Anda di halaman 1dari 2

PERMUKIMAN DESA

Dalam mendesain suatu permukiman desa terdapat beberapa alternatif bentuk pola permukiman yang biasanya diterapkan di desa, yaitu :

1. Pola permukiman linear


Pola permukiman linear pada umumnya digunakan untuk merancang permukiman penduduk di dataran rendah dengan rentangan jalan raya
yang menembus desa. Seperti yang kita ketahui bahwa di perdesaan masih banyak tanah pertanian. Jika terjadi pemekaran suatu wilayah di
permukiman tersebut maka tanah pertanian akan/dapat menjadi pemukiman baru. Namun jika pemekaran menuju ke arah pedalaman, maka
untuk memudahkan aksesbilitas menuju permukiman tersebut diperlukan jalan baru mengelilingi desa, semacam ring road.

Pola permukiman linear memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu:


a. Perkembangan permukiman penduduknya menurut pola jalan yang ada (memanjang atau sejajar dengan rentangan jalan raya/sungai
yang menembus desa)
b. Pola permukiman linear memiliki keuntungan berupa aksesibilitas ke kota yang tinggi.

2. Pola permukiman menyebar (Disseminated rural settlement):


Pola permukiman menyebar dibagi menjadi beberapa tipe yaitu :
a. Farmstead: rumah petani terpencil yang dilengkapi gudang alat mesin, penggilingan gandum, lumbung dan kandang ternak
b.Homestead: rumah terpencil
c.Road site: bangunan terpencil di tepi jalan (restoran, pompa bensin, motel, dan lain-lain).

Ciri-ciri dari pola permukiman menyebar adalah jarak antara permukiman penduduk yang satu dengan yang lain terbilang sangat jauh, sehingga
menyebabkan tidak kondusif lagi bagi perhubungan desa serta dapat mengganggu evolusi dari desa yang baru terbentuk menjadi komunitas
fungsional.

3. Pola permukiman terpusat


Pola permukiman terpusat bersifat mengelompok serta merupakan dukuh atau dusun (hamlet) yang terdiri atas kurang dari 40 rumah, serta
kampung (village) yang terdiri atas 40 rumah atau lebih bahkan ratusan rumah. Seperti yang terlah kita ketahui bahwa di sekitar kampung dan
dusun biasanya terdapat tanah pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan, kehutanan, dan tempat bekerja sehari-hari. Untuk pola
permukiman perkampungan pertanian pada umumnya mendekati bentuk bujur sangkar sedangkan pola permukiman perkampungan nelayan
umumnya memanjang (satu baris atau beberapa baris rumah) sepanjang pantai atau sepanjang sungai. Pola permukiman ini terdapat di daerah
pegunungan. Warga pedesaan pada umumnya masih satu kerabat. Pemusatan tempat tinggal tersebut didorong oleh adanya rasa
kegotongroyongan. Jika jumlah penduduk bertambah, pemekaran permukiman mengarah ke segala arah, tanpa adanya rencana. Sementara itu,
pusat-pusat kegiatan penduduk dapat bergeser mengikuti arah pemekaran.

Pola permukiman terpusat memiliki ciri-ciri yaitu:


a. Plot rumah saling berhubungan
b. Kerugiannya, yaitu jarak rumah penduduk dengan lahan pertanian mereka agak jauh
c. Kelebihan dari pola pemukiman terpusat, yaitu areal pertanian pribadi dapat tersebar luas.

Sumber Pustaka

Mansur, Y. M. 1988. Sistem Kekerabatan dan Pola Pewarisan. Jakarta: Pustaka Graika Kita. Rapoport, A. 1993. Development, Culture, Change and
Supportive Design. USA: University of Wisconsin-Milwaukee. Sasongko, I. 2002. Transformasi Struktur Ruang pada Permukiman Sasak, Kasus: Permukiman
Desa Puyung. Jurnal ASPI. 2 (1):117-125. Soekanto, S. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Cetakan ke-35, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daldjoeni, N. 2003.
Geografi Kota dan Desa. Bandung: P.T. Alumni. Soeroto, M. 2003. Dari Arsitektur Tradisional Menuju Arsitektur Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai