Fam Raeferat
Fam Raeferat
FIBROADENOMA MAMAE
Disusun oleh:
Andika Setyo Nugroho (030.14.012)
Sri Wisnu Wardana (030.12.260)
Pembimbing:
dr. Willy Yulianto, Sp. B
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul fibroadenoma mamae.
Referat ini dibuat demi memenuhi tugas di kepaniteraan klinik bagian Bedah Rumah Sakit dr.
Soeselo Slawi. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Willy Yulianto, Sp.B, selaku dokter pembimbing yang telah memberikan saran dan
koreksi dalam penyusunan laporan kasus ini.
2. Teman-teman dokter muda dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang untuk menyempurnakan laporan kasus
ini. Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 2
FIBROADENOMA MAMAE
DEFINISI .................................................................................................... 6
EPIDEMIOLOGI ......................................................................................... 6
ETIOLOGI ................................................................................................... 7
FAKTOR RISIKO ....................................................................................... 7
KLASIFIKASI ........................................................................................... 10
PATOFISIOLOGI ...................................................................................... 10
DIAGNOSIS .............................................................................................. 12
DIAGNOSIS BANDING ........................................................................... 14
PENATALAKSANAAN ........................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Fibroadenoma Mammae (FAM) ini merupakan tumor jinak payudara dan merupakan
kasus terbanyak tumor payudara. Kejadiannya dapat berbentuk tunggal atau multiple
(banyak) pada satu payudara atau kedua payudara.
Berdasarkan laporan dari NSWBreats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya
terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50,
sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan
laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita
dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita
mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi
pula wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan
jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda.
Tumor payudara merupakan tumor tertinggi yang diderita oleh wanita Indonesia
dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan. Berdasarkan data Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, tumor payudara menempati urutan pertama pada pasien
rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%).(1)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus imfatik
subareolar.
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3 – 4 rami dari
pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan terapi bedah adalah :
1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor melintasi
anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke permukaan dalam m. pektoralis
mayor.
2. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis,
tidak melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor dan
m. pektoralis mayor.
3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada dinding
toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.
4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama pembuluh darah
subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m. teres mayor.
Untuk lebih jelas dari anatomi payudara dapat dilihat pada gambar berikut:
3
Gambar : Perdarahan Arteri dan Vena Payudara
4
Gambar : Tampak pptongan Samping
5
3.2. Fisiologi Payudara
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen
diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai
perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial. Payudara
mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon, antara lain: (3)
a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga
hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin
dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi
asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
6
Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi fibroadenoma
pada wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 – 15 % kasus
fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap, fibroadenoma lebih
sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit putih.
Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di
Jamaica, yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh
penyakit fibrokistik, sekitar 19, 3 %. (5)
b. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia
perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et
all (2011) di Iran menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko kejadian
FAM (OR=6.64, CI 95% 2.56-16.31) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali
adalah wanita yang tidak menikah. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa
7
menikah < 21 tahun meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23-
6.53) artinya penderita FAM kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah
pada usia < 21 tahun.
d. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan
terhadap peningkatan hormon estrogen. Penggunaan kontrasepsi yang komponen
utamanya adalah estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian
FAM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Department of Surgery, University
of Oklahoma Health Sciences Center (Organ, 1983), dilaporkan proporsi penderita
FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan komponen utama estrogen adalah
sekitar 60%.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal
merupakan faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all
diketahui bahwa IMT > 30 kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.45,CI
95% 1.04-3.03) artinya wanita dengan IMT > 30 kg/m2 memiliki risiko 2,45
kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT < 30 kg/m2.
f. Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma. Namun,
riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama dilaporkan
oleh beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko tumor ini.18 Dari
beberapa penelitian menunjukkan adanya risiko menderita FAM pada wanita yang
ibu dan saudara perempuan mengalami penyakit payudara. Dilaporkan 27 % dari
penderita FAM memiliki riwayat keluarga menderita penyakit pada payudara
(Organ, 1983).28 Tidak seperti penderita dengan fibroadenoma tunggal,
8
penderita multiple fibroadenoma memiliki riwayat penyakit keluarga yang kuat
menderita penyakit pada payudara.
g. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga
akan meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui
orang yang mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM
(OR=1.43 CI 95%1.16-1.76) artinya orang yang mengalami stress memiliki risiko
1,43 kali menderita FAM dibandingkan dengan orang yang tidak stress.
h. Faktor Lingkungan
Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic
hydrocarbons (PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya FAM.
Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all pada tahun 2011 di Iran dilaporkan 38% dari
penderita FAM memiliki riwayat tinggal di dekat pabrik yang memproduksi
PAHs. Penelitian tersebut menggunakan desain case control dimana diketahui
OR=3.7,CI95%1.61-7.94 yang artinya orang yang tinggal didekat pabrik yang
memproduksi zat PAHs memiliki risiko 3,7 kali menderita FAM.27 PAHs adalah
salah satu pencemar organik yang paling luas. PAHs dibentuk oleh pembakaran
tidak sempurna dari karbon yang mengandung bahan bakar seperti kayu, batu bara,
diesel, lemak, tembakau, dan dupa.36 Banyak senyawa-senyawa aromatik,
termasuk PAHs, yang bersifat karsinogenik. Hal ini berdasarkan sifatnya yang
hidrofobik (tidak suka akan air), dan tidak memiliki gugus metil atau gugus reaktif
lainnya untuk dapat diubah menjadi senyawa yang lebih polar. Akibatnya senyawa
PAHs sangat sulit diekskresi dari dalam tubuh dan biasanya terakumulasi pada
jaringan hati, ginjal, maupun adiposa atau lemak tubuh. Dengan struktur molekul
yang menyerupai basa nukleat (adenosin, timin, guanin, dan sitosin), molekul
PAHs dapat dengan mudah menyisipkan diri pada untaian DNA. Akibatnya fungsi
DNA akan terganggu dan apabila kerusakan ini tidak dapat diperbaiki dalam sel,
maka akan menimbulkan penyakit kanker.
9
3.7.Klasifikasi Fibroadenoma Mamae
Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam: (7)
Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25
tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya
berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari
seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.
Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4%
dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada
wanita hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang
besar dan pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma
dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya
yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor
ini.
Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan, dengan insiden
0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile
fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral. Tumor jenis ini lebih banyak
ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang Kaukasia.
10
Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami
postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,
fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi
pergantian hormon, dan pada orang – orang yang mengalami penurunan kekebalan
imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien –
pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma
berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.
Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita
remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney complex.
Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal dominan yang
terdiri atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.(8)
11
3.9. Diagnosis Fibroadenoma Mamae
a. Gambaran Klinis
Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala dan
terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma
relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur
dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan
permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi
kadang dirasakan nyeri bila ditekan.(9)
b. Pemeriksaan Fisik
Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter,
diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast di
sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1 – 3 cm, tetapi ukurannya
dapat bertambah sehingga membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat
ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada quadran
lateral atas payudara. Tidak terlihat perubahan kontur payudara. Penarikan kulit
dan axillary adenopathy yang signifikan pun tidak ditemukan.(10)
c. Pemeriksaan Histopatologi
Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna cokelat –
putih pada irisan, dengan bercak – bercak kuning – merah muda yang
mencerminkan daerah kelenjar.
Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar dengan
berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar yang
mengandung rongga mirip duktus berlapis sel epitel dengan ukuran dan bentuk
yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau
lebih lapisan sel yang reguler dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di
sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup teratur (fibroadenoma
perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma
sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagi celah atau
struktur ireguler mirip – bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).(11)
d. Pemeriksaan Radiologik
Mamografi
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai massa
berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan berukuran sekitas 4 – 100
mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama dengan jaringan kelenjar
12
sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas
yang lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang
kasar, yang diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada
fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat, oval atau berlobus –
lobus. Pada wanita postmenopause, komponen fibroglandular dari fibroadenoma
akan berkurang dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan sedikit atau
tanpa komponen jaringan ikat.
Ultrasonografi
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas, berbentuk
bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan
diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan
gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang
tipis, merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi
tersebut jinak. Fibroadenoma tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat
pada pemeriksaan USG merupakan pseudocapsule yang disebabkan oleh
penekanan dari jaringan di sekitarnya.
Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas tegas pada
sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma
13
Magnetic Resinance Imaging
Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagi massa bulat atau oval
yang rata dan dibandingkan dengan menggunakan kontras gadolinium-based.
Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika
dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam gambaran T1-weighted dan
hypointense and hyperintense dalam gambaran T2-weighted.(12)
Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi. Dari pemeriksaan USG dan
FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI post-contras, memperlihatkan
penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma.
14
Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas tanpa kalsifikasi
Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang
masih tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya
penyangatan akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik
pada tumor tersebut.
Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak besar , berlobulasi dengan
echo-internal inhomogen, sering ampak struktur anechoic yang menandakan adanya proses
degeneresi kistik.
b) Kista Payudara
Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus dan acini
mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran mamografinya
berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan
dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya.
15
Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval dengan densitas yang lebih
terang dibandingkan dengan parenkim payudara.
Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval,
mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan akustik
posterior.
Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai suatu lesi an-echoic dengan batas
teratur serta tampak penyangatan akustik posterior.
c) Papilloma
Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh
di bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala berupa sekresi cairan
serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan diameter beberapa
milimeter atau retraksi puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya, ukuran lesi
16
papilloma sangat kecil, hanya beberapa milimeter, sehingga pada mamografi,
terlihat gambaran sedikit pengembungan atau normal dari duktus retro-areolar.
Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara dengan kalsifikasi yang
menyebar tanpa gambaran massa.
Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran duktus laktiferus.
17
untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan
lokasi dari lesi di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu :
18
DAFTAR PUSTAKA
19
13. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on Maret 7, 2019.
14. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on Maret 7, 2019
20