Anda di halaman 1dari 10

ASKEP CITRA TUBUH

DEFINISI
Menurut Honigman dan Castle, body image adalah gambaran mental seseorang
terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan
memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian orang lain 7 Universitas Sumatera Utara
terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-
benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian
diri yang subyektif (Dewi, 2009).
Selanjutnya Cash mengatakan bahwa citra tubuh mulai terbentuk pada saat anak-
anak prasekolah menginternalisasikan pesan- pesan dan standar-standar kecantikan dari
masyarakat dan kemudian menilai diri mereka sendiri berdasarkan standar-standar
tersebut (Mukhlis, 2013). Dengan cara ini, anak-anak mengembangkan konsep-konsep
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dengan melihat proporsi tubuh dan penampilan
mereka, seperti tinggi badan, berat badan, kondisi otot, warna rambut, dan gaya atau
merek pakaian mereka.
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi
tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap
individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya. Beberapa hal
terkait citra tubuh antara lain:
1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.
2. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis
individu tersebut.
3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang
lain terhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.
4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan
memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri
5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat mencapai
kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra
tubuh sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan adalah:
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah
pemasangan infuse
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan
pemasanagn alat di dalam tubuh
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan
alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll
Dari uraian definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah gambaran diri
terhadap dirinya sendiri, gambaran ini akan menyesuaikan dengan bagaimana orang lain
memperhatikannya, sehingga dapat menggambarkan diri dengan melihat bagaimana
respon orang lain ketika memperhatikannya. Citra tubuh merupakan persepsi diri
terhadap dirinya sendiri di mata orang lain dan anggapan dirinya sendiri untuk terlihat
pantas di lingkungan sekitarnya.
JENIS
a. Citra tubuh negatif
Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk
individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya.
Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran
tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-
conscious, dan khawatir akan badannya. Individu merasakan canggung dan gelisah
terhadap badannya (Dewi, 2009).
b. Citra tubuh positif
Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk
individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu
menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan
fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai
dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang
unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan
kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi,
2009).
TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat dan
menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh,
preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan (Harnawatiaj, 2008)
a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan
dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi
terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh
membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,
menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri.
Menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka lari atau menghindar secara emosional, menjadi pasif, tergantung ,
tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
d. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
e. Persepsi negatif terhadap tubuh
f. Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi
g. Mengungkapkan keputusasaan
h. Mengungkapkan ketakutan
i. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
PSKIOPATOLOGI
a. Faktor predisposisi
1. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
2. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang atau
penyakit).
3. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
4. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
b. Faktor presipitasi
1. Trauma
2. Ketegangan peran
3. Transisi peran perkembangan
4. Transisi peran situasi
5. Transisi peran sehat-sakit
c. Stressor
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah
pemasangan infuse.
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan
pemasanagn alat di dalam tubuh.
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan
tanda vital, dll).
d. Perilaku
1. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
2. Menolak bercermin.
3. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
4. Menolak usaha rehabilitasi.
5. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
6. Menyangkal cacat tubuh.
- Kondisi Patofisiologi dan Psikopatologis dan prosedur terapeutik yang dapat
menimbulkan gangguan citra tubuh :
a. Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuhenterostomi
1. Mastaktomi 4. pembedahan leher radikal
2. Histerektomi 5. laringektomi
3. pembedahan kardiovaskuler
b. Amputasi pembedahan atau traumatik
1. Luka bakar 2. Trauma wajah
c. Gangguan makan
1. Anoreksia nervosa 3. Obesitas
2. bulimia
d. Gangguan muskuluskeletal
1. atritis
e. Gangguan integumen
1. Psoriasis
f. Skar sekunder akibat trauma atau pembedahan
1. Lesi otak
g. Cerebrovaskular accident
1. Demensia 2. Penyakit parkinson
h. Gangguan afektif
1. Depresi 2. Skizofrenia
i. Gangguan endokrin
1. Akromegali
j. Sindroma chusing
1. Penyalahgunaan bahan kimia 3. Kehilangan atau pengurangan
2. Prosedur diagnostik fungsi
k. Impotensi
1. Pergerakan/kendali
2. Sensori/persepsi
3. Memori
l. Terapi modalitas
1. Teknologi tinggi (misalnya impian defibrilator, prostesis sendi, dialisis)
2. Kemoterapi
m. Nyeri
n. Perubahan psikososial atau kehilangan
1. Perubahan volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau sosial
2. Dukungan orang terdekat
3. Perceraian
4. Kepemilikan pribadi (rumah, perlengkapan rumah tangga, keuangan)
5. Translokasi/relokasi
o. Respon masyarakat terhadap penuaan (agetasim)
1. Umpan balik interpersonal negatif
2. Penekanan pada produktivitas
p. Defisit pengetahuan (personal, pemberi asuhan, atau masyarakat)
PENGKAJIAN
Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain. Setelah
diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera tampak respon
pasien terhadap perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan
pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif (Keliat, 1998).
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang atau
penyakit).
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
2. Isolasi social : menarik diri
3. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
4. Gangguan konsep diri : identitas personal berhubungan dengan perubahan
penampilan peran.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnose I : gangguan citra tubuh
Data Objektif :
a. Mengurung diri
b. Dari hasil pemeriksaan dokter pasien mengalami Goncangan Emosi.
c. Hilangnya bagian tubuh.
d. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
e. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
f. Menolak melihat bagian tubuh.
g. Aktifitas sosial menurun.
Data Subyektif :
e. Nafsu makan tidak ada.
f. Sulit tidur
g. Pasien suka mengeluh nyeri di dada.
h. Pasien mengeluh sesak nafas.
i. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan
hasil operasi.
j. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
k. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
l. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
m. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
n. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
o. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
SP Pasien
Tujuan Umum :
Kepercayaan diri klain kembali normal
Tujuan khusus :
1. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
2. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).
3. Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.
4. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi
1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini,
perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
2. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
3. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
4. Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.
5. Gunakan protese, wig, kosmetik atau yg lainnya sesegera mungkin,gunakan
pakaian yang baru.
6. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
7. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
8. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah kepada pembentukan
tubuh yang ideal.
9. Lakukan interaksi secara bertahap
10. Susun jadwal kegiatan sehari-hari.
11. Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga dan sosial.keluarga
dan sosial.
12. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran
pentingbaginya.
13. Beri pujian thd keberhasilan pasienmelakukan interaksi.
SP keluarga
Tujuan umum :
Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien
Tujuan khusus :
1. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.
2. Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.\
3. Keluarga mengetahui cara mengatasi.
4. Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra tubuhmasalah
gangguan citra tubuh
5. Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh.
6. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanKeluarga mampu mengevaluasi
kemampuanpasien dan memberikan pujian ataspasien dan memberikan pujian
ataskeberhasilannya.keberhasilannya.
Intervensi
1. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.
2. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
3. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.
4. Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
5. Menfasilitasi interaksi dirumah.
6. Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien
8. TAK : stimulasi persepsi HDR pasien
IMPLEMENTASI
Tindakan terhadap Perubahan Konsep Diri ( Gangguan Citra Tubuh )
Intervensi keperawatan membantu pasien memeriksa penilaian kognitif dirinya
terhadap situasi yang berhubungan dengan perasaan untuk membantu pasien
meningkatkan penghayatan diri dan kemudian melakukan tindakan untuk mengubah
perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tingkat intervensi yang
progresif, sebagai berikut :
1. Meluaskan kesadaran diri
2. Eksplorasi diri
3. Evaluasi diri
4. Perencanaan yang realistic
5. Komitmen terhadap tindakan
Daftar pustaka
Depkes RI. 1993, Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia. III
Depkes RI.
Keliat,.B.A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai