Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

THALASEMIA
A. DEFINISI
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitikdimana terjadi
kerusakan sel darah merah didalam pembluh darah sehingga umur erirosit
menjadi pendek ( kurang dari 100 hari ) Akibatnya penderita thalasemia akan
mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering
lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang

Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang


diturunkan secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa
dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan
minor ( Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 497 )

Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk


protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana
mestinya. Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam
sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi.
Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi
yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi,
sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan
aktivitasnya secara normal.

Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat


dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino
yang membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya
diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah
merah.

1
B. ETIOLOGI

Ketidakseimbangan dalam rantai protein


globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam
pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh
sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk
menderita penyakit ini, seseorang harus
memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika
hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa
tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini. Thalasemia
digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2 jenis yang utama
adalah :

1. Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)

Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25%
minimal membawa 1 gen).

Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh


globin rantai alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri dari :
a. Silent Carrier State
Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini tidak
timbul gejala sama sekali atau sedikit kelainan berupa sel
darah merah yang tampak lebih pucat.
b. Alfa Thalasemia Trait
Gangguan pada 2 rantai globin alpha. Penderita mengalami
anemia ringan dengan sel darah merah hipokrom dan
mikrositer, dapat menjadi carrier.
c. Hb H Disease
Gangguan pada 3 rantai globin alfa. Penderita dapat
bervariasi mulai tidak ada gejala sama sekali, hingga
anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa.
d. Alfa Thalassemia Mayor

2
Gangguan pada 4 rantai globin alpha. Thalasemia tipe ini
merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia
tipe alfa. Kondisi ini tidak terdapat rantai globin yang
dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang
diproduksi. Janin yang menderita alpha thalassemia mayor
pada awal kehamilan akan mengalami anemia, membengkak
karena kelebihan cairan, perbesaran hati dan limpa. Janin
ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak
lama setelah dilahirkan.

2. Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta)

Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.

Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua
rantai globin beta yang ada. Thalasemia beta terdiri dari :
a. Beta Thalasemia Trait.
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen
yang bermutasi. Penderita mengalami anemia ringan yang
ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).
b. Thalasemia Intermedia.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa
produksi sedikit rantai beta globin. Penderita mengalami anemia
yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
c. Thalasemia Mayor.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat
memproduksi rantai beta globin. Gejala muncul pada bayi
ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat. Penderita
thalasemia mayor tidak dapat membentuk hemoglobin yang
cukup sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat
disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama kelamaan akan
menyebabkan kekurangan O2, gagal jantung kongestif,
maupun kematian. Penderita thalasemia mayor memerlukan

3
transfusi darah yang rutin dan perawatan medis demi
kelangsungan hidupnya (Dewi.S 2009 dan Yuki 2008).

Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :

1. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor


merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin
dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa
menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi
cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan
memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya. Penderita
thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18
bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa
muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies
cooley. Facies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang
hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang
yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih
khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani
transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik,
hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan.
Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung
dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat penyakitnya, kian
sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.

2. Thalasemia Minor, si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia,


namun individu hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak
muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah
dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25%
anak mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan
ini akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam
keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami

4
pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di
sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di
sepanjang hidupnya.

C. Pahtways

5
6
D. Patofisiologi

Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder.


Talasemia primer adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang
tidak efektif disertai penghancuran sel–sel eritrosit intramedular.
Sedangkan talasemia sekunder ialah karena defisiensi asam folat,
bertambahnya volume plasma intravascular yang mengakibatkan
hemodilusi dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam
limpa dan hati.
Terjadinya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau
beta dari hemoglobin berkurang.
Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara tranfusi
berulang, peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang
tidak efektif, anemia kronis, serta proses hemolisis.
 Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dua polipeptida rantai alfa
dan dua rantai beta
 Pada Beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta
dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan
eritrosit membawa oksigen
 Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai
beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan Hb
defective. Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan
ketidakstabilan dan disentebrasi. Hal ini meyebabkan sel darah merah
menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis
 Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia beta dan
kelebihan rantai beta dan gama ditemukan pada talasemia alpa.
Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presipitasi dalam sel
eritrosit. Globin intraeritrositik yang mengalami presipitasi, yang terjadi
sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari Hb tak stbil-
badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis

7
 Reduksi dalam Hb menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang
lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC
di luar menjadi eritropoitik aktif. Kompensator produksi RBC secara
terus-menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi
RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan
produksi dan destruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis
dan mudah pecah atau rapuh.

E. Manifestasi Klinis
 Letargi
 Pucat
 Kelemahan
 Anoreksia
 Diare
 Sesak napas
 Pembesaran limfa dan hepar
 Ikterik ringan
 Penipisan kortek tulang panjang tangan dan kaki
 Penebalan tulang cranial

Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya


bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang
ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-thalasemia
mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit
(ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa. Sumsum
tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan
pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-
tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah.

F. Pemeriksaan Penunjang
 Pemerikasaan Laboratorium Darah
 Hb : kadar Hb 3-9 gr %

8
 Pewarnaan SDM : Anisositosis, Poikilositosis, Hipokromia
berat, target sel tear drop cel
 Gambaran Sumsum tulang (Eritripoesis Hiperaktif)
 Elektroforesis Hb
 Thalasemia alfa : ditemukan hb Bart's dan Hb H
 Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi 10-90% (N : > 1%)

G. Penatalaksanaan Medis
1. Tranfusi PRC (packed red cell) bila Hb < 9 gr%
2. Untuk menurunkan besi dari jaringan tubuh diberikan kalori besi :
disferal IM/IV
3. Splenektomi : hipersplenisme
4. Transplantasi sum sum tulang pada talasemia maya
5. Berikan asam folat 2 – 5 mg/hari, pada yang jarang mendapatkan
tranfusi
6. Pantau fungsi organ: jantung, paru, hati, endokrin, gigi, telinga,
mata, tulang.

H. Komplikasi
1. Akibat anemia yang berat dan lama sering terjadi gagal jantung
2. Tranfusi darah yang berulang-ulang dan proses hemolisis
mengalibatkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga
ditimbun dalam jaringan seperti hepar, limfa, kulit dan jantung.
3. Hepatosplenomegaly
4. Gangguan tumbuh kembang
5. Disfungsi organ

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THALASEMIA


A. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
anoreksia, lemah, diare, demam, anemia, ikterus ringan, BB
menurun, perut membuncit, hepatomegali dan splenomegali

9
b. Riwayat kesehatan dahulu
apakah klien pernah mengalami anemia
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasaya salah satu angota keluarga pernah mengalami penyakit
yang sama.
3. Pengkajian Fisik
a. Penampilan umum
Pucat, Tanda nyeri, Bentuk tubuh abnormal, Dehidrasi
b. Tanda – tanda Vital
Tekanan darah, Nadi, Suhu, Pernafasan, Perubahan BB,
Perubahan TB
c. Kulit dan membran mukosa
Pucat, Sianosis, Joundice, Lesi yang sulit sembuh, Pigmentasi,
Koreng pada tungkai, Kulit tangan dan kaki mengelupas
d. Kuku
Cembung, Datar, Mudah patah, Clubbing
e. Rambut
Tekstur dan Pertumbuhan
f. Mata
Edema, Kemerahan, Perdarahan, Ketidaknormalan lensa,
Gangguan penglihatan, Kebutaan
g. Mulut
Membran mukosa kemerahan dan Luka
h. Lidah
Nyeri, Tekstur, Warna
i. Perut
Splenomegali, Hepatomegali, Adanya nyeri, Sirosis
j. Thorak/dada
Jantung : aritmia, nyeri, murmur
Paru-paru : sesak napas, perubahan suara napas
k. Ekstremitas

10
Nyeri, kaku, bengkak, edema, perubahan pada tulang
l. Genitalia
Perubahan pada seks sekunder
4. Pengkajian Umum
 Pertumbuhan yang terhambat
 Anemia kronik
 Kematangan seksual yang tertunda
5. Krisis Vaso Occlusive
 Sakit yang dirasakan
 Gejala yang dirasakan berkaitan ischemia daerah yang
berhubungan:
- Ekstremitas : kulit tangan dan kaki yang mengelupas
disertai rasa sakit yang menjalar.
- Abdomen : terasa sakit
- Serebrum : Stroke dan gangguan penglihatan
- Liver : Obstruksi, jaundice, hepaticum
- Ginjal : hematuria
 Efek dari krisis vaso occlusive adalah :
- Cor : Cardio megali, Murmur sistolik.
- Paru-Paru : ganguan fungsi paru, mudah terinfeksi.
- Ginjal : Ketidakmampuan memecah senyawa urine,
gagal ginjal.
- Genital : Terasa sakit, tegang.
- Liver : Hepatomegali, sirosis
- Mata : Ketidaknormalan lensa yang mengakibatkan
gangguan penglihatan, kadang menyebabkan
keterganggunya lapiisan retina dan dapat menyebabkan
kebutaan.
- Ekstremitas : Perubahan tulang-tulang terutama
menyebabkan bungkuk, mudah terjangkit virus
salmonela, osteomyelitis.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (hepatomegali, splenomegali)
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya
kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen

11
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
berkurangnya komponen seluler yang penting untuk
menghantarkan oksigen murni ke sel
5. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi kulit.
6. Resiko infeksi b/d tindakan transfuse darah yang berulang
7. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d gangguan
sistem endokrin
8. Resiko cedera

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)


Keperawatan Hasil (NOC)

1. Nyeri akut NOC Pain Management


1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian
2. Pain Control nyeri secara
3. Comfort Level
komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
1. Mampu mengontrol karakterisitik, durasi,
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas
nyeri, mampu dari faktor presipitasi
menggunakan teknik 2. Kaji kultur yang
nonfarmakologi untuk mempengaruhi
mengurangi nyeri, respon nyeri
3. Evaluasi pengalaman
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
4. Evaluasi bersama
nyeri berkurang dengan
pasien dan tim
menggunakan
kesehatan lain
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali tentang
nyeri (skala, intensitas, ketidakefektifan
frekuensi, dan tanda kontrol nyeri masa
nyeri) lampau
4. Menyatakan rasa 5. Kontrol lingkungan
nyaman setelah nyeri yang dapat
berkurang mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
6. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
7. Pilih dan lakukan

12
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi, dan
interpersonal)
8. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
9. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
10. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
11. Tingkatkan istirahat
12. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
13. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analagesic
Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat.
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi.
3. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
4. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
5. Tentukan analgesik
pilihan, rute

13
pemberian, dan dosis
optimal.
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.
8. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
2. Ketidakseimbangan NOC Nutrition
Nutrisi : kurang 1. Nutritional Status : Management
dari kebutuhan Food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
tubuh 2. Nutritional Status : makanan
Nutrient Intake 2. Kolaborasi dengan
3. Weight Control ahli gizi untuk
menentukan
Kriteria Hasil : jumlah kalori dan
1. Adanya peningkatan nutrisi yang
berat badan sesuai dibutuhkan pasien
dengan tujuan 3. Anjurkan pasien
2. Berat badan ideal untuk
sesuai dengan tinggi meningkatkan
badan intake Fe
3. Mampu 4. Anjurkan pasien
mengidentifikasi untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan
4. Tidak ada tanda-tanda protein dan
malnutrisi vitamin C
5. Menunjukkan 5. Berikan substansi
peningkatan fungsi gula
pengecapan dari 6. Yakinkan diet
menelan yang dimakan
6. Tidak terjadi mengandung
penurunan berat tinggi serat untuk
badan yang berarti mencegah
konstipasi
7. Ajarkan pasien

14
bagimana
membuat catatan
makanan harian
8. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
10. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition
Management
1. Monitor BB
pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orang
tua selama makan
5. Monitor
lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit

15
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
10. Monitor mual,
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan
kadar Ht
12. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi
15. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral
3. Intoleransi NOC Activity Therapy:
aktivitas a. Energy Conservation a. Kolaborasikan
b. Activity Tolerance dengan Tenaga
c. Self Care : ADLs Rehabilitas Medik
dalam merencanakan
Kriteria Hasil : program terapi yang
a. Berpartisipasi dalam tepat
aktivitas fisik tanpa b. Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi
tekanan darah, nadi aktifitas yang mampu
dan RR dilakukan
b. Mampu melakukan c. Bantu untuk
aktivitas sehari-hari mengidentifikasi dan
(ADLs) secara mendapatkan sumber
mandiri yang diperlukan
c. Tanda-tanda vital untuk aktivitas yang
normal diinginkan
d. Bantu untuk
d. Energy psikomotor
mendapat alat bantu

16
e. Level kelemahan aktivitas seperti kursi
f. Mampu berpindah : roda, krek
dengan atau tanpa e. Bantu untuk
bantuan alat mengidentifikasi
g. Status kekurangan dalam
kardiopulmunari beraktivitas
adekuat f. Bantu pasien untuk
h. Sirkulasi status baik mengembankan
i. Status respirasi: motivasi diri dan
pertukaran gas dan penguatan
g. Monitor respon fisik,
ventilasi adekuat
emosi, sosial dan
spiritual
4. Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan a. Circulation Status Peripheral Sensation
perifer b. Tissue Perfusion : Management
Cerebral a. Monitor adanya
daerah
Kriteria Hasil : b. tertentu yang
a. Mendemonstrasikan
hanya peka
status sirkulasi yang c. terhadap
ditandai dengan : panas/dingin/
 Tekanan sistol d. tajam/tumpul
dan diastol e. Monitor adanya
dalam rentang paratese
yang f. Instruksikan keluarga
diharapkan untuk mengobservasi
 Tidak ada orto-
kulit jika ada lesi atau
statik
laserasi
hipertensi
g. Gunakan sarung
 Tidak ada
tangan
tanda-tanda
h. untuk proteksi
peningkatan i. Batasi gerakan pada
kepala, leher, dan
punggung
j. Monitor kemampuan
BAB
k. Kolaborasi pemberian
analgetik
l. Monitor adanya
tromboplebitis
m. Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi

17
5. Kerusakan NOC NIC
integritas kulit 1. Tissue Integrity : Skin Pressure Management
and Mucous 1. Anjurkan pasien
Membranes untuk menggunakan
2. Hemodyalis Akses pakaian yang
longgar
Kriteria Hasil : 2. Jaga kebersihan kulit
1. Integritas kulit yang agar tetap bersih dan
baik bisa kering
dipertahankan 3. Mobilisasi pasien
(sensasi, elastisitas, (ubah posisi pasien)
temperature, setiap dua jam sekali
hidrasi,pigmentasi) 4. Monitor kulit akan
2. Tidak ada luka/ lesi adanya kemerahan
pada kulit 5. Oleskan lotion atau
3. Perfusi jaringan baik minyak /baby oil
4. Menunjukan pada daerah yang
pemahaman dalam tertekan
proses perbaikan kulit 6. Monitor aktivitas
dan mencegah dan mobilisasi
terjadinya sedera pasien
berulang 7. Monitor status
5. Mampu melindungi nutrisi pasien
kulit dan 8. Mandikan pasien
mempertahankan dengan sabun dan
kelembapan kulit dan air hangat
perawatan alami
Insision site care
1. Bersihkan,
pantau,dan
tingkatkan proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan , klip
atau straples
2. Monitor proses
kesembuhan area
insisi
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
4. Bersihkan area
sekitar jahitan atau

18
staples,
menggunakan lidi
kapas steril
5. Gunakan preparat
antiseptic, sesuai
program
6. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut )
sesuai program.

6. Resiko infeksi NOC Infection Control


a. Immune Status a. Bersihkan
b. Knowledge : lingkungan setelah
Infection Control dipakai pasien lain
c. Risk Control b. Pertahankan teknik
isolasi
Kriteria Hasil : c. Batasi pengunjung
a. Klien bebas dari bila perlu
tanda dan gejala d. Instruksikan pada
infeksi pengunjung untuk
b. Mendeskripsikan mencuci tangan saat
proses penularan berkunjung dan
penyakit, faktor yang setelah berkunjung
mempengaruhi e. Gunakan sabun
penularan serta antimikroba untuk
penatalaksanaannya mencuci tangan
c. Menunjukkan f. Cuci tangan setiap
kemampuan untuk sebelum dan sesudah
mencegah timbulnya tindakan
infeksi keperawatan
d. Jumlah leukosit g. Gunakan baju,
dalam batas normal sarung tangan
e. Menunjukkan sebagai pelindung
perilaku hidup sehat h. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
i. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi

19
kandung kencing
j. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
k. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
l. Monitor hitung
granulosit, WBC
m. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
n. Pertahankan teknik
asepsis pada pasien
berisiko
o. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
p. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
q. Ajarkan cara
menghindari infeksi
7. Keterlambatan NOC NIC
pertumbuhan dan a. Growth and Peningkatan dan
perkembangan Development, Perkembangan Anak
Delayed dan Remaja
b. Nutrition a. Kaji faktor
Imbalance Less penyebab
Than Body gangguan
Requirements perkembangan
Kriteria Hasil anak
a. Anak berfungsi b. Identifikasi dan
optimal sesuai gunakan sumber
dengan pendidikan untuk
tingkatannya memfasilitasi
b. Keluarga dan anak perkembangan
mampu anak yang optimal
menggunakan c. Berikan perawatan
koping terhadap yang konsisten
tantangan karena d. Tingkatkan
adanya komunikasi verbal
ketidakmampuan e. Berikan instruksi
c. Keluarga mampu berulang dan

20
mendapatkan sederhana
sumber-sumber f. Berikan
sarana komunitas reinforcement
d. Kematangan fisik : positif atas hasil
perubahan fisik yang diacapai anak
normal pada wanita g. Dorong anak
dan pria yang melakukan
terjadi dengan perawatan sendiri
transisi dari masa h. Dorong anak
kanak-kanak ke melakukan
dewasa sosialisasi dengan
e. Status nutrisi kelompok
seimbang i. Ciptakan
f. Berat badan lingkungan yang
aman
Nutritional
Management
a. Kaji keadekuatan
asupan nutrisi
b. Tentukan makanan
yang disukai anak
c. Pantau kecenderungn
kenaikan dan
penurunan berat
badan
Nutrition Theraphy
a. Pantau kesesuaian
perintah diet
b. Kolaborasi dengan
ahli gizi, jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan
untuk memenuhi
persyaratan gizi yang
sesuai
c. Pilih suplemen gizi
d. Dorong asupan
makanan tinggi
kalsium
e. Dorong asupan
makanan dan cairan
tinggi kalium
8. Resiko Cedera NOC NIC
a. Risk Control Environment
Management

21
Kriteria Hasil (Manajemen
a. Klien terbebas dari Lingkungan)
cedera a. Sediakan lingkungan
b. Klien mampu yang aman untuk
menjelaskan pasien
cara/metode untk b. Identifikasi kebutuhan
mencegah keamanaan pasie,
injuri/cedera sesuai dengan kndisi
c. Klien mampu fisik dan fungsi
menjelaskan factor kognitif pasien dan
resiko dari lingkungan riwayat penyakit
atau perilaku personal terdahulu pasien
d. Mampu memodifikai c. Hindari lingkungan
gaya hidup untuk yang berbahaya
mencegah injuri (misalnya
e. Menggunakan memindahkan
fasilitas kesehatan perabotan)
yang ada d. Pasang side rall
f. Mampu mengenali tempat tidur
perubahan status e. Sediakan tempat tidur
kesehatan yang nyaman dan
bersih
f. Tempatkan saklar
lampu di tempat yang
mudah dijangkau
pasien
g. Batasi pengunjung
h. Anjurkan keluarga
untuk menemani
pasien
i. Kontrol lingkungan
dari kebisingan
j. Pindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
k. Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.

22
D. IMPLEMENTASI
No. Hari/tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Formatif
NB :
Implementasi
disesuaikan dengan
intervensi dan
penulisannya
menggunakan kata
kerja.

E. EVALUASI
Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf
S (Subjektif)
O (Objektif)
A (Analisis)
P (Planning)

23
DAFTAR PUSTAKA

Dapus : Padila.2002. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta :


Nuha Medika
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta : MediAction
Armela, Helviza. 2010. Askep Anak Dengan Thalasemia. Available :
https://www.scribd.com/doc/43069429/AsKep-Anak-Dengan-
Thalasemia Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 16.55 WITA
Anonim. Askep Thalasemia. Available :
https://www.scribd.com/doc/49146677/ASKEP-thalasemia
Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 17.08 WITA
Atjil, Safira. 2013. Pathway Thalasemia. Available :
https://www.scribd.com/doc/132227145/Pathway-Thalasemia
Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 17.22 WITA
Anonim. Thalasemia. Available : jtptunimus-gdl-ekowidyast-7282-3-babii.pdf
Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 17.35 WITA

24
25

Anda mungkin juga menyukai