Bab Ii
Bab Ii
35
36
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut :
37
3.4.1 Bahan
a. Semen
Semen yang digunakan adalah semen PCC Tiga Roda.
(a) (b)
Gambar 3.3 (a) Batu Apung dari Gunung Kelud, (b) Split Pasuruan
(Sumber : http://alifkarlina.blogspot.com dan http://www.supplierbatusplit.com)
38
c. Air
Air yang digunakan merupakan air dari Politeknik Negeri Malang yang
bersifat baik untuk pengecoran.
Air Compresors yang digunakan adalah merk “Meiji”, yang berfungsi unutk
menghasilkan tekanan udara
o. Satu set Mould dan Dial
Mould dan Dial digunakan untuk pengujian kadar udara pada beton segar.
Mould berfungsi sebagai wadah beton segar sedangkan dial berfungsi sebagai
alat pengukur tekanan angin.
p. Kerucut Abram
Kerucut abram terbuat dari besi dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah
20 cm, dan tinggi 30 cm, digunakan untuk mengukur nilai slump adukan
beton.
q. Cetakan Benda Uji
Cetakan benda uji digunakan untuk mencetak benda uji. Cetakan terbuat dari
besi dan berbentuk kubus tanpa sisi atas. Cetakan bagian sisi dalam berukuran
15 x 15 x 15 cm dengan tebal cetakan bervariasi.
r. Mesin Aduk Beton (Molen)
Mesin aduk beton yang digunakan adalah merk “De jong” Holland, yang
digunakan untuk mengaduk bahan-bahan pembentuk beton.
s. Alat-alat bantu
Untuk kelancaran dan kemudahan dalam penelitian digunakan beberapa alat
bantu yaitu :
Sarung Tangan Karet berfungi melindungi tangan dari material yang
berbahaya
Cetok semen digunakan untuk mengambil material, mengaduk dan untuk
memasukkan campuran adukan beton ke dalam cetakan beton
Stopwatch berfungsi untuk me gukur lamanya waktu yangdiperlukan
Cawan sebagai wadah material
Nampan sebagai wada material
Spatula untuk meratakan benda uji atau material
Pengaris sebagai alat pengukur
Pelat kaca sebagai akas untuk pengujian setting time dan konsistensi
normal
41
Benda uji pada penelitian ini berupa kubus beton dengan ukuran 15x15x15
cm untuk uji kuat tekan dan penyerapan (absorbsi) beton. Benda uji berjumlah 12
buah untuk kuat tekan beton dan 2 buah untuk porositas dan absorbsi beton
berpori dengan agregat batu apung dan benda uji untuk beton normal tanpa pasir
dengan agregat split dibutuhkan 12 benda uji untuk kuat tekan dan 2 buah benda
uji untuk porositas dan penyerapan (absorbsi).
Tabel 3.2 : Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Dasar Penyusun Beton
1. Tahap I
Disebut tahap persiapan. Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang
dibutuhkan dalam penelitian dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian
dapat berjalan dengan lancar.
2. Tahap II
Disebut tahap uji bahan. Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap material
penyusun beton. hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik
bahan tersebut. Selain itu untuk mengetahui apakah material tersebut
memenuhi persyaratan atau tidak.
3. Tahap III
Disebut tahap pembuatan benda uji. Pada tahap ini dilakukan pekerjaan
sebagai berikut :
a. Penetapan rancangan campuran adukan beton (mix desain)
b. Pembuatan adukan beton.
44
Pengujian Benda Uji (Uji Kuat Tekan, porositas dan absorbsi) TAHAP V
Pembahasan
Kehalusan semen portland adalah merupakan suatu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikelsemen dengan air. Dengan
semakin halus butiran semen portland, maka reaksi hidrasi semen akan semakin
cepat, karena hidrasi semen akan semakin cepat, karena hidrasi dimulai dari
permukaan butir. Semen memenuhi syarat kehalusan apabila 0 % tertahan di atas
saringan No. 100 dan maksimum 22 % tertahan di atas saringan No. 200.
Pengujian kehalusan semen dalam penelitian ini menggunakan semen PCC tiga
roda.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛
Semen jika dicampur dengan air membentuk pasta yang secara bertahap
menjadi kurang plastis, dan akhirnya menjadi kaku. Pada proses ini, tahap
pertama dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu tekanan.
Waktu umtuk mencapai tahap ini disebut sebagai waktu pengikatan, waktu
tersebut dihitung sejak air dicampur dengan semen. Waktu dari pencampuran
semen dan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu
pengikatan akhir. Pengertian waktu pengikatan awal adalah penting pada
pekerjaan beton yaitu waktu transportasi, penuangan, pemadatan, dan perataan
permukaan.
Selama pelaksanaan pengujian, alat-alat harus bebeas getaran dan jarum harus
dijaga tetap bersih dan lurus. waktu pengikatan permulaan didapat pada
penurunan 25 mm. Waktu pengikatan awal pengikatan paling cepat 45 menit,
danpaling lambat 10 jam. Suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan
tidak berpengaruh atau diabaikan.
Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah rasio antara
berat agregat dan isi / volume. Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan
bahan campuran beton, apabila jumlah bahan ditakar ditakar dengan ukuran
volume. Pengujian berat isi semen dalam penelitian ini menggunakan semen PCC
tiga roda. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan berat isi semen.
48
𝑊3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐼𝑠𝑖 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 = (𝑔𝑟/𝑐𝑚3 )
𝑉
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang terkandung
di dalam agregat perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang
diperlukan di dalam campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung
air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya. Pengujian kadar
air agregat kasar dalam penelitian ini menggunakan batu apung dari Gunung
Kelud dan split Pasuruan dengan diameter maksimal 38 mm. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air dari agregat yang di uji.
(𝑊3 − 𝑊5 )
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 = 𝑥 100 %
𝑊5
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah
kemampuan agregat untuk menyerap air dalamkondisi kering sampai dengan
kondisi jenuh permukaan kering (SSD = Saturated Surface Dry). Pengujian berat
jenis dan penyerapan agregat kasar dalam penelitian ini menggunakan batu apung
dari Gunung Kelud dan split Pasuruan dengan diameter maksimal 38 mm.
49
1. Berat jenis semu (Apparent specific gravity), yaitu perbandingan antara berat
agregat kasar kering dengan volume agregat kasar.
B2
Bj app =
(B3 + B2 − B1 )
2. Berat jenis kering (Bulk dry specific grafity), yaitu perbandingan antara berat
agregat kasar kering dengan volume agregat kasar total.
B2
𝐵𝑗 𝑏𝑢𝑙𝑘 =
(B3 + 500 − B1 )
3. Berat jenis jenuh permukaan kering SSD (Bulk specific grafity SSD),
yaituperbandingan antara berat agregat kasar jenuh dengan kondisi kering
permukaan dengan volume agregat kasar total.
500
𝐵𝑗 𝑗𝑝𝑘 =
(B3 + 500 − B1 )
4. Penyerapan (Absorbsi), yaitu perbandingan antara berat air yang diserap
dengan agregat kasar kering sehingga menunjukkan banyaknya air yang dapat
diserap oleh agregat kasar.
(500 − B2 )
𝐴𝑏𝑠 = 𝑥 100 %
B2
Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah rasio antara
berat agregat dan isi / volume. Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan
bahan campuran beton, apabila jumlah bahan ditakar ditakar dengan ukuran
volume. Pengujian berat isi agregat kasar dalam penelitian ini menggunakan batu
apung dari Gunung Kelud dan split Pasuruan dengan diameter maksimal 38 mm.
50
Tujuan dari pengujian berat isi ini adalah untuk menentukan berat isi agregat
kasar.
𝑊3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐼𝑠𝑖 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 = (𝑔𝑟/𝑐𝑚3 )
𝑉
𝐴
𝑌= 𝑥 100 %
𝐵
Dimana: Y = Berat benda uji yang tertahan di atas saringan / ayakan (%)
A = Berat benda uji yang tertahan di atas saringan / ayakan (gram)
B = Berat benda uji total (gram)
Rencana campuran beton antara semen,air dan agregat sangat penting untuk
mendapatkan kekuatan beton dengan mutu yang sesuai dengan yang diharapkan.
Perancangan campuran adukan beton yang bertujuan untuk memperoleh kualitas
beton dengan mutu yang seragam. Dalam penelitian ini rencana campuran beton
menggunakan rencana mix design beton non-pasir milik Raju, 1983 dengan
kekuatan yang direncanakan pada umur 28 hari adalah 160 kg/cm2.
51
Campuran beton pada penelitian ini dibagi menjadi 2 variasi yang dibedakan
dari jenis agregat kasarnya. Variasi campuran beton yang pertama digunakan
agregat kasar batu apung yang berasal dari Gunung Kelud Kabupaten Kediri dan
variasi yang kedua digunakan agregat kasar yaitu split dari Pasuruan yang umum
digunakan pada beton normal. Untuk mempermudah dalam pencampuran maka
setiap kelompok benda ui pada setiap variasi dibuat hitungan jumlah bahan yang
dibutuhkan. Rencana campuran beton (mix design) dan jumlah kebutuhan bahan
dalam adukan beton dapat dilihat pada lampiran B.
1. Menyiapkan material (semen, agregat kasar batu apung dan split, dan air) dan
peralatan yang akan digunakan untuk campuran beton.
2. Menyiapkan cetakan beton (membersihkan dan mengolesi cetakan dengan oli
atau minyak sayur)
3. Menimbang masing-masing material berdasarkan perhitungan mix design
beton.
4. Membuat adukan beton dengan molen pengaduk.
5. Memeriksa nilai slump, berat isi, dan kadar udara dari adukan beton tersebut.
6. Selanjutnya diadukan pengecoran dengan menuangkan adukan beton ke
dalam cetakan.
7. Kemudian dilakukan pemadatan dengan cara ditusuk dengan tongkat pemadat
dalam tiga lapis sebanyak 25 kali setiap lapisnya. Setelah cetakan terisi penuh
maka permukaan diratanak dan dibiarkan selama 24 jam.
8. Melepas benda uji dari cetakan dan diberi tanda untuk masng-masing sampel.
9. Merawat beton dengan cara merendam dalam air sampai waktu penguian.
52
Slump beton adalah kekentelan (viscocity) atau plastisitas dan kohesif beton
segar. Menurut SK SNI 1972-2008, cara pengujian nilai slump adalah sebagai
berikut :
1. Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembab, tidak menyerap
air dan kaku. Cetakan harus ditahan secara kokoh di tempat selama pengisian,
dan isi cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis kira-kira sepertiga dari volume
cetakan.
2. Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan batang pemadat.
Sebarkan penusukan secara merata di atas permukaan setiap lapisan. Untuk
lapisan bawah akan membutuhkan penusukan secara miring dan membuat
kira-kira setengah dari jumlah tusukan dekat ke batas pinggir cetakan, dan
kemudian lanjutkan penusukan vertikal secara spiral pada seputar pusat
permukaan. Padatkan klapisan bawah seluruhnya hingga kedalamannya.
Hindari batang penusuk mengenai pelat dasar cetakan. Padatkan lapisan
kedua dan lapisan atas seluruhnya hingga kedalamannya, sehingga penusukan
menembus batas lapisan dibawahnya.
3. Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di atas
cetakan sebelum pemadatan dimulai. Bila pemadatan menghasilkan beton
turun di bawah ujung atas cetakan, tambahkan adukan beton untuk tetap
menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan.
4. Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada bagian
atascetakan dengan cara menggelindingkan batang penusuk di atasnya.
5. Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat dalam arah
vertikal secara hati-hati. Angkat cetakan dengan jarak 300 mm dalam waktu 5
2 detik tanpa gerakan lateral atau torsional. Selesaikan seluruh pekerjaan
pengujian dari awalpengisian hingga pelepasan cetakan tanpa gangguan,
dalam waktu tidak lebih dari 2 ½ menit.
6. Setelah beton menunjukkan penurunan pada permukaan, ukur segera slump
dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan dan bagian
53
pusat permukaan atas beton. bila terjadi keruntuhan atau keruntuhan geser
beton pada satu sisi atau sebagian massa beton, abaikan penhujian tersebut
dan buat pengujian baru dengan porsi lain dari contoh.
Pengujian kandungan udara pada beton segar adalah proses pengujian untuk
mendapatkan nila kandungan udara pada beton segar. Nulai kandungan pada
beton segar adalah nilai banding volume udara dengan volume beton segar.
Kadar udara dalam beton dinyatakan dalam persen (%). Cara pengujian nilai
slump adalah sebagai berikut :
Bobot isi beton adalah berat beton segar per-satuan isi. Bobot isi beton (P)
didefinisikan sebagai perbandingan antara berat adukan beton dengan volume
adukan beton secara matematis:
𝑊
𝑃=
𝑉
Tujuan pengukuran bobot isi ini adalah untuk mengetahui apakah nilai bobot
isi beton sebenarnya sudah memenuhi nilai bobot isi beton rencana. Menurut SK
SNI 03-1973-1990, cara pengujian bobot isi beton adalah sebagai berikut :
Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu,
yang dihasilkan oleh mesin tekan. Berikut adalah rumus perhitungan kekuatan
tekan beton :
55
𝑃 𝑘𝑔
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 = ( 2)
𝐴 𝑐𝑚
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur
yang benar.pengujian dilakukan terhadap beton segar yang mewakili campuran
beton,bentuk benda uji adalah kubus. Menurut SK SNI 03-1974-1990, cara
pengujian bobot isi beton adalah sebagai berikut :
(𝐶 − 𝐴)
𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (%) = 𝑥 100
(𝐶 − 𝐷)
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini dipakai Microsoft Excel
untuk menyajikan data menjadi informasi yang lebih sederhana. Setelah itu
dilakukan pembahasan terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut
untuk kemudian ditarik kesimpulan.