Anda di halaman 1dari 10

A.

Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance Menurut The Organization for


Economic Cooperation and Development (OECD)
OECD menciptakan prinsip-prinsip good corporate governance dengan harapan dapat
dipergunakan sebagai bahan acuan internasional bagi para penguasa negara, investor,
perusahaan dan para stakeholders perusahaan (termasuk pemegang saham), baik di negara –
negara anggauta OECD maupun bagi negara non-anggauta. Harapan OECD menyajikan
bahan acuan internasional tersebut telah membawa hasil. Pada tahun 2004 Donald J. Johnson,
OECD Secretary General mengutarakan sejak beberapa tahun terakhir para penguasa
pemerintahan dan masyarakat bisnis di banyak negara mulai menyadari good corporate
governance dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas perkembangan
pasar modal, iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Prinsip – prinsip corporate governance yang diterbitkan oleh OECD itu mencakup hal –
hal berikut:
1. Landasan Hukum Yang Diperlukan Untuk Menjamin Penerapan Good Corporate
Governance Secara Efektif (ensuring the basis for an effective corporate governance
framework)
Menurut OECD apabila pemerintah suatu negara menginginkan prinsip – prinsip
good corporate governance diterapkan secara efektif di negaranya, mereka wajib
membangun landasan hukum yang memungkinkan hal itu terjadi. Tanpa landasan
hukum yang kuat salah satu tujuan utama good corporate governance, yaitu melindungi
hak dan kepentingan para pemegang saham dan stakeholders yang lain sulit
dilaksanakan.
Landasan hukum tersebut antara lain berupa penciptaan (a) Undang-undang
tentang perseroan terbatas, (b) Undang – undang perburuhan, (c) Undang – undang
tentang kredit perbankan, (d) Ketentuan tentang standar akuntansi keuangan dan
standar audit, dan (e) Syarat dan prosedur pendaftaran saham perusahaan di bursa efek.
OECD menyarankan dalam menyusun undang-undang atau ketentuan hukum
lain yang bersangkutan dengan penerapan prinsip good corporate governance,
pemerintah hendaknya melakukan komunikasi dan konsultasi dengan perusahaan-
perusahaan lokal. Di samping itu pemerintah negara yang menerapkan prinsip-prinsip
good corporate governance disarankan memonitor penerapan prinsip-prinsip tersebut
di dunia bisnis negaranya. Apablia pemerintah menganggap undang-undang atau
ketentuan hukum baru perlu dikeluarkan, hendaknya mereka menjamin undang-
undang atau ketentuan hukum baru tersebut dapat diterapkan. Untuk itu diperlukan
dialog dengan asosiasi profesi dan pengusaha sebelum undang-undang itu
diundangkan. Undang-undang atau ketentuan hukum baru tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang atau ketentuan hukum yang telah berlaku.
2. Hak Pemegang Saham Dan Fungsi Pokok Kepemilikan Perusahaan (the rights of
shareholders and key ownership functions)
Pemegang saham mempunyai hak – hak tertentu. OECD menyarankan hak – hak
tersebut dilindungi, baik secara hukum maupun oleh masing – masing perusahaan.
Sebagai contoh hak pemegang saham perusahaan publik adalah menjual kembali atau
memindah tangankan saham yang mereka miliki. Contoh hak pemegang saham yang
lain adalah menerima dividen dan ikut menghadiri rapat umum pemegang saham.
3. Perlakuan Yang Adil Terhadap Para Pemegang Saham (the equitable treatment of
shareholders)
Perusahaan wajib menjamin perlakuan yang adil terhadap semua pemegang saham
perusahaan, termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing.
Pemegang jenis saham yang sama (misalnya saham biasa) wajib mendapat jaminan
memperoleh perlakuan yang sama.
Dalam kaitannya dengan perlakuan adil itu sebelum membeli saham yang
diperdagangkan di bursa efek, setiap investor berhak mendapatkan informasi tentang
hak dan perlindungan terhadap saham yang akan mereka beli.
4. Peranan The Stakeholders Dalam Corporate Governance (the role of stakeholders in
corporate governance)
OECD juga menyarankan adanya perlindungan hak dan kepentingan para
anggauta the stakeholders non pemegang saham. Hal itu disebabkan karena
keberhasilan operasi bisnis perusahaan ditentukan oleh hasil kerjasama para anggauta
the stakeholders, termasuk para pemegang saham, karyawan, kreditur, pelanggan dan
para pemasok layanan jasa, bahan baku dan bahan pembantu.
5. Prinsip Pengungkapan Informasi Perusahaan Secara Transparan (disclosure and
transparency)
Prinsip good corporate governance lain yang disosialisasikan OECD kepada
negara – negara anggauta dan negara – negara non anggauta adalah pengungkapan
informasi perusahaan secara transparan. Menurut OECD Board of Directors perusahaan
wajib melaporkan kepada pemegang saham secara akurat, transparan dan tepat waktu,
hal – hal yang bersangkutan dengan kondisi keuangan, perubahan kepemilikan, kinerja

3
bisnis dan hal – hal penting lainnya yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
perusahaan.
6. Tanggungjawab Dewan Pengurus (the responsibilities of the Board)
Organisasi Dewan Pengurus atau Board of Directors di banyak negara terdiri dari
dua lapis. Di Indonesia lapis pertama disebut Dewan Komisaris, sedangkan lapis kedua
disebut Direksi. Lapis pertama Board of Directors berfungsi sebagai pengarah dan
pengawas jalannya operasi bisnis perusahaan dan kinerja Direksi. Sedangkan fungsi
utama lapis kedua Board of Directors adalah mengelola harta, utang, dan kegiatan
bisnis perusahaan sehari-hari.
Board of Directors bertanggung jawab atas kepatuhan perusahaan yang mereka
kelola terhadap undang-undang atau ketentuan hukum yang berlaku, termasuk undang –
undang tentang perpajakan, perburuhan, persaingan, perkreditan, lingkungan hidup dan
keselamatan kerja.
B. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Menurut Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG)
Kesuksesan dari suatu perusahaan dalam mencapai kinerja yang maksimal dan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholders-nya adalah sangat diperlukan adanya
prinsip yang kuat. Menurut Buku Pedoman Umum Good Corporate Governance
(GCG) Indonesia, yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governnace/KNKG
(2006), ada 5 prinsip yang mesti diterapkan untuk mencapai tata kelola perusahaan
yang baik. Lima prinsip tersebut dapat disingkat TARIF. Prinsip-prinsip GCG
menurut KNKG (2006) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. TRANSPARANSI
Prinsip Dasar
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundangan-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan
oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai
dengan haknya.

4
2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan pengendali,
kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta
anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya yang memiliki
benturan kepentingan, sistem pengendalian risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan Good Corporate Governance serta
tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
perusahaan.
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi.
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.
Transparansi artinya ada keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan
perusahan. Transparansi mendorong diungkapkannya kondisi perusahaan yang
sebenanrnya sehingga setiap pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat mengukur
dan mengantisipasi segala sesuatu yang menyangkut perusahaan. Transparansi dapat
diimplementasikan dengan penyajian secara terbuka laporan keuangan yang akurat dan
tepat waktu, kriteria yang terbuka tentang seleksi personil, informasi adanya seleksi,
pengungkapan transaksi atau kontrak dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kedudukan istimewa, struktur kepemilikan kemungkinan risiko yang dihadapi oleh
perusahaan.
Demikian juga, manajemen dan karyawan juga dasarnya mereka juga berhak untuk
mengetahui kondisi riil suatu perusahaan. Seringkali perusahaan tidak transparan baik
terhadap pihak internal maupun eksternal perusahaan. Secara psikologis, karyawan dapat
bekerja dengan kondisi yang lebih nyaman dan kondusif. Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) yang terjadi ketika pihak manajemen dan karyawan tidak mengetahui adanya
informasi tersebut. Hal tersebut dapat merugikan mereka semua. Dengan demikian,
transparansi tersebut akan lebih memuaskan bagi pihak manajemen dan karyawan dan
dapat merugikan risiko terjadinya pemogokan ataupun tuntutan yang berlebihan dari
manajemen dan karyawan perusahaan.
Transparansi dapat juga diartikan sebagai ruang partisipasi dengan membuka akses
dan memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, bagi menjalankan
bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan

5
mengungkapkan informasi baik yang bersifat mandatory maupun yang voluntary
informasi yang transparan dapat membantu pemangku kepentingan dalam pengambilan
keputusan.
2. AKUNTABILITAS (ACCOUNTABILITY)
Prinsip Dasar
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham
dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing
organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan.
2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan
mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam
pelaksanaan GCG.
3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam
pengelolaan perusahaan.
4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang
konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi perusahaan, serta
memiliki sistem penghargaan dan sanksi(reward and punishment system) .
5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan
semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of
conduct) yang telah disepakati.
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan manajemen perusahaan kepada pihak
yang memiliki hak atau wewenang untuk meminta pertanggungjawaban. Melalui
penerapan prinsip ini, suatu proses pengambilan keputusan atau kinerja dapat dimonitor,
dinilai dan dikritisi. Dengan prinsip akuntabilitas, direksi dan dewan pengawas diberikan
wewenang dan tanggung jawab, diwajibkan untuk melaporkan pelaksanaan wewenang
dan tanggung jawab tersebut, serta diawasi dan dikendalikan agar tidak terjadi
penyalahgunaan wewenang. Optimalisasi kinerja manajemen dan karyawan mendapat

6
dukungan penuh dari penerapan prinsip akuntabilitas, yang dibutuhkan untuk
menciptakan manajemen yang efektif dan efisien. Kebanyakan perusahaan kurang
memperhatikan bagaimana manajemen perusahaan berjalan dan mempercayakan
sepenuhnya kepada manajemen tersebut. Hal ini tidak tepat mengingat manajemen sendiri
tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya mekanisme check and balances yang
dilakukan oleh komisaris. Mekanisme tersebut termasuk dalam pengecekan laporan
keuangan secara berkala, pengawasan intensif terhadap semua lini manajemen,
menentukan struktur dan besarnya manajemen yang paling sesuai dengan kondisi
perusahaan. Termasuk mencari sumber daya manusia yang bermutu dan benar-benar
berguna bagi efektivitas perusahaan. Untuk menjamin tercapainya akuntabilitas yang
optimal pada perusahaan tentu diperlukannya peran dari internal audit dan eksternal audit.
Akuntabilitas dapat dinyatakan sebagai kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban dan menerangkan kinerja suatu perusahaan kepada pihak yang
memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan
kekuasaan antar manajer, pemegang saham, dewan komisaris dan auditor, merupakan
bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan pemegang saham.
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham
dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. RESPONSIBILITAS (RESPONSIBILITY)
Prinsip Dasar
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan
perusahaan (by-laws).

7
2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan
dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
Perusahaan yang telah memenuhi prinsip responsibiliti berarti perusahaan telah
mentaati peraturan perundangan yang ada dan melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
Bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dapat diwujudkan dengan corporate
social responsibility (CSR). Perusahaan yang menerapkan program CSR akan
membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan merupakan investasi jangka
panjang dari perusahaan dalam membangun citra baik. Perusahaan yang memiliki citra
yang baik menjadi modal bagi perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkelanjutan.
Perusahaan akan lebih mudah mendapatkan modal, dapat mempertahankan sumber daya
manusia yang berkualitas, dan perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan.
Dengan demikian prinsip responsibilitas adalah mengandung pengertian segala kegiatan
perusahaan yang terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial atau bentuk kepedulian dari
perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
Prinsip responsibilitas menekankan perusahaan harus berpegang pada hukum yang
berlaku dan dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatan perusahaan pada
stakeholder dan masyarakat. Konsekuensi dari prinsip responsibilitas dalam
penerapannya perusahaan harus memenuhi tanggung jawab sosialnya dan bukan hanya
untuk mendapatkan keuntungan saja. Dalam menjalankan usahanya perusahaan harus
mentaati undang-undang yang ada, seperti: undang-undang ketenagakerjaan, undang-
undang perseroan, undang-undang lingkungan hidup, dan undang-undang lainnya yang
berkaitan dengan jenis perusahaan tersebut. CSR memiliki tiga aspek penting, yang sering
disingkat 3 P, yaitu: Profit, yang megandung makna keuntungan, People yang
mengandung makna keterlibatan perusahaan pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat,
dan Planet yang mengandung makna bahwa perusahaan turut menjaga kelestarian
lingkungan.
4. INDEPENDENSI (INDEPENDENCY)
Prinsip Dasar
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

8
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan
kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara obyektif.
2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi
dan atau melempar tanggungjawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud
sistem pengendalian internal yang efektif.
Prinsip independensi artinya bebas atau kemandirian, mengandung makna suatu
keharusan organ-organ yang ada di perusahaan dapat mengambil keputusan dengan baik
tanpa tekanan atau intervensi dari berbagai pihak dengan kepentingan yang hanya
menguntungkan pihak tertentu saja. Setiap organ yang ada dalam perusahaan dapat
bekerja dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG). Dalam mekanisme GCG untuk menjamin adanya
independensi maka perlu adanya pengawasan dalam perusahaan dengan komisaris yang
independen yang dibantu oleh komite audit. Yang dimaksud independen adalah bukan
orang bekerja di perusahaan tersebut atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab
untuk merencanakan, memimpin mengendalikan, atau mengawasi kegiatan emiten atau
perusahaan publik tersebut, tidak mempunyai saham pada perusahaan tersebut, tidak
mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan tersebut, dan tidak mempunyai
hubungan usaha dengan perusahaan tersebut. Komite Audit menurut Ikatan Komite Audit
Indonesia (IKAI) adalah suatu komite yang bekerja secara professional dan independen
yang dibentuk oleh dewan komisaris dan dengan demikian, tugasnya adalah membantu
dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan
fungsi pengawasan atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit,
dan implementasi dari corporate governane di perusahaan-perusahaan (Effendi,2016)

5. KESETARAAN DAN KEWAJARAN (FAIRNESS)


Prinsip Dasar
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kesetaraan dan kewajaran.

9
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan
serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam
lingkup kedudukan masing-masing
2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan,
berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku,
agama, ras, jender, dan kondisi fisik.
Fairness merujuk adanya perlakuan yang setara (equal) terhadap semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya.
Penegakan prinsip fairness ini terutama ditujukan kepada pemegang saham mayoritas
maupun minoritas. Keseimbangan hak pemilik mayoritas dan minoritas harus
diperhatikan, sehingga tidak ada kelompok pemilik yang dirugikan. Demikian pula,
dengan hak-hak karyawan, kreditur, serta pemasok dan langganan, harus ditetapkan
secara jelas dengan melibatkan sebanyak mungkin pihak-pihak yang terkait. Para anggota
manajemen dan karyawan haruslah mendapat perlakuan yang seimbang dan wajar, sesuai
dengan kedudukan masing-masing untuk mencapai suatu kinerja yang optimal.
Prinsip fairness dari GCG memegang peranan penting untuk mengkonkretkan
keseimbangan tersebut. Berbeda dengan kepentingan pemegang saham, keseimbangan
bagi manajemen dan karyawan yang berupa pemberian upah yang disesuaikan dengan
pekerjaan dan tanggungjawab masing-masing pihak. Kepentingan manajemen juga
berkaitan dengan masalah kenaikan pangkat atau renumerasi. Hal ini penting karena
system reward yang baik mampu menigkatkan motivasi kerja dan kinerja di suatu
perusahaan. Pemberian reward yang tepat akan menimbulkan semangat dari manajemen
dan karyawan untuk bekerja dengan lebih efektif dan efisien. Diharapkan dapat tercipta
suasana kerja yang berisikan sumber daya manusia yang berlomba-lomba untuk
memberikan yang terbaik bagi perusahaan dengan cara-cara yang wajar dan fair.
Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama pada pemegang saham
minoritas dan pemegang saham asing dengan keterbukaan informasi yang penting serta
melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham orang dalam atau
insider trading.

10

Anda mungkin juga menyukai