Anda di halaman 1dari 15

Nama : Muhammad Rijal Senjaya

NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan
Berikut merupakan tabel hasil pengamatan terhadap perlakukan preparasi
pembuatan media pertumbuhan mikroorganisme yang terdiri atas media Nacl Fis,
Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), Potato Dextrose Agar (PDA), dan Plant
Count Agar (PCA).

Tabel 1.0 Hasil Pengamatan terhadap Perlakuan Preparasi Pembuatan Beberapa


Media
Karakteristik
Nama Massa Lar. Sebelum Setelah Setelah Komposisi
Bahan Media Aqua- dilarutkan DilarutkanDisteri-
des lisasi Bahan
NaCl 0,85 g 100 ml Serbuk Larutan Warna- NaCl
Fis I warna putih bening nya
(1B & bening,
11B) bentuk-
nya cair
NA 2,0 g 100 ml Serbuk ber- Larutan ku- Warna- Pepto-ne
(2B & warna cok- ning kecok- nya cok-
from Meat
7B) lat muda latan agak lat keruh,
keruh bentuk- 5 g/L,
nya
Meat
seperti
agar Extract
3g/L ,
Agar 12
g/L
NB (3B 1,3 g 100 ml Serbuk ber- Larutan Berwar- Lam
& 8B) warna berwarna na
Lemco
kuning kuning kuning
muda jernih bening, Powder 1
bentuk-
g/L, Yeast
nya cair
Extract 2
g/L,
Pepto-ne 5
g/L,
Sodium
Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

Chlori-de
5g/L
PDA I 3,9 g 100 ml Serbuk ber- Larutan Berwar- Potato
(4B) warna krem menjadi na
Extract 4
seperti bau keruh bening,
keju bentukn- g/L,
ya cair
Dextro-se
20 g, Agar
15 g/L
PCA 1,75 g 100 ml Serbuk ber- Larutan Berwar- Tryp-tone
(5B & warna kuni- agak pucat, na
5 g/L,
10B ) ng pucat agak keruh oranye
muda, Yeast
keruh,
Extract 2,5
bentuk-
nya g/L,
padat se-
Gluco-se 1
perti
agar g/L, Agar
9 g/L
NaCl 0,85 g 100 ml Serbuk ber- Larutan Warna- NaCl
Fis II warna putih berwarna nya sedi-
(6B) transparan kit
sedikit ungu merah
muda be-
ning,
bentuk-
nya cair
PDA II 3,9 g 100 ml Serbuk me- Larutan Berwar- Potato
(9B) dia berwar- ber-warna na ora-
Extract 4
na crem/ kuning nye agak
ku-ning kecokla- g/L,
pucat tan, ke-
Dextro-se
ruh, ben-
tuknya 20 g, Agar
padat se-
15 g/L
perti
agar

(Sumber : Dokumentasi Pribadi Kelompok, 2017)


Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

4.2 Pembahasan

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dalam melakukan pembuatan suatu


media pertumbuhan bakteri, terlebih dahulu harus dilakukan perhitungan berat
bahan media terhadap jumlah zat pelarut yang telah ditentukan sebelumnya dalam
percobaan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara saran
penyajian pada kemasan suatu media dengan penyajian pada percobaan. Misalnya,
pada kemasan media A, tertulis 500 gram makes 38,4 litres, yang berarti bahwa
bahan media yang dibutuhkan untuk 38,4 liter pelarut adalah sebanyak 500 gram.
Namun, pada percobaan ini hanya digunakan zat pelarut akuades sebanyak 100
ml. Oleh karena itu, berat bahan media yang harus ditambahkan ke dalam suatu
pelarut harus dikalkulasi ulang supaya media yang telah dibuat bersifat ideal bagi
pertumbuhan bakteri.

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛


=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛

Setelah berat bahan media didapatkan, dilakukan proses pelarutan bahan media
dengan akuades pada volume tertentu. Proses pelarutan dilakukan dengan
menambahkan akuades ke dalam gelas beker yang berisi bahan media sambil
diaduk menggunakan batang pengaduk hingga homogen. Akuades digunakan
sebagai pelarut karena telah melalui proses penyulingan sehingga memiliki kadar
mineral yang sangat minim (Sada, 2015)1. Selanjutnya, dilakukan proses
sterilisasi supaya keadaan media menjadi lebih steril dan terhindar dari berbagai
macam kontaminasi, hal ini sejalan dengan definisi sterilisasi menurut Holil
bahwa sterilisasi adalah salah satu teknik dasar dalam laboratorium kultur jaringan
untuk mempersiapkan sampel, alat maupun bahan yang digunakan agar steril atau
terbebas dari kontaminan (Nikmati Laily, 2014).2. Sterilisasi dilakukan dengan
menggunakan alat berupa autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Prinsip
kerja autoklaf sama dengan prinsip kerja kukusan (alat sederhana untuk menanak

1
Sada, F. (2015). Ekstraksi Tanin dari Kluwak (Pangium edule R.) Menggunakan Pelarut Etanol dan Aquades dan
Aplikasinya sebagai pewarna Makanan. 15.
2
Nikmati Laily, A. d. (2014). Teknik Sterilisasi Basah dalam Kultur Jaringan deangan Menggunakan Autoklaf. In Petunjuk
Praktikum Teknik Instrumentasi (p. 28). Malang: Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang.
Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

nasi), hanya saja autoklaf memiliki tekanan sehingga menghasilkan panas yang
lebih tinggi (Rahmayati, 2013).3

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dalam pembuatan media NaCl Fis I


dan NaCl Fis II, dibutuhkan serbuk bahan media sebanyak 0,85 gram yang
selanjutnya dilarutkan dengan 100 ml akuades. Sebelum dilarutkan, wujud media
NaCl Fis I dan Nacl Fis II berupa serbuk berwarna putih. Pada NaCl Fis I, setelah
dilarutkan, wujud media NaCl Fis I berupa larutan tidak berwarna/bening yang
homogen bersama akuades. Kemudian setelah dilakukan sterilisasi, wujud media
NaCl Fis I tidak banyak berubah, yakni tetap tidak berwarna/bening DAN
berwujud cair. Namun, sedikit berbeda pada pembuatan media NaCl Fis II.
Setelah dilarutkan menggunakan akuades, wujud media NaCl Fis II berupa larutan
berwarna sedikit keungu-unguan. Kemudian setelah disterilisasi, warna media
sedikit berubah menjadi bening kemerahmudaan dan berwujud cair. Perubahan
warna pada media NaCl Fis II sejak sebelum disterilisasi hingga setelah
disterilisasi, dapat terjadi karena terjadi karena terdapatnya reaksi kimia pada
bahan-bahan yang terkandung didalamnya. Adapun mengenai perbedan warna
antara media NaCl Fis I dan NaCl Fis II , baik pada tahap setelah dilarutkan
dengan akuades, maupun setelah dilakukan sterilisasi dapat terjadi karena
berbagai faktor, misalnya tercampurnya bahan media satu dengan bahan media
lainnya, ketidakhigienisan dalam penyimpanannya atau saat dilakukan
pengambilannya, faktor kimiawi (habis masa berlaku, oksidasi-reduksi), faktor
biologis, faktor mekanis, kesalahan dalam operasi dan pengamatan, dan lain
sebagainya. Komposisi NaCl Fis hanya terdiri atas NaCl yang mana berfungsi
sebagai pengatur keseimbangan tekanan/osmosis.

Berdasarkan tabel, diketahui pula bahwa dalam pembuatan media Nutrient


Agar (NA), dibutuhkan serbuk media sebanyak 2,00 gram yang selanjutnya
dilakukan pelarutan dengan 100 ml akuades. Sebelum dilarutkan, wujud bahan
media berupa padatan serbuk dengan butiran kecil hingga besar dan memiliki

3
Rahmayati, F. (2013). Prinsip Kerja Autoklaf. Tugas Mikrobiologi, 1.
Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

warna coklat. Setelah dilarutkan, terjadi perubahan wujud menjadi cair dan warna
menjadi coklat keruh kekuningan Hal ini terjadi karena terjadi karena terdapatnya
reaksi kimia pada bahan-bahan yang terkandung didalamnya. Setelah dilakukan
sterilisasi, media berubah menjadi berbentuk padatan agar dan berwarna coklat
keruh. Perubahan wujud menjadi padatan terjadi karena terdapatnya kandungan
agar pada komposisi bahan media NA yang membuatnya menjadi padatan.
Kandungan NA terdiri atas beef extract sebagai sumber protein, karbohidrat, dan
mineral; pepton sebagai sumber protein, dan agar sebagai zat pemadat media
setelah disterilisasi.

Berdasarkan tabel, diketahui pula bahwa dalam pembuatan media Nutrient


Broth (NB), dibutuhkan serbuk media sebanyak 1,30 gram yang selanjutnya
dilakukan pelarutan dengan 100 ml akuades. Sebelum dilarutkan, wujud bahan
media berupa padatan serbuk berwarna kuning pucat. Setelah dilarutkan, terjadi
perubahan wujud dan warna menjadi larutan berwarna kuning jernih. Setelah
dilakukan sterilisasi, tidak banyak terjadi perubahan pada media yakni berwujud
cair dengan warna kuning jernih. Adapun komposisi bahan media NB terdiri atas
lab lemco powder sebagai sumber vitamin B, yeast extract sebagai sumber
nitrogen, pepton sebagi sumber nutrisi, dan sodium klorida sebagai pengatur
keseimbangan tekanan/osmosis.

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dalam pembuatan media Potato


Dextrose Agar (PDA) I dan Potato Dextrose Agar (PDA) II, dibutuhkan serbuk
bahan media sebanyak 3,90 gram yang selanjutnya dilarutkan dengan 100 ml
akuades. Sebelum dilarutkan, wujud media PDA I dan PDA II berupa serbuk
berwarna krem/kuning pucat. Pada PDA I, setelah dilarutkan, wujud media PDA I
berupa larutan berwarna keruh. Kemudian setelah dilakukan sterilisasi, wujud
media PDA I yakni berupa zat cair tidak berwarna/bening. Perubahan warna dari
keruh menjadi bening dapat terjadi karena terdapatnya reaksi kimia pada bahan-
bahan yang terkandung didalamnya. Sementara wujudnya yang berupa zat cair
seharusnya berwujud padatan agar terjadi karena berbagai faktor, misalnya
kesalahan produksi yang tidak menambahkan komponen agar ke dalam bahan
media, komponen agar yang rusak (faktor kimiawi, biologis, dan mekanis),
kesalahan dalam melakukan sterilisasi, kesalahan operasi dan pengamatan, dan
Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

lain sebagainya. Namun, berbeda pada pembuatan media PDA II. Setelah
dilarutkan menggunakan akuades, wujud media PDA II berupa larutan berwarna
kuning. Kemudian setelah disterilisasi, wujud media berubah menjadi padatan
agar berwarna oranye keruh kecoklatan. Perubahan warna dari kuning menjadi
oranye keruh kecoklatan terjadi karena terdapatnya reaksi kimia pada bahan-
bahan yang terkandung didalamnya. Sementara perubahan wujud dari larutan
menjadi padatan agar terjadi karena terdapatnya kandungan agar pada komposisi
bahan media PDA I dan PDA II yang membuatnya menjadi padatan. Adapun
komposisi media PDA I dan PDA II terdiri atas ekstrak kentang dan dekstrose
sebagai sumber karbohirat, dan agar sebagai zat pemadat media PDA setelah
disterilisasi.

Berdasarkan tabel, diketahui pula bahwa dalam pembuatan media Plant


Count Agar (PCA), dibutuhkan serbuk media sebanyak 1,75 gram yang
selanjutnya dilakukan pelarutan dengan 100 ml akuades. Sebelum dilarutkan,
wujud bahan media berupa padatan serbuk berwarna kuning pucat. Setelah
dilarutkan, terjadi perubahan wujud menjadi cair dan warna menjadi larutan
berwarna pucat keruh. Warna dan keruh yang timbul merupakan hasil dari reaksi
kimia pada bahan-bahan yang terkandung di dalamnya. Setelah dilakukan
sterilisasi, terjadi perubahan pada media PCA menjadi padatan agar dengan warna
oranye muda keruh. Perubahan wujud menjadi agar terjadi karena terdapatnya
kandungan agar pada komposisi bahan media PCA yang membuatnya menjadi
padatan. Sementara perubahan warna dan terjadinya kekeruhan merupakan hasil
dari reaksi kimia pada bahan-bahan yang terkandung didalamnya. Adapun
komposisi media PCA terdiri atas tryptone sebagai penyedia substansi asam
amino dan nitrogen kompleks yang lain, yeast extract sebagai sumber nitrogen,
glukosa sebagai sumber karbohidrat, dan agar sebagai zat pemadat media PCA
setelah disterilisasi.
Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

VI. KESIMPULAN
1. Mahasiswa telah dapat melakukan pembuatan media pertumbuhan
mikroorganisme, yakni pada media Nacl Fis, Nutrient Agar (NA), Nutrient
Broth (NB), Potato Dextrose Agar (PDA), dan Plant Count Agar (PCA).
2. Mahasiswa telah dapat melakukan analisis dasar terhadap berbagai perubahan
yang terjadi selama proses pembuatan media pertumbuhan mikroorganisme.
3. Mahasiswa telah memahami prinsip dasar pembuatan media pertumbuhan
mikroorganisme.
 Sebagai sumber nutrisi karbohidrat, ke dalam media ditambahkan zat
glukosa, dekstrose, beef extract, dan kentang.
 Sebagai sumber nutrisi protein, ke dalam media ditambahkan zat pepton,
tripton, beef extract, dan yeast extract.
 Sebagai sumber vitamin B, ditambahkan lab-lemco.
 Sebagai pengatur keseimbangan tekanan, ditambahkan zat NaCl.
 Sebagai pemadat media setelah disterilisasi, ditambahkan zat agar.
 Sterilisasi dilakukan supaya media yang telah dibuat memiliki tingkat
kontaminasi yang minimal
Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

LAMPIRAN
Gambar 1. NaCl Fis Kelompok 1B

(Sumber : Data Pribadi Kelompok 1B, 2017)

Gambar 2. NA Kelompok 2B

(Sumber : Data Pribadi Kelompok 2B, 2017)

Gambar 3. PCA Kelompok 5B


Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

(Sumber : Data Pribadi Kelompok 5B, 2017)

Gambar 4. NaCl Fis Kelompok 6B

(Sumber : Data Pribadi Kelompok 6B, 2017)

Gmabar 5. NA Kelompok 7B
Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

(Sumber : Data Pribadi Kelompok 7B, 2017)

Gambar 6. NB Kelompok 8B

(Sumber : Data Pribadi Kelompok 8B, 2017)

Gambar 7. PDA Kelompok 9B

(Sumber : Data Pribadi Kelompok 9B, 2017)

Gambar 8. PCA Kelompok 10B


Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

(Sumber : Data Pribadi Kelompok 10B, 2017)

Gambar 9. NaCl Kelompok 11B

(Sumber : Data Pribadi Kelompok 11B, 2017)

Gambar 10. Setelah Media di Sterilisasi


Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

(Sumber : Data Pribadi Kelompok, 2017)


Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

PERTANYAAN JAWABAN
1. Setelah saudara pelajari dan dipraktekkan, jelaskan fungsi penambahan beef
extract pada pembuatan media NA dan fungsi penambahan kentang pada
pembuatan media PDA! Mengapa berbeda?

Jawab:
Media Nutrient Agar (NA) merupakan media padat berwarna kuning emas
yang digunakan untuk menumbuhkan berbagai jenis bakteri dalam media agar.
Komposisinya berupa 3 gram beef extract, 5 gram pepton, dan 15 gram bacto
agar untuk 100 ml zat pelarut. Penambahan beef ekstrak pada medium NA
dimaksudkan sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan bakteri. Beef ekstrak
atau ekstrak daging sapi merupakan sumber protein yang tinggi (18,8%)
dengan asam amino essensialnya yang lengkap dan membunyai kadar air yang
tinggi (66%), kaya akan non protein nitrogen (NPN), mineral, serta sejumlah
karbohidrat yang dapat difermentasi, selain itu memiliki pH 5,3-6,5 yang
sesuai untuk perkembangan bakteri (Soeparno, 2005).4 Dari uraian tersebut,
tak dapat dipungkiri bahwa penambahan beef ekstrak sebagai komponen
dalam medium NA sangat penting sekali.
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media padat berwarna kuning
bening yang digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan
kapang. Komposisinya berupa Potato infusion 4.0 (infusion from 200 g
potatoes); D(+) glucose 20.0; agar-agar 15.0. Penambahan kentang pada
media PDA dimaksudkan sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Kentang merupakan sumber karbohidrat yang mana
diketahui sebagai nutrisi yang paling disukai oleh kapang dan yeast. Maka tak
dapat dipungkiri bahwa penambahan kentang pada media PDA sangat penting
dan sangat menentukan pula mikroorganisme yang akan dibiakkan, yaitu
kapang dan yeast

4
Soeparno. (2005). Ilmu dan Teknologi Daging Edisi ke-4. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

2. Jelaskan fungsi dari larutan pengencer? Mengapa harus menggunakan


KH2PO4? Dapatkah digantikan dengan senyawa kimia lain?

Jawab:
Larutan pengencer berfungsi untuk mengencerkan konsentrasi nutrisi dan
mengurai koloni mikroorganisme yang bergerombol padat sehingga dapat
diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik dan untuk
mendapatkan perhitungan yang tepat. Larutan yang digunakan sebagai
pengencer biasanya mengandung buffer untuk menjaga keseimbangan ion dari
mikroba, yaitu fosfat. Penggunaan fosfat karena satu-satunya komponen
anorganik yang mengandung sifat buffer pada kisaran pH normal, yaitu
merupakan pH yang dapat mempertahankan keseimbangan fisiologi dari
mikroba. Selain itu, fosfat juga tidak mempunyai unsur racun bagi mikroba.
Garam fosfat yang sering digunakan sebagai buffer adalah kalium
monohidrogen fosfat atau kalium hidrogen fosfat. Selain larutan yang
mengandung buffer fosfat, dapat juga digunakan larutan garam fisiologi
(0,85%) atau larutan reagen.
Nama : Muhammad Rijal Senjaya
NPM : 240210160096
Kelompok : 7B

DAFTAR PUSTAKA

Nikmati Laily, A. d. (2014). Teknik Sterilisasi Basah dalam Kultur Jaringan


deangan Menggunakan Autoklaf. In Petunjuk Praktikum Teknik Instrumentasi (p.
28). Malang: Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang.

Rahmayati, F. (2013). Prinsip Kerja Autoklaf. Tugas Mikrobiologi, 1.

Sada, F. (2015). Ekstraksi Tanin dari Kluwak (Pangium edule R.) Menggunakan
Pelarut Etanol dan Aquades dan Aplikasinya sebagai pewarna Makanan. 15.

Soeparno. (2005). Ilmu dan Teknologi Daging Edisi ke-4. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai