“SKIZOFREN”
DISUSUN OLEH :
NURISKI
RINI A
PRIYANTI M
SHAFARINA
HIJRHWATI
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Prevelensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1 persen dan biasanya timbul
pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang berusialebih dini. Skizofrenia adalah
gangguan mental yang cukup luas dialami diIndonesia, dimana sekitar 99 %( pasien rumah
sakit ji)a di Indonesia adalah penderita Skizofrenia. Skizofrenia ini tidak hanya menimbulkan
penderitaan bagi penderitanya, tetapi juga bagi orang-orang terdekatnya.biasanya
keluargalahyang terkena dampak hadirnya Skizofrenia di keluarga mereka. Sehingga
pengetahuan tentang skizofrenia dan pengenalan tentang gejala-gejala munculnyaskiofrenia
oleh keluarga dan lingkungan sosialnya akan sangat membantu dalam pemberian penanganan
pasien penderita skizofrenia lebih dini sehingga akanmencegah berkembangnya gangguan
mental yang sangat berat ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
A. Definisis Skizofren
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama
dalam pikiran, emosi, dan perilaku.Pemikiran penderita skizofrenia seringkali tidak
berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian keliru, efek yang datar atau tidak
sesuai, dan memiliki gangguan pada aktivitas motorik yang bizzare (Davidson, 2006).
World Health Organization (WHO) menyebutkan 7 dari 1000 populasi penduduk
dewasa, kebanyakan dalam rentang usia 15 – 35 tahun, merupakan penderita
skizofrenia. Hal ini berarti 24 juta penduduk dunia adalah penderita skizofrenia.
Sedangkan jumlah penderita skizofrenia di Indonesia telah mencapai 2,5 persen dari
total penduduk (Sigit, 2001). Di Indonesia, 80 persen penderita gangguan mental
skizofrenia tidak diobati. Sebagian penderita gangguan ini menjadi tidak produktif,
bahkan ditelantarkan sebagai psikotik yang berkeliaran di jalan-jalan. Psikolog Tjipto
Susana (Anna, 2011) menyatakan berdasarkan survei Kementrian Sosial tahun 2008,
penderita skizofrenia di Indonesia ada 650.000 orang dan sekitar 30.000 orang
dipasung dengan alasan agar tidak membahayakan orang lain atau menutupi aib
keluarga.
B.Epidemiologi skizofren
Menurut WHO jika 10% dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa
maka harus mendapat perhatian karena termasuk rawan kesehatan jiwa.Satu dari
empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar
450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa, di Indonesia diperkirakan
mencapai 264 dari 1000 jiwa penduduk yang mengalami gangguan jiwa.
Salah satu gangguan jiwa Psikosa Fungsional yang terbanyak adalah
Skizofrenia. Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka 10prevalensi
Skizofrenia secara umum berkisar antara 0,2% hingga 2,0% tergantung di daerah atau
negara mana studi itu dilakukan. Insidensi atau kasus baru yang muncul tiap tahun
sekitar 0,01% (Lesmanawati, 2012). Data dari Riskesdas 2013 menyatakan prevalensi
pasien gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 1,7 per mil. Prevalensi terbanyak
adalah Propinsi DI Yogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7 per mil), Sulawesi Selatan (2,6
per mil), Bali (2,3 per mil), dan Jawa Tengah (2,3 per mil) (Lesmanawati, 2012).Di
Indonesia sendiri, kasus klien dengan Skizofrenia 25 tahun yang lalu diperkirakan
1/1000 penduduk dan diperkirakan dalam 25 tahun mendatang akan mencapai3/1000
penduduk (Hawari, 2001)
C.Etiologi skizofren
Etiologi terjadinya skizofrenia belum diketahui secara pasti. Diduga penyebabnya
adalah :
1)Faktor genetik, meskipun ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak akan muncul
kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang disebut faktor epigenetik, seperti virus atau
infeksi lain selama kehamilan, menurunnya auto-immuneyang mungkin disebabkan
infeksi selama kehamilan, berbagai macam komplikasi kandungan dan kekurangan
gizi yang cukup berat (Hawari, 2006).
4)Abnormalitas korteks cerebral, talamus, dan batang otak pada penderita skizofrenia
ditunjukkan dengan penelitian neuropatologi dan pemeriksaan dengan Ctscan (Sadock
dan Sadock, 2007).
D. Patofisiologi skizofren
2.Stres
F. Klasifikasi skizofrenia
1.Skizofrenia Simpleks
Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala
utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses
berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terjadi.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia, menurut Maramis (2004)
permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja atau antara
15–25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses berfikir,
gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada jenis ini.Waham dan halusinasi
banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonik
Menurut Maramis (2004), skizofrenia katatonik atau disebut juga katatonia,
timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan penyakit. Hebefrenia
dan katatonia sering lama-kelamaan menunjukkan gejala-gejala skizofrenia
simplek atau gejala campuran hebefrenia dan katatonia.Tidak demikian halnya
dengan skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan, (Maramis, 2004).
7.Skizofrenia Skizoafektif
Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala skizofrenia terdapat
menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala depresi atau gejala-gejala
mania.Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin
juga timbul lagi serangan (Maramis, 2004).
G.Patogenesis skizofren
Halusinasi: mendengar atau melihat hal-hal imajiner yang dalam kenyataan tidak
ada
Delusi: keyakinan liar yang palsu
Paranoia: takut bahwa orang lain sedang merencanakan melawan atau hendak
menyakiti Anda
Gejala kognitif Skizofrenia: gejala ini sangat menegangkan dan mengganggu
kemampuan untuk menjalani hidup normal. Seseorang dengan skizofrenia akan
terganggu dari segi pengambilan keputusan, tindakan sehari-hari (misal suka jalan-
jalan sambil telanjang, suka keluyuran tanpa tujuan, suka menyiram tubuhnya
dengan air, dan sebagainya)
I.Prognosis-Monitoring
Prognosis :
•Prognosis cukup baik jika : onset lebih lambat, pemicunya diketahui, sejarah pre-
morbid bagus, dan ada dukungan keluarga 20-30% mungkin bisa kembali normal
•Kurang lebih 20-30 % mungkin akan mengalami gejala sedang
•40 – 60% mungkin tidak akan kembali normal seumur hidupnya
Monitoring :
1. Monitoring Subyektif: gejala dari pasien, (apakah pasien masih merasa tertekan, sering
melamun, bicara sendiri, dan sering mengamuk) Obyektif : tidak ada.
2. Monitoring perawatan di rumah sakit untuk menurunkan stres pada pasien dan
membantu pasien menyusun aktivitas harian mereka dalam terapinya
3. Monitoring penggunaan obat antipsikotik atipikal pada pasien, untuk melihat
perkembangan terapi farmakologi yang diberikan berupa efek samping yang terjadi
4. Monitoring gejala dan pengobatan : monitoring yang hati-hati dapat meyakinkan pasien
untuk minum dan mengidentifikasi secara dini tanda-tanda timbulnya relaps sehingga
pencegahan dapat dilakukan.
J. Bagaimana Tata laksana
Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.
Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang
terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik
sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok
bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan
terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3
kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer
atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)
a. Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional.
Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping
yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
· Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
· Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
· Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
· Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,
banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.
Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien
yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik
konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan
untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional.Kedua, bila pasien mengalami
kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka
waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot
formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di
dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan.Sistem depot formulation ini tidak
dapat digunakan pada newer atypic antipsychotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya
berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan
antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia,
antara lain :
· Risperdal (risperidone)
· Seroquel (quetiapine)
· Zyprexa (olanzopine)
c. Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang
pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil)
dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek
samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%),
Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan
infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel
darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan. Clozaril bila
paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
b. Psikoterapi
c. Terapi Psikososial
Dipiro.JT., 2006, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill, New York