Anda di halaman 1dari 22

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi Antar Pribadi

II.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang

yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh DeVito

dalam (Liliweri, 1991:13) komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari

seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan

balik yang bersifat langsung.

Orang memerlukan hubungan antar pribadi terutama untuk dua hal yaitu perasaan

(attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang bersifat

emosional intensif, sementara ketergantungan mengacu pada instrumen antar pribadi seperti

mencari kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain, yang

juga dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup. Salah satu karakteristik penting dari

hubungan antar pribadi yaitu hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan untuk diakhiri

berdasarkan kemauan atau kesadaran kita.

Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan dyadic communication maksudnya yaitu
“komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan.
Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) ataupun bisa juga
melalui media seperti telepon. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua
arah atau timbal balik (two ways communication). Namun, komunikasi antar pribadi melalui
tatap muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresi fasial,
jarak fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial dan keakraban (Liliweri,
1991:67).

Universitas Sumatera Utara


Bentuk utama dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka, dimana

komunikasi ini biasanya merupakan suatu rangkaian pertukaran pesan antara dua individu dalam

proses komunikasi, serta diantara individu tersebut berhasil menjalin suatu kontak. Kontak itu

berhasil karena antara individu yang melakukan komunikasi tersebut saling mempertukarkan

pesan secara bergantian dan berbalas-balasan. Keberadaan interaksi antar individu inilah yang

menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat

keterpengaruhan tertentu. Aksi dan reaksi secara langsung terlihat karena jarak fisik partisipan

yang dekat sekali. Interaksi dalam komunikasi antar pribadi, dapat menghasilkan berupa suatu

perubahan pendapat, sikap, perilaku dan tindakan tertentu.

Cassagrande dalam (Liliweri, 1991:48) berpendapat seseorang melakukan komunikasi


dengan orang lain karena :
1) Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi
kelebihan.
2) Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat.
3) Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu dan menjadikan orang
mengatisipasi masa depan.
4) Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang baru.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan bahwa

keinginan berkomuniakasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan pemenuhan kebutuhan yang

belum dan tidak dimiliki seseorang sebelumnya.

II.1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Fungsi dan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu berusaha meningkatkan hubungan

insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi

ketidakpastian serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2004:33).

Komunikasi antar pribadi juga dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak

yang melakukan komunikasi.

Universitas Sumatera Utara


II.1.3 Ciri Komunikasi Antarpribadi

Ada beberpa ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang dikemukakan oleh para ahli,

diantaranya DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) menurutnya ada 5 ciri-ciri komunikasi

antarpribadi yang umum yaitu sebagai berikut:

1) Keterbukaan (Openess)
Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan
permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa malu. Keduanya saling mengerti
dan memahami pribadi masing-masing.
2) Empati (Emphaty)
Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang dialami mereka tanpa
berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa saja yang di komunikasikan dengan
penuh perhatian. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk memproyeksikan
dirinya kepada peranan orang lain. Apabila komunikator atau komuniakan mempunyai
kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain, kemungkinan besar akan terjadi
komunikasi yang efektif.
3) Dukungan (Supportiveness)
Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan mendapatkan dukungan
dari pihak-pihak yang berkomuniaksi. Dukungan membantu seseseorang untuk lebih
bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diharapkan.
4) Rasa Positif (Possitivenes)
Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat tanggapan positif
dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya akan lebih mudah dan lancar. Rasa
positif menjadikan orang-orang yang berkomunikasi tidak berprasangka atau curiga yang
dapat menganggu jalinan komunikasi.
5) Kesamaan (Equality)
Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi semakin kuat apabila
memiliki kesamaan tertentu antara komunikator dan komunikan dalam hal pandangan,
sikap, kesamaan ideologi dan lain sebagainya.
Selain kelima ciri yang dipaparkan DeVito diatas, ada beberapa ciri lagi yang identik

dengan komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi antar pribadi dilaksanakan oleh seorang

individu karena didorong berbagai faktor. Komunikasi antar pribadi juga berakibat sesuatu yang

disengaja maupun yang tidak disengaja, dan kerap kali bentuk komunikasinya berbalas-balasan

dengan suasana yang penuh keakraban, bebas, bervariasi serta menggunakan berbagai lambang-

lambang yang bermakna bagi individu yang melakukan komunikasi antar pribadi tersebut.

Universitas Sumatera Utara


II.1.4 Proses Komunikasi Antar Pribadi

Berkomunikasi secara efektif memiliki arti bahwa komunikator dan komunikan memiliki

pengertian yang sama tentang isi suatu pesan. Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif apabila

pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses

tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya dapat

diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap pesan yang

dipertukarkan. Selain itu, Menurut Steward L. Tubs dan Sylva Moss dalam (Rakhmat, 2001:133)

menambahkan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif setidaknya menimbulkan hal sebagai

berikut :

a) Saling pengertian

b) Memberikan kesenangan

c) Mempengaruhi sikap

Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media dan

tatap muka. Meskipun demikian, yang dianggap paling sukses adalah komunikasi antar pribadi

secara tatap muka, sebab dalam komunikasi antar pribadi yang dilakukan melalui tatap muka

pengiriman pesan dan umpan baliknya dapat diamati secara langsung dengan melihat,

mendengar, mencium, meraba dan merasa. Proses komunikasi antar pribadi meggunakan

lambang-lambang sebagai media penyampaian pesan. Adapun lambang yaitu :

a) Lambang Verbal

Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk baahasa. Oleh karena itu, dengan bahasa

seorang komunikator dapat mengunggkapkan pikirannya mengenai hal atau peristiwa, baik yang

kongkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa depan kepada

komunikannya

Universitas Sumatera Utara


b) Lambang Non Verbal

Lambang Non Verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi yang

berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala, mata, jari, dan lainnya.

Batasan komunikasi non verbal secara garis besar sebenarnya sebagai arah dari suatu

gejala seperti setiap bentuk penampilan wajah dan gerak gerik tubuh seseorang sebagai suatu

cara dan simbol dari statusnya. Contohnya tarian, drama sampai ke musik. Jadi, pada dasarnya

dengan isyarat non verbal seorang individu dapat memahami orang lain ketika orang lain

terserbut berbicara atau menulis bahasanya untuk menyatakan sesuatu tentang dirinya.

Kesamaan dan ketidaksamaan derajat antara komunikator dan komunikan dalam proses
komunikasi, memunculkan istilah homophily dan heterophily sehingga bisa memperjelas
hubungan antara komunikator dengan komunikan dalam proses komunikasi antarpribadi.
Homophily adalah sebuah istilah dimana orang-orang yang berinteraksi memiliki kesamaan sifat
dan atribut diantara mereka seperti nilai, pendidikan dan status. Sedangkan Heterophily
didefinisikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada pada dalam
sifat-sifat tertentu. Pada sistem yang lebih tradisional ditandai oleh derajat homophily yang lebih
tinggi, dalam komunikasi antarpribadi dan norma-norma di desa menjadi lebih modern sehingga
menjadi lebih heterophily.6

1.5 Sifat Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang pasti memiliki

sifatnya tersendiri sehingga menjadi suatu ciri khas pada ilmu tersebut. Beberapa sifat yang dapat

menunjukan komunikasi antara dua orang, yang mengarah pada komunikasi antar pribadi yaitu

didalamnya melibatkan perilaku verbal maupun nonverbal, yang dapat menunjukan seberapa

jauh hubungan antara pihak yang terlibat di dalamanya. Berikut adalah beberapa sifat yang

dimiliki oleh komunikasi antarpribadi (Liliweri, 1991:29):

6. http://id.wikipedia.org/wiki/komunikasi_interpersonal. Diakses pada 9 September 2011 pukul 22.18.

Universitas Sumatera Utara


a) Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini timbul karena
kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi.
b) Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar mempunyai interaksi dan
koherensi, artinya suatu komuikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik
serta adanya interaksi yang melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku
dan pendapat tertentu.
c) Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrintik dan ekstrinsik. Intrinstik merupakan
suatu standar perilaku yang dikembang oleh seseorang sebagai panduan melaksanakan
komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan lain yang ditimbulkan karena pengaruh
kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah harus berakhir.
d) Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah
suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga
menghasilkan proses komunikasi yang baik.
e) Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah
suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga
menghasilkan proses komunikasi yang baik.

II.2 Down Syndrome

II.2.1 Pengertian Down Syndrome

Istilah Down syndrome digunakan untuk menyebut anak-anak yang mempunyai


kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi serta
ketidakcakapan dalam interaksi sosial, yang diakibatkan oleh adanya kelainan pada kromosom.
Jumlah kromosom yang dimiliki penderita down syndrome tidak terdiri dari dua kromosom
sebagaimana mestinya melainkan kromosomnya berjumlah tiga, sehingga mengakibatkan anak
mengalami penyimpangan fisik. Down syndrome merupakan bagian dari ketunagrahitaan yaitu
kelainan yang terjadi pada mental dan kognitif yang dialami oleh penderitanya.7

Anak berkebutuhan khusus seperti anak down syndrome ini sangat memerlukan

perhatian ektra dari orang disekitarnya terutama orangtua dan keluarga. Tidak mudah untuk

menghadapi dan menerima kondisi yang dialami anak down syndrome, karena selain bentuk fisik

dan kemampuan kognitif yang berbeda dari anak lainnya, pada umumnya anak down syndrome

juga bermasalah dengan perilaku hiperaktif, serta emosi yang cendrung labil.

7. http://www.adin-lib-unair.ac.id/. Diakses pada 7 September 2011 pukul 23.52.

Universitas Sumatera Utara


Setiap anak yang terlahir ke dunia ini merupakan makhluk yang unik, karena itu

pendekatan pada masing-masing anak juga harus berbeda, begitu pula pada anak yang terlahir

dengan keterbatasan yang terpenting adalah bagaimana upaya meningkatkan quality of life dari

anak berkebutuhan khusus ini.

Anak down syndrome biasanya banyak dilahirkan oleh ibu yang sudah berumur di atas
30 tahunan. Namun, tidak menutup kemungkinan ibu yang masih berumur di bawah 30 tahun
juga dapat melahirkan anak yang mengalami down syndrome. Hal ini terjadi biasanya akibat dari
sel telur wanita yang telah dibentuk pada saat wanita tersebut masih dalam kandungan dan akan
dimatangkan satu per satu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil balik, sehingga pada saat
wanita menjadi tua, kondisi sel telur tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik dan pada
waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel benih ini mengalami pembelahan yang kurang
sempurna. Oleh karena itu, Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan kromosom melalui
amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mendeteksi apakah ada kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan
yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan fisik kromoson dengan ultrasonography dan
Pemeriksaan darah. Hal ini dianggap paling ekeftif karena sampai saat ini belum ditemukan
metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini.8

Kebanyakan penderita down syndrome di kehidupan sehari-harinya mengalami

kesulitan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bina diri. Selain itu, kebanyakan

penderita down syndrome juga mengalami gangguan yang disebut attention defisit hyperactivity

disorder (ADHD) yang berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Gangguan

ADHD memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang mencakup disfungsi otak

(Baihaqi dan Sugiarmin, 2006:2).

8. http://suaramedia.com/03/07/2011/. Diakses 7 September 2011 pukul 22.55.

Universitas Sumatera Utara


Penderita gangguan ADHD mengalami kesulitan dalam mengendalikan implus yang

terdapat dalam otaknya. Selain itu, gangguan ini juga menghambat perilaku dan keadaan

penderitanya serta tidak mendukung rentang perhatian mereka. Gangguan ini dapat mempunyai

pengaruh negatif terhadap kondisi anak baik di sekolah, di rumah dan di lingkungannya yang

mengakibatkan anak menjadi sangat aktif, kesulitan dalam belajar, kesulitan berperilaku,

kesulitan sosial, dan lain sebagainya. Perilaku anak yang mengalami ADHD sangat

membingungkan dan sangat kontradiktif, namun mereka dapat melakukan sesuatu dengan lebih

giat dan tekun dibandingkan anak normal jika orangtua atau guru menerapkan aturan yang lebih

ketat. Oleh karena itu, perhatian dan dukungan yang diberikan orangtua sangat dibutuhkan oleh

anak yang mengalami ADHD kerena hal ini sangat berpengaruh pada kekuatan, kemampuan, dan

perasaan anak.

Selain itu, penderita down syndrome biasanya lahir dengan berbagai gangguan medis,

seperti gangguan jantung, leukemia, katarak, gangguan pendengaran dan gangguan bicara.

Penderita down syndrome biasanya juga mengalami kesulitan dalam hal yang berhubungan

dengan kegiatan belajar karena kemampuan daya ingat yang lambat dibandingkan dengan anak

normal. Masalah ini disebabkan karena lemahnya kemampuan persepsi dan menilai. Namun,

sistem pengajaran dengan menggunakan gambar dianggap merupakan metode bagus untuk

mengajarkan anak down syndrome belajar, berbicara, dan berinteraksi.

II.2.2 Karakteristik Down Syndrome

Down syndrome merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasan mengalami

hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa

karakteristik umum down syndrome yaitu (Somantri, 2007:105):

Universitas Sumatera Utara


1) Keterbatasan Intelegensi
Intelegensi merupakan fungsi kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mempelajari informasi dan keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah serta situasi
kehidupan yang baru. Kapasitas belajar anak down syndrome lebih bersifat abstrak seperti
berhitung dan belajarnya tanpa pengertian.
2) Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak down syndrome juga memiliki
kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat. Anak down syndrome cendrung
tidak mampu memikul tanggungjawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka selalu
harus dibimbing dan diawasi. Mereka juga melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibatnya.
3) Keterbatasan fungsi mental lainnya
Anak down syndrome memiliki waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada
situasi yang baru dikenalnya dan ada umumnya anak down syndrome memiliki
keterbatasn dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi
tetapi pusat pengelolaan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana
mestinya.

Selain hal diatas, terdapat juga beberapa karakteristik fisik dari anak down syndrome

yang bisa di amati secara langsung yaitu 9:

a) Bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head).


b) Mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata.
c) Alis mata miring (slanting of the eyelids).
d) Telinga lebih kecil, sehingga mudah terserang infeksi.
e) Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Di samping
itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat kemampuan bicara.
Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang
berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.
f) Otot lunak.
g) Persendian longgar (loose ligament).
h) Jari Tangan mungil.
i) Di telapak tangan terdapat garis melintang yang disebut simian crease.
j) Kaki yang mungil, simian crease juga terdapat di kaki yaitu telunjuk dan ibu jari yang
cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal.
k) Hidung cenderung lebih kecil dan datar. Hal ini di ikuti pula dengan saluran pernafasan
yang kecil, sehingga para penderita sering kesulitan untuk bernafas.
l) Rambut lemas, tipis dan jarang

9. http://www.wikipedia.org/wiki/down-syndrome. Diakses pada 9 September 2011 pukul 22.40

Universitas Sumatera Utara


II.2.3 Penyebab Down Syndrome

Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom, khusunya kromosom 21.

Pada umumnya manusia memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome,

kromosom 21 tidak sepasang melainkan tiga kromosom. Jadi, dengan kata lain down syndrome

merupakan gangguan genetik, akibatnya terjadi gangguan di dalam sel. Selain itu, umur ibu pada

saat melahirkan kemungkinan besar juga akan ikut mempengaruhi terjadinya down syndrome

pada anak.

II.2.4 Klasifikasi Down Syndrome


Down syndrome dapat di kategorikan dalam beberapa kategori berdasarkan hal yang
mempengaruhi diantaranya tingkat intelegensi dan kemampuan yang terdapat pada diri anak
down syndrome, berikut uraian kategorinya 10:
II.2.4.1 Down syndrome Berdasarkan Tingkat Intelegensi

• Down syndrome Ringan


Para penderita down syndrome pada kelompok ini, tidak terlalu parah mereka masih
dapat diajarkan belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Pada umumnya
kelompok ini tidak terlihat mengalami gangguan fisik.

• Down syndrome Sedang


Para penderita down syndrome pada kelompok ini termasuk anak keterbelakang mental
yang perkembangan Mental Age (MA) relatif lama, bisa sampai 7 tahun. Kelompok ini
hanya bisa untuk di didik mengurus diri sendiri seperti mandi, makan, dan sebagainya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kelompok ini membutuhkan pengawasan dari orang
sekitar.

• Down syndrome Berat


Kelompok ini sering disebut Idiot dan kelompok ini dapat dibagi lagi menjadi dua
kelompok yaitu anak down syndrome berat dan sangat berat. Down syndrome berat
memiliki IQ antara 32-20, sedangkan down syndrome sangat berat memili IQ di bawah
19. Kelompok ini memerlukan bantuan perawatan secara total.

II.2.4.2 Down syndrome Berdasarkan Kemampuan yang dimiliki Anak

• Down syndrome Mampu Latih


Para penderita down syndrome pada kelompok ini adalah merupakan anak down
syndrome yang memiliki kemampuan yang cukup baik untuk dilatih dalam melakukan
sesuatu hal seperti menyulam, menjahit, olahraga.
• Down syndrome Mampu Didik

Universitas Sumatera Utara


Para penderita down syndrome pada kelompok ini adalah merupakan kategori anak down
syndrome yang cukup bisa diberikan pendidikan akademis dan biasanya kemampuan
intelegensi pada down syndrome kategori ini cukup baik.

• Down syndrome Mampu Latih dan Mampu didik


Para penderita down syndrome pada kategori ini merupakan kategori anak down
syndrome yang memiliki kemampuan yang lumayan baik dalam menerima pendidikan
akademis serta juga memiliki kemampuan yang lumayan baik untuk bisa dilatih. Dengan
kata lain anak down syndrome kategori ini merupakan gabungan dari dua kategori down
syndrome sebelumnya.

II.2.5 Teknik Penanganan Down Syndrome

Terapi diperlukan untuk membangun kondisi anak berkebutuhan khusus menjadi lebih
baik, hal ini harus rutin dilakukan agar apa yang menjadi kekurangan anak bisa diatasi dan akan
lebih ekektif dilakukan sejak usia dini sebab perkembangan otak pada anak umumnya terjadi
sekitar umur 2-3 tahun. Terapi yang cukup efektif untuk anak penderita down syndrome yaitu 11:
a) Terapi Wicara
Terapi ini diperlukan bagi penderita down syndrome yang bermasalah dengan
keterlambatan bicara, deteksi dini diperlukan sebagai dasar untuk memberikan pelayanan
terapi wicara pada anak.
b) Terapi Okupasi
Terapi ini diberikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian atau pemahamannya dan
kemampuan sensorik dan motoriknya. Jenis terapi ini membantu anak dalam
mengembangkan kekuatan dan kordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat.
c) Terapi Kognitif
Terapi ini diberikan pada anak yang mengalami gangguan kognisi dan perceptual. Salah
satu bentuk terapi kognitif yaitu senam otak, adalah sejenis kegiatan terapi berbentuk
senam yang ditujukan untuk memberikan kondisi relaksasi pada otak.
d) Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis dan skill, jadi bahan
dari sekolah bisa dijadikan bahan acuan program terapi.
e) Terapi Sensori Integrasi
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori,
misalnya, pengintegrasian antara otak kanan dan otak kiri.
f) Terapi Snoefzelen
Terapi ini diberikan pada anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik. anak di
ajarkan berprilaku umum dengan pemberian sistem penghargaan pada anak tersebut.

10. http://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak. Diakses pada tanggal 7 September 2011 pukul 00.24.


11 http://www.priyes-buahhati.blogspot.com/2010/10/artikelanakketerbelakanganmental.html. Diakses pada tanggal 16 januari 2011 pukul
22.20.

Universitas Sumatera Utara


II.3 Teori Interaksi Simbolik (George Herbert Mead)

George Herbert Mead merupakan ilmuan yang pertama kali mencetuskan teori interaksi

simbolik, Mead sangat mengagumi kemampuan manusia untuk menggunakan simbol. Ia

menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul di dalam sebuah

situasi tertentu, karena makna diciptakan dari interaksi pada sebuah realitas.

Teori interaksi simbolik ini menekankan hubungan antara simbol dan interaksi. Ralph
Larossa dan Donald C. Reitzes dalam buku pengantar teori komunikasi analisis dan aplikasi,
mengatakan bahwa interaksi simbolik adalah sebuah kerangka refensi untuk memahami
bagaimana manusia bersama dengan orang lainnya menciptakan dunia simbolik dan bagaimana
dunia ini sebaliknya menciptakan manusia bersama orang lainnya, sehingga dapat membentuk
perilaku manusia. Pernyataan ini jelas menggambarkan mengenai bagaimana saling
ketergantunganan atara individu dan masyarakat (West dan Turner, 2008:96).

Teori interaksi simbolik lahir pada dua universitas yang berbeda yaitu University of

Iowa dan University Of Chicago. Pada awal perkembangannya kelompok Iowa mengembangkan

bebarapa cara pandang yang baru mengenai konsep diri, tetapi pendekatan yang dilakukan

dianggap sebagai pendekatan yang tidak biasa. Oleh karena itu, Herbert Blumer melanjutkan

penelitian yang dilakukan George Herbert Mead, ia meyakini bahwa studi manusia tidak dapat

diselenggarakan di dalam cara yang sama dengan studi tentang benda mati. Peneliti perlu

mencoba empati dengan pokok materi, masuk pengalamannya dan usaha untuk memahami nilai

dari tiap orang.

Blumer dan pengikutnya menghindari kuantitatif dan pendekatan ilmiah, melainkan

lebih menekankan pada riwayat hidup, autobiografi, studi kasus, buku harian, surat dan

nondirective interviews. Blumer terutama sekali menekankan pentingnya pengamatan peserta di

dalam studi komuniakasi. Lebih lanjut, tradisi Chicago ini melihat orang-orang sebagai individu

yang kreatif, inovatif, dalam situasi yang tidak dapat diramalkan. Masyarakat dan diri dipandang

Universitas Sumatera Utara


dari proses, yang bukan struktur untuk membekukan proses tersebut yang akhirnya akan

menghilangkan intisari dari hubungan sosial.

Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes juga mencatat tujuh asumsi yang mendasari teori

interaksi simbolik, yang memperlihatkan tiga tema besar yaitu (West dan Turner, 2008:96),

(1) Pentingnya makna bagi perilaku manusia,


a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain
pada mereka.
b. Makna yang diciptakan dalam interaksi antar manusia.
c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
(2) Pentingnya konsep mengenal diri,
a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.
b. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.
(3) Hubungan antara individu dan masyarakat
a. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial.

b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

Karya Mead yang paling terkenal, berjudul Mind, Self, and Society menggaris bawahi

tiga konsep kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme

simbolik. Tiga konsep itu saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme

simbolik. Pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial (self dengan orang lain) digunakan untuk

menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society) (Elvinaro, 2007:136). Untuk lebih jelas

ketiga konsep tersebut dijabarkan sebagai berikut :

a) Pikiran (Mind)

Pikiran merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna

sosial yang sama dan itu dikembangkan melalui interaksi dengan orang lain. Manusia memiliki

Universitas Sumatera Utara


konsep pemikiran yang dinyatakan sebagai percakapan di dalam diri sendiri. Salah satu hal

penting yang diselesaikan individu melalui pemikiran adalah pengambilan peran atau

kemampuan secara simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam diri khayalan orang lain (West

dan Turner, 2008:104-105).

Seorang individu dapat mengembangkan apa yang disebut dengan pikiran melalui

bahasa dan ini membuat individu tersebut mampu menciptakan setting interior bagi masyarakat

yang dilihatnya dan beroperasi di luar diri individu tersebut. Bahasa tergantung pada simbol

signifikan atau simbol-simbol yang memunculkan makna yang sama bagi orang banyak.

b) Diri (Self)

Diri merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang

lain. Individu mempunyai kemampuan untuk menjadi subjek dan objek bagi dirinya sendiri

dengan menggunakan bahasa. Subjek atau diri yang bertindak sebagai I dan objek atau diri yang

mengalami sebagai Me. Dimana I bersifat spontan, impulsif, dan kreatif sedangkan Me lebih

reflektif dan peka secara sosial (West dan Turner, 2008:107).

c) Masyarakat (society)

Cara manusia untuk mengartikan dunia dan diri sendiri yang berhubungan erat dengan

masyarakatnya. Ada dua bagian penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri

seorang individu yaitu particular others (orang lain secara khusus) merujuk pada individu yang

signifikan bagi individu lain seperti orangtua serta keluarga dan generalized others (orang lain

secara umum) yang merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial sebagai suatu

keseluruhan (West dan Turner, 2008:108).

Universitas Sumatera Utara


Sebelum bertindak manusia menggunakan arti-arti tertentu kepada dunianya sesuai

dengan skema-skema interpretasi yang telah disampaikan kepadanya melalui proses sosial.

Sehubungan dengan proses tersebut yang mengawali perilaku manusia, konsep pengambilan

peran (role taking) sangat mempengaruhi dan penting. Sebelum diri seseorang bertindak, ia

membanyangkan dirinya dalam posisi orang lain dan mencoba untuk memahami apa yang

diharapkan oleh pihak lainnya.

Komunikasi adalah proses interaksi simbolik dalam bahasa tertentu dengan cara berpikir

tertentu untuk mencapai pemaknaan tertentu pula, dimana kesemuanya terkonstruksi secara

sosial. Interaksi simbolik merupakan salah satu model penelitian budaya yang berusaha

mengungkap realitas perilaku manusia. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami

budaya melalui perilaku manusia yang terpantul dalam komuniaksi. Interaksi simbolik lebih

menekankan pada makna interaksi budaya sebuah komunitas. Pada saat berkomunikasi jelas

banyak penampilan simbol yang bermakna, yang hanya dimengerti oleh orang-orang yang

melakukan komunikasi tersebut.

II.4 Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga

Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan

interpersonal barangkali yang paling penting. Sehingga dapat dinyatakan bahwa makin baik

hubungan interpersonal, maka makin terbuka seorang individu untuk mengungkapkan dirinya,

makin cermat pula persepsinya tentang orang lain dan dirinya, sehingga makin efektif

komunikasi yang berlangsung. Komunikasi interpersonal yang efektif salah satunya dapat

tercermin pada keluarga, karena keluarga merupakan unit sosial yang paling kecil dalam

masyarakat yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial (Singgih, 2004:185).

Universitas Sumatera Utara


Melalui keluarga seseorang individu memulai yang namanya belajar, membentuk

karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan pada dirinya melalui suatu pola

tertentu. Komunikasi interpersonal yang terjadi diantara anggota keluarga dengan sendirinya

akan membentuk hubungan interpersonal diantara anggota keluarga tersebut. Proses komunikasi

dalam keluarga menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga hubungan interpersonal tiap

anggota keluarga. Meskipun semua kondisi budaya dan sosial berubah, tetapi bagaimanapun

komunikasi tetap harus memainkan peranan penting dalam kehidupan keluarga. Bahkan,

perubahan ini seharus dapat mendorong seorang individu untuk memahami bagaimana

komunikasi dapat mengurangi ketidakpastian. Hal ini pula yang nantinya akan menjadi suatu

peran dan tanggung jawab baru bagi setiap anggota keluarga.

Sebuah kelompok sosial dalam masyarakat memiliki peran dan status yang ditentukan.

Misalnya, suami, istri, ayah, ibu serta anak dengan sebuah ikatan darah, perkawinan, ataupun

adopsi yang biasanya berbagi tempat tinggal umum dan bekerjasama secara ekonomi. Namun,

seiring perkembang zaman definisi keluarga mulai berubah, tidak lagi menekankan pada peran

tradisional ibu, ayah dan anak tetapi lebih menekankan pada hubungan interpersonal dan

komitmen pribadi. Selain itu, terdapat juga definisi keluarga yang lain yaitu sebagai suatu unit

yang terdiri dari sejumlah orang yang tinggal secara bersama dan memiliki hubungan satu sama

lain dari waktu ke waktu dan biasanya berada dalam ruang hidup yang umum, tetapi tidak selalu

bersatu baik dalam bentuk pernikahan maupun kekeluargaan.

Berdasarkan perkembangan zaman dan perubahan sosial budaya dalam masyarakat,

terdapat empat jenis keluarga yaitu keluarga alami , campuran, orangtua tunggal dan keluarga

yang diperpanjang. Keluarga tradisional yang terdiri atas ayah, ibu dan anak biologis mereka

sering dianggap sebagai keluarga alami atau keluarga inti, tetapi seiring perubahan dalam

Universitas Sumatera Utara


budaya, nilai, ekonomi, serta faktor lainnya membuat tipe keluarga ini menjadi tidak lagi khas.

Tipe keluarga yang paling khas saat ini adalah tipe keluarga campuran, yaitu keluarga yang

terdiri dari dua orang dewasa dan anak-anak mereka tetapi karena perceraian, perpisahan,

kematian ataupun adopsi, sehingga anak-anak mungkin menjadi salah satu produk dari orangtua

biologis atau hanya salah satu orangtua yang membesarkan mereka.

