Anda di halaman 1dari 76

Disertai:

Gambar
Praktek

Panduan
Praktis
Pengurusan
Jenazah
Penulis

Abu Afnan Azmi Al Banjary

Penerbit ; MLC (Muamalah Learning Centre)


Jl. Indrakila RT.04 No.90 Kel. Gunung Samarinda Baru. Balikpapan.
Daftar Isi

Muqadimmah...................................1
Yang kita lakukan
ketika ada yang sakaratul maut.........3
Memandikan Mayyit........................9
Mengkafankan
Mayyit............................................25
Tata Cara
Mensholatkan Jenazah...................35
Mengantarkan
Jenazah...........................................51
Menguburkan
Jenazah...........................................57
Beberapa bid'ah-bid'ah
dalam prosesi penguburan mayit....69
.MUQADDIMAH.

MUQADDIMAH
Alhamdulillah robbil 'alamin, Was sholatu
was salamu 'ala khatimin nabiyyin, wa ba'du :
Inilah tulisan mengenai tata-c ara
pelaksanaan fardhu kifayah yang sengaja kami
tulis secara singkat dan praktis dengan memilih
pendapat-pendapat para ulama yang insya Allah
kami pandang rajih berdasarkan dalil-dalil
yang shahih1 .

Buku ini ditulis dengan rujukan/ referensi


utama bersumber dari tiga kitab ; Sholat Al
Janazah yang ditulis oleh Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman Al Jibrin hafidzahullah, Ahkam
Al Janaiz wa Bida'uha yang ditulis oleh Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani dan Syarh
Al Mumti' jilid kelima, kitab Al Janaiz yang
1. Kami tidak menafikan adanya ikhtilaf dalam masalah
pengurusan fardhu kifayah, tapi untuk menyingkat
tulisan cukup disini kami kemukakan pendapat-pendapat
para ulama yang kami pandang rajih berdasarkan dalil-
dalil yang shahih.

﴾1﴿
.MUQADDIMAH.

ditulis oleh Syaikh Shalih bin Muhammad


Al Utsaimin r. Tulisan ini kami tulis sebagai
sedikit upaya untuk mengembalikan kaum
muslimin kepada sunnah nabi mereka yang
telah banyak dilupakan dan digantikan dengan
berbagai macam bid'ah. Hal ini banyak terjadi
pada berbagai aspek kehidupan beragama kaum
muslimin terutama dalam penyelenggaraan
fardhu kifayah atas mayit, sehingga terkesan
sangat rumit, susah dan bertele-tele1 , padahal
kalau kita mengerjakannya sesuai tuntunan
Rasulullah  maka akan sangat mudah
dan praktis disamping mendapatkan pahala
mengamalkan sunnah dan terhindar dari bahaya
bid'ah2 . Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.

T
1. Karena memang salah satu ciri bid'ah adalah
memberatkan dan menyusahkan pelakunya (tanattu') hal
ini paradoks dengan sunnah yang sifatnya mudah dan
tidak memberatkan orang yang mengerjakannya.
2. Semoga kita semua diwafatkan dalam keadaan berpegang
teguh dengan aqidah yang shahih dan sunnah Rasulullah
, amiin.

﴾2﴿
Yang kita lakukan
ketika ada yang
sakaratul maut

﴾3﴿
.Yang kita lakukan ketika ada yang sakaratul maut.

Yang kita lakukan ketika


ada yang sakaratul maut

1. Mentalkinkan/ menuntunnya untuk


mengucapkan kalimat "Laa ilaha illallah"1 .

2. Menutup kedua matanya2 .

3. Mendo'akan kebaikan baginya3 .

4. Melemaskan persendian kaki dan tangannya


agar kelak mudah menggerakkannya ketika
dibutuhkan.

5. Melepaskan semua pakaiannya dan seluruh


badan mayit ditutup dengan satu helai kain
yang lebar, panjang dan tidak transparan4 .
1. Hr. Muslim dari jalan Abi Sa'id Al Khudri
2. HR. Muslim dari jalan Ummu Salamah.
3. HR. Muslim
4. Disunnahkan kain yang bercorak garis-garis
sebagaimana yang dilakukan para shahabat terhadap

﴾5﴿
.Yang kita lakukan ketika ada yang sakaratul maut.

6. Mayit kemudian diletakkan ditempat yang


agak tinggi yang dipersiapkan sebagai
tempat memandikannya dan mayit siap
untuk dimandikan.
CATATAN:

• Para ulama juga menyarankan agar kita


mengikat antara dagu dengan bagian atas
kepala supaya mulut mayit tidak terbuka, begitu
juga agar kita mengikat kedua betis agar berada
dalam posisi rapat dan meletakkan sesuatu yang
agak berat diatas perut mayit dengan tujuan
agar perut mayit tidak mengembung. Ketiga
hal ini bisa kita lakukan kalau dipandang perlu,
Wallahu a'lam.
• Tidak disunnahkan mengkhususkan membaca
surah atas pendapat yang rajih baik atas

jenazah Rasulullah  (HR. Bukhari dan Muslim secara


Muttafaq alaihi).

﴾6﴿
.Yang kita lakukan ketika ada yang sakaratul maut.

orang yang sedang sakaratul maut maupun


yang sudah meninggal1 .
• Mempercepat segala urusan fardhu kifayat
atas mayit dari memandikan sampai me-
makamkan2 .

1. Karena hadits yang diriwayatkan oleh Ma'qal bin Yasar


sanadnya lemah sebagaimana yang diterangkan oleh
Ad Daruqutni dan Syaikh Al Albani. Ibnu Qattan
mengatakan haditsnya mauquf. Pada sanad hadits ini
ada dua rawi yang tidak dikenal para kritikus hadits yaitu
Abu Utsman dan bapaknya.
2. Hadits Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah

﴾7﴿
Memandikan
Mayyit

﴾9﴿
.Memandikan Mayyit.

Memandikan Mayyit

1. Perlengkapan :

a. S
ehelai kain untuk menutupi aurat
mayit
b. 1 atau 2 pasang sarung tangan untuk
membersihkan kotoran mayit
c. 1 helai kain atau handuk kecil untuk
menggosok-gosok badan mayit ketika
dimandikan

﴾ 11 ﴿
.Memandikan Mayyit.

Air Biasa Air Plus Daun Air Plus Kamfer/


Bidara/ Sabun Kapur Barus

d. 3 (tiga) buah ember berukuran sedang


; ember pertama air biasa, ember kedua
air dicampur daun sidr/ bidara kalau
tidak ada bisa diganti air sabun, ember
ketiga air dicampur dengan kapur barus/
kamfer
e. Sehelai handuk
f. Sehelai kain yang panjang dan lebar
untuk menutupi badan mayit ketika
selesai dimandikan (ini dibutuhkan
kalau kain yang menutupi badan
mayit ketika dia baru meninggal kotor
atau terkena najis, kalau tidak bisa
menggunakan kain tersebut)

﴾ 12 ﴿
.Memandikan Mayyit.

2. Menutup Aurat mayit (kalau mayit laki-


laki antara pusar sampai lutut sedang
perempuan antara dada sampai lutut)
Pendapat inilah yang dipegang mayoritas
para ulama termasuk syaikh Jibrin dan
syaikh Al Albani kecuali syaikh Utsaimin
berpendapat untuk perempuan tetap antara
pusar dengan lutut. Membuang kotoran
perut mayit.

3. Tidak disyariatkan memotong rambut


kemaluan dan ketiak sama sekali karena
tidak adanya dalil dan ditakutkan akan
menyebabkan aurat mayit terlihat. Begitu
juga untuk kumis dan kuku kecuali kalau
sangat panjang. Memandikan mayit pada

﴾ 13 ﴿
.Memandikan Mayyit.

bagian atas kanan badannya (setelah


sebelumnya diwudhu’kan).

Membuang kotoran perut mayit

Kotoran mayit yang keluar kemudian dibersihkan

﴾ 14 ﴿
.Memandikan Mayyit.

4. Bagian atas badan mayit diangkat sampai


mendekati posisi duduk, perut mayit
kemudian ditekan dengan tangan kanan
dari bagian atas ke bawah beberapa kali
supaya kotoran mayit bisa keluar, kemudian
tangan kiri dilapisi kaos tangan1 untuk
membersihkan kotoran yang keluar dari
perut mayit setelah itu menyiramkan air
yang agak banyak. Sebagian para ulama
berpendapat tidak disyariatkan hal yang
demikian karena terlalu berlebihan. Wallahu
a'lam.

5. Mewudhukan mayit dengan air biasa


sebagaimana wudhu orang yang masih
hidup kecuali mulut cukup dibersihkan
1. Demikian seterusnya ketika menyentuh bagian aurat
mayit tangan kita wajib dilapisi sesuatu semisal kain atau
sarung tangan karena yang namanya aurat tidak boleh
dilihat apalagi disentuh. Juga berdasarkan hadits yang
dikeluarkan oleh Abu Daud dari Ali bin Abi Thalib
Rasulullah  bersabda : "Janganlah engkau melihat
pada aurat orang yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal"

﴾ 15 ﴿
.Memandikan Mayyit.

giginya dengan kain begitu juga kedua


lubang hidungnya1.

Memandikan mayit pada bagian atas kanan badannya


(setelah sebelumnya diwudhu’kan)

Memandikan mayit pada bagian belakang kanan badannya

1. . Hr. Bukhari dan Muslim dari Ummu 'Athiyyah

﴾ 16 ﴿
.Memandikan Mayyit.

6. Kemudian memulai memandikannya


dengan mengguyur bagian kepala dan
membasuh jenggutnya dengan perasan
air daun bidara/ sabun.
Dilanjutkan dengan mengguyur badan
mayit sebelah kanan dimulai dari bahu
sampai ke ujung kaki dengan sambil
menggosok-gosok badan mayit secara
perlahan1 dengan secarik kian atau handuk
kecil, kemudian badan mayit sebelah kiri
persis sebagaimana sebelah kanan badan
mayiit. Hal ini dihitung satu kali. Mayit
siap untuk dikafankan setelah sebelumnya
dimandikan.

7. Setiap kali melewati perut mayit hendaknya


ditekan-tekan dari atas kebawah secara
perlahan.

1. Berdasarkan sabda Rasulullah  : "Mematahkan tulang


mayit sama (hukumnya) seperti mematahkan tulang
orang yang masih hidup". Diriwayatkan oleh imam
Ahmad : 6/58, Abu Daud : 3007, Ibnu Majah : 1616
dengan sanad yang shahih.

﴾ 17 ﴿
.Memandikan Mayyit.

8. Memandikan mayit bisa 3, 5, 7 atau lebih


dengan bilangan ganjil.

9. Ketika hitungan yang terakhir meng-


gunakan air yang dicampur dengan kapur
barus1 .

10. Setelah selesai badan mayit kemudian


dikeringkan dengan handuk secara pelan-
pelan2 .

11. Kalau setelah memandikan keluar kotoran


dari dubur mayit maka mayit kotoran
tersebut dibersihkan dan wudhu mayit
disunnahkan untuk diulang sedang mandi
sudah dianggap sah dan tidak perlu diulang.
Adapun kalau kotorannya keluar setelah
mayit dikafani maka ulama sepakat tidak
masalah.

1. HR. Bukhari dan Muslim


2. Hal ini bertujuan supaya tidak membasahi kain kafan
ketika mayit akan dikafankan dan tidak ada ikhtilaf
dalam masalah ini dikalangan para ulama.

﴾ 18 ﴿
.Memandikan Mayyit.

CATATAN:

• Mayit laki-laki hanya boleh dimandikan oleh


laki-laki begitu juga mayit perempuan hanya
boleh dimandikan oleh perempuan.
• Yang paling berhak memandikan mayit
adalah orang yang telah ditunjuk oleh si mayit
sebelum dia meninggal, kemudian bapaknya
jika mayitnya adalah laki-laki kemudian
keluarga yang lainnya yang terdekat.
• Mayit wanita dimandikan oleh wanita yang
telah diamanahi oleh si mayit sebelum
meninggal kemudian ibunya baru kemudian
keluarganya yang terdekat yang lainnya.
• Seorang suami atau istri lebih utama
dimandikan oleh pasangannya1 .
• Kaum laki-laki dibolehkan memandikan
jenazah anak perempuan yang belum berusia

1. HR. Ahmad : 6/228 dengan sanad yang hasan, juga


mempunyai penguat berdasarkan hadits Aisyah  secara
marfu' dikeluarkan oleh Abu Daud didalam Sunannya
hadits ke 3141.

﴾ 19 ﴿
.Memandikan Mayyit.

7 (tujuh) tahun, begitu juga kaum perempuan


dibolehkan memandikan jenazah anak laki-laki
yang belum berusia 7 (tujuh) tahun.
• Khusus mayit wanita rambutnya disisir dan
dipintal menjadi tiga kemudian diletakkan
dibelakang kepalanya1 .
• Kalau yang meninggal orang yang sedang
berihram dia dimandikan dengan air campuran
daun bidara dan tidak boleh dengan air
campuran kapur barus, begitu juga ketika
dikafani kepalanya tidak boleh tertutup
(kecuali yang meninggal ketika ihram adalah
wanita maka kepalanya harus ditutup dengan
membuka kain kafan pada bagian wajahnya)
dan tidak boleh dipakaikan wewangian
sebagaimana kain kafannya juga harus dari
kedua kain ihramnya.

1. . HR. Bukhaari dan Muslim sedang disisir terdapat pada


riwayat yang dikeluarkan oleh Muslim.

﴾ 20 ﴿
.Memandikan Mayyit.

• Para syuhada (mujahid yang gugur dimedan


perang) tidak dimandikan dan dikafankan
dengan pakaian yang mereka kenakan ketika
berjihad. Juga tidak wajib untuk dishalatkan1 .
• Janin yang keguguran kalau berusia lebih 4
(empat) bulan maka diperlakukan sebagaimana
jenazah biasanya dimandikan, dikafankan,
disholatkan dan dimakamkan. Adapun kalau
usianya dibawah 4 bulan maka cukup ditanam
saja2 .
• Apabila seorang laki-laki meninggal
dikomunitas yang perempuan yang tidak
ada laki-lakinya atau sebaliknya, atau dalam
kondisi tidak adanya air dan yang semisalnya
maka jenazah cukup ditayammumkan
saja3 . Kecuali Ibnu Taimiyyah dan syaikh

1. Berdasarkan hadits riwayat Abu Daud :2/59, At


Turmudzi : 2/138-139 dan Ahmad : 1/128. Dishahihkan
oleh Syakh Al Albani di dalam Ahkam Al Janaiz hal. 55.
2. HR. Muslim.
3. . Kecuali imam Ibnu Taimiyyah dan beberapa ulama
lainnya termasuk syaikh Shalih Al Utsaimin berpendapat
ketika tidak ada air atau ada kondisi-kondisi khusus

﴾ 21 ﴿
.Memandikan Mayyit.

Utsaimin berpendapat bahawa jikalau tidak


ada air atau ada kondisi khusus sehingga
tidak memungkinkan untuk dimandikan
maka kewajibannya telah gugur dan mayit
langsung dikafani.
• Kalau ada luka dan setelah selesai dimandikan
tetap darahnya mengalir maka dibersihkan dan
ditutup dengan kapas yang telah diberikan
wewangian.
• Kalau ada perban jika memungkinkan untuk
dibuka maka dibuka, tetapi jika sangat susah
dan menyebabkan keluarnya banyak darah
maka tidak usah dibuka dan cukup disusap
dengan air. Wallahu a'lam.
• Diwajibkan memandikan jenazah di tempat
yang tertutup dari pandangan manusia dan
diusahakan yang memandikannya cuma 2
orang atau maksimal 3 orang.

sehingga mayit terpaksa tidak bisa dimandikan maka


langsung dikafankan tanpa ditayammumkan.

﴾ 22 ﴿
.Memandikan Mayyit.

• Disunnah bagi orang yang telah memandikan


mayit untuk mandi 1 atau minimal mencuci
tangan.

1. HR. Abu Daud dan At Turmudzi dishahihkan oleh Al


Albani di dalam Al Irwaa' : 144 dari jalan Abi Hurairah
. Dan ini adalah pendapat para ulama dari mazhab
Syafi'i, Maliki dan Hanbali.

﴾ 23 ﴿
Mengkafankan
Mayyit

﴾ 25 ﴿
.Mengkafankan Mayyit.

Mengkafankan Mayyit

1. Perlengkapan :

a. Hanuth atau bubuk wangi untuk


ditaburkan dikafan dan ditubuh mayit
(jika tidak ada bisa digantikan dengan
minyak wangi
b. Tiga helai kain kafan yang berwarna
putih
c. 5 sampai dengan 7 utas tali untuk
menutup dan mengikat kain kafan
d. Kapas secukupnya

2. Hukum mengkafani mayit adalah fardhu


kifayah berdasarkan kesepakatan para
ulama 1.

1. Berdasarkan hadits riwayat Bukhari : 1267 dan Muslim :


1206.

﴾ 27 ﴿
.Mengkafankan Mayyit.

3. Kain kafan dibeli dari harta peninggalan


mayit dan didahulukan dari pada hutang,
wasiat maupun warisan.
4. Jika mayit tidak memiliki harta untuk
membeli kain kafan maka hal itu menjadi
kewajiban ahli waris/ keluarga terdekatnya,
kalau tidak sanggup maka dibebankan
atas kaum muslimin yang mampu untuk
membantunya.
5. Kain kafan hendaknya panjang dan lebar
sehingga bisa menutupi seluruh tubuh
mayit.
6. Minimal kain kafan 1 (helai) kain yang
dapat menutupi seluruh tubuh mayit dan
idealnya 3 (tiga) lapis berwarna putih
sebagaimana kain kafan Rasulullah 
ketika beliau meninggal1 dan disunnahkan
salah satu dari kain tersebut bercorak garis-
garis2.
1. HR. Bukhari : 1277 dan Ibnu Majah : 3555.
2. HR. Abu Daud : 3150 dan Baihaqi : 3/403.

﴾ 28 ﴿
.Mengkafankan Mayyit.

Kain kafan yang sudah disiapkan dengan beberapa utas tali


dibawahnya
7. Tali kafan kemudian disusun ditempat yang
telah disiapkan untuk proses pengkafanan
mayit berjejer secara horizontal dan
diperkirakan sesuai dengan panjang tubuh
mayit.

8. Kain kapan yang berjumlah 3 (tiga) helai


kemudian dihamparkan tepat diatas tali
kafan dengan cara satu helai tepat diatas
helai kain kafan yang lain.

9. Kain kafan yang paling atas kemudian


di bubuhi hanuth (sejenis bubuk wangi
khusus) dan tepat pada bagian bawah dubul
dan kubul mayit diletakkan kapas yang

﴾ 29 ﴿
.Mengkafankan Mayyit.

telah diberikan wewangian. Syaikh Jibrin


mengatakan lebih baik kapasnya dibalut
kain kemudian diikat di pinggang mayit
seperti celana pendek/ popok.

Mayit siap untuk dikafankan setelah sebelumnya dimandikan

10. Mayit kemudian diangkat dan diletakkan


diatas kain kafan yang telah disiapkan.

11. Bagian-bagian lekuk wajah mayit


kemudian diberikan wewangian semisal
kedua matanya, kedua lubang hidungnya,
kedua telinganya. Demikian juga ketujuh
anggota sujudnya dan pada bagian-bagian
yang dikhawatirkan keluar bau yang tidak
enak sebagaimana yang dikatakan oleh

﴾ 30 ﴿
.Mengkafankan Mayyit.

para ulama. Jikalau semua badan mayit


diberikan wewangian maka tidak masalah
sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu
Umar dan Abu Hurairah .

Dari sebelah kanan kain pertama kemudian dilipat ke arah


kiri badan mayit

12. Lembaran kain kafan pertama kemudian


dilipat dari sebelah kanan kebagian
sebelah kiri badan mayit, kemudian kain
yang sebelah kiri dilipat ke kanan sambil
mengambil kain penutup mayit (yang
digunakan untuk menutup mayit sehabis
memandikannya).
Menyusul kemudian lembaran kain
yang kedua dan ketiga sebagaimana cara

﴾ 31 ﴿
.Mengkafankan Mayyit.

Dari sebelah kiri kemudian kain kafan dilipat ke arah


kanan, kain penutup mayit diambil dari arah kepala

mengerjakan lembaran kain yang pertama.


Ini sebagaimana yang dikatan syaikh Jibrin.
Sedangkan pendapat yang dipilih oleh
syaikh Utsaimin sebaliknya yaitu dimulai
dari kiri ke sebelah kanan sebagaiman inilah
pendapat yang masyhur dikalangan ulama
mazhab Hanabilah. Wallahu a'lam.

13. Tali-tali yang sudah disiapkan dibawah kain


kafan kemudian diikatkan pada bagian atas
kepala, dada, perut, paha, dan ujung kaki.
Tali-tali tadi dimaksudkan sebagai pengikat

﴾ 32 ﴿
.Mengkafankan Mayyit.

kain kafan agar tidak terbuka/ tersingkap


dan dibuka ketika mayit diletakkan diliang
lahat1 .

14. Mayyit yang sudah dikafani siap untuk


disholatkan.

1. Berdasarkan riwayat dari Ibnu Mas'ud secara mauquf


yang memerintahkan hal yang demikian dikeluarkan
oleh Al Atsram, hal serupa juga diriwayatkan dari Abu
Musa Al Asy'ari. Inilah yang dipilih oleh imam Ahmad
dan imam Syafi'i juga syaikh Abdul Aziz bin Baz dan
syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.

﴾ 33 ﴿
Tata Cara
Mensholatkan
Jenazah

﴾ 35 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah.

Tata Cara
Mensholatkan Jenazah

1. Sholat atas jenazah muslim hukumnya


fardhu kifayah1 .

2. Ketika yang akan menyolati jenazah ada


2 (dua) orang atau lebih maka wajib
dilaksanakan secara berjama'ah berdasarkan
pada praktek sholat jenazah yang dilakukan
oleh Rasulullah .

3. Berusaha memperbanyak jumlah orang


yang sholat, terutama orang-orang yang
shalih dan bertauhid dengan benar 2.

1. Hal ini berdasarkan perintah Rasulullah yang


diriwayatkan oleh Abu Daud dan imam Malik
:"Shalatilah jenazah saudara kalian". Juga berdasarkan
praktek Rasulullah  dan para shahabat beliau.
2. Rasulullah  bersabda :"Tidak ada jenazah yang
disholatkan oleh 40 (empat puluh) orang kecuali akan diberi
syafa'at/diampuni oleh Allah". HR. Muslim.

﴾ 37 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

4. Membagi shaff menjadi 3 (tiga) shaff atau


lebih1.
5. Imam berdiri pada posisi di depan
para makmum laki-laki dan makmum
perempuan berdiri di belakang makmum
laki-laki.
6. Kalau yang menyolatkan hanya 2 (dua
orang) maka makmumnya berada tepat
di belakang imam. Adapun kalau bertiga
dengan satu orang wanita maka wanita
berada tepat di belakang makmum laki-
laki2.
7. I m a m k e mu d i a n m e m e r i n t a h k a n
para makmum untuk merapatkan dan
meluruskan shaff 3.

1. Dalilnya adalah hadits yang berbunyi :"Tidak ada seorang


muslim yang meninggal kemudian disholatkan oleh tiga shaf
(atau lebih) kecuali pasti akan diampuni oleh Allah". HR.
Abu Daud dari Marsad bin Abdillah Al Yazany..
2. HR. Hakim dan Al Baihaqi dari jalan Abi Thalhah  .
3. Sebagaimana pada pelaksanaan sholat fardhu biasanya
(Syaikh Al Albani, Ahkam Al Janaiz).

﴾ 38 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

8. Yang paling berhak mengimami sholat


adalah penguasa muslim setempat atau
yang mewakilinya. Kalau tidak ada maka
dari kalangan keluarga terdekatnya yang
paling banyak hapalan Al Qur'an dan
paling paham akan hukum sholat jenazah.
Kalau tidak ada maka dari kalangan kaum
muslimin yang datang ke tempat tersebut
dan dipilih yang paling banyak hapalan
Al Qur'an dan paling paham akan hukum
sholat jenazah.

9. Sholat dilaksanakan di tanah lapang


yang biasa dipakai untuk melaksanakan
sholat ied karena inilah yang paling sering
dilaksanakan oleh Rasulullah . Boleh
juga sesekali di masjid1 .

1. HR. Muslim dari jalan Aisyah  .

﴾ 39 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

Jenazah Laki - laki

10. Imam berdiri pada posisi tepat di bagian


kepala untuk jenazah laki-laki 1 sedang
kalau jenazah perempuan imam berdiri
pada posisi tengah/ pinggangnya2 .

1. HR. Abu Daud, At Turmudzi dan Ibnu Majah dengan


sanad yang shahih sebagaimana dikatakan oleh Syaikh
Al Albani di dalam Ahkam Al Janaiz hal. 138
2. HR. Bukhari dan Muslim secara muttafaq alaihi dari

﴾ 40 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

Jenazah Perempuan

11. Imam dengan diikuti oleh makmum


bertakbir sebanyak 4 (empat) kali takbir
dan inilah yang paling sering dilakukan

jalan Samurah bin Jundub radhiyallhu anhu.

﴾ 41 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

oleh Rasulullah 1 , boleh juga sesekali


lima, enam, tujuh atau sembilan kali takbir2 .

12. Disunnahkan mengangkat tangan pada


takbir yang pertama dengan kesepakatan
para ulama berdasarkan praktek Rasulullah
 akan hal ini 3 . Adapun untuk takbir
yang kedua, ketiga dan keempat tidak
ada satu riwayatpun yang menyatakan
bahwa beliau mengangkat kedua tangan.

1. Berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari


Abi Hurairah  tentang sholat ghaibnya Rasulullah 
bersama shahabatnya untuk Najasyi. Begitu juga hadits
riwayat Muslim dan An Nasai dari jalan Ibnu Abbas
tentang sholatnya Rasulullah  di kuburan (mayit yang
sudah dimakamkan), begitu juga hadits-hadits lain yang
banyak.
2. Lima takbir berdasarkan hadits riwayat Muslim : 957 dari
jalan Abdurrahman bin Abi Ya'la, tujuh kali berdasarkan
hadits Ibnu Abbas  yang dikeluarkan oleh At Tahawy
dalam kitabnya Syarh Ma'ani Al Atsaar : 1/503
3. HR. Ad Daruqutni dan Al Baihaqi. Sembilan kali
sebagaimana hadits Abdullah bin Zubair tentang sholat
jenazah yang dilakukan Rasulullah  atas Hamzah .
Untuk lebih jelasnya lihat Shahih Fiqh As Sunnah, Abu
Malik Kamal Sayid Salim : I/ 653-654.

﴾ 42 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

Kecuali diriwayatkan bahwa Ibnu Umar


selalu mengangkat kedua tangannya pada
semua takbir 1 .

13. Pada takbir yang pertama membaca Al


Fatihah setelah sebelumnya membaca
ta'awwudz kemudian dilanjutkan membaca
dengan memilih surah pendek dari Al
Qur'an tetapi tanpa didahului bacaan
iftitah 2 .

14. Pada takbir yang kedua membaca sholawat3 .

1. Praktek atau perkataan seorang shahabat yang sifatnya


mauquf bisa dijadikan sebagai hujah selama tidak ada
shahabat lain yang mengingkarinya.
2. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh imam
Bukhari dari Thalhah bin Abdillah. Mayoritas para
ulama berpendapat tidak disunnahkannya membaca
ta'awwudz karena tidak adanya dalil tentang hal ini dan
karena sholat jenazah dimaksudkan seringkas mungkin
(Syarhul Mumti', kitabul Janaiz oleh Syaikh Al Utsaimin
dan Ahkam Al janaiz oleh Syaikh Al Albani r).
3. Berdasarkan hadits riwayat Umamah  dikeluarkan oleh
imam Asy Syafi'i dalam kitabnya Al Umm : 1/270 dan
Al Baihaqi : 4/39 dengan sanad yang shahih sebagaimana

﴾ 43 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

15. Pada takbir yang ketiga membaca do'a


untuk mayit dengan memilih satu di antara
sekitar tujuh do'a untuk mayit yang ma'tsur
1
.

diterangkan Al Hafidz Ibnu Hajar r


1. . Diantaranya do'a yang diriwayatkan oleh imam Muslim
dari shahabat Auf bin Malik :

َ َْ ُ ْ َ ‫َّالل ُه َّم ْاغ ِف ْر َ ُل َو ْار‬


‫ح ُه َو َع ِاف ِه َو ْاعف َع ْن ُه َوأ ك ِر ْم نُ زُ� ُل َو َو ِّس ْع‬
َ َ َ‫ُ ْ َ َ ُ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ ِّ ْ ْ خ‬
‫الط َ يا� َكا‬ ‫مدخل واغ ِسل ِب�ل ِاء والثل ِج وال ب� ِد ونق ِه ِمن‬
َ ْ َ َ َّ ْ َ َ ْ َ‫َ َّ ْ َ َّ ْ َ ْ أ‬
‫الدن ِس َوأ ْب ِد ُل َد ًارا خ ي�ا ِمن د ِار ِه‬
َ ْ ً ْ ‫نقيت الثوب البيض ِمن‬
َ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ َ ْ ً ْ َ ً ْ َ َ ْ َ ْ ً ْ َ ً ْ َ َ
‫وأهال خ ي�ا ِمن أه ِ ِل وزوجا خ ي�ا ِمن زو ِج ِه وأد ِخل الـجنة‬
َّ ‫َوَأع ْذ ُه م ْن َع َذاب ْال َق ْ� َوم ْن َع َذاب‬
‫الن ِار‬ ِ ِ ِ‫ِ ب‬ ِ ِ
"Ya Allah ampunilah ia dan berikan rahmat kepadanya,
serta sejahterakanlah ia dan maafkanlah. Muliakanlah
tempat kedatangannya dan luaskanlah tempat masuknya.
Mandikanlah ia dengan air, salju, dan embum. Bersihkanlah
ia dari dosa-dosa sebagaimana Engkau membersihkan kain
yang putih dari kotoran. Gantilah baginya dengan rumah
yang lebih baik dari rumahnya, dengan keluarga yang
lebih baik dari keluarganya, dengan pasangan yang lebih
baik dari pasangannya. Masukkanlah ia ke dalam jannah
dan lindungilah ia dari adzab kubur dan adzab neraka".

﴾ 44 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

16. Pada takbir yang keempat diam sebentar


kemudian salam sekali, boleh juga dua
kali dengan suara yang pelan baik imam
maupun makmum1 .

17. Sholat jenazah tidak boleh dilaksanakan


pada tiga waktu; ketika terbit fajar sampai
terbit matahari, ketika matahari tepat di
atas kepala sampai tergelincir dan ketika
matahari hampir tenggelam (menguning)
sampai tenggelam. (HR. Muslim dari
Uqbah bin 'Amir).

Adapun kalau mayitnya perempuan maka dhamir/ kata


gantinya diganti, begitu juga kalau jama' (Syarhul mumti'
dan Ahkam Al Janaiz).
1. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari shahabat
Umamah  . Tetapi jikalau imam ingin mengeraskan
suara salamnya untuk diketahui para makmumnya
terlebih dalam keadaan banyaknya yang ikut sholat maka
tidak mengapa sebagaimana yang pernah dilakukan oleh
Ibnu Umar .

﴾ 45 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

CATATAN :

• Bagi makmum yang terluput beberapa


takbir bersama imam hendaklah dia
menyempurnakan takbir yang kurang setelah
imam sholat selama jenazah belum diangkat,
adapaun kalau langsung diangkat maka
hendaknya yang masbuq tadi langsung salam
setelah salamnya imam1 .
• Bagi yang tidak sempat mengikuti sholat
jenazah bersama imam dibolehkan baginya
untuk menyalatkannya di makamnya. Caranya
dia berdiri menghadap makam dan kiblat
sekaligus dan bertakbir empat kali sebagaimana
sholat jenazah biasanya2 .

1. Syarh Al Mumti', jilid ke-5 kitab Al Janaiz dan Sholat Al


Janazah Syaikh Abdullah Al Jibrin.
2. HR. Bukhari dan Muslim secara muttafaq alaihi. Kecuali
syaikh Al Albani beliau menyatakan bahwa hal ini
khusus bagi penguasa muslim atau imam setempat yang
tidak sempat menyalati jenazah tersebut sebagaimana
asbabul wurud hadits dalam masalah ini. Wallahu a'lam.

﴾ 46 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

Posisi menyolatkan jenazah dikuburnya ketika telah selesai


pemakamannya

• Dianjurkan bagi kaum muslimin untuk sholat


ghaib atas meninggalnya saudara mereka
di negeri lain dan diyakini belum/ tidak
disholatkan1 .

1. Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dari jalan Abi


Hurairah  . Pendapat diatas sebagaimana yang dipilih

﴾ 47 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

• Kalau jenazahnya banyak maka disusun berjejer


satu persatu dari depan imam ke arah kiblat
dan yang didekatkan kearah imam adalah yang
paling banyak hapalan Al Qur'annya. Kalau
ada mayit laki-laki dan perempuan maka yang
lebih dekat ke imam adalah mayit laki-laki
kemudian kearah kiblat mayit perempuan.
Posisi pinggang jenazah perempuan tepat
searah bagian kepala mayit laki-laki sehingga
memudahkan imam dalam mengambil
posisinya ketika menyalatkan1 .
• Jenazah anak kecil yang belum baligh 2
atau bayi yang keguguran sesudah beusia
empat bulan atau lebih disunnahkan untuk
disholatkan sebagaimana boleh juga tidak3 .

oleh imam Ibnu Taimiyyah, Syaikh Al Albani, Syaikh Al


Utsaimin dan Syaikh Abdullah Al Jibrin.

1. Ahkam Al Janaiz, Syaikh Al Albani r.


2. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam
Muslim, Ahmad dan An Nasai dari jalan Aisyah  .
3. Dalilnya adalah ketika anak Rasulullah  yang
bernama Ibrahim yang ketika itu berusia 18 bulan
meninggal, beliau cuma memandikan, mengafankan dan

﴾ 48 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

• Orang yang syahid boleh disholatkan


sebagaimana boleh juga tidak, hal ini
sebagaimana praktek Rasulullah  yang
seringnya tidak menyalatkan dan terkadang
juga menyalatkan1 .
• Orang kafir tidak boleh dimandikan,
dikafankan, disholatkan dan dido'akan2 .
• Pa d a A s a l n y a d i s y a r i a t k a n u n t u k
mensholati semua orang yang meninggal
dari kalangan kaum muslimin. Tetapi ada
beberapa pengecualian dimana para ulama/
tokoh masyarakat setempat dianjurkan
untuk tidak menyalatkan beberapa ketegori
orang yang meninggal di kalangan kaum
muslimin, namun tetap diwajibkan atas

memakamkannya.
1. Pendapat inilah yang kuat insya Allah karena
mengkompromikan semua hadits yang diriwayatkan
dalam masalah ini. Pendapai inilah yang dipilih oleh
Ibnu Qayyim, Ibnu Hazm dan salah satu pendapat dari
imam Ahmad. Untuk lebih jelasnya lihat Shahih Fiqh As
Sunnah : I/637-638.
2. QS. At Taubah : 84 juga At Taubah : 113.

﴾ 49 ﴿
.Tata Cara Mensholatkan Jenazah .

yang lain, minimal para keluarganya. Hal ini


dimaksudkan sebagai pelajaran terhadap kaum
muslimin sebagaimana Rasulullah  telah
mencontohkannya kepada kita untuk tidak
mensholati:
- Orang yang meninggal dengan sebab
bunuh diri1.
- Orang yang meninggal dalam keadaan
punya hutang2 .
- Orang yang suka meninggalkan sholat.
- Juga orang-orang yang dikenal selama
hidupnya suka melakukan maksiat dan
dosa-dosa besar3 .

1. Hr. Annasai no 1964 dishahihkan Syekh Al Bani


2. HR. Bukhari dan Muslim dari jalan Abi Hurairah .
3. Hal inilah yang rajih yang dipegang oleh imam Ahmad
dan imam Malik r. Juga dipilih oleh syaikh Al Utsaimin,
syaikh Al Albani dan syaikh Al Jibrin.

﴾ 50 ﴿
Mengantarkan
Jenazah

﴾ 51 ﴿
.Mengantar Jenazah.

Mengantar Jenazah

1. Mengantar jenazah termasuk kewajiban


seorang muslim atas saudaranya sesama
muslim yang telah meninggal dunia1.

2. J enazah diantar ke pemakaman untuk


dikuburkan dengan tandu yang diangkat/

1. HR. Bukhari dan Muslim dari jalan Abu Sa'id Al


Khaudri .

﴾ 53 ﴿
.Mengantar Jenazah.

dipikul oleh 4 (empat) orang1 dan tidak


boleh memakai ambulan/ mobil jenazah2 .

3. T
ugas mengangkat jenaz ah tidak
boleh diserahkan para wanita dengan
kesepakatan para ulama3. Sebagaimana
tidak disyariatkan bagi para wanita untuk
mengiringi jenazah ke kuburnya4 .

4. D
isunnahkan yang mengangkat tandu
jenazah dan yang mengiringinya untuk
berjalan dengan agak cepat tanpa
berlebihan5 .

1. HR. Bukhari dan Muslim dari jalan Abi Hurairah .


2. Kecuali kalau memang dalam kondisi yang mendesak
seperti misalkan dikuburkan ditempat yang jauh.
3. Karena inilah yang telah diamalkan oleh Rasulullah 
beserta para shahabatnya sampai saat sekarang ini. Juga
karena akan menimbulkan fitnah dan karena sifat wanita
yang umumnya lemah secara fisik dibandingkan laki-laki.
Shahih Fiqh As Sunnah: I/634.
4. HR. Bukhari dan Muslim dari jalan Ummu Athiyyah .
5. HR. Bukhari dan Muslim dari jalan Abi Hurairah .

﴾ 54 ﴿
.Mengantar Jenazah.

5. Bagi pengiring yang berjalan kaki


hendaknya berjalan di belakang tandu
jenazah, boleh juga di samping atau di
depannya dengan tetap berusaha dekat
tandu jenazah1 . Tidak boleh mengiringi
jenazah dengan kendaraan kalaupun
terpaksa maka sunnahnya berjalan di
belakang tandu jenazah dan tidak boleh
di depannya2.

6. T
idak dibolehkan bagi pengiring untuk
berzikir secara keras dengan lafadz apapun
bahkan yang sunnah adalah diam dan
khusu' mengingat kematian3.

1. HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shahih dari jalan


Anas bin Malik .
2. HR. Abu Daud, An Nasai, Ahmad dan At Turmudzi.
3. HR. Al Baihaqi dan Ibnu Mubarak dalam Az Zuhd dari
Qais bin Ubad.

﴾ 55 ﴿
.Mengantar Jenazah.

7. Diharamkan untuk mengiringi jenazah


dengan nyala api atau lampu, sirene atau
yang semisalnya1.

8. Disunnahkan bagi yang lewat atas mereka


iring-iringan jenazah untuk berdiri2.

9. Ketika akan memasuki area pemakaman


disunnahkan untuk melepas alas kaki
kecuali kalau banyak duri atau yang
semisalnya3 .

1. HR. Abu Daud, Hakim dan Al Baihaqi dari Abi


Hurairah .
2. HR. Bkhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah .
3. Hr. Abu Daud bin Khashashiyah

﴾ 56 ﴿
Menguburkan
Jenazah

﴾ 57 ﴿
.Menguburkan Jenazah.

Menguburkan Jenazah

1. Wajib menguburkan orang yang meninggal


di kalangan kaum muslimin1 .

2. Jenazah seorang muslim tidak boleh


dikuburkan bersama jenazah non muslim
sebagaimana tidak boleh dikuburkan
kecuali di kuburan khusus kaum muslimin.

3. Orang yang syahid dikuburkan di tempat


di mana mereka meninggal2 .

4. Disunnahkan seorang muslim dikuburkan


di pemakaman khusus kaum muslimin
di kampungnya/ kotanya dengan tidak
dimakamkan diluar kota3 .

1. HR. Bukhari dan Muslim dari Abi Thalhah .


2. HR. Ashabus Sunan kecuali Ibnu Majah.
3. Supaya cepat prosesnya dan bisa diantar banyak orang
dengan jalan kaki.

﴾ 59 ﴿
.Menguburkan Jenazah.

Bentuk Lahad

Bentuk Syaq

﴾ 60 ﴿
.Menguburkan Jenazah.

5. Diwajibkan untuk mendalamkan,


meluaskan dan membaguskan kubur1 .

6. Disunnahkan untuk membuat lahad/ ,


yaitu bagian arah kiblat di dalam kuburan
digali untuk meletakkan jenazah nantinya.

7. Boleh juga As Syaq / . Yaitu bagian


tengah di dalam kuburan digali lagi sedikit
untuk meletakkan jenazah2 .

8. Para pengiring tidak diperbolehkan sesuai


sunnah untuk duduk/ jongkok sebelum
jenazah diletakkan di liang lahad kuburnya3.

9. Yang bertugas untuk menurunkan jenazah


ke liang lahadnya adalah para laki-laki
dan tidak diperbolehkan bagi wanita

1. HR. Abu Daud, At Thurmudzi dan An Nasai.


2. HR. Ibnu Majah dan Ahmad dari jalan Anas bin Malik
.
3. HR. Bukhari dan Muslim.

﴾ 61 ﴿
.Menguburkan Jenazah.

sebagaimana praktek Rasulullah  dan


dengan kesepakatan para ulama.

10. Yang menurunkan jenazah ke liang


lahadnya adalah laki-laki yang tidak
berjima' dengan isterinya pada malam
harinya1 .

11. Diutamakan kalau jenazah perempuan


yang menurunkannya adalah suaminya
atau kerabat terdekatnya2 . Begitu juga pada
semua jenazah yang paling berhak atasnya
adalah keluarga terdekatnya. Kalau tidak
ada maka dipilih orang yang kita anggap
shaleh3 .

1. HR. Bukhari dan Ahmad dari jalan Anas bin Malik .


2. HR. Abu Daud dan Ahmad. Begitu juga diutamakan
keluarga terdekatnya sebagaimana riwayat Ibnu Abi
Syaibah dan Al Baihaqi.
3. Tidak asal-asalan sebagaimana yang kita lakukan
seperti ini, bahkan terkadang yang menurunkannya
adalah penggali kubur yang kita tidak tahu bagaimana
pengamalan agama dia (hal ini ada ditegaskan dalam
kitab Al Ahkam Al Janaiz)

﴾ 62 ﴿
.Menguburkan Jenazah.

Liang Lahad ditutup dengan Bata, Papan atau yang Sejenisnya

12. Jenazah kemudian diletakkan di lahadnya


dengan posisi menghadap kiblat dengan
bagian tubuhnya yang sebelah kanan berada
di bagian bawahnya.

13. Orang yang meletakkan jenazah membaca


َّ َ
1
. ِ‫س هللاِ َو َعل ِم ةِل َر ُس ْو ِل هللا‬ ْ
ِ ‫ِب‬

1. HR. Ashabus Sunan kecuali An Nasai.

﴾ 63 ﴿
.Menguburkan Jenazah.

Cara Memasukkan Jenazah Ke Liang Lahadnya (1)

Cara Memasukkan Jenazah Ke Liang Lahadnya (2)

﴾ 64 ﴿
.Menguburkan Jenazah.

14. Disunnahkan untuk memasukkan jenazah


ke kuburnya dari arah bagian kakinya kalau
tidak bisa boleh dari arah kepalanya1.

15. Ikatan kain kafan mayit kemudian


disunnahkan untuk dilepas2 .

16. Bagian belakang mayit kalau dibutuhkan


bisa diganjal dengan gumpalan tanah
atau yang semisalnya supaya tetap dalam
keadaan menghadap kiblat.

17. Mayit kemudian ditutup dengan balok


bata, papan atau yang semisalnya.

18. Orang yang menurunkan mayit ke liang


lahadnya kemudian naik keatas.

1. HR. Abu Daud dari Abi Ishaq secara marfu' dengan


sanad yang shahih.
2. Berdasarkan riwayat dari Ibnu Mas'ud secara mauquf
yang memerintahkan hal yang demikian dikeluarkan
oleh Al Atsram, hal serupa juga diriwayatkan dari Abu
Musa Al Asy'ari. Inilah yang dipilih oleh imam Ahmad
dan imam Syafi'i juga syaikh Abdul Aziz bin Baz dan
syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.

﴾ 65 ﴿
.Menguburkan Jenazah.

Para pengantar melempar 3 kepalan tanah kearah


bagian kepala jenazah

19. Para pengantar kemudian membuat 3 (tiga)


kepalan tanah kemudian dilemparkan ke
arah bagian kepala mayit1 .

20. Kubur untuk selanjutnya ditutup/ diratakan


dan ditinggikan setinggi satu jengkal dan
tidak boleh lebih2 .

1. HR. Ibnu Majah dari Abi Hurairah dengan sanad yang


shahih.
2. HR. Bukhari dari Sofyan At Tammar.

﴾ 66 ﴿
.Menguburkan Jenazah.

21. Disunnahkan meletakkan sesuatu semisal


batu, tonggak kayu atau yang semisalnya
di atas kubur di bagian kepala1 .

22. Pengantar kemudian masing-masing


berdo'a untuk mayit agar bisa menjawab
pertanyaan malaikat dan diampuni
serta dirahmati Allah c dengan cara
mengangkat kedua tangan sebahu dan
menghadap kiblat2 .

23. Disunnahkan sesekali bagi orang yang


dianggap berilmu dari kalangan pengantar
untuk memberikan taushiah singkat
mengenai pentingnya mengingat mati3 .

24. Terakhir, para pengantar kemudian pulang


kerumahnya masing-masing.

1. HR. Abu Daud dan Al Baihaqi dari shahabat


Muthallib.
2. HR. Baihaqi, Abu Daud, dan Ahmad dari shahabat
'Ustman bin Affan.
3. Hr. Abu Daud dari Barra bin 'Azib

﴾ 67 ﴿
Beberapa bid'ah-
bid'ah dalam prosesi
penguburan mayit

﴾ 69 ﴿
.Beberapa bid'ah-bid'ah dalam prosesi penguburan mayit.

1. Dikumandangkannya azan atau qamat


ketika mayit akan/ sudah diletakkan di
liang lahad.

2. Meletakkan jenazah di liang lahadnya


dengan peti jenazah.

3. Dibacakannya talqin oleh salah seorang


pengantar yang dianggap pemuka agama
untuk jenazah ketika telah selesainya proses
penguburan dengan tujuan jenazah bisa
menjawab pertanyaan malaikat.

4. Dibacakannya Yasin atau surah Al Quran


yang lain setelah jenazah dikuburkan baik
secara sendiri-sendiri apalagi berjama'ah.

5. Yang mengantar jenazah memakai pakaian


yang berwarna hitam-hitam

6. Meletakkan pelepah kurma / pelepah


kelapa terlebih lagi karangan bunga.

7. Membangun / menyemen kuburan.

﴾ 71 ﴿
.Beberapa bid'ah-bid'ah dalam prosesi penguburan mayit.

8. Menulis batu nisan.

9. Memberikan lampu beberapa hari di


kuburan.

10. Meminta beberapa orang untuk membaca


Al Quran di kuburan selama beberapa hari/
malam dengan tujuan supaya yang di dalam
kubur diampuni dan tidak disiksa.

11. Adanya acara sambutan-sambutan/


sepatah-dua patah kata dari pihak tertentu
semisal pejabat pemerintahan, petinggi
perusahaan atau pemimpin organisasi
keagamaan.

12. Dll.

﴾ 72 ﴿

Anda mungkin juga menyukai