Anda di halaman 1dari 10

KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER

“KEBIJAKSANAAN FISKAL DAN KESEMPATAN KERJA”

KELOMPOK 5:

1. I KETUT GEDE PANDE SUPRIAWAN 1515151027


2. RYANSYAH USMAN 1515151109

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM EKSTENSI


UNIVERSITAS UDAYANA

2017
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tingkat kegiatan ekonomi selalau berubah mengikuti gerak siklusnya. Tingkat pengangguran
yang tinggi, inflasi yang tinggi dan tidak stabil, neraca pembayarn yang defisit terus-menerus
merupakan gejala perekonomian yang sangat umum terjadi dan sangat tidak dikehendaki.
Karean itulah diperlukan usaha-usaha untuk menghilangkan atau minimal mencegah
terjadinya gejala-gejala tersebut.

Karena masalah yang dihadapi berkaitan dengan variabel-variabel makro, maka kebijakan
yang berkaitan disebut dengan kebijakan ekonomi makro. Kebijakan ekonomi mkaro sebagai
kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian sehingga perekonomian
dapat berjalan sesuia yang diinginkan. Untuk itu pembahasan dibawah hanya mencakup
kebijakan fiskal, yang merupakan bagian dari kebijakan manajemen permintaan agregat,
yaitu kebijakan yang ditujukan untuk mengubah permintaan agregat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja macam-macam kebijksanaan fiskal?

2. Bagaimana pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap kesempatan kerja?


BAB II PEMBAHASAN

2.1 MACAM-MACAM KEBIJAKSANAAN FISKAL

1. Pembiayaan fungsional
Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak langsung
berpengaruh terhadap pendapatan nasional.Tujuan utama adalah meningkatkan kesempatan
kerja (employment).Penerimaan pemerintah dari sektor pajak bukan untuk menigkatkan
penerimaan pemerintah, namun untuk mengatur pengeluaran dari pihak swasta.Untuk
menekan inflasi, maka diatasi dengan kebijakan pinjaman.Jika sektor pajak dan pinjaman
tidak berhasil, maka tindakan pemerintah adalah mencetak uang.Jadi, dalam hal ini, sektor
pajak dengan pengeluaran pemerintah terpisah.

2. Pengelolaan anggaran
Penerimaan dan pengeluaran dengan perpajakan dan pinjaman adalah paket yang tidak bisa
terpisahkan.Dalam penjelasan Alvin Hansen, untuk menciptakan anggaran yang berimbang,
maka diperlukan resep bahwa jika terjadi depresi, maka ditempuh anggaran defisit, dan jika
terjadi inflasi maka ditempuh anggaran belanja surplus.

3. Stabilisasi anggaran otomatis


Dalam stabilisasi anggaran ini, diharapkan terjadi keseimbangan antara pengeluaran dan
penerimaan pemerintah tanpa adanya campur tangan langsung pemerintah yang
disengaja.Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah ditekan pada asas manfaat dan biaya relatif
dari setiap paket program.Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat anggaran
belanja surplus dalam kesempatan kerja penuh.

4. Anggaran belanja seimbang


Kebijakan anggaran belanja yang dianut masing-masing negara dapat berbeda-beda,
tergantung pada keadaan dan arah yang akan dicapai dalam jangka pendek dan jangka
panjangnya. Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh negara dalam mencapai manfaat
tertinggi dalam mengelola anggaran.
Anggaran berimbang : pengeluaran (belanja) dengan penerimaan sama.ØKeadaan seperti ini
dapat menstabilkan ekonomi dan anggaran.Dalam hal ini, pengeluaran disesuaikan dengan
kemampuan.
Anggaran surplus : tidak semua penerimaan negara dibelanjakan.ØSehingga memungkinkan
adanya tabungan pemerintah.Anggaran ini tepat diterapkan saat keadaan ekonomi mengalami
inflasi.
Anggaran defisit : anggaran disusun sedemikian rupa sehinggaØ pengeluaran lebih besar
daripada penerimaan. Anggaran ini dapat mengakibatkan inflasi karena untuk menutup
inflasi, pemerintah harus meminjam atau mencetak uang.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sering disebut budget.Ø Budget pada
hakikatnya adalah rencana kerja pemerintah yang akan dilakukan dalam satu tahun yang
dituangkan dalam angka – angka rupiah.
Tugas – tugas pemerintah bukan hanya sebagai lembaga pelayanan untuk menjaga dan
melindungi masyarakat namun juga sebagai pengatur kegiatan ekonomi dan perdagangan
sehingga anggaran (budget) harus mampu memperkecil pengaruh gejolak pasang surut
ekonomi nasional.

2.11. Teori kebijakan fiskal


Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai dua prioritas. Prioritas pertama adalah mengatasi
APBN, dan masalah – masalah APBN lainnya.Defisit APBN terjadi apabila penerimaan
pemerintah lebih kecil daripada pengeluarannya. Prioritas kedua adalah mengatasi masalah
stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain laju pertumbuhan ekonomi, tingkat
atau laju pertumbuhan inflasi, jumlah kesempatan kerja/ penggangguran dan saldo neraca
pembayaran. Apabila APBN defisit, pemerintah hanya mempunyai dua pilihan untuk
membiayai saldo negatif tersebut, yaitu didanai oleh Bank Indoneisa lewat printing money
yang berarti jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat, atau melebihi pinjaman,
baik dari dalam negeri, misalnya dengan menerbitkan obligasi, atau dari luar negeri ( cara
yang kedua ini berarti ekonomi tidak lagi tertutup ). Karena opsi pertama tersebut sangat
berisiko terhadap peningkatan laju inflasi, maka biasanya opsi kedua yang dipilih.

2.12. Pengaruh Risiko Kebijakan Fiskal.


Resiko Fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan deficit APBN yang disebabkan oleh
sesuatu di luar kendali pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal sangat perlu untuk empat
tujuan strategis, yaitu :
I. Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
pengelolaan kebijakan fiskal.
II. Meningkatkan keterbukaan fiskal
III. Meningkatkan tangung jawab fiskal
IV. Menciptakan kesinambungan fiskal

Resiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama yaitu :


1. Resiko Ekonomi Makro
Dalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar
penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga sertifikat Bank
Indonesia, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia dan lifting minyak. Indikator
tersebut merupakan asumsi dasar yang menjadi acuan penghitungan besaran-besaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam APBN.Secara umum sumber resiko fiskal yang
dihadapi oleh APBN 2012 terutama berasal dari dua resiko utama, yakni inflasi dan harga
minyak.
a) Inflasi. Pemerintah memproyeksikan angka inflasi tahun 2012 berkisarantara 3,5-5,5
persen. Sementara itu menurut IMF dalam World Economic Outlook per April 2012, inflasi
diperkirakan sebesar 5,85 persen. Angka ini lebih tinggi daripada realisasi inflasi tahun 2010
dan lebih rendah dari proyeksi tahun 2011.Dengan demikian angka proyeksi pemerintah
masih sejalan dengan kecendrungan penurunan angka inflasi. Meskipun angka inflasi telah
menunjukkan angka penurunan, tetapi resiko tekanan inflasi ke depan diperkirakan masih
cukup tinggi.
b) Harga Minyak. Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 75 per barel
s/d US$95 per barel, angka tersebut sejalan dengan penurunan harga minyak dipasaran dunia.

2. Resiko Utang Dinamika Ekonomi Makro


Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat diperoleh dengan
biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukan beban utang yang tidak terkendali
pada masa yang akan mendatang.pada dasarnya resiko utang terdiri dari empat, diantaranya :
a) Resiko pasar ini terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan resiko likuiditas
yag timbul sebagai akibat dari ketidakpastian kondisi pasar keuangan yang dinamis. Resiko
nilai tukar terutama berasal dari utang melalui pinjaman luar negeri, sedangkan resiko tingkat
bunga bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan.

b) Sedangkan resiko pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya pembayaran kewajiban


utang pada tahun/ periode tertentu.
c) Resiko operasional.Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan
pada orang, proses bisnis dan sistem diunit terkait.Sert yang ditimbulkan oleh aspek legal.
Resiko ini antara lain dapat berupa gagal bayar akibat kelalaian manusia atau kegagalan
sistem yang berdampak pada penurunan sorvereign credit rating.

d) Resiko Reputasi. Resiko Reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan


utang dari sudut pandang investor dan lender yang disebabkan oleh rendahnya tingkat
kepastian dan konsistensi penerapan strategi pengelolaan utang.

3. Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat


Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu
dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau
lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah.Kewajiban
kontijensi pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari pemberian dukungan
dan/ atau pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur, kewajiban yang timbul
akibat program pension dan tabungan hari tua pegawai negeri.

4. Desentralisasi Fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Republik Kesatuan Indonesia. dalam hal pelaksanaanya, penerapan kebijakan ini selain
menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang diharapkan ternyata juga
berpotensimenimbulkan resiko fiskal. Resiko Fiskal dari desentarlisasi fiskal diantaranya,
bersumber dari kebijakan pemekaran daerah, tunggakan pemerintah daerah atas
pengembalian penerusan pinjaman dari luar negeri dan rekening pinjaman daerah serta
pengalihan pajak pusat menjadi pajak daerah.

2.13. Analisis Empiris dari kebijakan fiskal


Salah satu jalur lewat mana pemerintah bisa mempengaruhi atau memainkan peran
ekonominya adalah lewat kebijakan fiskal. Hal ini dilakukan dengan menaikkan atau
menguranri pengeluarannya . Oleh karena itu, dalam menyusun APBN saat ini untuk tahun
depan, yang berarti untuk mempengaruhi perekonomian nasional tahun depan, pemerintah
harus terlebih dahulu membuat perkiraan- perkiraan mengenai kondisi perekonomian
Indonesia dan global tahun depan. Sebagai ilustrasi empiris, pentingnya kebijakan fiskal yang
ekspansif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada saat ekonomi mengalami kelesuan
(dicerminkan oleh pertumbuhan PDB yang cenderung merosot dan perubahan harga yang
cenderung menurun atau deflasi ).

2.2 PENGARUH KEBIJKAN FISKAL TERHADAP KESEMPATAN KERJA

Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan yang paling utama dari


kebijaksanaan fiskal. Kegagalan mencapai kesempatan kerja penuh bukan berarti tidak
tercapainya tingkat pendapatan na-sional dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimum,
tetapi juga berakibat kurang menyenangkan bagi perorangan yang menderita atau yang
mengalami pengangguran.

Kesempatan kerja penuh (full employment) dapat kita artikan sebagai keadaan di mana
semua pemilik faktor produksi yang ingin mempekerjakannya pada tingkat harga atau upah
yang berlaku da-pat memperoleh pekerjaan bagi faktor-faktor produksi tersebut. Konsep
kesempatan kerja ini umumnya dihubungkan dengan kesempatan kerja manusia, karena
pengangguran tenaga kerja manusia inilah yang mempunyai dampak sosial yang sangat luas.

Berdasarkan pengertian di atas maka pencapaian kesempatan kerja penuh itu sangat sukar
dicapai, karena pada setiap saat tentu ada saja faktor-faktor produksi yang kehilangan
lapangan kerja dan pada saat itu pula kesempatan mendapat pekerjaan belum tercipta dengan
adanya ketidaksempurnaan pasar.[4]

Untuk sasaran memperluas kesempatan kerja, kebijakan fiskal ekspansif akan mengurangi
tingkat pengangguran. Hal ini disebabkan setiap pengeluaran pemerintah akan diusahakan
untuk pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek padat karya yang menyerap banyak
tenaga kerja. Di sisi pajak, pengurangan pajak akan meningkatkan investasi karena biaya
investasi akan berkurang. Investasi yang tinggi akan memacu munculnya lapangan kerja
baru. Demikian sebaliknya jika dilakukan kebijakan fiskal kontraktif, penambahan pajak akan
mengurangi investasi dan pengeluran pemerintah yang ditahan tidak akan mengalir ke
masyarakat dalam bentuk kesempatan kerja.[5]

Secara umum, tujuan yang ingin dicapai melalui kebijakan fiskal adalah kestabilan ekonomi
yang lebih mantap, artinya tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak
tanpa adanya pengangguran yang berarti, dan terjaganya (kestabilan) harga-harga umum.
Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan yang paling utama dari kebijakan
fiskal. Mengapa? Karena suatu perekonomian dapat mencapai laju pertumbuhan yang
dikehendaki melalui tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment). Full
employment dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan seluruh angkatan kerja
mendapat pekerjaan. Kondisi ini dapat terwujud bila pemerintah mampu menambah lapangan
kerja sehinggadapat menampung seluruh tenaga kerja. Kebijakan yang dilakukan pemerintah,
dalam hal ini, antara lain, dengan mengundang investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Dari dalam negeri, pemerintah penambah pengeluaran untuk membuka lapangan kerja padat
karya melalui proyek-proyek pembangunan fisik; di bidang moneter pemerintah
mempermudah kredit usaha.[6]
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian


dengan cara memanipulasi anggaran pendapatan dan belanja negara sehingga sesuaidengan
kondisi perekonomian yang sedang terjadi dan tujuan ekonomi yang hendak dicapai.
Kebijakan fisakal mempunyai peran antara lain menurunkan tingkat inflasi, mengurangi
tingkat pengangguran, meningkatkan produk domestik bruto, dan meningkatkan pendapatan
masyarakat selain itu kebijakan juga mempunyai fungsi dalam mengelola keuangan antara
lain fungsi otoritas, fungsi perencanaan, fungsi pengawasan, fungsi alokasi, fungsi distribusi.
Dalam kebijakan fiskal ada hubungan dengan kesempatan kerja, tujuan utama kebijakan
fiskal yaitu mgurangi atau mencegah pengangguran, pengangguran dengan cara melakukan
pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek padat karya yang menyerap banyak tenaga
kerja. Di sisi pajak, pengurangan pajak akan meningkatkan investasi karena biaya investasi
akan berkurang. Investasi yang tinggi akan memacu munculnya lapangan kerja baru.
DAFTAR PUSTAKA

Sudirman. 2004. Kebijaksanaan Fiskal dan Moneter.

Anda mungkin juga menyukai