Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Proteksi Katodik I


PEMBIMBING : Ir. Yunus Tonapa S, M.T.

Tanggal Praktikum : 28 Maret 2019

Tanggal Penyerahan : 4 April 2019

Oleh :
Kelompok : III
Nama : 1. Faulika Gustiana Vanny NIM 171411009
2. Fitri Srikandinawati Nabila NIM 171411010
3. Gabriella Vialina P NIM 171411011
4. Hana Selvyana NIM 171411013

Kelas : 2A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
I. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh keberadaan backfill terhadap kinerja sistem proteksi anoda
korban dalam tanah.
2. Mengetahui pengaruh jarak pipa terhadap sistem proteksi anoda korban.
3. Mengetahui jarak penempatan Cupric Sulfate Electrode (CSE) terhadap
pengukuran potensial proteksi pada perpipaan.
4. Melakukan uji karakteristik sistem impressed current pada simulator dengan
pengaruh panjang groundbed yang masuk ke dalam tanah terhadap potensial
proteksi.
5. Melakukan uji karakteristik sistem impressed current pada simulator dengan
pengaruh jarak groundbed dari pipa terhadap potensial proteksi.
6. Melakukan uji karakteristik sistem impressed current pada simulator dengan
pengaruh posisi groundbed di sekitar pipa terhadap potensial proteksi.

II. Tinjauan Pustaka


2.1 Proteksi Katodik
Proteksi katodik merupakan suatu cara perlindungan korosi secara
elektrokimia dimana reaksi oksidasi pada sel galvanic dikonsentrasikan pada anoda
dan menghilangkan korosi pada katoda. Struktur yang dilindungi secara listrik dibuat
negatif sehingga bertindak sebagai katoda. Elektroda yang secara listrik dibuat positif
dan bertindak sebagai anoda hingga tercipta suatu rangkaian arus listrik searah
tertutup sebagaimana halnya sepotong logam terkorosi. Sistem ini membutuhkan
anoda, katoda, aliran lsitrik diantara keduanya dan elektrolit. Metode proteksi katodik
terdiri dari dua jenis, yaitu metode proteksi anoda korban (sacrificial anode) dan arus
paksa (impressed current)
2.2 Metoda Anoda Korban (Sacrificial Anode)
Proteksi katodik metode anoda korban dapat dilakukan dengan
menghubungkan anoda korban terhadap material yang akan diproteksi. Material yang
akan diproteksi diatur agar berperan sebagai katoda dalam suatu sel korosi dan
pasangan yang dihubungkan adalah logam lain yang memiliki potensial yang lebih
negatif sehingga berperan sebagai anoda. Elektron akan mengalir dari anoda ke
katoda melalui kabel penghubung sehingga terjadi penerimaan elektron di katoda.
Dengan adanya penerimaan elektron tersebut, katoda mengalami reaksi reduksi dan
terproteksi dari proses korosi.
Kelebihan metode anoda korban :
1) Pemasangan relatif lebih mudah dan murah
2) Tidak membutuhkan sumber energi listrik dari luar
3) Distribusi arus merata
4) Cocok untuk daerah berstruktur padat
5) Tidak membutuhkan biaya operasional
6) Perawatan mudah
7) Risiko overprotection rendah
Kekurangan metode anoda korban :
1) Keluaran arus terbatas
2) Tidak efektif bila resistivitas elektrolit tinggi
3) Tidak cocok untuk struktur besar yang perlu proteksi besar
Penentuan material yang digunakan sebagai anoda korban dilakukan
berdasarkan kemampuan material tersebut dalam menurunkan potensial logam yang
diproteksi mencapai daerah imun dengan cara membanjiri struktur dengan arus searah
melalui lingkungan. Faktor lainnya yaitu biayanya murah, mampu dibentuk sesuai
ukuran dan dapat terkorosi secara merata. Anoda korban yang biasa digunakan adalah
Magnesium (Mg), Seng (Zn) dan Aluminium (Al).
Pemakaian anoda Mg digunakan untuk lingkungan yang mempunyai
resistivitas tinggi. Hal ini disebbakan pada lingkungan ini diperlukan anoda yang
tinggi keluaran arus per satuan berat dan potensial elektrodanya sangat negatif. Anoda
Mg banyak digunakan untuk memproteksi pipa dalam tanah.
Pemakaian anoda Al banyak digunakan di lingungan air laut dan harganya
relatif murah dibandingkan anoda lain .
Pemakaian Zn merupakan anoda korban yang paling banyak digunakan di
lingkungan air laut dan mempunyai efisiensi sangat tinggi.

Anoda Resistivitas lingkungan (Ohm.cm)


Al <150
Zn 150-500
Mg >500
Tabel jenis anoda denga resistivitas lingkungan
Jenis anoda Massa jenis Potensial Tegangan Kapasitas Efisiensi
(kg/m3) (Volt/CSE) dorong (V) (AH/Kg) (%)
Al 1,7 1-1,7 0,6-0,8 2700 50
Zn 7,5 1,05 0,25 780 95
Mg 2,7 1,10 0,25 1230 95
Tabel karakteristik anoda korban

2.3 Metoda Arus Paksa (Impressed Current)


Pada metode impressed current struktur yang dilindungi mendapat supply elektron
sehingga potensialnya menjadi lebih katodik. Sistem impressed current cathodic
protection (ICCP) menggunakan anoda yang dihubungkan dengan sumber arus searah
(DC) yang dinamakan cathodic protection rectifier, dimana arus negatif dihubungkan
dengan logam yang dilindungi sedang arus positif dihubungkan dengan anoda
pembantu.
Arus yang dialirkan dapat diukur dengan mengetahui potensial logam sampai ke
daerah stabil. Anoda untuk sistem ICCP dapat berbentuk batangan tubular atau pita
panjang dari berbagai material khusus. Material ini dapat berupa high silikon cast iron
(campuran besi dan silikon), grafit, campuran logam oksida, platina dan niobium serta
material lainnya.
Tipe sistem ICCP yang umum untuk jalur pipa terdiri dari rectifier bertenaga arus
bolak-ba1lik (AC) dengan output arus DC maksimum antara 10-50 A dan 50 V.
Terminal positif dari output DC tersebut dihubungkan melalui kabel ke anoda-anoda
yang ditanam di dalam tanah. Banyak aplikasi menanam anoda hingga kedalaman 60
m (200 kaki) dengan diameter lubang 25 cm (10 inchi) serta ditimbun dengan
conductive coke (material yang dapat meningkatkan performa dan umur dari anoda).
Kelebihan penerapan sistem proteksi katodik metode arus paksa :
1) Kebutuhan arus dapat diatur secara luas sesuai kebutuhan
2) Tingkat proteks tercukupi hingga level yang sangat baik
3) Umur proteksi lebih panjang daripada anoda tumbal
4) Dapart digunakan memproteksi alat yang berukuran besar
5) Rentang proteksi dapat diatur
6) Area proteksi yang luas
7) Dapat memproteksi struktur yang tidak di coating dengan baik.
Kekurangan metoda arus paksa :
1) Dibutuhkan peralatan lain seperti trafic dan rectifier
2) Membutuhkan perawatan dan pemantauan secara berkala
3) Kemungkinan terjadinya interferensi sangat besar
4) Perlu perawatan yang baik
5) Kemungkinan terjadinya overprotection sangat besar
6) Adanya biaya tambahan untuk menjalankan energi eksternal
III. Metodologi Percobaan
3.1.Alat
3.1.1. Sacrificial Anode
1. Simulator sistem proteksi katodik anoda karbon dalam sistem perpipaan
2. Avometer
3. Elektroda CuSO4
3.1.2. Impressed Current
1. Simulator perpipaan
2. Anoda reference
3. Transformator
4. Recifer
5. Test box
6. Control panel
3.2.Prosedur Kerja
3.2.1. Sacrificial Anode
3.2.1.1. Prosedur Pengukuran Potensial Natural Pipa

Lepaskan sambungan terminal merah (dari anoda korban) dengan terminal hitam (dari
pipa) pada testbox.

Hubungkan terminal hitam (dari pipa) dengan avometer (menggunakan elektroda


pembanding CSE yang ditancapkan ke tanah)

Amati dan catat nilai potensial natural pipa yang tertera pada avometer

Sambungkan kembali ke terminal merah dengan terminal hitam pada testbox untuk
keperluan proteksi
3.2.1.2. Prosedur Pengukuram Potensial Anoda Korban

Lepaskan sambungan terminal merah (dari anoda korban) dengan terminal hitam (dari
pipa) pada testbox.

Hubungkan terminal hitam (dari anoda) dengan avometer (menggunakan elektroda


pembanding CSE yang ditancapkan ke tanah)

Amati dan catat nilai potensial natural pipa yang tertera pada avometer

Sambungkan kembali ke terminal merah dengan terminal hitam pada testbox untuk
keperluan proteksi

3.2.1.3. Prosedur Pengukuran Potensial Anoda Korban

Terminal merah (dari anoda korban) dengan terminal hitam (dari pipa) harus dalam
keadaan terhubung (proteksi sedang berjalan)

Hubungkan terminal hitam (pipa yang diproteksi) dengan avometer (menggunakan


elektroda pembanding CSE yang ditancapkan ke tanah)

Amati dan catat nilai potensial natural pipa yang tertera pada avometer

Bandingkan dengan nilai potensial standar proteksi katodik (-0.85 V/CSE)


3.2.2. Impressed Current

3.2.2.1. Pengukuran output dan input transformator

Menghubungkan Transformator dengan sumber arus

Mengukur potensial input trafo menggunakan Avometer

Set output Transformator di 220 V lalu gunakan Avometer untuk menghitung output
sebenarnya

Ulangi dengan variasi set output Transformator pada 200, 180, 160, 140, 120, hingga
100 V

3.2.2.2. Pengukuran Output Rectifier

Menghubungkan input rectifier dengan output dari Transformator

Set output rectifier pada 1.5 V dan ukur tegangan juga arus output dengan Avometer

Ulangi dengan variasi output rectifier pada 3 dan 4.5 V


3.2.2.3. Pengukuran Potensial Proteksi

Merangkai keseluruhan sistem Impressed Current

Menghubungkan output positif rectifier pada groundbed dan negatif pada pipa

Set output transformator pada 220 V dan output rectifier 3 V

Mengukur potensial proteksi pipa dengan menggunakan Avometer di setiap testbox


Impressed Current

3.2.2.4. Pengukuran Potensial Proteksi akibat Penguruh Panjang Groundbed


yang Tertancap ke dalam tanah

Lakukan variasi kedalaman penancapan groundbed mulai dari 8, 16, 24, 32, 40 hingga
56 cm

Lakukan pengukuran potensial proteksi menggunakan Avometer

Catat proteksi pada testbox yang terjatuh


3.2.2.5. Pengukuran Potensial Proteksi Akibat Pengaruh Jarak Groundbed
Terhadap Pipa

Merangkai keseluruhan sistem Impressed Current

Tancapkan groundbed dengan jarak 108 cm dari pipa

Lakukan pengukuran potensial proteksi menggunakan Avometer di semua testbox


Impressed Current

Ulangi dan variasikan jarak groundbed dari 153, 198 dan 243 cm

3.2.2.6. Pengukuran Potensial Proteksi Akibat Pengaruh Posisi Groundbed

Merangkai keseluruhan sistem Impressed Current

Tancapkan groundbed pada empat posisi berbeda

Lakukan pengukuran potensia menggunakan Avometer di semua testbox Impressed


Current
IV. Data Pengamatan
4.1 Data hasil pengukuran untuk rangkaian anoda korban
Potensial proteksi : -1.557 V
Potensial anoda korban : -1,753 V
Potensial tanpa proteksi :
Waktu Hasil Pengukuran Potensial Pipa
No
(menit) Tanpa Proteksi
1 0 -0,583 V
2 5 -0,557 V
3 10 -0,525 V
4 15 -0,519 V
5 20 -0,511 V

4.2 Data hasil pengukuran ICCP


Hasil Pengukuran
No Kedalaman groundbed
Potensial Pipa
1 Seperempat bagian -1,099 V
2 Setengah bagian -1,461 V
3 Tiga per empat bagian -1,586 V
4 Seluruh bagian untuk pipa yang dekat dari -1,696 V
groundbed
5 Seluruh bagian untuk pipa yang jauh dari -1,627 V
groundbed

4.3 Data hasil pengukuran pipa yang anoda korbannya habis dan diubah menjadi
ICCP
Potensial pipa yang anoda korbannya habis : -1,203 V
Potensial pipa setelah dirubah menjadi ICCP : -1.221 V

4.4 Hasil pengukuran testbox untuk menentukan keterhubungan pipa dengan pipa
sebelumnya
Potensial pipa kuning di depan pipa U : -0,408 V (tidak terhubung)
Potensial pipa kuning di samping pipa U : -1,075 V (terhubung)
4.5 Data hasil pengukuran pipa dan jembatan
Potensial pipa di ujung kiri : -1,213 V
Potensial pipa di ujung kanan : -1,197 V
Potensial jembatan tanpa kebocoran arus : -0,244 V
Potensial pipa dengan kebocoran arus : -1,220 V

4.6 Data hasil pengukuran pipa kuning dengan atau tanpa insulating joint
Pipa tanpa isolasi (bawah) : -1,228 V
Pipa tanpa isolasi (tengah) : -1,228 V
Pipa dengan isolasi (atas) : -0,600 V

V. Pengolahan Data
5.1 Grafik Potensial Pipa Tanpa Proteksi terhadap waktu

Potensial Pipa Tanpa Proteksi terhadap Waktu

-0.59
-0.58
-0.57
Potensial Pipa (V)

-0.56
-0.55
-0.54
-0.53
-0.52
-0.51 0 5 10 15 20
-0.5 Waktu (menit)

5.2 Grafik Potensial Pipa terhadap Kedalaman groundbed

Potensial Pipa terhadap kedalaman groundbed

-1.8
Potensial Logam (V)

-1.6

-1.4

-1.2
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
-1 Kedalaman groundbed (bagian)
VI. Pembahasan
Pertama, dilakukan pengukuran potensial pipa terproteksi katodik dengan cara
anoda korban, di dapatkan nilai -1.557 V sebagai potensial pipa terproteksi.
Setelahnya rangkaian proteksi dibuka dan diukur potensial anoda korbannya,
didapatkan nilai -1,753 V, sedangkan untuk pengukuran potensial pipa tanpa proteksi
(potensial pipa natural) dilakukan tiap 5 menit hingga nilai stabil, dari grafik dapat
diketahui bahwa potensial pipa menjadi lebih besar dari potensial pipa proteksi
katodik yakni sekitar -0,510 V dari seharusnya -0,85 V/CSE, hal ini menunjukkan
bahwa pipa tidak terproteksi dan jika dibiarkan akan terkorosi.
Kedua, dilakukan pengukuran potensial pipa dengan perlindungan katodik
dengan menggunakan ICCP, untuk membedakan proteksi katodik pipa dilakukan
dengan metode ICCP atau anoda korban dapat dilakukan dengan melihat testbox, jika
hanya terdapat satu kabel maka proteksi katodik dilakukan dengan ICCP sedangkan
bila terdapat 3 kabel maka proteksi katodik dilakukan dengan metode anoda korban.
Hasil pengukuran potensial pipa dengan perlindungan katodik metode ICCP
dilakukan dengan memvariasikan kedalaman groundbed. Dari grafik didapatkan
bahwa semakin dalam groundbed maka potensial sel yang didapatkan semakin
negatif, hal ini menunjukkan bahwa pipa semakin terproteksi saat groundbed tertanam
lebih dalam. Selain itu, dilakukan pula pengukuran testbox yang posisinya agak jauh
dari groundbed didapat hasil pengukuran potensialnya menjadi lebih besar (lebih
positif) yang berarti arus yang masuk lebih kecil dibandingkan pada pipa yang dekat
dengan groundbed.
Ketiga, dilakukan pengukuran potensial pipa yang semula diproteksi dengan
anoda korban, namun anoda korbannya habis, sehingga untuk tetap memproteksi pipa
dari korosi dilakukan perindungan katodik dengan menggunakan metode ICCP. Jika
sejak semula digunakan metode ICCP, perlindungan katodik tidak dapat diubah
menjadi metode anoda korban.
Keempat, dilakukan pengukuran potensial pipa di berbagai testbox, didapat
potensial pipa yang jauh berbeda dengan pipa sebelumnya, hal ini terjadi karena pipa
tidak saling terhubung. Di lapangan, cara ini umum dilakukan untuk menentukan
apakah pipa yang diuji masih merupakan pipa milik kita atau orang lain.
Kelima, di lapangan biasanya terdapat pipa yang dekat dengan jembatan,
seringkali terjadi kebocoran arus dari pipa ke jembatan dan untuk mendeteksinya
dilakukan pengukuran pipa di ujung kanan dan kiri, jika potensialnya sama maka
tidak terjadi kebocoran arus, akan tetapi jika berbeda maka terjadi kebocoran arus ke
jembatan. Untuk mencegah terjadinya kebocoran arus pipa mesti dilapisi dengan pipa
Poly Vinil Cholride (PVC).
Keenam, dilakukan pengukuran pipa dengan sambungan, didapatkan hasil
apabila pipa yang disambung tidak menggunakan insulating joint maka potensial pipa
sebelum dan setelah sambungan akan sama, akan tetapi jika digunakan insulating
joint maka potensial pipa sebelum dan setelah sambungan akan berbeda. Biasanya
digunakan apabila diameter pipa setelah dan sebelum sambungan berbeda.

VII. Simpulan
7.1 Hasil pengukuran untuk rangkaian anoda korban
Potensial proteksi : -1.557 V
Potensial anoda korban : -1,753 V
Potensial tanpa proteksi :
Waktu Hasil Pengukuran Potensial Pipa
No
(menit) Tanpa Proteksi
1 0 -0,583 V
2 5 -0,557 V
3 10 -0,525 V
4 15 -0,519 V
5 20 -0,511 V

7.2 Hasil pengukuran ICCP


Hasil Pengukuran
No Kedalaman groundbed
Potensial Pipa
1 Seperempat bagian -1,099 V
2 Setengah bagian -1,461 V
3 Tiga per empat bagian -1,586 V
4 Seluruh bagian untuk pipa yang dekat dari -1,696 V
groundbed
5 Seluruh bagian untuk pipa yang jauh dari -1,627 V
groundbed
7.3 Hasil pengukuran pipa yang anoda korbannya habis dan diubah menjadi ICCP
Potensial pipa yang anoda korbannya habis : -1,203 V
Potensial pipa setelah dirubah menjadi ICCP : -1.221 V

7.4 Hasil pengukuran testbox untuk menentukan keterhubungan pipa dengan pipa
sebelumnya
Potensial pipa kuning di depan pipa U : -0,408 V (tidak terhubung)
Potensial pipa kuning di samping pipa U : -1,075 V (terhubung)

7.5 Hasil pengukuran pipa dan jembatan


Potensial pipa di ujung kiri : -1,213 V
Potensial pipa di ujung kanan : -1,197 V
Potensial jembatan tanpa kebocoran arus : -0,244 V
Potensial pipa dengan kebocoran arus : -1,220 V

7.6 Data hasil pengukuran pipa kuning dengan atau tanpa insulating joint
Pipa tanpa isolasi (bawah) : -1,228 V
Pipa tanpa isolasi (tengah) : -1,228 V
Pipa dengan isolasi (atas) : -0,600 V

VIII. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai