LP Teratai Istirahat Tidur
LP Teratai Istirahat Tidur
Di susun oleh
IMBAR SESWANTO
NIM : 2018131016
A.DEFINISI
1. Istirahat
Kata ‘istirahat’ mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai
menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta
melepaskan diri dari apa pun yang membosankan, menyulitkan, atau
menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat
merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan
bebas dari kecemasan (ansietas).
Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan dibawah kontrolnya
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di
mana pun
c. Mengetahui apa yang terjadi
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
e. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya
2. Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup. Tujuan
seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan
untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologi, dan kesehatan.
B. FISIOLOGI TIDUR
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan
pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh
sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan
tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan
bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan
visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar,
neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian
juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus
yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional
(BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di
pusat otak dan system limbic. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry,
2005).
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf
perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian
tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG)
untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan
electromiogram (EMG) dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan
mata (Tarwoto & Wartonah, 2006).Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari
hubungan antara dua mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan
dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system
(RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual,
audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri
(emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan
katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh
pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah
yaitu bulbur synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor
sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi
(Tarwoto & Wartonah, 2006).Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka
menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang
aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin
(Tarwoto & Wartonah, 2006).
Jenis-jenis Tidur
Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu
tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement ¬¬- REM) dan tidur
dengan gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement - NREM)
a. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur
paradoksial. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali,
namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur
REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah,
gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), gerakan otot tidak
teratur, kecepatan jantung, dan pernafasan tidak teratur sering lebih cepat,
serta suhu dan metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan
menunjukkan gejala-gejala sebagi berikut:
- Cenderung hiperaktif
- Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil)
- Nafsu makan bertambah
- Bingung dan curiga
b. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada
tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang
sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi
berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernafasan
turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.Tidur NREM
memiliki empat tahap yang masing-masing tahap ditandai dengan pola
perubahan aktivitas gelombang otak yang terlihat pada EEG
(Electroenchepalogram).
Catatan:
EEG atau electroenchephalogram adalah instrumen untuk menangkap
aktifitas listrik di otak.
Keempat tahap tersebut yaitu:
- Tahap I
Tahap I merupakan transisi di mana seseorang beralih dari sadar
menjadi tidur. Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa
kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup
mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan
jantung dan pernafasan menurun secara jelas. Seseorang yang tidur
pada tahap I dapat dibangunkan dengan mudah.
-Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap
II ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh
menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan
jantung dan pernafasan turun dengan jelas. Tahap II ini berlangsung
sekitar 10-15 menit.
- Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap
secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernafasan, dan proses tubuh
berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf
parasimpatis. Seseorang yang tidur pada tahap ini sulit untuk
dibangunkan.
- Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur di mana seseorang berada dalam
keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah
lemah, lunglai, dan sulit dibangunkan. Denyut jantung dan
pernafasan menurun sekitar 20-30%. Pada tahap ini. Dapat terjadi
mimpi. Selain itu, tahap IV ini dapat memulihkan kedaan tubuh.
Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni
tahap V.
Tahap kelima ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV
seseorang masuk ke tahap V. hal tersebut ditandai dengan kembali
bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih tinggi dari
tahap-tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung sekitar 10 menit,
dapat pula terjadi mimpi.
E. ETIOLOGI/ PENYEBAB
a. Rasa nyeri
b. Psikologis
c. Suhu tubuh
d. Rasa bosan
e. Pola aktivitas siang hari
f. Keletihan
g. Ketakutan
h. Depresi
i. Kurangnya privasi
j. Gejala emosi
k. Kondisi yang tidak menunjang tidur
l. Rasa khawatir (kecemasan) atau tertekan jiwanya
F. PATOFISIOLOGI
Pengontrolan siklus yang dialami selama tidur berpusat pada kedua tempat
khusus di batang otak yaitu Reticularis Activiting System (RAS) dan Bulbar
SynchconitingRegion BSR) di medulla. Dua system RAS dan BSR diperkirakan
terjadinya kegiatan/ pergerakan yang intermiten dan selanjutnya menekan pusat-
pusat otak. Ras dihubungkan dengan pernyataan tubuh tentang kewaspadaan dan
menerima impulssensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan stimulus
taktil. Stimulus sensori ini mempertahankan keadaan bangun dan waspada. Selama
tidur tubuh mengirim sedikit sekali stimulus dari korteks cerebri atau reseptor
sensori perifer pada RAS. Individu bangun dari tidur jika celah peningkatan dari
stimulus BSR meningkat pada saat tidur.Terjadinya insomnia dimungkinkan RAS
dan BSR tidak bekerja dengan semestinya di batang otak.(Johnson,2000)
H.PERENCANAAN KEPERAWATAN
Intervensi Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur Pada klien yang
dirawat di rumah sakit dapat mengalami masalah istirahat dan tidur. Masalah
tersebut sering berhubungan dengan lingkungan rumah sakit, rutinitas ruangan,
atau penyakit yang dideritanya. Walaupun begitu, perawat mesti membantu klien
untuk dapat istirahat dan tidur.
Berikut ini merupakan beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk
membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien yang dirawat.
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman, dapat dilakukan misalnya dengan:
- Pintu kamar klien ditutup
- Kurangi stimulus, misalnya percakapan
- Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain
b. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan mendengarkan
musik,membaca,dan berdoa. Pada klien anak-anak, dapat dilakukan dengan
membacakan dongeng,memegang boneka atau benda yang disukainya.
c. Diet
- Anjurkan klien untuk memakan makanan yang mengandung tinggi protein,
seperti susu dan keju
- Hindari banyak minum sebelum tidur
d. Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur
e. Hindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum tidur.
Maksudnya,usahakan psikologi klien tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum
tidur.
f. Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan:
- Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur
- Anjurkan klien berkemih sebelum tidur
- Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah
- Pada klien nyeri, berikan obat analgesik 30 menit sebelum tidur
g. Hindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
h. Berdoa sesuai dengan agamanya
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut
Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu:
A.RIWAYAT KEPERAWATAN
Dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Identitas (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit
4. Pemeriksaan fisik
Meliputi :
a. Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi
b. TTV
c. Perilaku
5. Data Fokus
Data subjektif
a. Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
b. Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
c. Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
d. Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
e. Kepala pusing, berat
f. Mengeluh sering terbangun
Data objektif
a) Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b) Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c) Gelisah, sering menguap
d) Mudah tersinggung
e) Ada bayangan hitam di bawah mata
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami
gangguan atau tidak, dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap:
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat - obatan, alkohol atau obat terlarang
3.Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktitas fisik
menurut Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu:
A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Herdman ,T.Heather.(2012).Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional.Jakarta :
EGC
Mubarak,. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2013. Panduan Diagnosa Keperawatan
NANDA. Jakarta: EGCPotter&Perry, (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik, Edisi 4.Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia danProses Keperawatan
Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika