Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Terimakasih kepada Tuhan yang maha esa yang telah membantu saya untuk
menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Karena tanpa pertolongan Tuhan yang
maha esa saya tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Tugas ini sengaja di buat oleh saya untuk muenambah pengetahuan pembaca
mengenai Pengolahan limbah industri pupuk, pemantauan limbah cair industri pupuk,
karakteristik limbah industri pupuk, Limbah B3 dan kesehatan, industri dan pencemaran
lingkungan, Limbah dan masalahnya dan Prinsip pengolahan limbah industri pupuk lainnya
yang akan menambah wawasan pembaca mengenai limbah industri pupuk. Penyusun
mengambil isi pokok pembahasan dalam makalah ini dari berbagai sumber.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan tugas
kepada saya karena dengan tugas tersebut penyusun jadi lebih mengetahui mengenai limbah
industri pupuk.
Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada
pembaca, meskipun makalah ini ada kelebihannya dan kekurangannya kami mohon kritik
dan saranya agar kami bisa memperbaikiya.

Bukit Indah, 13 april 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG........................................................................................... 3


1.2. PERUMUSAN MASALAH ................................................................................. 4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PROSES KIMIA PEMBUATAN AMMONIA & UREA ................................... 6


2.2.UNIT PENGELUARAN LIMBAH ....................................................................... 8
2.2.1 LIMBAH CAIR................................................................................................... 8
2.2.2 LIMBAH GAS ................................................................................................... 9
2.2.3 LIMBAH PADAT ............................................................................................... 9
2.3 EFEK LIMBAH TERHADAP LINGKUNGAN .................................................. 9
2.4 CARA MENANGANI LIMBAH PABRIK PUPUK .......................................... 10
2.5. EFEK GAS AMONIA ....................................................................................... 10
2.6. CARA PENANGGULANGAN LIMBAH ......................................................... 11
2.6. BAKU MUTU ..................................................................................................... 15

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN ................................................................................................... 16


3.2. SARAN ............................................................................................................... 16

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1. Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah padat lebih dikenal sebagai
sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik
dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingg perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan
oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Berdasarkan karakteristiknya
limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran
air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan
bahan buangan anorganik
b. Limbah padat

c. Limbah gas dan partikel.

Dengan adanya Konferensi Stockholm masalah lingkungan yang dihadapi dunia


tidak dapat teratasi. Pada satu pihak negara maju masih meneruskan pola hidupnya yang
mewah dan boros serta yang mencemari lingkungan. Jumlah industri, kendaraan bermotor,
dan konsumsi energi terus meningkat sehingga limbah yang dihasilkan makin bertambah
banyak. Usaha untuk mengurangi limbah itu pun tidak banyak dilakukan, termasuk limbah
berbahaya dan beracun. Amerika dan Belanda misalnya, dihebohkan dengan adanya limbah
beracun yang mencemari pemukiman.
Pada lain pihak negara sedang berkembang meningkatkan eksploitasi sumber daya
alamnya untuk dapat meningkatkan pembangunannya dan untuk membayar utang luar
negerinya. Karena kemampuan ekonomi dan teknologi serta kesadaran lingkungan yang
masih terbatas, peningkatan pembangunan itu tidak disertai dengan tindakan yang memadai
untuk melindungi lingkungan.

3
Maka, kerusakan lingkungan sumber daya karena eksploitasi yang berlebihan dan
cara yang sembrono sehingga pencemaran lingkungan pun terjadi di negara sedang
berkembang. Apabila masalah-masalah ini tidak dapat dikendalikan tidak saja akan terjadi
pengurasan sumber daya melainkan berbagai fungsi ekologi lingkungan yang berguna bagi
manusia akan mengalami kerusakan. Dengan kerusakan itu tidak saja tumbuhan dan hewan
akan terancam kepunahan, melainkan manusia pun akan menghadapi bahaya yang serupa
atau paling sedikit akan mengalami banyak kesulitan. Gejala kearah itu sudah mulai terlihat.
Dengan demikian pembangunan yang didambakan akan menaikkan tingkat
kesejahteraan umat manusia justru akan menurunkannya, karena lingkungan tidak lagi
mampu mendukung kehidupan yang sehat. Seharusnya pembangunan itu tidak bersifat
serakah untuk kepentingan diri sendiri melainkan memperhatikan juga kepentingan anak
cucu dengan berusaha meninggalkan sumber daya yang cukup dan lingkungan yang sehat
yang dapat mendukung kehidupan mereka dengan sejahtera.

1.2. Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang harus diketahui pada makalah pengolahan limbah
industri pupuk yaitu sebagai berikut:

1. Proses kimia
2. Karakteristik limbah
3. Prinsip pengolahan lingkungan industri pupuk
4. Limbah B3 dan kesehatan
5. Industri dan pencemaran lingkungan
6. Limbah dan masalahnya
7. Pengolahan limbah cair
8. Pemantauan limbah cair industri pupuk.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah pengolahan limbah industri pupuk ini adalah
sebagai berikut :
a) Mengetahui proses limbah industri pupuk
b) Mengetahui prinsip pengolahan limbah industri pupuk
c) Mengetahui karakteristik limbah industri pupuk
4
5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Proses Kimia Pembuatan Ammonia dan Urea


Pupuk Urea yang dikenal dengan nama rumus kimianya NH2CONH2 pertama kali
dibuat secara sintetis oleh Frederich Wohler tahun 1928 dengan mereaksikan garam cyanat
dengan ammonium hydroxide.
Pupuk urea yang dibuat PT Pupuk Kujang merupakan reaksi antara karbon dioksida
(CO2) dan ammonia (NH3). Kedua senyawa ini berasal dari bahan gas bumi, air dan udara.
Ketiga bahan baku tersebut meruapakan kekayaan alam yang terdapat di Jawa Barat.
Pada proses pembuatan ammonia dengan tekanan rendah dalam reaktor (±150
atmosfir) yaitu dengan reaksi reforming merubah CO menjadi CO2, penyerapan CO2 dan
metanasi. Reaksi reforming ini dilakukan dalam 2 tingkatan yaitu :
 Tingkat Pertama :
Gas bumi dan uap air direaksikan dengan katalis melalui pipa-pipa vertikal dalam
dapur reforming pertama dan secara umum reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Cn H2n + nH2O  NCO + (2n+1)H2 - panas
CH4 + H2O  CO + 3H2 - panas

 Tingkat Kedua :
Udara dialirkan dan bercampur dengan arus gas dari reformer pertama di dalam
reformer kedua, hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan reaksi reforming dan untuk
memperoleh campuran gas yang mengandung nitrogen (N)
2 CH4 + 3 O2 ---> 12 N2
2 CO + 4 H2O ---> 12 N2
lalu campuran gas sesudah reforming direaksikan dengan H2O di dalam converter CO untuk
mengubah CO menjadi CO2
CO + H2O ---> CO2 + H2
CO2 yang terjadi dalam campuran gas diserap dengan K2 CO3

6
K2 CO3 + CO2 + H2O ---> KHCO3
larutan KHCO3 dipanaskan guna mendapatkan CO2 sebagai bahan baku pembuatan
urea.
Setelah CO2 dipisahkan, maka sisa-sisa CO, CO2 dalam campuran gas harus
dihilangkan yaitu dengan cara mengubah zat-zat itu menjadi CH4 kembali
CO + 3H2  CH4 + H2O
CO2 + 4H2  CH4 + 2H2O
Lalu kita mensitesa nitrogen dengan hidrogen dalam suatu campuran ganda pada tekanan
150 atmosfer dan kemudian dialirkan ke dalam ammonia converter.
N2 + 3H2 ---> 2NH3
Setelah didapatkan CO2 (gas) dan NH3 (cair), kedua senyawa ini direaksikan dalam
reaktor urea dengan tekanan 200 - 250 atmosfer.
2NH3 + CO2  NH2COONH4 +Q
ammonia karbon dioksida ammonium karbamat
NH2COONH4  NH2 CONH2 + H2O - Q
Reaksi ini berlangsung tanpa katalisator dalam waktu ± 25 menit. Proses selanjutnya
adalah memisahkan urea dari produk lain dengan memanaskan hasil reaksi (urea, biuret,
ammonium karbamat, air dan ammonia kelebihan) dengan penurunan tekanan, dan
temperatur 120-165 derajat Celsius, sehingga ammonium karbamat akan terurai menjadi
NH3 dan CO2, dan kita akan mendapatkan urea berkonsentrasi 70-75%.
Untuk mendapatkan konsentrasi urea yang lebih tinggi maka dilakukan pemekatan
dengan cara:
Penguapan larutan urea di bawah vacuum (ruang hampa udara, tekanan 0,1 atmosfir
mutlak), sehingga larutan menjadi jenuh dan mengkristal.
o Memisahkan kristal dari cairan induknya dengan centrifuge.
o Penyaringan kristal dengan udara panas.
o Untuk mendapatkan urea dalam bentuk butiran kecil, keras, padat maka kristal urea
dipanaskan kembali sampai meleleh dan urea cair lalu disemprotkan melalui nozzle-
nozzle kecil dari bagian atas menara pembutir (prilling tower).

7
Sementara tetesan urea yang jatuh melalui nozzle tersebut, dihembuskan udara dingin ke
atas sehingga tetesan urea akan membeku dan menjadi butir urea yang keras dan padat.
Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3 yang
disuplai dari Pabrik Ammonia.
Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu :
1. Synthesa Unit
2. Purification Unit
3. Cristaliser Unit
4. Prilling Unit
5. Recovery Unit
6. Process Condensate Treatment Unit
7.
Skema Pembuatan Pupuk Urea

2.2. Unit pengeluaran limbah

2.2.1 Limbah Cair

8
o Limbah cair mengandung amoniak dan urea berasal dari pabrik amoniak dan
pabrik urea
o Limbah cair mengandung minyak berasal dari compressor dan pompa
o Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi
o Limbah Cair mengandung Lumpur berasal dari pengolahan air
o Limbah Sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform

2.2.2 Limbah Gas dan Kebisingan

Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan reformer dari
pabrik utilitas dan pabrik amoniak. Diatasi dedngan pengoperasian boiler sesuai SOP dan
pembakaran gas alam dengan oksigen berlebih. Emis gas NH3 dan debu urea berasal dari
bagian atas menara pembutir. Diatasi dengan pengendalian urea dust separator system wet
scrubber dan penggantian filter secara kontinyu. Limbah gas buang (Purge gas) yang
berasal dari daur sintesa pabrik amoniak diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery
untuk memisahkan NH3 dan H2. Sumber kebisingan yang berasal dari pabrik utilitas,
pabrik amoniak dan pabrik urea diatasi dengan keharusan setian pekerja memakai alat
penyumbat telinga.

2.2.3 Limbah Padat

Limbah katalis bekas berasal dari pabrik amoniak yang mengandung oksida-
oksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan penyimpanan sementara ditempat
yang aman kemudian dijual kembali. Limbah Debu urea berasal dari unit pengantongan.
Diatasi dengan pemasangan peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea
dust dan waste dilarutkan kembali kemudian direcycle.

2.3. Efek limbah terhadap lingkungan

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) limbah ini sangat berbahaya bagi
lingkungan dan juga manusia. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku
yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.
Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik
9
berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk
limbah B3. Limbah Cair berdampak pada ekosistem sungai apabila pembuangan limbah
cair tidak ditangani dahulu sebelum dikembalikan ke sungai. Limbah Udara yang dihasilkan
adalah gas amoniak dan gas CO2. CO2 berakibat merusak ozon dan gas amoniak
menyebabkan hujan asam.

2.4. Cara menangani limbah pabrik pupuk

A. Limbah gas yang berpotensi menjadi polusi udara adalah uap asam amoniak
(NH3). Limbah gas ini dihasilkan oleh menara pembutir dan sintesa pabrik
amoniak. Pada pabrik pupuk gas amoniak dapat di olah kembali dan menjadi bahan
baku lagi ketika sudah di tanggulangi dengan Pure Gas Recovery. Pure Gas
Recovery merupakan unit pengolah gas buang dari pabrik amoniak. Dalam
pabrik pupuk juga terdapat beberapa pabrik dan salah satunya adalah pabrik
amonik yang berfungsi untuk menghasilkan amoniak yang digunakan sebagai
bahan baku pupuk. Untuk emisi gas NH3 dan debu yang dihasilkan oleh menara
pembulir akan ditanggulangi dengan dust separator system wet scrubber.
B. Limbah cair dari proses yang didapat di bawa ke hidrolizer untuk dipisahkan air
dan off gasnya
C. Limbah cair sarana pembantu proses yang juga didapat diolah menggunakan bak
pengendapan yang akan meisahkan air dan lumpurnya
D. Limbah B3 diproses oleh pihak ke tiga yang berwenang menanganinya

2.5. Efek gas amoniak terhadap manusia dan lingkungan

Uap asam amoniak jika tidak ditanggulangi maka dapat menyebabkan radang
saluran pernafasan. Efek Jangka Pendek (Akut) apabila menghirup gas amoniak adalah
Iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan bisa menimbulkan
kematian. Kontak dengan mata dapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan total. Kontak

10
dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar (frostbite). Efek Jangka Panjang (Kronis)
adalah Menghirup uap asam pada jangka panjang mengakibatkan iritasi pada hidung.

2.6. Cara penanggulangan limbah udara

A. Dust Separator System Wet Scrubber

Untuk menagani limbah debu urea berasal dari bagian atas menara pembutir diatasi
dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber.

Wet scrubber adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengontrol polusi
udara dan memindahkan beberapa partikel berbahaya atau gas dari sistem pembuangan
industri. Wetsrubber digunakan karena untuk menghilangkan bahan yang tidak diinginkan
dari aliran gasi. Yang paling umum cairan yang digunakan untuk melakukan hal ini adalah
air. Gas buang yang disebabkan oleh pembakaran mungkin mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi lingkungan, tetapi wet scrubber akan membersihkan gas buang atau
partikel debu dan polutan lainnya dalam berbagai gas. Gas buang, seperti hidrogen klorida
atau amonia dapat dihapus oleh wet scrubber. Hal ini sangat penting bahwa scrubber basah
dibersihkan secara menyeluruh setelah digunakan karena mereka dapat menularkan bakteri.

Wet scrubber membuang polutan partikel dari arus gas dengan menangkap partikel
tersebut dalam tetesan/butiran liquid atau lapisan scrubbing liquid (biasanya air) lalu
memisahkan tetesan air tersebut dari arus gas. Beberapa variabel proses mempengaruhi

11
penangkapan partikel; variabel tersebut adalah ukuran partikel, ukuran droplet liquid, dan
kecepatan relatif partikel dengan droplet liquid, dengan ukuran polutan partikel menjadi
parameter yang paling. Secara umum, partikel yang lebih besar lebih mudah untuk
ditangkap daripada yang lebih kecil. Kunci dari penangkapan partikel yang efektif pada wet
scrubber adalah dengan menciptakan kabut atau droplet kecil yang bertindak sebagai target
pengumpul : biasanya, makin kecil droplet dan makin banyak droplet yang tercipta, makin
baik kemampuan untuk menangkap partikel berukuran kecil. Penangkapan partikel secara
umum meningkat seiring dengan tingginya energi sistem yang digunakan karena
energi dibutuhkan untuk memproduksi kabut droplet air. Kecepatan relatif yang tinggi
antara partikel dan droplet liquid (partikel bergerak cepat terhadap droplet liquid) juga
mendukung pengumpulan partikel. Untuk pengumpulan atau pembuangan polutan gas,
polutan tersebut harus mudah terlarut dalam liquid yang dipilih. Sebagai tambahan, sistem
harus didesain sedemikian rupa agar dapat menyediakan pencampuran yang baik antara
fase gas dan liquid, dan waktu yang cukup (residence time) untuk polutan gas dapat larut.
Pertimbangan lain yang cukup penting untuk kedua jenis pengumpulan polutan adalah
jumlah liquid yang digunakan atau diinjeksikan ke dalam scrubber pervolume gas yang
dihasilkan (disebut juga sebagai liquid-to-gas ratio) dan pembuangan tetesan air yang
terbawa dalam gas. liquid-to-gas ratio sangat pentinguntuk menjamin jumlah liquid agar
cukup untuk pembuangan polutan yang efektif.

b. Menara Absorben

Gas amoniak dan gas karbon dioksida yang dipisahkan di bagian purifikasi diambil
kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan mother liquor sebagai absorben
kemudian di recycle kembali ke bagian sintesa. Mother Liquor (cairan induk) adalah
cairan induk yang dipakai sebagai absorben (cairan pembersih atau recovery liquor)
pada proses absorbsi. Mother Liquor berasal dari unit kristalisasi yang kaya ammonium
karbamat.

Absorbsi adalah operasi pemisahan solute dari fase gas ke fase cair yaitu dengan
mengontakan gas yang berisi solute dengan pelarut cair (absorben) yang tidak menguap.
Menara absorpsi adalah suatu menara atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi

12
(penyerapan/ penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di menara atau tabung tersebut.
Struktur yang dapat pada menara absorber dibagi menjadi tiga bagian yaitu;

1. Bagian atas, spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair

2. Bagian tengah, packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah
untuk di absorbs

3. Bagian bawah, input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reactor.

Keterangan :

a. Input gas

b. Gas keluaran

c. Pelarut

d. Hasil absorbs

e. Disperser

f. Packed column

Prinsip kerja menara absorber

Menara absorber adalah sebuah menara dimana ada zat yang berbeda fase mengalir
berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase
cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reactor kimia. Proses ini dapat berupa
13
absorbsi gas, destilasi, pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.

Campuran gas yang merupakan keluarkan dari reactor diumpankan ke bawah


menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan fasa
cair, mengakibatkan perpindahan masa diffusional dalam umpan gas dari bawah menara ke
dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbs ini
terjadi pada sebuah kolom yang berisi packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber
pada tingkat satu mengandung larutan dari gas yang dimasukan tadi.

14
2.9. Baku mutu limbah
Baku Mutu Air Limbah industri pupuk berpedoman kepada peraturan - peraturan yang
ada baik ditingkat pusat maupun daerah. Baku Mutu Air limbah industri pupuk mengacu
kepada Surat Keputusan Gubernur nomor 6 tahun 1999 dan Surat Keputusan Kementerian
Lingkungan Hidup nomor 122 tahun 2004 yang merupakan perubahan dari Surat Keputusan
KLH nomor 51 tahun 1995.

15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Pabrik pupuk menghasilkan limbah padat, cair, gas dan limbah B3. Limbah- limbah
ini harus ditanggulangi karena akan berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungan.
Untuk menanggulangi limbah gas yang dihasilkan maka diguanakan dust separator
system wet scrubber dan menara absorber yang berguna untuk menyerap NH3.

3.2. Saran

Sebaiknya dalam menangani limbah harus benar-benar serius karena limbah yang
dihasilkan dari industry benar-benar serius, karena efeknya sangat berbahaya untuk
manusia dan lingkungan. Baku mutu limbahpun harus diperjelas agar setiap pabrik industry
dapat menaatinya dan juga harus selalu diadakan pengawasan.

16
17
18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai