Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN ISTRAHAT DAN TIDUR

Di Susun Untuk Memenuhi

Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

Di susun oleh

IMBAR SESWANTO

NIM : 2018131016

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN ISTRAHAT DAN TIDUR

I.KONSEP ISTIRAHAT DAN TIDUR

A.DEFINISI
1. Istirahat
Kata ‘istirahat’ mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai
menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta
melepaskan diri dari apa pun yang membosankan, menyulitkan, atau
menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat
merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan
bebas dari kecemasan (ansietas).
Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan dibawah kontrolnya
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di
mana pun
c. Mengetahui apa yang terjadi
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
e. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya
2. Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup. Tujuan
seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan
untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologi, dan kesehatan.
B. FISIOLOGI TIDUR
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan
pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh
sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan
tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan
bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan
visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar,
neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian
juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus
yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional
(BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di
pusat otak dan system limbic. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry,
2005).
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf
perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian
tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG)
untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan
electromiogram (EMG) dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan
mata (Tarwoto & Wartonah, 2006).Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari
hubungan antara dua mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan
dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system
(RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual,
audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri
(emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan
katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh
pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah
yaitu bulbur synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor
sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi
(Tarwoto & Wartonah, 2006).Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka
menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang
aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin
(Tarwoto & Wartonah, 2006).

Jenis-jenis Tidur
Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu
tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement ¬¬- REM) dan tidur
dengan gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement - NREM)
a. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur
paradoksial. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali,
namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur
REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah,
gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), gerakan otot tidak
teratur, kecepatan jantung, dan pernafasan tidak teratur sering lebih cepat,
serta suhu dan metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan
menunjukkan gejala-gejala sebagi berikut:
- Cenderung hiperaktif
- Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil)
- Nafsu makan bertambah
- Bingung dan curiga
b. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada
tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang
sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi
berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernafasan
turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.Tidur NREM
memiliki empat tahap yang masing-masing tahap ditandai dengan pola
perubahan aktivitas gelombang otak yang terlihat pada EEG
(Electroenchepalogram).
Catatan:
EEG atau electroenchephalogram adalah instrumen untuk menangkap
aktifitas listrik di otak.
Keempat tahap tersebut yaitu:
- Tahap I
Tahap I merupakan transisi di mana seseorang beralih dari sadar
menjadi tidur. Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa
kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup
mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan
jantung dan pernafasan menurun secara jelas. Seseorang yang tidur
pada tahap I dapat dibangunkan dengan mudah.
-Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap
II ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh
menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan
jantung dan pernafasan turun dengan jelas. Tahap II ini berlangsung
sekitar 10-15 menit.
- Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap
secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernafasan, dan proses tubuh
berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf
parasimpatis. Seseorang yang tidur pada tahap ini sulit untuk
dibangunkan.
- Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur di mana seseorang berada dalam
keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah
lemah, lunglai, dan sulit dibangunkan. Denyut jantung dan
pernafasan menurun sekitar 20-30%. Pada tahap ini. Dapat terjadi
mimpi. Selain itu, tahap IV ini dapat memulihkan kedaan tubuh.
Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni
tahap V.
Tahap kelima ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV
seseorang masuk ke tahap V. hal tersebut ditandai dengan kembali
bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih tinggi dari
tahap-tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung sekitar 10 menit,
dapat pula terjadi mimpi.

C. POLA TIDUR BERDASARKAN TINGKAT PERKEMBANGAN/USIA


Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan
seseorang. Semakin tua usia, maka semakin sedikit pula lama tidur yang
dibutuhkan.
Tingkat Perkembangan/ Usia Pola Tidur Normal
Bayi baru lahir Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan
teratur, gerak tubuh sedikit, 50% tidur
NREM, banyak waktu tidurnya
dilewatkan pada tahap III dan IV tidur
NREM. Setiap siklus sekitar 45-60
menit.
Bayi Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur
REM, tidur lebih lama pada malam hari
dan punya pola terbangun sebentar
Toddler Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur
REM, banyak tidur pada malam hari,
terbangun dini hari berkurang, siklus
bangun tidur normal sudah menetap pada
umur 2-3 tahun
Pra sekolah Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur
REM, periode terbangun kedua hilang
pada umur 3 tahun. Pada umur 5 tahun,
tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan
tidur sore hari.
Usia sekolah Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur
REM. Sisa waktu tidur relatif konstan.
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20%
tidur tahap III-IV.
Dewasa muda Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25%
tidur REM, 5-10% tidur tahap I, 59%
tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap
III-IV.
Dewasa pertengahan Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur
REM, mungkin mengalami insomnia dan
sulit untuk dapat tidur.
Dewasa tua Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur
REM, tidur tahap IV nyata berkurang
kadang-kadang tidak ada. Mungkin
mengalami insomnia dan sering
terbangun sewaktu tidur malam hari.

(A.Aziz Azimul, 2009)

D. FAKTOR YANG MEMENGARUHI ISTIRAHAT DAN TIDUR


Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada
yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan.
Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
sebagai berikut:
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur
dengan nyenyak.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat
seseorang untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan
REM.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan
ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman
yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat memengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur,
ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan
amfetamin akan menurunkan tidur REM.

E. ETIOLOGI/ PENYEBAB
a. Rasa nyeri
b. Psikologis
c. Suhu tubuh
d. Rasa bosan
e. Pola aktivitas siang hari
f. Keletihan
g. Ketakutan
h. Depresi
i. Kurangnya privasi
j. Gejala emosi
k. Kondisi yang tidak menunjang tidur
l. Rasa khawatir (kecemasan) atau tertekan jiwanya
F. PATOFISIOLOGI
Pengontrolan siklus yang dialami selama tidur berpusat pada kedua tempat
khusus di batang otak yaitu Reticularis Activiting System (RAS) dan Bulbar
SynchconitingRegion BSR) di medulla. Dua system RAS dan BSR diperkirakan
terjadinya kegiatan/ pergerakan yang intermiten dan selanjutnya menekan pusat-
pusat otak. Ras dihubungkan dengan pernyataan tubuh tentang kewaspadaan dan
menerima impulssensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan stimulus
taktil. Stimulus sensori ini mempertahankan keadaan bangun dan waspada. Selama
tidur tubuh mengirim sedikit sekali stimulus dari korteks cerebri atau reseptor
sensori perifer pada RAS. Individu bangun dari tidur jika celah peningkatan dari
stimulus BSR meningkat pada saat tidur.Terjadinya insomnia dimungkinkan RAS
dan BSR tidak bekerja dengan semestinya di batang otak.(Johnson,2000)

G. MACAM - MACAM GANGGUAN TIDUR DAN PENANGANANNYA


1.Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik
secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi
merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia (Japardi, 2002).
Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
- Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur.
- Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur atau
keadaan sering terjaga tidur.
- Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia
diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi
yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi
insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman,
melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya-
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:
a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu
b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
c. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak
pada waktu kesadaran penuh
e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang
tidur
g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum
berusaha untuk tidur
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan
kaki, dan berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnabulisme
mempunyai risiko terjadinya cedera.Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi somnabulisme yaitu dengan membimbing anak. Upaya lain yang
dapat dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah dengan membuat
lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat
seperti Diazepam dan Valium.
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada
anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara
pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis
seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari
minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih
dulu) sebelum tidur.
4.Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang
tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan
mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana
serangan tidur (kantuk) tersebut datang.
Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat
kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat
dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila
terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat
yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang.Obat-obat agripnotik dapat
digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat
orang tidak dapat tidur. Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau
lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak,
pucat dan ketakutan.
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan
mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut
menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada
lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati
udara pernapasan.

H.PERENCANAAN KEPERAWATAN
Intervensi Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur Pada klien yang
dirawat di rumah sakit dapat mengalami masalah istirahat dan tidur. Masalah
tersebut sering berhubungan dengan lingkungan rumah sakit, rutinitas ruangan,
atau penyakit yang dideritanya. Walaupun begitu, perawat mesti membantu klien
untuk dapat istirahat dan tidur.
Berikut ini merupakan beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk
membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien yang dirawat.
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman, dapat dilakukan misalnya dengan:
- Pintu kamar klien ditutup
- Kurangi stimulus, misalnya percakapan
- Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain
b. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan mendengarkan
musik,membaca,dan berdoa. Pada klien anak-anak, dapat dilakukan dengan
membacakan dongeng,memegang boneka atau benda yang disukainya.
c. Diet
- Anjurkan klien untuk memakan makanan yang mengandung tinggi protein,
seperti susu dan keju
- Hindari banyak minum sebelum tidur
d. Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur
e. Hindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum tidur.
Maksudnya,usahakan psikologi klien tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum
tidur.
f. Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan:
- Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur
- Anjurkan klien berkemih sebelum tidur
- Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah
- Pada klien nyeri, berikan obat analgesik 30 menit sebelum tidur
g. Hindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
h. Berdoa sesuai dengan agamanya
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut
Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu:
A.RIWAYAT KEPERAWATAN
Dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Identitas (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit
4. Pemeriksaan fisik
Meliputi :
a. Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi
b. TTV
c. Perilaku
5. Data Fokus
Data subjektif
a. Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
b. Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
c. Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
d. Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
e. Kepala pusing, berat
f. Mengeluh sering terbangun
Data objektif
a) Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b) Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c) Gelisah, sering menguap
d) Mudah tersinggung
e) Ada bayangan hitam di bawah mata
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami
gangguan atau tidak, dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap:
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat - obatan, alkohol atau obat terlarang
3.Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktitas fisik
menurut Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu:

a.Elektroencefalogram (EEG) adalah alat untuk mengukur aktivitas listrik dalam


korteks serebral (otak).
b. Elektromiogram (EMG) adalah alat untuk mengukur tonus otot.
c.Elektrookulogram (EOG) adalah alat untuk mengukur gerakan mata dan
memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.

C.DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan istirahat dan
tidur diantaranya adalah :
1. Gangguan pola tidur
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Suhu lingkungan sekitar
b. Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
c. Kurang kontrol tidur
2. Ansietas
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi,fungsi peran, status peran)
b. Stres, ancaman kematian
c. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
INTERVENSI / PERENCANAAN
N Diagnosa Yang Tujuan Intervensi Rasional
o Mungkin Muncul
1 Gangguan pola Setelah diberikan 1. Kaji rutinitas a. Mengkaji dan
tidur asuhan keperawatan 3x tidur yang mengidentifikasi
Kemungkinan 24 jam diharapkan biasa kebiasaan tidur klien
berhubungan gangguan pola tidur dilakukan b. Meningkatkan
dengan : klien efektif dengan klien kenyamanan tidur
 Suhu kriteria hasil : 2. Ciptakan serta dukungan
lingkungan  Perasaan segar lingkungan fisiologis/psikologis
sekitar sesudah tidur atau yang nyaman c. Istirahat adekuat dan
istirahat 3. Jelaskan tidur dapat
 Perubahan  Pola tidur, kualitas pentingnya meningkatkan status
pejanan dalam batas normal tidur yang emosional
terhadap  Jumlah jam tidur adekuat d. Mungkin diberikan
cahaya gelap dalam normal 6-8 4. Kolaborasi untuk membantu
jam/hari pemberian pasien tidur/istirahat
 Kurang kontrol obat tidur selama periode
tidur transisi dari rumah ke
lingkungan baru.
1. 2. Ansietas Setelah diberikan 1. Gunakan a.Memungkinkan waktu
Kemungkinan asuhan keperawatan pendekatan untuk
berhubungan 3x24 jam diharapkan yang mengekspresikan
dengan : ansietas klien efektif menenangkan perasaan,
 Perubahan dengan kriteria hasil : 2. Instruksikan menghilangkan cemas,
dalam (status  Mengidentifi pasien dan prilaku adaptasi
ekonomi, kasi,mengungkapkan, menggunakan b.Meningkatkan
lingkungan, dan menunjukkan teknik relaksasi/istirahat dan
status tehnik untuk relaksasi menurunkan rasa
kesehatan, pola mengontrol cemas 3. Jelaskan cemas
interaksi,  Klien mampu prosedur dan c. c.Menurunkan cemas
fungsi peran, mengidentifikasi apa yang dan takut terhadap
status peran dan dirasakan diagnosa dan
 b. Stres, mengungkapkan selama prognosis
ancaman gejala cemas prosedur d. d.Membantu pasien
kematian  Ekspresi wajah, 4. Berikan obat rileks secara fisik
 Kebutuhan bahasa tubuh dan untuk mampu untuk
tidak terpenuhi tingkat aktivitas mengurangi membuat strategi
menunjukkan kecemasan koping adekuat
berkurangnya
kecemasan
IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan mandiri seperti prilaku, peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri. Tindakan keperawatan
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasiTindakan mandiri : aktivitas perawat
yang dilakukan atau yang didasarkan pada kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk
dan perintah tenaga kesehatan lain.Tindakan kolaborasi: tindakan yang
dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan dokter dan petugas kesehatan
lain.
EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan situasi
kondisi klien, maka diharapkan klien :
1. Gangguan pola tidur klien efektif dengan kriteria hasil :
a. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c. Jumlah jam tidur dalam normal 6-8 jam/hari
2. Ansietas klien efektif dengan kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan tehnik untuk
mengontrol cemas
b. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
c. Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
III.DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Herdman ,T.Heather.(2012).Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional.Jakarta :
EGC
Mubarak,. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2013. Panduan Diagnosa Keperawatan
NANDA. Jakarta: EGCPotter&Perry, (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik, Edisi 4.Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia danProses Keperawatan
Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai