Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PROMOSI KESEHATAN
PREEKLAMSIA BERAT PADA IBU HAMIL
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOETOMO SURABAYA

Oleh:
Agie malinda (P27824416006)
Dessy setiyaningrum (P27824416007)
Sherlynda budi S (P27824416008)
Aisyalfipratimi (P27824416009)
Faiqoh naabilah U. M (P27824416010)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGA DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : PRAKTIK KEBIDANAN


Topik : PREEKLAMSI PADA IBU HAMIL
Sasaran : Keluarga Pasien
Hari/tanggal :
Tempat : VK IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Waktu : 10.00-11.00 WIB
Pelaksana : Mahasiswa Kebidanan Sutomo Surabaya

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mendapatkan
pengetahuan tentang preeklamsi berat pada ibu hamil.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penjelasan tentang preeklamsiberat pada ibu hamil,peserta
penyuluhan diharapkan mampu menjelaskan tentang :
1) Definisi preeklamsi berat
2) Penyebab preeklamsi berat
3) Tanda dan gejala preeklamsi berat
4) Patofisiologi preeklamsi berat
5) Diagnosis preeklamsi berat
6) Komplikasi preeklamsiberaat
7) Penatalaksanaan preeklamsi berat

III. Sasaran
Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini adalah keluarga pasien yang berada di
Ruang VK IRD RSUD DrSoetomo.

IV. Materi
Materi yang akan disampaikan dalam penyuluhan kesehatan terdiri dari
beberapa sub pokok, diantaranya:
1. Definisi preeklamsi berat
2. Penyebab preeklamsi berat
3. Tanda dan gejala preeklamsi berat
4. Patofisiologi preeklamsi berat
5. Diagnosis preeklamsia berat
6. Komplikasi preeklamsi berat
7. Penatalaksanaan preeklamsi berat

1) Metode
Metode dalam penyuluhan ini adalah metode ceramah. Pertama acara dibuka
oleh moderator dari perwakilan kelompok mahasiswa kebidanan sutomo yang sedang
bertugas di ruang VK IRD RSUD Dr. Soetomo. Setelah dilakukan pembukaan
penyuluhan, dua anggota kelompok yang bertugas sebagai pemateri memberi
penjelasan tentang preeklamsi berat pada ibu hamil sedangkan 3 anggota lain bertugas
sebagai fasilitator dan notulen. Setelah materi selesai disampaikan, diadakan forum
diskusi atau tanya jawab.

2) Media
Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah:
1. Ppt
2. Leaflet

3) Setting Tempat

Moderator Penyaji 1 Penyaji 2

Peserta

Fasilitator 1 Peserta Fasilitator 2

Peserta

Observer Pembimbing
4) Pengorganisasian Kegiatan
Pembimbing. Akademik :1. Dwi PurwantiS.kpM.kes
2.Queen KhorunNisa M M.keb
Pembimbing Klinik :
Moderator : Agie Malinda
Pemateri : AisyalfiPratimi
Notulen& Dokumentasi : Faiqoh Nabila U. A
Fasilitator : 1. Sherlynda Budi Saputri
2. Dessi Setyaningrum

5) Job Description
No Pengorganisasian Uraian
1. Moderator a) Membuka acara penyuluhan,
memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
b) Menyebutkan kontrak waktu penyuluhan.
c) Memotivasi peserta untuk bertanya
d) Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi
e) Menutup acara penyuluhan.
2. Penyuluh a) Menjelaskan materi penyuluhan dengan
jelas dan bahasa yang mudah dipahami
oleh peserta
b) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan
memperhatikan proses penyuluhan
c) Menjawab pertanyaan peserta.
3. Fasilitator a) Menjawab pertanyaan jika ada peserta yang
bertanya kepadanya.
b) Memotivasi peserta untuk bertanya materi
yang belum jelas
c) Membagikan leaflet kepada peserta.
4. Observer a) Mencatat nama dan jumlah peserta, serta
menempatkan diri sehingga memungkinkan
dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan. Mencatat pertanyaan yang
diajukan peserta
b) Mengamati perilaku verbal dan non verbal
peserta selama proses penyuluhan.
c) Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan
rencana penyuluhan

6) Pelaksanaan
Respon Peserta
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Pelaksana
Penyuluhan
1. 5 menit Pembukaan: 1. Menjawab salam Moderator
1. Mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
5. Menyebutkan materi
penyuluhan yang
akan diberikan.
6. Menggali
pengetahuan peserta
2. 15 Menit Pelaksanaan 1. Mendengarkan Penyuluh
penyampaian materi 2. Memperhatikan
tentang: penjelasan
1) Definisi preeklamsi pemateri
pada ibu hamil 3. Mencermati
2) Penyebab preeklamsi materi
pada ibu hamil
3) Tanda gejala
preeklamsi pada ibu
hamil
4) Patofisiologipreekla
msi pada ibu hamil
5) Diagnosis
preeklamsi pada ibu
hamil
6) Komplikasi
preeklamsi berat
pada ibu hamil
7) Penatalaksanaan
preeklamsi berat
pada ibu hamil
3. 5 menit Diskusi: 1. Mengajukan Moderator
1. Memberikan pertanyaan dan
kesempatan pada fasilitator
peserta untuk
mengajukan
pertanyaan kemudian
didiskusikan bersama
dan menjawab
pertanyaan.
4. 5 menit Evaluasi: 1. Menjawab Moderator
1. Menanyakan kepada pertanyaan dan dan
peserta penyuluhan menjelaskannya fasilitator
tentang materi yang
diberikan
5. 5 menit Terminasi: 1. Memperhatikan Moderator
1. Menyimpulkan hasil 2. Mendengarkan
penyuluhan 3. Menjawab salam
2. Mengucapkan
terimakasih kepada
peserta
3. Membagikan leaflet
4. Mengakhiri dengan
salam
7) Evaluasi
1. Struktur
a) Kesiapan materi
b) Kesiapan SAP
c) Kesiapan media: PPT dan leaflet
d) Peserta hadir di tempat penyuluhan minimal 10 orang
e) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
f) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhandilakukan pada hari sebelumnya
2. Proses
a) Fase dimulai sesuai waktu yang direncanakan
b) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c) Peserta mengajukan pertanyaan
d) Peserta mampu mereview materi kemoterapi
e) Penyuluh, fasilitator dapat menjawab pertanyaan dari peserta
f) Suasana penyuluhan tertib dan tenang
g) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Hasil
a) Peserta yang datang 10 orang atau lebih
b) Acara dimulai tepat waktu
c) Peserta mengikuti acara sesuai dengan aturan yang disepakati
d) Peserta memahami materi yang disampaikan oleh penyaji
e) Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan
dengan benar yang diajukan penyaji.
MATERI PREEKLAMSIA BERAT

(PEB)

A. Pengertian Preeklamsia Berat


 Preeklamsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai peningkatan tekanan
darah dan proteinuria. (Cuningham, 2013)
 Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ³160 mmHg
dan tekanan darah diastolic ³ 110 mmHg disertai proteinuria yang diukur secara
kualitatif sebesar +2 persisten atau lebih ( gr/liter ). (Cuningham, 2013)
 Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan (Wiknjosastro, 2010).
 Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama
kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik)
dan dapat di diagnosis ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik
≥140 mmHg atau diastolic ≥90 mmHg), yang sebelumnya normal disertai
proteinuria (≥0,3 gram protein selama 24 jam atau ≥30 mg/dl dengan hasil reagen
urine ≥ +1). Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa protein uria, perlu
dicurigai adanya Preeklampsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala
nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah
dan kadar enzim ginjal abdomen (Varney, 2007 dalam Norman &Dwi, 20013).

B. Penyebab Preeklamsia Berat


Faktor predisposisi pada kasus PEB menurut Edwin (2013), adalah :
a. Usia : primigravida dengan usia di bawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia
di atas 35 tahun dianggap lebih rentan.
b. Paritas : primigravida memiliki insiden hipertensi hampir dua kali lipat.
c. Komplikasi obstetrik : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hydrops
fetalis.
d. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya : hipertensi kronis, penyakit ginjal,
diabetes mellitus, sindrom antifosfolipid antibodi.
e. Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia
f. Obesitas
C. Tanda dan Gejala Preeklamsia Berat
Menurut Cuningham (2013) beberapa tanda dan gejala preeklamsia berat yaitu:
 Gejala:

1. Gejala-gejala disfungsi sistem saraf pusat (sakit kepala berat, penglihatan kabur)
2. Gejala-gejala peregangan kapsul hati (nyeri kuadran kanan atas dan/atau epigastrik)

 Tanda Klinis :

1. Peningkatan tekanan darah yang berat (didefinisikan sebagai TD³160/110)


2. Edema paru
3. Cedera serebrovaskular

 Temuan laboratorium, berupa :

1. Proteinuria secara kualitatif +2 persisten atau lebih ( gr/liter )


2. Oliguria (<500ml/24 jam) atau (<30ml/1 jam)
3. Cedera hepatoselular (kadar serum transaminase ³2x normal)
4. Trombositopenia (<100.000 trombosit/)

 Keluhan Subjektif
Keluhkan subjektif pada preeklamsia berat menurut Sofian (2011), yaitu sakit kepala
di daerah frontal, nyeri epigastrum, penglihatan kabur, mual dan muntah,
peningkatan berat badan karena bengkak pada muka, tangan, dan kaki.

