Faringitis Akut
Oleh:
Pembimbing:
2019
1
Kasus 1
Tanggal Presentasi :
Deskripsi :
Tujuan :
Umur : 24 tahun
2
Data untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis
Faringitis Akut
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit
demam. Demam timbul ± 4 hari SMRS, demam terjadi terus menerus disertai
batuk berdahak dan pilek. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri ketika menelan
dan suara serak. Mual (-) muntah (-), diare (-), nyeri perut (-)
5. Lain-lain :
a. Pemeriksaan Fisik
3
Thorax :
(-/-)
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Kerja
Faringitis akut
2. Subyektif
utama demam. Demam timbul ± 4 hari SMRS, demam terjadi terus menerus
disertai batuk berdahak dan pilek. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri
ketika menelan dan suara serak. Mual (-) muntah (-), diare (-), nyeri perut (-)
Anamnesis
Pada pasien Nn. N didapatkan keluhan berupa Demam yang timbul ± 4 hari
SMRS, demam terjadi terus menerus disertai batuk berdahak dan pilek. Selain
itu, pasien juga mengeluh nyeri ketika menelan dan suara serak. Mual (-) muntah
4
(-), diare (-), nyeri perut (-). Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis
menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti lemas, anorexia, suhu tubuh naik,
suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis, tonsil
membesar, pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang
bawah teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien, di bagian telinga tidak
didapatkan adanya kelainan. Pada hidung didapatkan secret yang berwarna jernih,
didapatkan hiperemis pada mukosa faring tanpa adanya eksudat, pada tonsil tidak
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan
kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
5
Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan
yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan
limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring
memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan
dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat
Klasifikasi Faringitis
Faringitis Akut
a. Faringitis Viral
sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus
6
Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala
faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat
tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring
hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.
7
b. Faringitis Bakterial
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu
yang tinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil
Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring.
Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.
1. Demam
3. Tonsillar exudates
4. Absence of cough
Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. bila skor 0-1 maka pasien tidak
mengalami faringitis akibat infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3 maka
8
pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptococcus group A dan bila skor
c. Faringitis Fungal
Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak
9
Pemeriksaan Penunjang (1-3)
Hematokrit 38,2 30 – 40
suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri Group A Beta-
mendiagnosa faringitis karena infeksi GABHS. Tes ini akan menjadi indikasi
jika pasien memiliki risiko sedang atau jika seorang dokter memberikan terapi
antibiotik dengan risiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh positif
Rapid antigen detection test tidak sensitif terhadap Streptococcus Group C dan
G atau jenis bakteri patogen lainnya (Kazzi et al., 2006). 24 Untuk mencapai
hasil yang akurat, pangambilan apus tenggorok dilakukan pada daerah tonsil
10
dan dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan
sangat penting bagi penderita yang lebih dari sepuluh hari (Vincent, 2004).
4. Tatalaksana
- PO Paracetamol 3x500mg
Penatalaksanaan Komprehensif
100/KgBB dibagi dalam 4-6x per hari untuk orang dewasa. Sedangkan
pada anak <5tahun diberikan 50mg/KgBB dibagi dalam 4-6x per hari
4x500mg/hari
11
6. Jika diperlukan dapat diberkan obat antitusif atau ekspektoran
7. Analgetik – antipiretik
dapat berupa deksametasone 3x0,5mg pada dewasa selama 5 hari dan pada
12
DAFTAR PUSTAKA
https://emedicine.medscape.com/article/764304-overview
13