Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NUR AINUN SYAFARILAILA

NIM : 1606037
KELAS : 6A PGPAUD
MATAKULIAH : PENDIDIKAN ABK

INSTRUMEN PENGUNGKAP GANGGUAN DISLEKSIA

Kata Disleksia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Dys yang artinya sulit, dan lex yang
berasal dari kata legein yang artinya berbicara. Jadi, anak yang menderita disleksia biasanya
kurang memiliki kemampuan untuk menghubungkan kata atau simbol-simbol tulisan. Secara
umum disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar seseorang tersebut dalam
melakukan aktivitas membaca dan menulis. Ada 3 tanda pokok yang perlu diamati dan bisa
dijadikan acuan apakah anak tersebut mengalami disleksia atau tidak, yaitu sebagai berikut:

a. Tidak bisa/ susah membedakan huruf, contohnya: membedakan huruf yang mirip yaitu
huruf b dengan huruf d.
b. Tidak bisa mengeja, biasanya mereka membaca secara terbalik) contohnya: ubi dibaca
ibu.
c. Tidak paham dengan bacaan (mereka tidak mampu apa menjelaskan apa yang mereka
sudah baca).

Selain itu anak disleksia juga mengalami kesulitan dalam permainan yang mengucapakan
bunyi-bunyi yang mirip. Berikut beberapa ciri anak yang menderita disleksia (Fanu, 2007: 60).

a. Membaca dengan sangat lambat dan terkesan tidak yakin, atas apa yang diucapkannya.
b. Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya yang beranjak dari satu teks
ke teks berikutnya.
c. Melewatkan beberapa suku kata, frasa, atau bahkan baris-baris dalam teks.
d. Menambahkan kata-kata atau frasa.
e. Membolak-balik susunan huruf atau suku kata dengan memasukan huruf lain.
f. Salah melafal kata-kata dengan kata lainnya.
g. Membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti.
h. Mengabaikan tanda baca.
Salah satu penyebab terhambatnya anak disleksia dalam melakukan pemprosesan bahasa
adalah karena terjadinya pemusatan pada saraf penghubung atau confusing traffic jam of nerve
signal menjadikan proses penginformasi antar saraf semakin lama (Devaraj, 2006: 36).
Kemudian disleksia secara etiologi bahwa gangguan disleksia lebih disebabkan oleh faktor
keturunan, yang diturunkan melalui kromosom.

Terdapat beberapa tipe dari disleksia, yaitu sebagai berikut:

a. Disleksia Perifer
1. Disleksia Tipe Neglect, penderita tidak mampu membaca atau salah membaca 1-2
huruf pertama sebuah kata, contohnya, “dan” dibaca “ban”.
2. Disleksia Tipe Attention, penderita kesulitan untuk membaca beberapa kata secara
berurutan.
3. Disleksia Tipe Letter by Letter, penderita tidak dapat membaca huruf sesuia dengan
fenotiknya atau bunyi yang dihasilkan manusia.
b. Disleksia Tipe Sentral
1. Non-Lexical/ Non- Semantic, rute ini menyebabkan seseorang dapat membaca sebuah
kata yang ada dan tidak ada dalam teks bahasa Indonesia dengan menggunakan
pengalaman pembelajaran.
2. Lexical/Semanti, rute ini menyebakan seseorang dapat membaca kata yang ada dalam
bahasa Indonesia tetapi tidaj dapat membaca dengan baik.
c. Disleksia Tipe Nonsemantic Reading, pemahaman terhadap isi bacaan buruk tetapi dalam
membaca baik.
d. Disleksia Tipe Surface, penderita akan membaca kata-kata yang sudah dikenal dan
diketahui seakan-akan kata tersebut sulit.
e. Disleksia Tipe Phonological, penderita kesulitan membaca dan kata yang baru dikenal.
f. Disleksia Tipe Deep, penderita lebih mudah membaca kata-kata yang memiliki bentuk
secara nyata dan dapat dibayangkan.

Terapi Anak Disleksia

a. Terapi intergensi sensori, membantu memperbaiki masalah integrasi sensori.


b. Terapi orthopaedagogy, memperbaiki kemampuan dasar belajar.
Cara yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar oada anak disleksia yaitu sebagai
berikut:

a. Menggunakan media pembelajaran.


b. Tingkatkan motivasi belajar
c. Tingkatkan rasa percaya diri anak
d. Jangan pernah menyalahkan anak atas kondisiyang dialaminya.
e. Selalu damping anak dalam belajar.

Ada beberapa teknik dalam memberikan layanan konseling individu yaitu sebagai berikut:

a. Teknik attending, menghampiri klien yang mencakup kontak mata, bahasa tubuh, dan
bahasa lisan.
b. Teknik empati, kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan klien.
c. Teknik refleksi, untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman berdasarkan hasil pengamatan.
d. Teknik eksplorasi, teknik yang menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.
e. Teknik paraphrasing, teknik yang menyatakan kembali esensi atau inti dari ungkapan
klien kepada konselor dengan mengungkapkan dengan kalimat yang mudah.
f. Teknik pernyataan terbuka, teknik memancing klien agar mengungkapkan perasaan ,
pengalaman, dan pemikiran.
g. Teknik pernyataan tertutup, teknik yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi,
menjernihkan sesuatu, dan menghentikan pembicaraan.
h. Teknik dorongan minimal
i. Teknik interpretasi, untuk mengulas.
j. Teknik mengarahkan
k. Teknik memimpin.
l. Teknik fokus, membantu klien memusatkan perhatian.
m. Teknik konfrontasi, mendorong klien mengadakan penelitian secara jujur.

DAFTAR PUSTAKA
JATI RINAKRI ATMAJA, M. (2017). PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS. BANDUNG: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Anda mungkin juga menyukai