Keluarga besar yang biasanya termasuk paman, bibi, sepupu, kakek, nenek dan lain

sebaginya juga mempengaruhi komunikasi dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat dimana

sesorang dibesarkan, tidak peduli apa jenisnya itulah yang dinamakan keluarga asal, dari sini

sesorang diajarkan aturan dan keterampilan tentang komunikasi interpersonal dan cara

mengembangkan asumsi dasar tentang sebuah hubungan.

Para peneliti komunikasi interpersonal telah mengembangkan empat pendekatan yang

berbeda untuk mempelajari komunikasi interpersonal dalam keluarga yaitu 12 :

• Pendekatan Sosial Deskriptif, pendekatan ini berpandangan bahwa keluarga berfungsi

untuk menyelidiki aturan, peran, pola, tradisi dan norma-norma kehidupan keluarga.

• Pendekatan keterampilan komunikasi dan perspektif penggayaan, pendekatan ini

menekankan pada prinsip dan keterampilan yang dirancang unuk membantu agar

keluarga berfungsi dengan baik dan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi

diantara anggota keluarga.

• Pendekatan Terapi, pendekatan ini membantu keluarga disfungsional agar dapat

mengidentifikasi dan mengelola isu-isu komunikasi yang bermasalah dalam keluarga.

Terapi ini lebih banyak berhasil jika semua anggota keluarga terlibat di dalamnya.

12. http://id.wikipedia.org/wiki/komunikasi_interpersonal. Diakses pada tanggal 9 September 2011 pukul 22.18.

Universitas Sumatera Utara


• Pendekatan Sistem, pendekatan ini memeriksa hubungan saling ketergantungan antara

anggota keluarga dari perspektif holistik.

Oleh karena itu, apapun yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat

mempengaruhi keseluruahan sisitem keluarga. Sehingga mencoba untuk mengisolasi perilaku

tertentu yang tidak akan memberikan pemahaman lengkap tentang bagaimana keluarga

beroperasi. Sering kali konflik dalam keluarga terjadi karena anggota keluarga menekankan

suatu peristiwa dari perspektif yang berbeda. Sistem keluarga, sama seperti semua sistem sosial

lainnya yaitu sebuah sistem organisasional yang kompleks, terbuka, adaptif, informatif dan

memerlukan pengelolaan.

Konflik yang terjadi diantara anggota keluarga sebenarnya dapat di minimalisir

melalui sebuah sistem keluarga yang diterapkan pada keluarga yang disfungsional tersebut. Jadi,

sitem keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sebuah keluarga. Ada beberapa jenis

sistem keluarga yang dapat menjadi solusi dalam keluarga yang disfungsional yaitu :

1. Sistem keluarga yang lebih dari jumlah anggota perorangan

Setiap keluarga pasti terjadi dinamika di dalamnya, namun untuk memahami dan

mengatasi hal tersebut, sesorang anggota keluarga yang menjadi panutan dalam keluarga tersebut

harus mempertimbangkan sesuatu yang lebih dari anggota keluarga yang lainnya. Hal ini

mengarah pada sebuah prinsip utama berfikir sistem yaitu keseluruahan lebih besar daripada

jumlah bagian-bagian. Keluarga mengasumsikan identitas kolektif yang menggabungkan tujuan

individu, kebutuhan dan kepribadian anggotanya. Ini bertujuan agar setiap anggota keluarga

benar-benar memahami bahwa pentingnya hubungan keluarga.

Universitas Sumatera Utara


2. Sitem Keluarga yang saling ketergantungan

Sebuah sistem yang saling bergantung adalah satu di antara bagian-bagian yang

berhubungan dengan bagian lainnya serta dipengaruhi oleh bagian lain pula dari sebuah sistem

tersebut. Begitu pula dengan anggota keluarga, pastinya dalam berinteraksi selalu dipengaruhi

oleh beberapa hal seperti perilaku dan sikap anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga

yang lainnya.

3. Sistem Keluarga merupakan sistem yang Kompleks

Kompleksitas kehidupan keluarga dapat menyebabkan kesalahpahaman tentang arti

peran, fungsi dan jenis pesan yang dimunculkan oleh anggota keluarga dengan tindakannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi sistem keluarga, karena itu kebanyakan anggota keluarga

menekankan perilaku serta peristiwa dalam cara yang berbeda. Hal ini menjadi tantangan untuk

menentukan pernyataan ataupun perilaku yang terisolasi dari seorang anggota keluarga.

Sehingga hal ini dapat diartikan dalam beberapa cara yang digunakan anggota keluarga akan

tetapi memiliki penyebab atau efek dalam penerapannya.

4. Sistem keluarga terbuka

Sebagai sebuah sistem terbuka, keluarga bayak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

diantaranya dipengaruhi oleh ekonomi, lingkungan sekitar, agama, pekerjaan dan pengaruh

eksternal lainnya.

5. Sistem keluarga adaptif

Keluarga beradaptasi terhadap perubahan, beberapa keluarga melakuakan hal ini lebih

baik daripada yang lain. Kemampuan untuk mengontrol dan menyesuaikan diri terhadap

perubahan, akan tetapi tetap saja tergantung pada seberapa baik keluarga berkomunikasi.

Anggota keluarga harus mengumpulkan serta menggunakan informasi agar berfungsi secara

Universitas Sumatera Utara


efektif dalam suatu sistem keluarga. Selain memperoleh informasi pribadi diantara mereka

sendiri, keluarga juga harus mengumpulkan dan memproses informasi dari sumber luar.

Sehingga keluarga siap untuk menerima segala perubahan yang terjadi.

Selain sistem keluarga, terdapat satu cara lagi untuk memgatasi konflik yang terjadi di

dalam keluarga yaitu melalui model interaksi keluarga circumplex. Cara ini dipandag paling

eketif untuk mengatasi konflik diantara anggota keluarga sebab berkaitan dengan model interaksi

yang digunakan keluarga sehingga dapat mempengaruhi komunikasi.

Para terapis keluarga berpandangan bahwa orang tidak bahagia datang dari keluarga
dimana ada banyak orang lain yang bahagia. Mereka mencoba untuk mengidentifikasi penyebab
masalah dalam sebuah keluarga disfungsional dan para terapis keluarga ini menemukan bahwa
sumber utamanya adalah masalah keluarga yang bersumber pada sistem keluarga yang
diterapkan. Namun, masalah ini dapat diatasi dengan model interaksi keluarga circumplex, yang
mana model ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa sebuah dinamika dalam keluarga dapat
berfungsi efektif serta dapat pula disfungsi dalam sebuah sistem keluarga.13

Model interaksi circumplex memiliki tiga model dimensi dasar yang berfokus pada

kemampuan adaptasi, kohesi, dan komunikasi. Kemampuan beradaptasi ini ditampilkan oleh

model circumplex mulai dari bersifat kacau sampai bersifat kaku yang mengacu pada

kemampuan keluarga untuk memodifikasi dan merespon suatu perubahan dalam struktur

kekuasaan. Bagi beberapa keluarga, sebuah tradisi, stabilitas, dan perspektif historis penting

untuk menimbulkan rasa nyaman dan kesejahteraan. Akan tetapi, keluarga lain yang tidak terikat

tradisi dianggap lebih mampu beradaptasi dengan keadaan baru.

13. http://id.wikipedia.org/wiki/komunikasi_interpersonal. Diakses pada tanggal 9 September 2011 pukul 22.18.

Universitas Sumatera Utara


Kohesi mengacu pada ikatan emosional dan perasaan kebersamaan yang menjadi

pengalaman bersama keluarga. Pada model interaksi circumplex hal ini dimulai dari sebuah

ikatan keluarga yang bersifat sangat ketat, sampai pada ikatan terlibat atau memilih untuk tidak

terlibat. Sebuah sistem keluarga yang dinamis, faktor kohesi yang terdapat dalam keluarga

biasanya bergerak naik dan turun, mulai dari yang bersifat terlepas sampai pada kisaran yang

bersifat untuk terlibat didalamnya.

Elemen kunci yang ketiga dalam model circumplex adalah komunikasi, melalui

komunikasi sebuah keluarga mampu beradaptasi dengan perubahan dan mempertahankan

hubungan baik diantara anggota keluarga. Hal ini dimulai dari hubungan yang bersifat terlibat

sampai pada hubungan yang bersifat terlepas. Komunikasi menjaga sebuah keluarga agar tetap

berperan sebagai suatu sistem yang saling mempengaruhi.

Model circumplex ini membantu seorang individu dalam memahami hubungan antara

kekompakan keluarga, adaptasi dan komunikasi keluarga, pada tahap perkembangan keluarga

yang berbeda. Sebuah keluarga yang seimbang memiliki jumlah moderat kohesi dan kemampuan

beradaptasi yang lebih. Keluarga yang seimbang biasanya juga lebih mampu beradaptasi dengan

keadaan yang berubah-ubah. Maka tidak mengherankan, apabila keluarga yang seimbang

biasanya memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.

Keterampilan komunikasi yang efektif memainkan peranan penting dalam membantu

sebuah keluarga mengubah tingkat kohesifitas atau adaptasi. Keterampilan ini meliputi mengenai

hal mendengarkan secara aktif, pemecahan masalah, empati dan dukungan. Keluarga yang

mengalami disfungsional merupakan keluarga yang tidak mampu beradaptasi atau mengubah

tingkat kohesi dalam keluarganya dan selalu menampilkan keterampilan komunikasi yang buruk.

Universitas Sumatera Utara


Biasanya keluarga disfungsional, kebanyakan para anggota keluarganya menyalahkan orang lain

atas masalah yang dialami keluarga mereka, anggota keluarga saling mengkritik satu sama lain,

dan di antara anggota keluarga tidak ada yang menjadi pendengar yang baik. Maka disinilah

model circumplex sangat berpengaruh besar dalam merubah sistem keluarga dalam keluarga

yang disfungsional agar dapat mengatasi konflik yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai