Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENGORGANISASIAN INFORMASI ATAU PENGETAHUAN


DALAM INGATAN MANUSIA

A. PENDAHULUAN
Otak merupakan organ vital dari bagian tubuh manusia, karena otak merupakan pusat
koordinasi kegiatan organ tubuh manusia secara sadar maupun tidak sadar. Gerakan
secara sadar saat kita akan mengambil benda di sekitar kita, secara sensorik otak kita
memerintahkan tangan kita untuk mengambil benda tersebut. Proses ini merupakan hal
yang sangat kompleks dalam ilmu neurologi. Otak merupakan suatu organ kompleks,
tempat manusia merekam setiap informasi yang diterima oleh panca indra. Segala hal
stimulan dari indra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman
dikolaborasikan di dalam otak manusia dan dikolaborasikan di dalam ingatan manusia.
Menurut Fafa Focus (2010: 156) guna mengantarkan anda untuk mempermudah
menelusuri fungsi dari otak, kita mulai dari pikiran sadar, yang merupakan pikiran yang kita
pahami dalam sehari-hari, yaitu perangkat yang kita perlukan untuk berpikir logis dan
rasional. Sementara itu, pikiran bawah sadar adalah kumpulan dari pengalaman,
pengertian, pemahaman, juga belief system dan self image kita, mirip dengan data yang
terdapat di harddisk komputer, hasil penyerapan dimulai sejak kita dilahirkan hingga hari ini.
Otak memiliki fungsi sebagaimana halnya harddisk di dalam perangkat komputer yang
merekam data. Otak merekam segala pengetahuan dari lingkungan, proses ini sering
disebut sebagai proses belajar. Otak manusia akan mengalami perkembangan seiring
dengan bertambahnya umur. Menurut teori belajar Piaget yang sangat berpengaruhi dalam
bidang pendidikan kognitif dikutip oleh Hergenhahn&Olson (2009:125) bahwa setiap
individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan kognitif, yaitu:
1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada periode ini anak berinteraksi dengan lingkungan menggunakan refleks bawaan,
yakni dengan panca indranya (sensori) dan tindakan-tindakannya.
2. Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai menyusun konsep sederhana berdasakan informasi-
informasi yang telah diterima.
3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak akan mulai melakukan tindakan telah dipikirkan untuk
memecahkan masalah.

4. Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas)


Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk
membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan anak pada periode ini
adalah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret,
tetapi dengan kemampuan berpikir abstrak. Karakteristik dari berpikir operasional
formal yaitu peserta didik sudah dapat merumuskan alternatif hipotesis deduktif dan

1|Deny Setyawan
induktif abstrak dalam menanggapi masalah dan mengecek data terhadap hipotesis
untuk membuat keputusan.
Berdasarkan teori belajar Piaget dapat disimpulkan bahwa tahapan umur manusia
dalam menerima, mengelola, menyimpan, menggunakan, dan mengkolaborasikan informasi
yang diterima. Proses KBM yang dilakukan oleh guru harus kreatif dalam menentukan
pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang sesuai dengan porsi dan kemampuan
peserta didik agar informasi yang disampaikan dapat secara efektif diterima oleh peserta
didik.

2|Deny Setyawan
B. PEMBAHASAN
Pengolahan informasi memiliki pengertian tentang cara seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima
individu dari lingkungan. Proses penggolahan informasi dapat dikatakan sebagai cara
respon individu terhadap informasi yang di berikan oleh lingkungan (stimulus) di sekitarnya.
Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi
kognitif. Ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar
yang mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan informasi
memiliki satu perbedaan dengan teori belajar, yakni pada derajat penekanan pada soal
belajar. Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat
penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang
diperoleh ataupun melihat kemampuan memori seorang individu. Menurut Anderson, 1980
“belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan antara kegiatan
belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif tetap tidak jelas. Namun demikian,
penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses belajar.
1. Pengertian Pengorganiasasian Informasi
Konsep pemahaman klasik memori manusia adalah memori itu semata-mata
hanya tempat penyimpanan informasi dalam waktu yang lama. Jadi memori adalah
koleksi potongan-potongan kecil informasi yang saling terpisah dan acak. Berdasarkan
penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa memori itu adalah sebuah
wadah yang berisi data-data yang belum tentu saling berkaitan. Di mulai tahun 1960
memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang rumit untuk mengolah dan
mengorganisasi semua pengetahuan, demikian menurut Naisser, 1967. Ada juga yang
mengatakan memori merupakan gudang yang pasif, tetapi merupakan suatu yang aktif
memilih data penginderaan mana yang akan diolahnya, mengubah data data menjadi
informasi yang bermakna dan menyimpan informasi itu untuk digunakan kemudian. Hal
ini berarti memori juga dapat dikatakan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk
menangkap, mengolah dan menggunakannya dilain waktu ketika di butuhkan. Memori
merupakan suatu sistem yang rumit dengan banyak tahapan pengolahan dan saling
berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat interaksi-interaksi antara data-data dan
lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di dalamnya. Sebagian besar model-
model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga struktur memori yaitu:

a. Pencatatan penginderaan (Sensoric Memory)


Stimulus yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai
informasi ke sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau
rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi
tersebut akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja.
Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi
lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui panca indera ini
biasanya disebut sensory memory atau ingatan inderawi. Berdasarkan penjelasan

3|Deny Setyawan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa, didalam proses Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) sehari-hari informasi yang disampaikan oleh guru dapat hilang dari ingatan
peserta didik jika termasuk dalam pencatatan pengindraan.
b. Penyimpanan Jangka Pendek (Working Memory)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian akan berbeda dari informasi yang
tidak mendapatkan perhatian dari peserta didik. Suatu informasi baru yang
mendapat perhatian seorang peserta didik lalu terkategori sebagai penyimpanan
jangka pendek. Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk
di dalam otak peserta didik tanpa adanya perhatian dari peserta didik terhadap
informasi tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat bertahan relatif jauh lebih
lama lagi, yaitu sekitar 20 detik. Pemrosesan informasi berlangsung dengan kondisi
berpikir yang sadar. Kelemahan fase working memory adalah terbatasnya kapasitas
yang dapat ditampung, karena terbatasnya kemampuan otak dalam memproses
beberapa informasi secara serempak. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perhatian peserta didik terhadap informasi yang disampaikan
oleh guru saat KBM itu sangat penting, karena perhatian peserta didik menjadi
penentu diterima atau tidaknya suatu informasi yang disampaikan oleh guru.
c. Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Suatu proses penyimpanan informasi yang permanen. Memori jangka panjang ini
berasal dari memori jangka pendek yang selalu diulang-ulang dan berkesan bagi
individu sehingga informasi yang ia terima dapat bersifat permanen dan bila suatu
saat ia butuhkan maka akan teringat lagi. Semua informasi yang telah melalui tahap
pemrosesan informasi akan masuk ke dalam ingatan jangka panjang manusia.
Ingatan jangka panjang pada otak manusia secara potensial memiliki kapasitas
yang tak terbatas. Informasi yang sudah tersimpan di dalam penyimpanan jangka
panjang ini sulit untuk hilang, sehingga dapat diingat dengan mudah. Berdasarkan
keterangan tersebut, informasi akan beranjak dari ingatan jangka pendek menjadi
ingatan jangka panjang jika guru melakukan pengulangan terhadap informasi yang
disampaikan kepada peserta didik.
Komponen belajar utama menurut uraian teori pengelolaan informasi adalah
stimulus, pengolahan stimulus, serta penyimpanan dan pemanggilan kembali
informasi. Berdasarkan komponen-komponen ini, maka guru dapat mengambil tindakan
dengan menggunakan cara-cara tertentu agar proses pengelolaan informasi
berlangsung secara efektif dan efisien, agar dicapai hasil belajar yang optimal.
2. Penggunaan Teori Pengorganisasian Informasi dalam Pembelajaran
Penerapan teori pengolahan informasi dalam pembelajaran diasumsikan bahwa
memori manusia itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi,
dan mengubah menjadi suatu sandi-sandi informasi dan keterampilan bagi
penyimpanannya untuk di pelajari. Dalam hal ini individu diartikan sebagai suatu objek
yang memiliki kemampuan untuk melakukan proses penyeleksian, pengorganisasian
dan pengubahan terhadap informasi yang didapat untuk kemudian diolah menjadi
sandi-sandi agar memudahkan individu dalam proses pembelajaran yang dijalaninya.

4|Deny Setyawan
Berdasarkan hal tersebut, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang
berhasil sangat bergantung pada tindakan belajar daripada pengaruh dari
lingkungannya. Ini menunjukan bahwa dalam proses belajar, tindakan dari peserta didik
adalah hal utama yang mempengaruhi capaian hasil belajar peserta didik, yang
menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Komponen belajar utama menurut teori pengelolaan informasi adalah stimulus,
pengolahan stimulus, serta penyimpanan dan pemanggilan kembali (retrival) informasi.
Hal hal yang perlu dilakukan agar komponen-komponen tersebut dapat dioptimalkan
dengan langkah-langkah berikut:
a. Membimbing Peserta didik dalam Penerimaan Stimulus.
Sistem memori dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus yang akan
diperhatikannya, ini juga dapat dikatakan bahwa sistem memori manusia memiliki
suatu aplikasi filterasi terhadap stimulus-stimulus yang di perhatikannya. Kegiatan
pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan dengan memberikan bimbingan
perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain:
1) Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih. Dalam hal ini
pendidik akan memberikan perhatian khusus terhadap peserta didik mengenai
stimulus-stimulus yang akan dipilih, sehingga peserta didik akan lebih
terkosentrasi pada stimulus yang telah ditentukan.
2) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam
pengenalan awal stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana individu
mengubah stimulus yang ada sehingga dapat di simpan dan pada waktu yang
lain dapat dimunculkan kembali dengan mudah. Dalam pengkodean ini akan
terjadi proses pengulangan dan menghubungkan dengan informasi lama yang
sudah tertanam dalam memori manusia.
b. Memperlancar Pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk disimpan kedalam
memori jangka panjang. Proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi
menjadi kode ringkasan untuk memudahkan dan mengingat kembali ketika
informasi akan digunakan. Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat
memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan pengisyaratan, elaborasi,
dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau kode-kode
guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori kerja peserta didik.
Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya: penggunaan
sinonim untuk kata-kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar
asosiasi yang sifatnya sembarang. Teknik yang kurang dikenal juga akan dilakukan
pengkodean melalui pemberian petunjuk yang dapat berupa judul paragraf atau
kata-kata yang berhubungan. Rancangan yang lain adalah berfungsi untuk
memberikan kesempatan bagi terjadinya elaborasi (pengubahan) yang dihasilkan
peserta didik, rancangan ini disebut bantuan berbasis peserta didik. Dalam hal ini
peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk mengubah atau melakukan

5|Deny Setyawan
peengubahan dengan caranya sendiri terhadap informasi agar mudah untuk diingat
dalam melakukan pemanggilan kembali informasi (retrival).
c. Memperlancar Penyimpanan dan Pemanggilan Kembali Informasi
Pengkodean sangat penting perannya dalam meningkatkan kemampuan
mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat ditujukan berupa:
irama bunyi,sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya
memberikan pengisyaratan untuk mengingat kembali infoemasi bagi peserta didik
dalam proses KBM. Elaborasi berbasis pembelajaran dan peserta didik keduanya
juga memberikan peranan penting pada proses mengingat kembali terhadap
informasi yang sudah tersimpan dalam memori menusia. Proses pemunculan
kembali terhadap hal yang telah tersimpan atau dsimpan dalam memori manusia
dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat
dikatakan bahwa retrival dikatakan sebagai suatu proses pemunculan informasi
yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang melalui suatu penelusuran dan
penyeleksian terhadap informasi yang akan dimunculkan. Menanggapi penjelasan
di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua tahapan dalam melaksanakan
penelusuran, yaitu:
1) Menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan dari dalam
ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu
peenyeleksian terhadap informasi-informasi yang ada pada memorinya dan
memilih sesuai apa yang akan di munculkan.
2) Penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang mencakup
tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang
terkait di dalamnya, sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di
munculkan kembali.asumsi yang di pakai dalam hal ini adalah bahwa ingatan
terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan dan proses
penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang paling umum
dan eksklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang
ingin diinginkan atau di munculkan kembali dapat didapatkan oleh individu.

6|Deny Setyawan
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas dapat menarik beberapa kesimpulan
diantaranya sebagai berikut:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima
individu dari lingkungan.
2. Terdapat tiga tahap pengelolaan memori yaitu: pencatatan penginderaan (Sensoric
Memory), penyimpanan jangka pendek (working memory), dan penyimpanan jangka
panjang (long term memory).
3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pengelolaan informasi yakni:
membimbing peserta didik dalam memperhatikan stimulus, memperlancar proses
pegkodean, serta memperlancar penyimpanan dan retrival.

D. DAFTAR PUSTAKA
Focus, Fafa. 2010. Becoming Sniper Strategi Cerdas Mempengaruhi dan Mempertahankan
Konsumen. Transmedia Pustaka: Jakarta.
Hakim, Abdul. 2009. Beda Manusia dengan Binatang.
https://suaraguru.wordpress.com/2009/02/25/beda-manusia-dengan-binatang/.
Diakses 26 Juli 2018.
Hergenhahn, B. R. & Olson M. H. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana
Premedia Group: Jakarta.
Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber
Belajar.Ciputat:Penerbit Cerdas Jaya
Muhibbin Syah. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu
Rasyad, A. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press

7|Deny Setyawan

Anda mungkin juga menyukai