.P. S., Singh. A., Tuli. K. N.
Maksillektomi media dengan pendekatan 2013. Textbook of ear, nose and throat. Jaype
Rhinotomi Lateral Brothers Medical Publishers: Philadelphia.
7. Miller PJ, Jacobs J, Roland Jr. JT, Cooper J,
Daftar Pustaka Mizrachi HH. 1996. Intracranial Inverting
Papilloma. Head & Neck;18(5):450–453
1. Yatsumatsu. R., Nakashima. T., Sato. M, 8. Bailey BJ, Johnson JJ. 2006. Otolaryngology
Nakano. T., Kogo. R., Hashimoto. K., Head and Neck Surgery. 4th Edition.1
Sawatsubashi. M., Nakagawa. T. 2016. Lippincott Williams & Wilkins.
Clinical management os squamous cell 9. Attlmayr. B., Derbysire. G. S., Kasbekar. A.
carcinoma associated with sinonasal Inverted V., Swift. A. C. 2017. Management of
Papilloma. Elsevier: Fukuoka. Pages 98-103. Inverted Papilloma: review. Liverpool. The
2. Seiberling. K and Wormald. P. C. Benign journal of Laryngology & otology. Pages:
Sinonasal Tumors in: Kennedy. D. W and 284- 289.
Hwang. P. H. 2012. Rhinology diseases of the 10. Peng. P., Harl- ED. G. 2006. Management of
nose, sinuses, and skull base. Thieme : Inverted Papilloma of the nose and paranasal
Philadelphia sinuse. Elsivier. Brooklyn
11. Ballenger JJ, Snow JB. Ballenger’s
3. Lisan. Q., Laccourreye. O., Bonfils. P. 2016.
Otorhinolaryngology Head and Neck
Sinonasal Inverted Papilloma : From diagnosis
Surgery 6th. BC Decker Inc. Spain. 2003.
to treatment. Elsevier: Paris. Pages 337-341.
4. Jalilvand. S., Saidi. M., shoja. Z., Ghavami.