Anda di halaman 1dari 4

Kuiz Hukum dan Peraturan

Tahun Ajaran 2018/2019

Kasus Buruh Migran, Gaji Tak Dibayar Hingga


Trafficking
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Solidaritas Perempuan mengungkapkan, ada 66 laporan kasus
kekerasan dan pelanggaran hak pada perempuan buruh migran sepanjang tahun 2016. Dari jumlah
tersebut, laporan didominasi persoalan gaji yang tak pernah dibayar hingga trafficking.

Koordinator Penanganan Kasus Solidaritas Perempuan Nisaa Yura mengatakan, kekerasan maupun
pelanggaran hak yang diterima perempuan buruh migran, khususnya Pembantu Rumah Tangga (PRT)
terjadi lantaran minim perlindungan dari pemerintah Indonesia. "Indonesia selama ini menuntut negara
tujuan untuk melindungi. Tapi Indonesia sendiri tidak punya bentuk perlindungan yang spesifik," ujar
Nisaa di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Kamis (5/1).

Status PRT, kata Nisaa, belum diakui sebagai sebuah pekerjaan layaknya jenis pekerjaan lain. Hal ini
membuat hak-hak ketenagakerjaan PRT terus dilanggar dan sulit mendapat keadilan.
Pelatihan yang diberikan perusahaan penyalur tenaga kerja selama juga dinilai tak efektif bagi PRT
tersebut. Menurut Nisaa, para PRT hanya diajarkan hal-hal teknis terkait pekerjaan namun tak dijelaskan
hak-hak ketenagakerjaan mereka.

"Harusnya ada informasi soal hak tenaga kerja selama mereka ikut pelatihan. Selama ini pelatihan hanya
soal rumah tangga," katanya. Tak heran, lanjut Nisaa, ada perbedaan cukup signifikan soal pengetahuan
hak tenaga kerja PRT di Arab Saudi dengan mereka yang bekerja di Hong Kong. Nisaa berkata, para
majikan di Arab Saudi umumnya membatasi akses keluar rumah bagi PRT mereka. Sedangkan di Hong
Kong para PRT lebih dimudahkan karena masih boleh keluar dari rumah dan berkumpul dengan rekan
sesama PRT.

"Sehingga pemahaman mereka soal hak tenaga kerja ini muncul dari kumpul-kumpul itu," terangnya.
Sementara itu, moratorium pengiriman tenaga kerja ke luar negeri dianggap tak efektif. Moratorium
tersebut dinilai hanya menjadi penyelesaian instan yang ingin dilakukan pemerintah. Selain itu, kebijakan
ini juga bertentangan dengan Konvensi Migran 90 pasal 8 ayat 1 yang menyebutkan, para pekerja migran
dan anggota keluarganya harus bebas meninggalkan negara mana pun termasuk negara asalnya.

Apalagi belum semua calon perempuan buruh migran memahami soal moratorium tersebut. Hal ini yang
kemudian dimanfaatkan sejumlah pihak untuk menyalurkan para calon perempuan buruh migran itu ke
luar negeri secara ilegal. Pihaknya menemukan peningkatan jumlah kasus penempatan buruh migran yang
tidak melalui jalur resmi. Para calonperempuan buruh migran perempuan ini pun bersedia dengan alasan
himpitan ekonomi dan sempitnya lapangan pekerjaan di tempat kelahiran mereka.

"Negara tidak mampu menjamin kesejahteraan. Jadi wajar mereka bekerja sebagai PRT di luar negeri,"
tutur Nisaa.

Sementara itu sejumlah alasan menjadi pemicu para perempuan memilih mengadu nasib sebagai PRT di
luar negeri. Anggota Solidaritas Perempuan, Andriyeni, mengatakan, banyak perempuan buruh migran
yang bekerja sebagai PRT untuk membantu kondisi keuangan keluarga. Alih-alih mendapatkan
penghasilan, para PRT mesti rela tak digaji hingga berbulan-bulan.

Ia menyebutkan, ada seorang PRT asal Karawang yang tak digaji hingga disiksa secara fisik saat bekerja
di Arab Saudi. Bahkan ketika kembali ke Indonesia, PRT itu harus pulang tanpa uang dengan kondisi
mata buta sebelah.

"Setelah berjuang lima tahun akhirnya dia dapat gaji dengan bantuan mediasi dari Kementerian Tenaga
Kerja," tuturnya.

Penyalur jasa tenaga kerja, lanjutnya, tak jarang melakukan kecurangan pada perempuan buruh migran
ini. Hal ini membuat perempuan buruh migran terjebak dalam trafficking. Hal ini dimulai dari manipulasi
visa, perpanjangan kontrak, pemalsuan identitas, penyekapan, pemotongan gaji, hingga penipuan yang
berujung pada eksploitasi perempuan buruh migran.

Andriyeni menyayangkan lambatnya respons dari pemerintah terkait permasalahan ini. Sejumlah
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah justru minim perlindungan dan mendiskriminasi hak asasi para
perempuan buruh migran.

Pemerintah, kata dia, mesti memperbaiki mekanisme penanganan kasus buruh migran dengan sistem satu
atap. "Kami mesti mendesak terus supaya instansi bisa maksimal beri perlindungan," ucapnya.

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170105183350-20-184399/kasus-buruh-migran-gaji-tak-
dibayar-hingga-trafficking

Pertanyaan :

1. Kasus di atas bersangkutan dengan Undang-Undang jenis apa? (sebutkan detilnya)


2. Di pasal manakah dari undang-undang tersebut yang mengatur tentang kasus di atas?
3. Bagaimanakah sanksi pelanggar Undang-Undang pada kasus diatas ?
4. Bagaimana upaya Pemerintah seharusnya dalam melindungi Tenaga Kerja Indonesia?
Pentingnya melindungi Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) dalam sebuah bisnis
By admin | Bisnis, Merek, Patent, Startup | 1 comment | 1 Mei, 2015 | 3

Setiap bisnis tentunya tidak pernah lepas dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) seperti merek dan patent. Di era
digital dan global ini, melindungi sebuah merek dagang serta patent sangat penting. Sejarah sudah
membuktikan bahwa banyak sekali bisnis yang tumbuh besar dan meraup keuntungan yang sangat besar
karena mereka mampu memanfaatkan kekuatan merek dan invention mereka. Sebut perusahaan Apple dan
Samsung yang memiliki puluhan bahkan ratusan paten sehingga mereka dapat menciptakan produk-produk
yang revolusioner sehingga menjadi perusaahaan teknologi terkemuka di dunia. Apple dan Samsung sama-
sama mampu melindungi hasil penemuan-penemuan mereka dengan Paten, dan bahkan tak tanggung-
tanggung, mereka menempuh berbagai jalur hukum untuk melindungi Paten mereka seperti Sengketa Apple
dan Samsung terkait fungsi untuk koreksi ejaan otomatis Perangkat Apple.

Selain melalui paten, perusahaan juga dapat meraih keuntungan dengan memanfaatkan merek. Merek tidak
hanya menjadi simbol pembeda antar produk, tetapi sudah menjadi sebuah definisi harga sebuah produk.
Merek dapat menjadikan sebuah produk menjadi memiliki nilai yang berlipat ganda. Lihat saja produk-produk
mainan anak-anak sampai perangkat rumah tangga yang bertemakan Hello kitty dapat berharga lebih mahal
daripada produk tanpa gambar. Hal tersebut juga berlaku untuk produk-produk lain seperti pakaian. Apabila
sekilas kita melihat pakaian Zara pasti kita akan mengasumsikan bahwa pakaian tersebut mahal.

Kekuatan dari setiap merek tentu saja tidak lahir begitu saja melainkan melalui sebuah proses panjang mulai
dari kualitas produk itu sendiri sampai branding dan marketing yang akhirnya membentuk dan memposisikan
merek tersebut di benak masyarakat. Pada titik ini lah akhirnya kita baru sadar bahwa sangat penting untuk
melindungi merek tersebut. Dengan melindungi merek kita melalui Hak Kekayaan Intelektual (HKI), maka
kita dapat memanfaatkan semua kekuatan merek untuk bisnis kita.

Sumber : http://startuphki.com/pentingnya-melindungi-hak-kekayaan-intelektual-hki-dalam-sebuah-bisnis/

Pertanyaan :
1. Apa saja yang tergolong Hak Kekayaan Intelektual?
2. Prinsip apakah yang terdapat dalam Hak Kekayaan Intelektual dan jelaskan secara detil
3. Dari kasus diatas, Undang-Undang apa saja yang berkaitan sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan?

Anda mungkin juga menyukai