Anda di halaman 1dari 4

2

TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap


kondisi fisik hewan hidup. Satu hal yang sangat khusus dalam diagnosis klinis
adalah rangkaian pemeriksaan fisik. Tahapan ini diakhiri diagnosis khusus yang
disebut terapi diagnosis (Widodo et al. 2011).

Tahapan Pemeriksaan

Sinyalemen, Anamnesa, dan Pemeriksaan fisik


Sinyalemen atau identitas diri dari seekor hewan merupakan ciri khusus
yang membedakan dari hewan lain. Sinyalemen pada anjing terdiri atas nama
hewan, jenis hewan, bangsa atau ras, jenis kelamin, umur, warna kulit, warna
rambut, berat badan, dan ciri-ciri khusus (Widodo et al. 2011). Anamnesa
merupakan keterangan kondisi hewan atau dapat juga berupa sejarah perjalanan
penyakit suatu hewan yang disampaikan oleh pemilik hewan (Birchard dan
Sherding 2006).
Secara umum pemeriksaan fisik terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, pengukuran suhu, frekuensi respirasi, dan frekuensi pulsus. Suhu tubuh
anjing normal dewasa berkisar antara 37.7-39.2 °C. Frekuensi respirasi normal
pada anjing berkisar 10-30 kali/menit (Eldredge et al. 2007). Frekuensi pulsus
pada anjing berkisar antara 80-160 kali/menit (Birchard dan Sherding 2006).

Diagnosis Penunjang

Pemeriksaan Hematologi dan Kimia Darah


Salah satu jenis diagnosis penunjang adalah pemeriksaan hematologi dan
kimia darah. Pemeriksaan hematologi dan kimia darah dilakukan dengan
mengamati parameter eritrosit, leukosit, dan kimia darah. Eritrosit memiliki peran
utama sebagai pembawa oksigen ke jaringan (Weiss dan Wardrop 2010).
Leukosit terdiri dari beberapa jenis benda darah yaitu neutrofil, limfosit,
monosit, eosinofil, dan basofil. Peningkatan produksi neutrofil mengindikasikan
adanya peradangan. Monosit memiliki fungsi utama dalam membatasi replikasi
mikroorganisme dalam sel sehingga merupakan kunci utama dalam melawan
serangan berbagai macam organisme (Harvey 2001). Eosinofil berperan
meningkatkan imunitas tubuh dalam melawan infeksi parasit seperti cacing.
Basofil berperan penting sebagai mediator reaksi hipersensitivitas (Weiss dan
Wardrop 2010).
Pemeriksaan kimia darah dilakukan terhadap beberapa parameter yaitu
alkaline phosphatase (ALP), alanine aminotransferase (ALT), ureum, kreatinin,
globulin, dan albumin. ALT merupakan serum yang dapat menjadi indikator
kondisi hati. Ureum yang terdapat dalam darah dapat menjadi indikator efisiensi
kerja ginjal dalam mengekskresikan urea melalui urin (Perry dan Margaret 2012).
3

Radiogafi
Radiografi merupakan suatu teknik diagnosis menggunakan sinar X.
Interpretasi radiografi dapat dilakukan berdasarkan interpretasi zona. Pada arah
pandang laterolateral terdapat 5 zona sedangkan pada arah ventrodorsal terdapat
4 zona (Thrall 2002). Posisi zona-zona tersebut ditampilkan pada Gambar 1.

B
A

Gambar 1 Zona-zona pada interpretasi radiograf. A: arah pandang laterolateral, B: arah


pandang ventrodorsal, L3: Os Lumbalis 3, 1: zona 1, 2: zona 2, 3: zona 3, 4:
zona 4, 5: zona 5 (Thrall 2002).

Berdasarkan posisi zona-zona tersebut pada arah pandang laterolateral


maupun ventrodorsal, organ-organ di daerah abdomen dapat dikelompokkan
menjadi beberapa zona. Organ-organ tersebut terdiri atas lambung, usus, ginjal,
limpa, hati, dan vesika urinaria. Posisi organ-organ daerah abdomen berdasarkan
zona interpretasi radiograf ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Posisi organ-organ daerah abdomen pada pencitraan radiograf


Organ Posisi
Laterolateral (LL) Ventrodorsal (VD)
Lambung Zona 1, 2 Zona 1, 2, 3
Usus halus Zona 3 Zona 1, 3
Usus besar Zona 3 Zona 3
Ginjal kiri Zona 3 Zona 3
Ginjal kanan Zona 1 Zona 1
Hati Zona 1, 2 Zona 1, 2
Limpa Zona 3 Zona 2
VU Zona 5 Zona 4
Sumber: Thrall 2002

Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) merupakan teknik diagnosis pencitraan struktur
internal suatu organ atau jaringan yang dihasilkan akibat interaksi antara
gelombang suara berfrekuensi sangat tinggi (ultrasound) dengan jaringan, organ,
atau struktur lain yang terdapat pada tubuh hewan (Noviana et al. 2012).
Pemeriksaan ultrasonografi pada saluran gastrointestinal dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya benda asing, peradangan, neoplasia, dan edema lambung
(Pennick dan d’Anjou 2008). Sonogram lambung dan duodenum normal pada
anjing disajikan pada Gambar 2.
4

A B

Gambar 2 Sonogram anjing normal. A: lambung, B: duodenum dan jejunum, C: lambung


cardia, D: duodenum, J: jejunum (Pennick dan d’Anjou 2008).

Endoskopi
Endoskopi merupakan suatu teknik diagnosis menggunakan alat endoskop
untuk melihat mukosa saluran pencernaan. Esofagogastroskopi merupakan
pengambilan gambaran endoskopi pada daerah esofagus dan lambung.
Esofagogastroskopi dapat digunakan untuk mengambil sampel biopsi mukosa
esofagus, mendeteksi dan mengambil benda asing (corpus alineum), mendeteksi
adanya obstruksi lambung serta mengetahui penyebabnya, dan melihat letak
pendarahan pada esofagus dan lambung (Steiner et al. 2008). Gambar endoskopi
esofagus dan lambung anjing normal disajikan pada Gambar 3.

a b
a

A B
Gambar 3 Gambaran endoskopi esofagus dan lambung anjing normal. A: esofagus
thoracalis dengan kesan aorta, B: lambung distal, a: aorta, b: pylorus
lambung (Abdullah et al. 2012).

Anjing Schnauzer

Schnauzer merupakan salah satu ras anjing yang berasal dari negara Jerman.
Berdasarkan ukurannya, anjing Schnauzer dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
ukuran besar, medium, dan kecil. Schnauzer medium memiliki karakteristik
ukuran tinggi badan antara 43.1-50.8 cm dengan kisaran bobot badan 12.3-16.8 kg
sedangkan Schnauzer ukuran besar (Giant Schnauzer) memiliki tinggi badan
berkisar antara 54.6-64.8 cm dengan bobot badan antara 29.5-35.4 kg. Schnauzer
mini memiliki ukuran tinggi badan 30.5-35.6 cm dengan bobot badan 5.9-6.8 kg
(CEE 2011).
5

Kasus-Kasus pada Saluran Pencernaan Atas Anjing

Kasus pada saluran pencernaan atas anjing dapat berupa gangguan pada
esofagus, lambung, dan duodenum proksimal. Kasus pada esofagus dapat berupa
esofagitis. Esofagitis merupakan suatu kondisi adanya peradangan esofagus.
Esofagitis dapat disebabkan oleh benda asing atau gastroesophageal reflux (asam
lambung naik hingga mencapai esofagus) (Eldredge et al. 2007).
Kasus pada lambung dapat berupa ulkus, gastritis, hypertrophic
gastropathy, tumor lambung, dan gastric outflow obstruction. Ulkus lambung
dapat mengakibatkan terbentuknya cekungan pada dinding lambung. Penyebab
ulkus lambung yang umum pada anjing adalah gastritis kronis dan peningkatan
produksi asam lambung (Birchard dan Sherding 2006). Kasus lain yang dapat
terjadi pada lambung adalah gastritis kronis. Gastritis kronis merupakan penyebab
umum dari muntah kronis pada anjing maupun kucing. Penyebab umum dari
gastritis kronis adalah alergi mengkonsumsi obat secara berulang-ulang atau
memakan benda asing (Eldredge et al. 2007). Kasus lambung yang lain dapat
berupa hypertrophic gastropathy. Anjing yang menderita penyakit ini akan
terlihat sehat dengan muntah yang intermiten, anoreksia, penurunan bobot badan,
distensi abdomen yang berisi cairan atau pakan di lambung (Eldredge et al. 2007).
Kasus lain yang dapat menyerang lambung anjing adalah tumor lambung
dan gastric outflow obstruction. Tumor lambung sering menyerang anjing usia tua
(Tams et al. 2003). Anjing yang mengalami tumor lambung akan terlihat
mengalami anoreksia, anemia, penurunan bobot badan, hematemesis, dan melena
(Eldredge et al. 2007). Radiografi abdomen dapat menunjukkan adanya obstruksi,
penebalan dinding lambung maupun adanya massa (Tams et al. 2003). Gastric
outflow obstruction sering disebabkan oleh adanya abnormalitas mukosa maupun
lumen lambung. Hasil pemeriksaan fisik biasanya kurang memuaskan kecuali jika
terjadi distensi abdomen. Pemeriksaan radiografi abdomen biasanya menunjukkan
adanya pakan dan cairan yang memenuhi lambung setelah 12 jam pemberian
pakan. Secara normal, lambung akan mengalami pengosongan 8-10 jam setelah
makan (Eldredge et al. 2007).
Kasus yang dapat muncul pada duodenum anjing diantaranya adalah
inflammatory bowel disease (IBD) dan tumor usus. IBD dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri (Pinney 2004). Gejala umum IBD yaitu muntah dengan frekuensi
yang intermiten, diare, penurunan bobot badan, dan penurunan nafsu makan
(Tams et al. 2003). Kontras radiografi akan sangat membantu dalam
mendiagnosis IBD (Eldredge et al. 2007).
Tumor usus dapat disebabkan oleh memakan bahan kimia yang bersifat
karsinogenik (Stone 2007). Pemeriksaan kontras radiografi seperti barium sulfat
akan membantu dalam menggambarkan bagian mukosa yang tidak teratur dan
penyempitan lumen. Radiografi thorax bertujuan mendeteksi tingkat metastasis.
Ultrasonografi abdomen berguna untuk mendeteksi dan mendefinisikan massa
yang ada di usus (Pinney 2004).

Anda mungkin juga menyukai