D. Patofisiologi
Pada ibu bersalin dengan preeklamsia berat terjadi beberapa gejala klinik
seperti tekanan darah tinggi, oedema pada ekstremitas dan muka, serta protein urine
positif. Pada kasus preeklamsia berat terjadi spasme hebat arteriola glomerulus
pada biopsi ginjal. Lumen arteriola menjadi sempit sehingga hanya dapat dilalui oleh
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik. (Sofian, 2012)
Protein urine disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi kerusakan
pada glomerulus yang akan meningkatkan permeabilitas membran basalis dan
menyebabkan terjadinya kebocoran pada filtrasi glomerulus. (Sofian, 2012)
Pada kasus persalinan dengan preeklamsia, dapat menyebabkan iskhemia
plasenta yaitu terjadi vasospasmus yang menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol
spiralis deciduae dengan akibat menurunya aliran darah ke plasenta. Dengan demikian
terjadi gangguan nutrisi maupun oksigenasi bagi janin. (Sofian, 2012)

E. Diagnosis
Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a) Gambaran klinik; pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi,
dan timbul proteinuria. Gejala subjektif; sakit kepala didaerah frontal, nyeri
epigastrium, gangguan visus: penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan
muntah, refleks meningkat, dan tidak tenang.
b) Pemeriksaan; tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada
pemeriksaan laboratorium. (Sofian 2011, h. 145)

Dutton (2011, h. 350), mengemukakan bahwa diagnosis preeklampsi adalah


sebagai berikut :

a) Hipertensi
b) Hasil uji dengan stik rendam urin menemukan protein +3 yang perlu dikonfirmasi
dengan urin 24 jam.

F. Komplikasi
Robson (2011, h. 32), dalam bukunya disebutkan bahwa terdapat beragam komplikasi
preeklampsi termasuk abrupsio plasenta, keterbatasan pertumbuhan intrauteri,
sindrom HELLP (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Pletelet count), koagulasi
intravascular diseminata (disseminated coagulation intravascular, DIC), gagal ginjal,
janin lahir prematur, kegagalan 25 multi-organ, eklampsia (kejang grand mal pada
preeklampsia), dan bahkan kematian. Kemungkinan krisis yang terjadi akbibat proses
preeklampsia yaitu:
a) Eklampsia
b) Perdarahan otak
c) Sindrom HELLP
d) Ruptur/ infark hati
e) Solusio plasenta
f) Koagulasi intravaskular Diseminata (KID)
g) Kerusakan ginjal
h) Edema paru/ adult respitaratory distress syndrome (ARDS)
i) Pertumbuhan janin terhambat
j) Kematian janin intrauteri
k) Kematian perinatal (Wodward 2011, h. 47)

G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan preeklamsia bertujuan untuk mencegah atau menunda timbulnya
preeklamsia. Dengan keberhasilan pencegahan preeklamsia, kehamilan dapat
dilanjutkan dengan aman dan janin dapat tumbuh dengan optimal. Pencegahan
akan optimal bila dilakukan sebelum usia kehamilan 16 minggu.
 Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-
tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.

Skrining preeklamsia dilakukan pada trimester pertama tepatnya antara usia


11-14 minggu. Pemeriksaan skrining ini meliputi :
 Riwayat kesehatan ibu hamil dan informasi demografik (tinggi, berat,
etnis, riwayat merokok)
 Pengukuran tekanan darah dari kedua lengan (MAP – ROT)
 Pemeriksaan darah – PLGF (Placental Growth Factor) dan PAPP-A
(Pregnancy-Associated Plasma Protein).
 Pemeriksaan USG (arus darah ibu – Arteri uterina)
 Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada
faktor-faktor predisposisi.
 Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam
secukupnya, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

2. Penanganan
Penanganan preeklamsia berat ditujukan untuk melahirkan bayi dengan trauma
sekecil – kecilnya pada ibu dan bayi, lahirnya bayi yang kemudian dapat
berkembang, dan memulihkan secara sempurna kesehatan ibu. (Cuningham, 2013).
Preeklampsi awitan awal yang berat dapat ditangani secara konservatif untuk
menunda pelahiran sampai janin matur. Tindakan ini memerlukan rawat inap di
unit yang memiliki fasilitas neonatal yang adekuat untuk bayi prematur. Bukti 28
menunjukan bahwa tujuan tersebut dapat dicapai setelah 7- 15 hari gestasi ekstra
dan ini mengurangi morbiditas yang berhubungan dengan respirasi neonatus.
(Robson 2011, h. 36)
a. Penanganan preeklamsia berat menurut Edwin (2013) yaitu :
1. Rawat di ruang yang tenang tidak terlalu terang di kamar isolasi (tidak
dicampur dengan pasien lainnya).
2. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
3. Pasang dower catheter bertujuan untuk menghitung balance cairan
(keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar).

 Pengelolaan Medisional
a) Berikan obat anti hipertensi
Obat – obatan anti hipertensi menjaga agar perdarahan intrakranial pada
ibu tidak terjadi. Obat yang paling umum digunakan antara lain :
 Nifedipine
Dosis 10-20 mg setiap 6 sampai 8 jam, terutama efektif untuk periode
pasca persalinan.
 Labetalol atau Atenolol
Dosis 10-20 mg intravena yang dapat diulang setiap 10 menit hingga
dosis maksimal 300 mg. Alternatif lain, infuse labelatol tanpa
berhenti pada kecepatan 1-2 mg/jam dapat digunakan.
( Edwin, 2013)
b) Diberikan obat anti kejang MgSO4
 Magnesium sulfat (MgSO4) intravena harus diberikan selama
persalinan dan selama evaluasi awal pasien penderita preeklamsia
berat.
 MgSO4 digunakan untuk menghentikan dan atau mencegah konvulsi
tanpa menyebabkan depresi pernafasan untuk ibu maupun janin.
 Dosis awal : 4 gm MgSO4 diencerkan dalam 10 ml larutan cairan IV
(Ringer Laktat) selama 10 menit dengan tetesan IV lambat.
 Dosis jaga : 1-2 gm/jam dengan tetesan IV lambat yang dimulai
segera setelah dosis awal dan dilanjutkan selama 24 jam setelah
persalinan atau setelah konvulsi terakhir. MgSO4 harus diberikan
dengan metode infuse terkendali dan memastikan sebelum pemberian
setiap dosis, pasien memiliki output urin tidak kurang dari 30ml/jam,
reflek patella positif, kecepatan pernafasan di atas 12/menit.
( Edwin, 2013)
Syarat pemberian MgSo4:
1. Tersedia Kalsium Glukonas 10%
2. Ada reflek patella
3. Jumlah urine minimal 0,5ml/ kg BB/ Jam d. Jumlah frekuensi
pernapasan >16 x/ menit
b. Menurut Saifuddin ( 2009 ) persalinan harus terjadi dalam 24 jam pada
preeklamsia berat. Penundaan persalinan akan meningkatkan risiko pada ibu dan
janin. Persalinan bisa diusahakan dengan cara :
 Jika umur kehamilan sudah aterm atau >37 minggu dan pasien sedang dalam
proses bersalin serta terdapat kemajuan yang memadai ditinjau dari partograf
dan tidak terdapat komplikasi pada janin atau ibu, lanjutkan percobaan
persalinan pervaginam dengan pemantauan janin dan ibu secara ketat.
(Edwin, 2013).
 Setelah ditegakkannya diagnosis preeklamsia berat, induksi atau akselerasi
persalinan dan kelahiran pervaginam merupakan tatalaksana ideal. Induksi
atau akselerasi persalinan dilakukan, dengan pematangan pada serviks yang
dapat dinilai dengan metode Skor Bishop. (Cuninghan, 2013)

Faktor

Skor Pembukaan Pendataran


Konsistensi Posisi
Station
Serviks Serviks
(cm) (%)

0 Tertutup 0-30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40-50 -2 Sedang Tengah


2 3-4 60-70 -1,0 Lunak Anterior
3 >5 >80 +1, +2 – –
Tabel 2.2 Skor Pelvik menurut Bishop

Induksi ke persalinan aktif biasanya berhasil pada skor 9 atau lebih


dan kurang berhasil pada skor dibawahnya (Cuningham, 2006).
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.


http://www.dinkes.go.id, diakses tanggal 22 Januari 2015

Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Dasar dan
Rujukan. Kemenkes RI

Bothamley, Judy dan Maureen Boyle. 2011. Patofisiologi dalam Kebidanan.


Jakarta: EGC

Dutton, A. Lauren, Jessica E. Densmore dan Meredith B. Turner. 2011. Rujukan


Cepat Kebidanan. Jakarta: EGC

Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 3. Jakarta: EGC

RSIA Bunda Jakarta (2018). Pemeriksaan Skrining Preeklamsia untuk Kehamilan


2018.http://bunda.co.id/rsiabundajakarta/id_ID/pemeriksaan-skrining-
preeklamsia-untuk-kehamilan/, diakses pada tanggal 02 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai