PENDAHULUAN
1|Page
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang fimosis
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara penanganan yang efektif
dan efisien tentang fimosis
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan laporan Pleno LBM 3 yang berjudul
“SETIAP MAU KENCING ANAK MENJERIT DAN MENANGIS”
adalah agar mahasiswa FK Unizar mampu memahami dan menjelaskan
bagaimana penanganan fimosis pada scenario.
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DATA TUTORIAL
Hari/tanggal sesi 1 : Senin, 8 April 2019
Hari/tanggal sesi 2 : Rabu, 10 April 2019
Tutor : dr. Irbab Hawari, S.Ked
Moderator : Galih Rarang Gati
Sekretaris : Nur Rahmatullah Pertiwi
2.2 SKENARIO LBM
LBM 3
SETIAP MAU KENCING ANAK MENJERIT DAN MENANGIS
Seorang anak berusia 1,5 tahun dating diantar ibunya ke klinik umum
dengan keluhan nyeri berulang bila kencing. Ibu mengatakan setiap mau
kencing penisnya terlihat menggembung dan terdapat benjolan dibawah
kulit penis. Si anak selalu menjerit dan menangis ketika akan buang air kecil
dan bila alat kelaminnya di pegang. Dari anamnesis lebih lanjut didapatkan
riwayat sering demam sejak usia 1 tahun dan tumbuh kembang anak terlihat
normal.
Pada pemeriksaan genitalia didapatkan mulut preputium diameter
sangat sempit dan lengket, smegma tidak bias dinilai. Oleh dokter
disarankan untuk sirkumsisi
3|Page
2.3 PEMBAHASAN LBM
I. Klarifikasi Istilah
1. smegma: sejenis secret kelenjar sebasea atau debris sel hasil
pengelupasan epitel, ditemukan dibawah preputium (Dorland,
2014)
b. Tubulus seminiferus
Pada bagian dalam testis terdapat saluran-saluran halus yang
disebut saluran penghasil sperma (tubulus seminiferus).
4|Page
Dinding dalam saluran terdiri atas jaringan epitel dan jaringan
ikat. Pada jaringan epithelium terdapat :
Sel induk sperma : berfungsi sebagai calon sperma
Sel sertoli : berfungsi member makan sperma
Sel leydig : berfungsi menghasilkan hormone
testosterone
2. Saluran Reproduksi
Saluran reproduksi adalah tempat sperma keluar atau jalan
berupa lubang kecil yang menghubungkan organ dalam.
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri
dari:
a. Epididimis
Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak
sepanjang atas tepi dan belakang dari testis. Epididimis terdiri
dari kepala yang terletak di atas katup kutup testis, badan dan
ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan
ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal. Saluran
epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui
5|Page
duktuli eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala)
epididimis. Duktus eferentis panjangnya ± 20 cm, berbelok-
belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di duktus
epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas
deferens. Fungsi dari epididimis yaitu tempat penyimpanan
sementara sperma. Sampai sperma matang dan bergerak
menuju vas deferens. (Guyton & Hall. 2006)
b. Vas deferens (Duktus Deferens)
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari
epididimis. Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu
masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius.
Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan
bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika.
(Guyton & Hall. 2006)
c. Saluran ejakulasi
Merupakan saluran yang pendek dan menghubungkan
vesikula seminalis dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk
mengeluarkan sperma agar masuk kedalam uretra. Ejakulasi
terjadi pada saat mencapai klimakas, yaitu ketika gesekan pada
glans penis dan rangsangan lainnya mengirimkan sinyal ke otak
dan korda spinalis.
Saraf merangsang kontraksi otot di sepanjang saluran
epididimis dan vas deferens, cesikula seminalis dan prostat.
Kontraksi ini mendorong semen keluar dari penis. Leher
kandung kemih juga berkontraksi agar seen tidak mengalir
kembali ke dalam kandung kemih. Setelah terjadi ejakulasi
(atau setelah rangsangan berhenti), arteri mengencang dan vena
mengendur. Akibatnya aliran darah yang masuk ke arteri
berkurang dan aliran darah yang keluar dari vena bertambah,
sehingga penis menjadi lunak. (Guyton & Hall. 2006)
6|Page
d. Uretra
Merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi
dan terdapat di penis.
Uretra terdiri dari 2 fungsi:
Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari
kandung kemih
Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
8|Page
Fungsinya yaitu untuk kopulasi (hubungan antara
alat kelamin jantan dan betina untuk memudahkan semen
masuk ke dalam organ reproduksi betina).
1. Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus)
jaringan erektil:
2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus
kavernosus, terletak bersebelahan.
2. Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum,
mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut terisi darah,
maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak
(mengalami ereksi).
3. hub. nyeri bak dan keadaan penis dgn riwayat demam sejak
1 thn
Pada skenario didapatkan keluhan dari ibu pasien bahwa
pasien selalu menangis tiap kali ingin kencing.
Dapat diketahui bahwa penyebab keluhan pada skenario
dikarenakan adanya penyempitan hingga pembendungan dari
saluran kencing pasien itu sendiri hal ini dapat menimbulkan
keadaaan infeksius pada penderitanya dan dapat mengakibatkan
adanya sensasi rasa sakit pada pasien. Dalam beberapa kasus
serupa dapat menjadikan anak rewel dikarenakan rasa tidak
nyaman ketika sensasi tersebut timbul.
Selain pasien rewel juga pasien tidak bisa buang air kecil
sejak 3 jam yang lalu disebabkan adanya obstruksi orifisium
uretra eksterna yang disebabkan oleh fimosis. Fimosis adalah
prepusium penis yang tidak dapat diretraksi ke proksimal sampai
ke korona glandis karena terjadinya perlekatan prepusium
dengan glans penis yang disebabkan oleh smegma.
Pada kasus fimosis lubang yang terdapat di prepusium sempit
sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans penis sama sekali
tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa lubang yang sangat kecil
di ujung prepusium. Pada kondisi ini, akan terjadi fenomena
10 | P a g e
“balloning” dimana preputium mengembang saat berkemih
karena desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya
lubang di ujung prepusium. Bila fimosis menghambat kelancaran
berkemih, seperti pada balloning maka sisa-sisa urin mudah
terjebak di dalam preputium. Hal ini bisa menyebabkan
terjadinya infeksi (Sjamsuhidajat, 2004).
Kontraindikasi
- Pasien yang mengalami hipospadia
12 | P a g e
IV. Rangkuman Permasalahan
anatomi fisiologi
FIMOSIS
13 | P a g e
V. Learning Issues
1. Fimosis
2. Parafimosis
3. Balanopostitis
VI. Referensi
14 | P a g e
VII. Pembahasan Learning Issue
A. Diagnosa banding
1. FIMOSIS
DEFINISI
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang
melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke
belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup,
prepuce, preputium, foreskin). Preputium terdiri dari dua lapis,
bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan
belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam
preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan
cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih
(meatus urethra externus) yang terbuka.Fimosis (phimosis) bisa
merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun
didapat.
Fimosis dapat juga diartikan sebagai keadaan prepusium penis
yang tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke
korona glandis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium
(smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan
memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang
terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-
lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke
proksimal.( Basuki B. Purnomo, 2012)
15 | P a g e
Gambar2. Fimosis
ETIOLOGI
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang
di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi
ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis
sehingga sulit ditarik ke arah pangkal.
Pada kasus yang lebih jarang, fimosis terjadi karena kulup
kehilangan kemampuan peregangan, misalnya karena
peradangan atau luka akibat pembukaan paksa kepala penis.
Pembentukan jaringan parut dari bekas luka itu mencegah
peregangan kulup.
PATOFISIOLOGI
Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang, dan debris yang dihaslikan oleh epitel preputium
(smegma) mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan
17 | P a g e
memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi
secara berkala membuat preputium menjadi retraktil dan dapat
ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% preputium
sudah dapat diretraksi.
Pada kasus fimosis, lubang yang terdapat di preputium
sempit sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans penis sama
sekali tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa lubang yang sangat
kecil diujung preputium. Pada kondisi ini, akan terjadi fenomena
“balloning” dimana preputium mengembang saat berkemih
karena desakan pancaran urin yang tidak diimbangi besarnya
lubang diujung preputium. Bila fimosis menghambat kelancaran
berkemih, seperti pada balloning, maka sisa-sisa urin mudah
terjebak didalam preputium.
MANIFESTASI KLINIS
a. Kulit penis anak tidak bisa ditarik ke arah pangkal ketika
akan dibersihkan.
b. Anak mengejan saat buang air kecil karena muara saluran
kencing diujung tertutup. Biasanya ia menangis dan pada ujung
penisnya tampak menggembung.
c. Air seni yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan
memancar dengan arah yang tidak dapat diduga.
d. Kalau sampai timbul infeksi, maka si anak akan mengangis
setiap buang air kecil dan dapat pula disertai demam.
e. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan
menggembung saat mulai miksi yang kemudian menghilang
setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urin yang
keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh
kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang
sempit.
18 | P a g e
f. Iritasi pada penis
g. Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena
ballooning, yakni kulit preputium mengembang saat berkemih
karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi besarnya
lubang di ujung preputium. Fenomena ini akan hilang dengan
sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak selalu
menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni. Selama tidak
terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah
(hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan
kasus gawat darurat.
2. PARAFIMOSIS
DEFINISI
Parafimosis adalah keadaan preputium penis yang di retraksi
sampai sulkus koronarius tidak dapat di kembalikan seperti
semula dan menimbulkan dan jeratan pada penis. (Basuki, 2011)
Parafimois adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi
hanya pada laki-laki dewasa dan anak laki-laki yang belum belum
sunat atau tidak disunat. Parafimosis berarti preputium terjebak
di belakang glans penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi
normal. Kadang-kadang laki-laki yang tak disunat kulup mereka
tertarik kebelakang saat berhubunga seks, ketika mereka kencing
atau ketika mereka membersihkan penis mereka. Jika preputium
yang tersisa dibelakang glans penis terlalu panjang, penis
kemungkinan mengalami pembengkakan sehingga preputium
yang terperangkap dibelakang glans penis. (Hayashi, 2011)
Etiologi Parafimosis
Parafimosis termasuk kondisi yang jarang terjadi. Penyebab
yang paling sering memicu kondisi ini adalah karena lupa
19 | P a g e
mengembalikan posisi preputium setelah ditarik, lalu dibiarkan
untuk waktu yang cukup lama, misalnya beberapa jam. Di
samping itu, ada juga faktor-faktor lain yang berpotensi
menyebabkan parafimosis. Beberapa di antaranya adalah:
(Basuki, 2011)
1. Mengalami cedera di sekitar alat kelamin.
2. Menderita infeksi.
3. Menarik preputium terlalu berlebihan.
4. Memiliki preputium yang lebih ketat.
5. Menindik penis.
6. Menjalani kateter
Patofisiologi Parafimosis
Parafimosis terjadi pada pria yang tidak disunat atau
sebagian disunat. Ada beberapa penyebab potensial. Hal ini bisa
disebabkan oleh kebersihan yang buruk, kronis balanitis, atau
retraksi paksa preputium tanpa mengembalikannya ke posisi
semula. Penyebab lainnya adalah kateterisasi uretra, sistoskopi,
atau luka yang ditimbulkan sendiri seperti penindikan penis pada
kelenjar. (Hayashi, 2011)
preputium ditarik menjadi terjebak di balik korona glans.
Jaringan glans menjadi edematous, menciptakan lingkar
konstriksi cincin di sekitar penis. Penyempitan ini mengganggu
aliran darah dan limfatik kelenjar dan glans penis, yang bisa
menjadi iskemik. Jika tidak diobati untuk waktu yang lama,
berhari-hari atau minggu bisa terjadi nekrosis penis dan
autoamputasi. (Hayashi, 2011)
Manifestasi Klinis
20 | P a g e
Parafimosis termasuk kegawatdaruratan urologi yang memiliki
gejala sebagai berikut: (Hayashi, 2011)
a. Udeme pada glans penis
b. Nyeri
c. Kebiruan pada glans penis karna terjadi penjeratan
3. BALANOPOSTITIS
DEFINISI
Balanitis adalah inflamasi superfisial glans penis, sedangkan
postitis adalah inflamasi preputium penis. Kedua keadaan itu bisa
terjadi bersamaan sehingga menjadi balanopostitis.
Balanopostitis seringkali terjadi pada anak usia dua sampai lima
tahun dan biasanya karena higiene yang kurang baik.
ETIOLOGI
Balanopostitis disebabkan karena infeksi bakteria ataupun
kandida dan iritasi dari iritan eksterna. Bakteri penyebab
tersering pada balanopostitis yaitu streptokokus. Selain itu juga
bisa disebabkan karena higiene yang kurang baik, terutama pada
anak usia dua tahun.
Balanopostitis juga seringkali disangka sebagai penyakit yang
ditularkan melalui seksual (PMS) pada anak.
MANIFESTASI KLINIS
Pada balanopostitis seringkali dikeluhkan adanya iritasi,
kemerahan, eksudat dan edema glans dan permukaan dalam
preputium. Infeksi streptokokus ditandai dengan eksudat tipis,
purulen pada sulkus korona glandis, tanpa disertai adanya
21 | P a g e
discharge uretra, yang bisa bersamaan dengan infeksi tenggorok.
(Purnomo, 2012)
B. Diagnosa Kerja
FIMOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis
selain dari anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan
penunjang, diantaranya sebagai berikut:
• Pemeriksaan darah lengkap
• USG penis
• Pemeriksaan kadar TSH
PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
a) Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan
masalah fimosis secara permanen.Rekomendasi ini diberikan
terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau
peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan
dengan anestesi umum ataupun local
b) Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan
elastisitas kulup.Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali
sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam
jangka waktu tertentu agar efektif.
c) Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup
yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai
22 | P a g e
sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan
pembentukan parut.
KOMPLIKASI
a) Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.
b) Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang
kemudian terkena infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk
jaringan parut.
c) Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
d) Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi
dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut
parafimosis.
e) Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut
ballonitis.
f) Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
g) Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
kanker penis.
Prognosis
Pronosis dari Fimosis umumnya baik, sebagian besar nyeri
dapat diatasi dengan obat-obat konservatif. Pada kasus-kasus berat
diperlukan operasi bedah untuk memulihkan keadaan seperti
semula.
24 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
26 | P a g e
27 | P a g e
28