Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIKUM GEOMATIKA I

PENGUKURAN SIPAT DATAR PROFIL MEMANJANG

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Sunar Rochmadi, MES.

Disusun Oleh :

SILMASARI AYU SAFILDA (17505244021)

MARTHALISA ENI PUTRI (17505244026)

GUNAWAN SULISTYO BUDI SANTOSO (17505244029)

BRYANT RIZWANTUANA (17505244033)

LILIAN NANDA RIZKI (17505244036)

SAYED MUHAMMAD ALDY RIVANDA ALYDRUS (17505244039)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan Praktikum Geomatika 1 ini dengan baik.

Laporan ini disusun dengan tujuan agar pembaca dapat menambah dan memperluas
wawasan tentang pengukuran situasi suatu wilayah. Hal ini kami sajikan berdasarkan
pengukuran pada wilayah sekitar timur bengkel batu. Laporan ini disusun dengan berbagai
kendala, baik datang dari diri penyusun maupun datang dari luar. Namun dengan kerjasama
dari berbagai pihak dan penuh kesabaran akhirnya Laporan ini dapat terselesaikan.

Laporan ini memuat tentang "Pengukuran Sipat Datar Profil Memanjang” yang sangat
bermanfaat. Walaupun Laporan ini mungkin jauh dari sempurna tapi memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca.

Semoga Laporan ini dapat memberikan ilmu pengetahuan dan manfaat kepada pembaca.
Dengan sepenuh hati, kami mengharapkan segala kritikan dan saran untuk perbaikan
selanjutnya, terima kasih.

Yogyakarta, 20 Maret 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengukuran tanah merupakan salah satu disiplin ilmu yang meliputi metode
pengumpulan dan pemrosesan data dari kondisi yang ada dilapangan. Di dunia Teknik
Sipil, pengukuran tanah atau lebih dikenal dengan Ilmu Ukur Tanah adalah bagian yang
tidak bisa ditinggalkan. Sebelum melakukan suatu proyek maka perlu dilakukan
kegiatan surveying yang didalamnya nanti terdapat pemakaian Ilmu Ukur Tanah ini.
Sebelum pengukuran tanah dilakukan maka suatu proyek tidak akan bisa dikerjakan.
Karena tidak akan dapat menentukan konstruksi baik dalam bangunan gedung, tanah
maupun bangunan air. Jadi ilmu ukur tanah merupakan bagian yang vital di dunia
ketekniksipilan.
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari Ilmu Geodesi, yang merupakan suatu
ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikannya dalam bentuk
tertentu. Ilmu Geodesi ini berguna bagi pekerjaan perencanaan yang membutuhkan
data-data koordinat dan ketinggian titik lapangan.
Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi atas dua macam,
yaitu :
a. Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan
kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic Surveying ini
digunakan dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan
bidang hitung yaitu bidang lengkung (bola/ellipsoid).
b. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi
dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane Surveying ini
digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan menggunakan
bidang hitung yaitu bidang datar.

Dalam praktikum ini kita memakai Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying). Ilmu
Ukur Tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua
metode untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan
lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat
ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut
dapat disajikan dalam bentuk peta.

Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan
pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat
dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan mahasiswa
dapat memahami dengan baik aspek diatas.

Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan


pemetaan situasi teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada umumnya
diperlukan untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan
lainnya yang menggunakan peta sebagai acuan.

1.2 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan pengukuran sipat datar profil memanjang.

b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1) Memasang dan menyetel waterpas sehingga siap untuk pengukuran.
2) Memilih titik-titik detail penampang memanjang dan melintang.
3) Memegang rambu ukur tegak.
4) Membaca benang atas, benang tengah dan benang bawah rambu ukur
dengan waterpass.
5) Menghitung beda tinggi dari hasil pengukuran profil memanjang.
6) Menggambar profil memanjang.
7) Membuat laporan pengukuran sipat datar profil memanjang.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 TUJUAN PENGUKURAN SIPAT DATAR


Pengukuran sipat datar adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang relatif
akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang
tercakup layak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.

2.2 METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR


Pengukuran Sipat Datar adalah pembuatan serangkaian titik-titik dilapangan
yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan
ketinggian titik-titik lain yang lebih detail dan banyak.
Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:
a. Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
b. Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
c. Garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-
syarat diatas harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat
datar harus diatur terlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi.
Pengukuran dengan cara menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda
tinggi dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu.
Selanjutnya bidang nivo dianggap mendatar untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–
titik itu. Apabila demikian, beda tinggi h dapat ditentukan dengan menggunakann garis
mendatar yang sembaranng dan dua mistar yang dipasang di atas kedua titik A dan B.

2.3 PENGENALAN ALAT UKUR


a. Waterpass
Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan
untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut
ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke
rambu-rambu ukur yang vertical. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini
disebut dengan Levelling atau Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka
penentuan tiggi suatu titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system
referensi atau bidang acuan. Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi
muka air air laut rata-rata atau Mean Sea Level (MSL) atau system referensi lain yang
dipilih. Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang
keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya. Namun demikian masih banyak
pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan system referinsi.
Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu tidak
selalu harus selalu mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan
dengan titik-titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi pengukuran. Titik-titik tersebut
umumnya telah diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z) yang disebut
Banch Mark (BM). Banch Mark merupakan suatu tanda yang jelas (mudah ditemukan)
dan kokoh dipermukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok beton sehingga
terlindung dari faktor-faktor pengerusakan.
Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk
kepentingan proyek-proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth Work)
misalnya untuk menghitung volume galian dan timbunan. Untuk itu dikenal adanya
pengukuran sipat datar profil memanjang (Long Section) dan sipat datar profil
melintang (Cross Section).
Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat
ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan pada
setiap pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-tingkat
ketelitan tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang diperbolehkan.
Untuk itu perlu diantisipasi kesalahan tersebut agar di dapat suatu hasil pengukuran
untuk memenuhi batasan toleransi yang telah ditetapkan.
Waterpass merupakan alat survey yang lebih simpel dibandingkan dengan
theodolite. Selain instrument ini lebih kecil dan ringan. Bagian-bagian di dalamnya pun
lebih sedikit sehingga fungsi dan kegunaan di lapangan juga terbatas. Fungsi waterpass
di lapangan di antaranya digunakan untuk mengukur elevasi atau ketinggian tanah.
Biasa digunakan pada proyek perataan tanah, pembuatan lapangan bola, cross dan long
section pada jalan atau sungai, untuk marking elevasi pada bowplank atau patok,
penentuan elevasi bantu pada kolom bangunan dan sebagainya. Kekurangan dari
waterpass ini tidak bisa untuk mengukur dengan sudut horizontal maupun vertikal.
Sehingga alat ini tidak bisa digunakan untuk menentukan koordinat suatu titik. hanya
elevasi yang mampu dibaca. Sedangkan kelebihan alat ini lebih simpel, kecil, ringan,
dan cepat untuk setting alatnya karena pada instrument ini tidak terdapat nivo tabung
yang ada hanya ada nivo kotak saja.

Gambar 2.1 Waterpass

Bagian-bagian dari alat :


1) Sekrup leveling adalah sekrup yang digunakan untuk menyetting nivo
kotak agar gelembung tepat ditengah lingkaran.
2) Cermin yaitu komponen dari waterpass yang berfungsi untuk melihat
kedudukan gelembung udara pada nivo pada saat bersamaan membidik rambu.
3) Sekrup penggerak halus horizontal yaitu sekrup yang digunakan untuk
memutar alat ke arah horizontal secara halus.
4) Sekrup pengatur fokus adalah sekrup yang digunakan untuk mengatur
fokus objek sehingga terlihat dengan jelas. Kurang lebih sama dengan fokus
pada kamera DSLR.
5) Optical Alignment Index yaitu digunakan untuk acuan pengukuran
tinggi alat ke tanah
6) Lensa objektif yaitu lensa yang digunakan untuk menangkap objek.
7) Lensa okuler yaitu lensa yang digunakan untuk melihat objek yang
terletak didepan mata pembidik.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu
teropong horizontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah nivo,
yang berbentuk tabung yang berisi cairan dengan gelembung di dalamnya. Dalam
menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat – syarat sbb:
a. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
b. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu 1.
c. Benang silang horizontal harus tegak lurus sumbu 1.
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur
(baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-
betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara
memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri
dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu. Jika nivo rambu ini tidak tersedia,
dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan,
kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur
yang minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan beralas berbentuk
persegi.
Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa :
2BT = BA + BB
Adapun :
BT = Bacaan benang tengah waterpass.
BA = Bacaan benang atas waterpass.
BB = Bacaan benang bawah waterpass.
Bila hal diatas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan
atau pembagian skala pada rambu ukur tersebut tidak benar.

b. Statif
Statif merupakan alat bantu ukur tanah tempat kedudukan theodolit atau
waterpass yang diletakkan diatas kepala datar statif. Statif terdiri dari tiga buah kaki
yang dapat digerakkan dan diatur panjang-pendeknya dengan sekrup pengunci sehingga
kedudukan theodolit atau waterpass dapat sempurna.

Gambar 2.2 Alat Statif


c. Rambu Ukur
Rambu ukur / bak ukur, merupakan alat bantu ukur pada pengukuran penyipat
datar untuk memperoleh beda tinggi antara dua titik, dan juga merupakan alat bantu
ukur untuk memperoleh jarak secara optis dengan menggunakan alat Theodolit. Alat
ini terbuat dari kayu atau alumunium dan anjangnya antara 2-5 meter. Skala rambu
dibuat dalam skala sentimeter (cm), tiap-tiap sentimeter adalah blok.

Gambar 2.3 Alat Rambu Ukur

d. Roll Meter
Roll Meter adalah alat ukur panjang yang bisa digulung, dengan panjang mulai
5 – 50 meter. Roll Meter lebih dengan dengan sebutan Meteran atau dikenal dengan
pita ukur.

Gambar 2.4 Alat Roll Meter

2.4 PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG


Pengukuran menyipat datar dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara
dua titik. Bila dua titik tentu itu terletak jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-
kira 2 km, maka beda tinggi antara dua titik itu ditentukan dengan mengukur beda tinggi
titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang tentu itu.
Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah
cara menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat datar
ditempatkan antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak
antara alat penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini
memberi hasil paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran
dapat saling memperkecil.
Dengan cara ini dapat disimpulkan bahwa beda antara pembacaan mistar
belakang dan mistar muka akan menjadi beda tinggi.

2.5 PENGUKURAN SIPAT DATAR PROFIL MEMANJANG


Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda
dengan sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya
merupakan titik ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga mempunyai
ketentuan sebagai berikut :
• Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran
dan dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada
permukaan tanah.
• Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.

Gambar 2.5 Profil Memanjang Tampak Atas


Cara Pengukuran :
 Alat di Atas Titik.

Gambar 2.6 Profil Memanjang Alat di Atas Titik

1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).


2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada
seksi AB, untuk pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada
titik B.
8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
9. Hitungan : H1 = HA+∆HA1
H2 = HA+∆HA2
Hn = HA+∆HAn
2.6 METODE PENGHITUNGAN BEDA TINGGI

Gambar 2.7 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi


Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat
dihitung dengan rumus :
ΔH = BTB – BTM
Keterangan :
- BTB : Benang tengah belakang.
- BTM : Benang tengah muka.
Istilah-istilah :
- 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan
rambu belakang.
- 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi
dalam slag yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.

2.7 KESALAHAN-KESALAHAN PADA SIPAT-DATAR


Kesalahan-kesalahan pada sipat-datar dengan menggunakan instrumen sipat
datar diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Kesalahan Petugas :
- Disebabkan oleh observer :
1) Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (penempatan
gelembung nivo yang tidak sempurna dan sebagainya).
2) Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua
rambu.
3) Kesalahan pembacaan.
4) Kesalahan pencatatan.
- Disebabkan oleh rambu :
1) Penempatan rambu yang tidak betul-betul vertikal.
2) Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya rambu Sopwith yang
perpanjangannya dirasakan kurang sempurna.
- Disebabkan terbenamnya rambu, karena tidak ditempatkan pada tumpuan
yang keras. Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan
pada tanda-tanda indeks rambu karena titik-titik balik bernomor genap yang
tidak tersedia antara dua titik dapat dianggap sebagai kesalahan pembidik. Pada
sipat datar teliti, seluruh jarak harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah
genap untuk menentukan titik-titik balik.
b. Kesalahan Instrumen :
- Disebabkan oleh petugas :
1) Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (garis kolimasi
tidak sejajar dengan sumbu niveu tabung).
2) Parallax yang timbul pada saat pengukuran.
- Disebabkan oleh rambu :
1) Graduasi rambu yang tidak teliti. Untuk perbaikannya dibutuhkan
kalibrasi.
2) Adanya kesalahan indeks rambu.
3) Sambungan rambu yang tidak sempurna (terutama pada tipe
perpanjangan).
c. Kesalahan Alami :
- Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat merubah
kondisi intrumen sipat datar dan karenanya merubah garis kolimasi. Pada
sipat datar teliti selama observasi, instrumen sipat datar harus terlindung dari
sinar matahari. Demikian pula, pemuaian atau penyusutan skala rambu
harus dikoreksi disesuaikan dengan temperatur rambu tersebut.
- Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena beratnya
sendiri, baik instrumen sipat datar maupun rambu akan dapat terbenam, jika
ditempatkan di atas tanah yang lunak. Pada tempat-tempat seperti itu,
penyangga statif dan rambu haruslah dibuat khusus seperti piket, patok atau
harus dipilih tempat-tempat padat. Angin yang berhembus kencang akan
menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan untuk menghindarinya dapat
digunakan perisai pelindung atau menggunakan rambu yang pendek.
- Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas cahaya
yang melintasi udara dengan kerapatan yang berbeda-beda akan
direfraksikan. Sedangkan dekat di atas permukaan tanah temperatur udara
sangat berubah-ubah dan karenanya perubahan kerapatannyapun besar pula.
Karena itu pembacaan rambu menjadi sulit dan mungkin sekali tidak teliti.
Untuk meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan haruslah sependek
mungkin. Selanjutnya diusahakan agar posisi instrumen sipat datar terletak
di tengah-tengah antara kedua rambu.
- Pengaruh lengkung bumi : karena permukaan bumi tidaklah datar, akan
tetapi berbentuk speris, maka lengkung permukaan bumi haruslah
diperhitungkan. Tetapi hal ini merupakan problema yang kecil pada sipat
datar. Lebih-lebih apabila instrumen sipat datar ditempatkan di tengah-
tengah antara kedua rambu, maka pengaruhnya dapat diabaikan.
(Sosrodarsono, 1983).

2.8 PENGERTIAN POLYGON


Polygon berasal dari kata poly yang artinya banyak dan gon (gone) yang artinya
titik. Polygon disini dimaksudkan adalah polygon yang digunakan sebagai kerangka
dasar pemetaan yang memiliki titik-titik di mana titik tersebut mempunyai sebuah
koordinat X dan Y. Polygon merupakan salah satu metode untuk menentukan posisi
horizontal dari titik-titik di lapangan yang berupa segi banyak dengan melakukan
pengukuran sudut dan jarak.
Polygon adalah serangkaian garis lurus di permukaan tanah yang
menghubungkan titik-titik dilapangan, di mana pada titik-titik tersebut dilakukan
pengukuran sudut dan jarak. Tujuan dari polygon adalah untuk memperbanyak
koordinat titik-titik di lapangan yang diperlukan untuk pembuatan peta. Data yang
diperlukan dalam melakukan pengukuran polygon diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Data sudut dalam (I) pada titik yang sudah ditentukan untuk dicari koordinat
(X1 dan Y1).
b. Data jarak atau sisi S n yang jumlahnya = n – 1 (jarak horizontal) pada semua
sisi dan titikpolygon.
c. Data satu sisi azimuth pada sisi polygon. Pengambilan data azimuth pada
beberapa sisi polygon dilakukan saat pengukuran polygon terbuka.
Data azimuth diukur pada sisi awal dan akhir jika pengukuran polygon terbuka
terikat sempurna.

2.9 BENTUK - BENTUK POLYGON


a. Polygon Terbuka
Untuk poligon terbuka pada ujung awal poligon diperlukan suatu titik yang
tentu dan sudut jurusan yang tentu pula agar keadaan menjadi simetris, maka ujung
akhir dibuat titik yang tentu pula dan ikatan pada jurusan yang tentu pula.

 Poligon Terbuka Bebas (Tidak Terikat).

Gambar 2.8 Poligon Terbuka Bebas (Tidak terikat)

 Poligon Terbuka Terikat Azimuth Sebagian.

Gambar 2.9 Poligon Terbuka Azimuth Sebagian

 Poligon Terbuka Terikat Azimuth.

Gambar 2.9 Poligon Terbuka Terikat Azimuth


 Poligon Terbuka Terikat Koordinat.

Gambar 2.10 Poligon Terbuka Terikat Koordinat

b. Polygon Tertutup
Pada pengukuran ini diperlukan suatu titik tertentu saja atau beberapa titik
tertentu dari sudut jurusan yang tentu pula pada awal pengukuran, pengukuran akhir
harus kembali (menutup) ke titik awal.
 Poligon Tertutup Bebas (Tidak Terikat).

Gambar 2.11 Poligon Tetutup Bebas (Tidak Terikat)

 Poligon Tertutup Terikat Azimuth Sebagian.

Gambar 2.12 Poligon Tertutup Terikat Azimuth Sebagian


 Poligon Tertutup Terikat Koordinat Sebagian.

Gambar 2.13 Poligon Tertutup Terikat Koordinat Sebagian

 Poligon Tertutup Terikat Sempurna.


 Poligon Tertutup Terikat Azimuth.
 Poligon Tertutup Terikat Koordinat.

2.10 PENGUKURAN POLYGON

a. Pengukuran Jarak Mendatar


Pengukuran jarak mendatar pada polygon dapat ditentukan dengan cara mekanis
(dengan menggunakan pita ukur) dan optis (seperti pada pengukuran sipat datar). Pada
bagian ini dijelaskan metode pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur.
Pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur harus memperhatikan permukaan
tanah yang akan diukur.

Pengukuran jarak pada tanah mendatar, seperti pada gambar :

Gambar 2.14 Pengukuran Jarak

Caranya :
1. Skala nol pita ukur diletakkan tepat berimpit di atas pusat anda titik A.
2. Pita ukur ditarik dengan kuat agar keadaannya benar-benar lurus, tidak
melengkung.
3. Himpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik B, maka bacaan
skala inilah yang merupakan jarak antara titik A dan titik B.
b. Pengukuran Jarak Pada Tanah Miring

Gambar 2.15 Pengukuran Jarak Pada Tanah Miring

Caranya :
1) Jika permukaan tanahnya relatif miring, maka pengukuran jarak dibagi
dalam beberapa selang (pada gambar di atas bagi dua selang).
2) Skala nol diimpitkan di atas titik A (biasa dengan menggunakan bantuan
unting-unting), tarik agar pita dalam keadaan datar sampai berimpit dengan
titik 1, maka diperoleh d1.
3) Dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai titik B, hingga
didapat d2.
4) Maka : dAB = d1 + d2

c. Pengukuran Sudut Mendatar


Sudut adalah selisih antara dua arah yang berlainan. Yang dimaksud dengan
arah atau jurusan adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut pada
waktu teropong diarahkan ke jurusan tertentu. Seperti pada gambar 2.16 :
Gambar 2.16 Pengukuran Sudut Mendatar
Caranya :
1) Alat dirikan di titik P alalu diatur sesuai ketentuan.
2) Target dipasang di titik A dan di titik B.
3) Alat dalam kedudukan “biasa” diarahkan ke target di titik A (arah pertama).
4) Atur tabung okuler dengamemutar sekrup yang ad pada okuler sehingga
dapat melihat garis-garis diafragma (benang silang) dengan jelas.
5) Atur sekrup penjelas bayangan sehingga dapat melihat bayangan target
di tiik A dengan terang dan jelas.
6) Tepatkan benang silang diafragma pada target dengan memutar sekrup
penggerak halus horisontal dan vertikal, baca dan catat skala lingkaran
horisontalnya. Ulangi pembacaan tersebut minimal 3 kali, kemudian
hitung rata-rata harga hasil bacaannya, catat sebagai L1 (B).
7) Teropong diputar searah jarum jam dan diarahkan ke target di titik B,
dengancara yang sama seperti di atas, catat sebagai L2 (B).
8) Teropong dibalikkan dalam kedudukan “luar biasa” an diputar seearah
jarum jam, dengan kedudukan tetap mengarah ke titikk B. dnegan cara yang
sama seperti di atas, baca skala lingkarannya dan catat sebagai L2 (LB).
9) Putarlah teropong searah jarum jam ke titik A (tetap dalam kedudukan
luar biasa), dengan menggunakan cara yang sam seperti di atas, bacalah
skala lingkran horisontalnya dan catat sebagai L1 (LB).
10) Urutan pengukuran sudut seperti yang dijelaskan di atas adalah
pengukuran sudut 1 seri.
d. Penentuan Sudut Jurusan Awal Dan Koordinat Awal
1) Sudut jurusan awal dapat ditentukan sebagai berikut :
(a) Bila di sekitar titik-titik kerangka dasar terdapat 2 titik triangulasi, sudut
jurusan dihitung dari titik-titik triangulasi. Bila menggunakan sudut jurusan
awal ini, maka jaring titik-titik kerangka dasar harus disambungkan ke titik-
titik triangulasi tersebut.
(b) Bila tidak terdapt titik-titik triangulasi, sudut jurusan awal dapat ditentukan
dari pengamatan astronomi (pengamatan matahari atau bintang) dari
pengukuran menggunakan giro-theodolit yang berorientasi terhadap utara
geografi atau dari pengukuran menggunakan theodolit kompas atau
ditentukan sembarang.
2) Koordinat awal dapat ditentukan dalam sistem umum sebagai berikut :
(a) Bila dikehendaki koordinat dalam sistem umum (sistem yang berlaku di
wilayah negara) digunakan titik triangulasi (cukup satu titik saja). Dengan
demikian kerangka dasar harus diikatkan ke titik triangulasi tersebut.
(b) Bila diketahui koordinat dalam sistem umum tetapi tidak terdapat titik
triangulasi, maka di salah satu titik kerangka dasar dilakukan pengukuran
astronomis untuk menentukan lintang bujurnya. Dari lintang da bujur
geografi ini dapat ditentukan koordinat (x,y) dalam system.
(c) Bila tidak terdapat titik triangulasi dan tidak dikehendaki koordinat dalam
sistem umum, maka salah satu titik kerangka dasar dapat dipilih sebagai titik
awal dengan koordinat sembarang (diusahakan pemilihan koordinat ini
mempertimbangkan koordinat titik-titik yang lain agar bernilai positif).
Sistem demikian sesitem koordinat setempat (lokal).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 PERALATAN
1) Pita ukur atau meteran (50 meter).
2) Rambu ukur (2 buah).
3) Seperangkat peralatan Waterpass.
4) Alat tulis.
5) Gambar sketsa awal situasi tenggara KPLT FT UNY.
6) Payung (1 buah).

3.2 BUTIR – BUTIR KUNCI


1) Nivo kotak waterpass selalu dijaga tetap seimbang.
2) Rambu ukur didirikan dengan benar-benar vertikal.
3) Semua titik detail yang akan digambar pada profil memanjang dan melintang harus
digambar pada sket dan diukur.
4) Apabila waterpass tidak berdiri pada profil yang diukur, jarak antar titik detail harus
diukur secara langsung dengan pita ukur.
5) Setiap berpindah kedudukan waterpass, pengukuran dilakukan oleh praktikan yang
lain, sehingga semua praktikan melakukan pengukuran.

3.3 KESELEMATAN KERJA


1) Hindari waterpas dari terik sinar matahari dan hujan.
2) Putar sekrup-sekrup pada waterpas dengan gerakan lembut.
3) Sekrup-sekrup jangan sampai patah atau lepas.
4) Waterpass jangan sampai terjatuh.
5) Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.

3.4 LANGKAH KERJA


1) Dirikan dan setel waterpass di titik yang sudah ditentukan.
2) Dirikan rambu ukur di titik-titik detail profil memanjang yang dapat dijangkau.
3) Arahkan teropong ke rambu ukur di titik-titik detail profil memanjang dan baca
benang atas, benang tengah dan benang bawah serta catat di formulir ukur.
4) Pindahkan waterpass di titik yang sudah ditentukan.
5) Ulangi langkah 1, 2, 3 dan 4, hingga seluruh profil memanjang terukur.
6) Hitung beda tinggi titik-titik pengukuran tersebut.
7) Hitung tinggi titik-titik pengukuran tersebut berdasarkan tinggi titik awal yang
ditentukan (misalnya 100,000 meter).
8) Sajikan hasil pengukuran dan hitungan dalam bentuk tabel.
9) Gambar profil memanjang dan melintang dengan skala horisontal 1:500 dan skala
vertikal 1:50.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Koordinat Gambar
Nomor Jarak (m)
Tinggi (m) Formula Gambar
titik Kumulatif (m)
X Y

1 0.00 135.894 0.00 135.89 LINE 0,135.894 3.42,135.740013505909


LINE 3.42,135.740013505909
2 3.42 135.740 3.42 135.74
4.72,135.633773025699
LINE 4.72,135.633773025699
3 4.72 135.634 4.72 135.63
14.72,135.434461639467
LINE 14.72,135.434461639467
4 14.72 135.434 14.72 135.43
25.52,135.345925342337
LINE 25.52,135.345925342337
5 25.52 135.346 25.52 135.35
30.22,135.625978990808
LINE 30.22,135.625978990808
6 30.22 135.626 30.22 135.63
34.22,138.151854436316
LINE 34.22,138.151854436316
7 34.22 138.152 34.22 138.15
36.72,138.043776589758
LINE 36.72,138.043776589758
8 36.72 138.044 36.72 138.04
40.32,137.994264490715
LINE 40.32,137.994264490715
9 40.32 137.994 40.32 137.99
50.32,137.917953104483
LINE 50.32,137.917953104483
10 50.32 137.918 50.32 137.92
58.32,137.376703995498
LINE 58.32,137.376703995498
11 58.32 137.377 58.32 137.38
68.32,137.132392609267
LINE 68.32,137.132392609267
12 68.32 137.132 68.32 137.13
78.32,136.072081223035
LINE 78.32,136.072081223035
13 78.32 136.072 78.32 136.07
88.32,135.844769836804
LINE 88.32,135.844769836804
14 88.32 135.845 88.32 135.84
98.32,136.621458450572
LINE 98.32,136.621458450572
15 98.32 136.6214585 98.32 136.62
102.62,136.542124554493
LINE 102.62,136.542124554493
16 102.62 136.5421246 102.62 136.54
102.62,136.542124554493
4.2 Pembahasan
Setelah dilakukan pengukuran untuk praktikum sipat datar profil memanjang,
dilakukan perhitungan menggunakan Ms. Excel dan didapat hasil seperti tabel diatas,
pada tabel tersebut ada kolom yang menunjukan Formula Gambar. Formula gambar
tersebut berguna sebagai rumus dalam pembuatan gambar profil memanjang dari
daerah yang telah diukur tersebut, formula tersebut kemudian ditransfer ke AutoCad
untuk mempermudah dalam pembuatan gambarnya, sehingga gambar potongan
penampang memanjang sebagai berikut:

Dari gambar diatas dapat kita lihat perbedaan beda tinggi dari setiap titik yang
telah dikur menggunakan waterpass.
BAB V

KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk
melakukan pengukuran sipat datar profil memanjang diperlukan menentukan titik-titik
pada setiap wilayah/daerah yang akan diukur ketinggiannya. Setelah didapatkan semua
data maka dapat dilakukan perhitungan trigonometri menggunakan Microsoft Excel,
setelah dilakukan perhitungan untuk mendapatkan hasil gambar potongan perlu
memerlukan formula gambar yang digunakan pada AutoCad.

5.2 Saran
Untuk praktikum yang selanjutnya diharapkan dapat memaksimalkan alat ukur
secara baik dan beanr agar mendapatkan hasil data ukur yang akurat, serta mengecek
setiap data yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Frick, Heinz. 1979. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius.Jakarta.


Sosrodarsono. Suyono. 1983. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT Pradnya
Paramita. Jakarta.
Wongsotjitro, Soetomo. 1964. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Jakarta
http://besmart.uny.ac.id/v2/course/view.php?id=807 16 Maret 2019
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah. 19 Maret 2019
http://www.globalhutama.net/pages/artikel-17/arti-waterpass-44.html 19 Maret 2019
http://pbry26.blogspot.com/2017/02/laporan-praktikum-iut-waterpass.html 19 Maret 2019
https://www.academia.edu/12512098/Ilmu_Ukur_Tanah_Waterpass_dan_Theodolit 19 Maret
2019
http://zulzulaidy.blogspot.com/2012/10/bab-i-pendahuluan-1.html 19 Maret 2019
https://satusgiga.blogspot.com/2017/02/rol-meter.html. 19 Maret 2019
http://theophanyelizabeth.blogspot.com/2017/01/pengertian-polygon.html 19 Maret 2019
http://general-sipil.blogspot.com/2016/02/pengertian-dan-jenis-poligon.html 19 Maret 2019
http://theophanyelizabeth.blogspot.com/2017/01/pengertian-waterpass.html 19 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai