Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem imun pada manusia berperan penting untuk mempertahankan

kondisi tubuh karena tubuh manusia secara terus – menerus terpapar oleh agen

penginfeksi yang dapat menyebabkan penyakit. Kebanyakan penyakit ataupun

ancaman dari luar lainnya dicegah masuk ke dalam tubuh oleh sistem pertahanan

tubuh manusia yang dikenal dengan sistem imun (Baratawidjaja, 2009).

Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk

mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang

dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Jika sistem kekebalan

bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri

dan virus, serta mengahancurkan sel kanker dan zat asing dalam tubuh. Jika

sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,

sehingga menyebabkan patogen dapat berkembang dalam tubuh (Yanti, 2010).

Patogen juga dapat mengganggu kerja sistem imun tubuh. Sistem imun

tubuh yang terganggu dapat menyebabkan terganggunya mekanisme respon imun

baik selular maupun humoral. Sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas

alami atau sistem imun non spesifik dan sistem imun spesifik

(Baratawidjaja, 2009).

Sistem ini membentuk antibodi yang bersirkulasi yaitu molekul globulin

yang mampu menyerang agen penginfeksi dalam darah. Antibodi adalah molekul

protein yang dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B sebagai

respon terhadap stimulasi antigen yang bersifat antigenik. Antibodi bersifat sangat

1
Universitas Sumatera Utara
spesifik dalam mengenali determinan antigenik dari suatu antigen sehingga

apabila suatu organisme mempunyai beberapa determinan antigenik, maka tubuh

akan memproduksi beberapa antibodi sesuai dengan jenis epitop yang dimiliki

oleh setiap mikroorganisme (Elfidasari, dkk., 2014).

Antigen yang telah diinduksikan ke dalam tubuh hewan akan dikenal oleh

sistem imun spesifik dengan membentuk sel B memori. Antibodi pertama yang

terbentuk adalah Imunoglubulin M (IgM). Pada hari keenam dan hari ketujuh

dalam serum mulai dapat dideteksi antibodi IgG (Emelda dkk, 2015).

Imunomodulator menjadi bagian terpenting dalam dunia pengobatan.

Imunomodulator merupakan zat ataupun obat yang dapat mengembalikan

ketidakseimbangan sistem kekebalan yang terganggu (Baratawidjaja, 2002).

Imunomodulator membantu tubuh untuk mengoptimalkan fungsi sistem imun

yang merupakan sistem utama yang berperan dalam pertahanan tubuh di mana

kebanyakan orang mudah mengalami gangguan sistem imun. Secara umum ada

dua kategori imunomodulator berdasarkan efeknya yaitu imunosuppressan

(menekan) dan imunostimulator (meningkatkan) (Djauzi, 2003).

Salah satu imunostimulator yaitu Levamisol. Levamisol digunakan sebagai

kontrol positif karena berfungsi sebagai kontrol yang memberikan efek dan akan

dibandingkan dengan ekstrak dosis 50, 100 dan 200 mg/kg bb karena levamisol

dapat merangsang pembentukan antibodi terhadap berbagai antigen,

meningkatkan respon sel T dan poliferasi (Mekeng, 2016).

Usaha pencarian tanaman yang berkhasiat sebagai imunomodulator dapat

diawali dari penggunaan tanaman tersebut secara empiris. Tanaman mahkota

dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.), suku Thymelaeaceae, merupakan

2
Universitas Sumatera Utara
salah satu tanaman asli Indonesia yang akhir-akhir ini populer sebagai tanaman

yang secara empiris mampu menyembuhkan banyak penyakit, seperti hepatitis,

kanker, tumor, reumatik, alergi, asma, dan penyakit kulit (Harmanto, 2001).

Di Jawa daun dan buah dimanfaatkan sebagai obat gatal-gatal dan eksim.

Daunnya bisa menyembuhkan disentri, alergi, dan tumor. Beberapa uji efikasi dan

keamanan beberapa ekstrak daging buah, biji, dan daun mahkota dewa telah

banyak diteliti (Widowati, 2004).

Mahkota dewa dapat dijadikan sebagai obat-obatan karena mahkota dewa

mengandung senyawa fitokimia, seperti alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin,

tanin, sterol, dan terpenoid. Senyawa fitokimia ini dikenal memiliki aktivitas

antioksidan, antimikroba, dan antikanker dalam tubuh manusia (Harmanto, 2001).

Senyawa alkaloid berfungsi sebagai detoksifikasi, menetralisir racun-racun

di dalam tubuh, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan daya tahan,

mengurangi kadar gula darah dan mengurangi penggumpalan darah. Flavonoid

berindikasi antiperadangan dan mencegah pertumbuhan kanker, serta polifenol

berfungsi sebagai antihistamin (Agoes, 2010).

Struktur senyawa yang terkandung dalam tanaman mahkota dewa masih

belum banyak yang terungkap, beberapa yang ditemukan pada daun mahkota

dewa adalah 4,5-dihidroksi,4’ metoksibensofenon-3-O-_-D-glukosida yang

kemudian diberi nama phalerin. Senyawa tersebut tidak toksik dan diduga dapat

berfungsi sebagai imunostimulan (Wahyuningsih dkk, 2005).

Aktivitas biologis phalerin lainnya yang sudah diuji antara lain sebagai

antiinflamasi ringan, phalerin bereaksi secara farmakologi melalui kemampuan

3
Universitas Sumatera Utara
menghambat XO (xanthine oxidase activity) dan LOX (lipoxygenase activity)

(Fariza, et al., 2012).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan uji efek

imunomodulator ekstrak etil asetat daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)

terhadap respon hipersensitivitas dan titer antibodi sel imun mencit jantan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

a. apakah ekstrak etil asetat daun mahkota dewa dapat mempengaruhi respon

hipersensitivitas pada mencit jantan?

b. apakah ekstrak etil asetat daun mahkota dewa dapat mempengaruhi titer

antibodi sel imun mencit jantan?

c. Apakah ekstrak etil asetat daun mahkota dewa mempunyai efek sebagai

imunostimulator?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian

ini adalah:

a. ekstrak etil asetat daun mahkota dewa dapat mempengaruhi respon

hipersensitivitas pada mencit jantan.

b. ekstrak etil asetat daun mahkota dewa dapat mempengaruhi titer antibodi

sel imun mencit jantan.

4
Universitas Sumatera Utara
c. ekstrak etil asetat daun mahkota dewa mempunyai efek sebagai

imunostimulator.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebagai berikut :

a. untuk mengetahui efek imunomodulator ekstrak etil asetat daun mahkota

dewa.

b. untuk mengetahui efek imunomodulator ekstrak etil asetat daun mahkota

dewa dengan mempengaruhi respon hipersensitivitas mencit jantan.

c. untuk mengetahui efek imunomodulator ekstrak etil asetat daun mahkota

dewa dengan mempengaruhi titer antibodi sel imun mencit jantan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. mengembangkan daun mahkota dewa menjadi suatu sediaan herbal dengan

efek imunomodulator.

b. menambah inventaris tanaman obat yang berkhasiat sebagai

imunomodulator.

5
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Perlakuan :
 Ekstrak
daun Respon Volume
mahkota hipersensitivitas pembengkakan
dewa 50;
100; 200
Mencit
mg/kg BB
jantan
 Suspensi
Levamisol
25 mg/kg Titer antibodi Hemaglutinasi
BB
 Suspensi
CMC Na
0,5%

Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian

6
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai