TINJAUAN PUSTAKA
1
dan berulangkali, komunikasi minimal, reaksi ada berupa gerakan
menolak sakit dan mengerang
Koma adalah gangguan kesadaran yang berat, pasien tampak tidur
dalam tanpa dapat dibangunkan dan tidak ada reaksi terhadap berbagai
rangsangan.
1. Gangguan metabolik/fungsional
Gangguan ini antara lain berupa keadaan
hipoglikemik/hiperglikemik, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi
2
ginjal, gangguan keseimbangan elektrolit, intoksikasi obat-obatan,
intoksikasi makanan serta bahan-bahan kimia, infeksi susunan saraf
pusat.
Tabel 1. Penyebab Metabolik atau Toksik pada Kasus Penurunan Kesadaran
No Penyebab metabolik atau Keterangan
sistemik
1 Elektrolit imbalans Hipo- atau hipernatremia, hiperkalsemia, gagal ginjal
dan gagal hati.
2 Endokrin Hipoglikemia, ketoasidosis diabetik
3 Vaskular Ensefalopati hipertensif
4 Toksik Overdosis obat, gas karbonmonoksida (CO)
5 Nutrisi Defisiensi vitamin B12
6 Gangguan metabolik Asidosis laktat
7 Gagal organ Uremia, hipoksemia, ensefalopati hepatik
3
dengan kata lain ternyata di samping hal di atas ada mekanisme
nonspesifik lain yang dapat mempengaruhi kesadaran.4
Hal ini diperjelas oleh penemuan Moruni dan Mogoun pada tahun
1949 tentang suatu daerah tambahan pada formasio rektikulatis yang
terletak di bagian netral batang otak, yang bila dirangsang akan
menimbulkan aktivasi umum yang nonspesifik pada korteks serebri, yang
disebut sebagai Sistem Aktivasi Rektikuler Asendens (ARAS -
Ascendence Retricular Activating System). Sistem ini mencakup daerah-
daerah di tengah batang otak, meluas mulai dari otak tengah sampai
hipotalamus dan ralamus, dan menjabarkan bahwa struktur-struktur
tersebut mengirimkan transmisi efek-efek fisiologis difus ke korteks baik
secara langsung maupun tidak langsung, dalam peranannya terhadap
arousal kesadaran.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital : perhatikan jalan nafas, tipe pernafasannya dan
perhatikan tentang sirkulasi yang meliputi: tekanan darah, denyut
nadi dan ada tidaknya aritmia.
4
b. Bau napas dan pola napas: bau napas dapat memberi petunjuk
adanya proses patologik tertentu misalnya uremia, ketoasidosis,
intoksikasi obat, dan bahkan proses kematian yang sednag
berlangsung.
Pemeriksaan pola pernafasan berupa:
Cheyne-Stokes (pernapasan apnea, kemudian berangsur bertambah
besar amplitudonya)→gangguan hemisfer dan atau batang otak
bagian atas
Kussmaul (pernapasan cepat dan dalam) →gangguan di tegmentum
(antara mesensephalon & pons)
Apneustik (inspirasi dalam diikuti penghentian ekspirasi selama
waktu yang lama) → gangguan di pons
Ataksik (pernapasan dangkal, cepat, tak teratur) →gangguan di
fomartioretikularis bagian dorsomedial & medula Oblongata.
c. Pemeriksaan kulit : perlu diamati tanda – tanda trauma, stigmata
kelainan hati dan stigmata lainnya termasuk krepitasi dan jejas
suntikan. Pada penderita dengan trauma, kepala pemeriksaan leher
itu, harus dilakukan dengan sangat berhati – hati atau tidak boleh
dilakukan jikalau diduga adanya fraktur servikal. Jika kemungkinan
itu tidak ada, maka lakukan pemeriksaan kaku kuduk dan lakukan
auskultasi karotis untuk mencari ada tidaknya bruit.
d. Kepala : perhatikan ada tidaknya hematom, laserasi dan fraktur.
e. Leher : perhatikan kaku kuduk dan jangan manipulasi bila dicurigai
fraktur servikal (jejas, kelumpuhan 4 ekstremitas, trauma di daerah
muka).
f. Toraks/abdomen dan ekstremitas : perhatikan ada tidaknya fraktur.
g. Pemeriksaan fisik neurologis : pemeriksaan fisik neurologis
bertujuan menentukan kedalaman koma secara kualitatif dan
kuantitatif serta mengetahui lokasi proses koma.
3. Pemeriksaan Penunjang
5
a. Pemeriksaan laboratorium ada yang bersifat segera, ada yang bersifat
terencana. Pemeriksaan laboratorium yang bersifat segera pada
umumnya meliputi pemeriksaan glukosa darah, jumlah leukosit,
kadar hemoglobin, hematokrit, dan analisis gas darah. Pada kasus
tertentu (meningitis, ensefalitis, perdarahan suabarahnoid)
diperlukan tindakan pungsi lumbal dan kemudian dilakukan analisis
cairan serebrospinal.
b. Pemeriksaan radiologik dalam penanganan kasus koma tidak
selamanya mutlak perlu. CT scan akan sangat bermanfaat pada
kasus-kasus neoplasma, abses, trauma kapitis, dan hidrosefalus.
Koma metabolik pada umumnya tidak memerlukan pemeriksaan CT
scan kepala.
c. Pemeriksaan elektrofisiologi pada kasus koma bersifat terbatas
kecuali pemeriksaan EKG. Pemeriksaan eko-ensefalografi bersifat
noninvasif, dapat dikerjakan dengan mudah, tetapi manfaat
diagnostiknya terbatas. Apabila ada CT scan maka pemeriksaan
ekoensefalografi tidak perlu dikerjakan. Pemeriksaan
elektroensefalografi terutama dikerjakan pada kasus mati otak (brain
death).
6
3. Brain. Usahakan untuk mengurangi edema otak yang timbul. Bila
penderita kejang sebaiknya diberikan difenilhidantoin atau
karbamezepin. Bila perlu difenilhidantoin diberikan intravena secara
perlahan.
4. Bladder. Harus diperhatikan fungsi ginjal, cairan, elektrolit, dan
miksi. Kateter harus dipasang kecuali terdapat inkontinensia urin
ataupun infeksi.
5. Bowel. Makanan penderita harus cukup mengandung kalori dan
vitamin. Pada penderita tua sering terjadi kekurangan albumin yang
memperburuk edema otak, hal ini harus cepat dikoreksi. Bila terdapat
kesukaran menelan dipasang sonde hidung. Perhatikan defekasinya
dan hindari terjadi obstipasi.
Penatalaksanaan berdasarkan etiologi, secara singkat akan
diuraikan berdasarkan urutan SEMENITE11, yaitu:
1. Pada gangguan sirkulasi:
a. Pada perdarahan subaranoidal diberikan Asam traneksamat 4 x 1 gr
iv perlahan-lahan selama 2 minggu, dilanjutkan peroral selama 1
minggu untuk mencegah kemungkinan rebleeding dan diberikan pula
Nimodipin (ca blocker) untuk mencegah vasospasme. Setelah 3
minggu sebaiknya dilakukan arteriografi untuk mencari penyebab
perdarahan, dan bila mungkin diperbaiki dengan jalan operasi.
b. Pada perdarahan intraserebral prinsip pengobatan sama seperti
diatas dan dilakukan tindakan pembedahan hanya bila perdarahan
terjadi di lokasi tertentu, misalnya serebelum.
c. Pada infark otak dapat disebabkan oleh karena trombosis maupun
emboli. Pengobatan infark akut dapat dibagi dalam 3 kelompok berupa
pengobatan terhadap edema otak dengan mannitol; pengobatan untuk
memperbaiki metabolisme otak dengan citicholine; Pemberian obat
antiagregasi trombosit dan antikoagulan.
3. Pada gangguan metabolisme:
Koma karena gangguan metabolime harus diobati penyakit primernya.
Penatalaksanaannya tergantung pada keadaan yang menyebabkan
7
gangguan pada fungsi metabolisme di otak contohnya seperti pada
penyakit diabetes melitus yang menyebabkan ketoasidosis
metabolisme atau gagal ginjal yang menyebabkan ensefalopati
uremikum.
8
Gambar 2. Algoritma Tatalaksana Pada Pasien Penurunan Kesadaran.
9
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. F
Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 16 Juni 1966
Usia : 52 tahun
Agama : Islam
Nomor rekam medis : 00.09.71.47
Tanggal masuk RS : 11 November 2018
Informasi diperoleh dengan alloanamnesis dari istri pasien.
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Penurunan kesadaran
10
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat serupa pada anggota keluarga lainnya (-), riwayat HT (-), riwayat DM
(+).
Riwayat Kebiasaan:
Pasien gemar makan makanan yang manis. Pasien jarang berolahraga. Pasien
memiliki kebiasaan merokok sewaktu muda. Kebiasaan minum alkohol disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : E2M3VETT = 5 (Stupor)
Tanda Vital:
Laju nadi : 111 kali/menit
Laju napas : 14 kali/menit
Suhu : 37,30C
SpO2 : 81%
Tekanan darah : 170 / 100 mmHg
Status Generalis:
Sistem Deskripsi
Kulit Warna sawo matang, lesi (-)
Kepala Normosefali, hematom (-)
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Mata Pupil bulat, isokor, 3.0mm/3.0mm
RCL/RCTL (+/+)
THT Dalam batas normal
Kaku kuduk (-)
Leher JVP meningkat (-)
Pembesaran KGB (-)
Dada Bentuk normal simetris, retraksi (-), barel chest (-)
11
Precordial bulging (-)
Inspeksi: dinding dada simetris saat statis dan dinamis, luka
(-), tumor (-), retraksi (-)
Paru-paru Palpasi: chest expansion simetris kanan dan kiri
Perkusi: sonor (+)
Auskultasi: vesikuler +/+, ronkhi +/+, wheezing -/-
Iktus kordis tidak terlihat
Bunyi jantung S1 & S2 reguler
Jantung
Murmur (-), gallop (-)
Batas jantung dalam batas normal
Inspeksi: datar
Auskultasi: BU (+) normal
Abdomen
Perkusi: timpani pada seluruh kuadran abdomen
Palpasi: supel, NT (-), hepatomegali (-)
Genitalia &Anus Tidak dilakukan pemeriksaan
KGB Pembesaran KGB (-)
Ekstremitas Akral hangat, CRT > 2 detik, edema (-)
Kaku kuduk (-)
N. I. Olfactorius: sulit dinilai
N. II. Opticus: funduskopi tidak dilakukan
N. III. Occulomotorius, N. IV. Trochlearis, N. VI
Abducens: pupil bulat, isokor, 3 mm / 3 mm, RCL +/+,
RCTL +/+
N. V. Trigeminus: tidak dilakukan
Neurologis N. VII. Facialis: wajah simetris
N. VIII. Octavius: tidak dilakukan
N. IX. Glossopharyngeus, N. X. Vagus: gag reflex (+),
batuk (+)
N. XI. Accesorius: tidak dilakukan
N. XII. Hypoglossus: tidak dilakukan
Motorik: Lateralisasi ke kanan
12
Refleks fisiologis: 2+ 1+
2+ 3+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
Pemeriksaan 11/11/18 12/11/18 13/11/18 14/11/18 15/11/18 Nilai
Normal
Hematologi (Darah)
Hb (g/dL) 13,5 12,2 14-16
Leu (ribu/uL) 13,8 14,4 5-10
Ht (%) 40,6 36,6 40-48
Trombosit 492 422 150-400
(ribu/uL)
Analisis Gas Darah
pH darah 7,512 7,504 7,485 7,35-
7,45
PCO2 27,5 25,3 23,4 36-45
(mmHg)
PO2 (mmHg) 56,3 271,1 110,1 70-99
Saturasi O2 92,1 99,9 98,8
(%)
Base Excess 1,0 -0,9 -3,5 -2,5-2,5
(mmol/L)
HCO3 22,2 20,1 17,8 21-25
(mmol/L)
TCO2 23,1 20,9 18,5 21-27
(mmol/L)
Konsentrasi 17,4 19,2 15,8
O2 (Vol %)
Elektrolit
Na (mmol/L) 133 136 139 136-145
K (mmol/L) 2,8 3,3 4,2 3,5-5,1
13
Cl (mmol/L) 97 102 108 99-111
Ca(mg/dL) 5,64 8,86 8,8-10,3
P (mg/dL) 2,5-5
Kimia Klinik
GDS (mg/dL) 15 270 257 204 183 < 200
Ureum 24 40 15-45
(mg/dL)
Kreatinin 1,26 1,37 0,7-1,1
(mg/dL)
Laboratorium:
Pemeriksaan 16/11/18 17/11/18 18/11/18 19/11/18 20/11/18 Nilai
Normal
Hematologi (Darah)
Hb (g/dL) 11,9 10,5 14-16
Leu (ribu/uL) 14,9 9,8 5-10
Ht (%) 35,3 32,5 40-48
Trombosit 434 125 150-400
(ribu/uL)
Analisis Gas Darah
pH darah 7,532 7,35-
7,45
PCO2 31,9 36-45
(mmHg)
PO2 (mmHg) 153,2 70-99
Saturasi O2 99,6
(%)
Base Excess 5,4 -2,5-2,5
(mmol/L)
14
HCO3 27,0 21-25
(mmol/L)
TCO2 28,0 21-27
(mmol/L)
Konsentrasi 19,1
O2 (Vol %)
Elektrolit
Na (mmol/L) 133 136-145
K (mmol/L) 3,2 3,5-5,1
Cl (mmol/L) 100 99-111
Ca(mg/dL) 8,86 8,8-10,3
P (mg/dL) 2,5-5
Kimia Klinik
GDS (mg/dL) 161 174 192 154 < 200
Ureum 41 48 15-45
(mg/dL)
Kreatinin 1,21 1,07 0,7-1,1
(mg/dL)
Laboratorium:
Pemeriksaan 21/11/18 22/11/18 23/11/18 Nilai
Normal
Hb (g/dL) 12,5 14-16
Leu (ribu/uL) 9,2 5-10
Ht (%) 37,3 40-48
Trombosit 625 150-400
(ribu/uL)
pH darah 7,35-
7,45
15
PCO2 36-45
(mmHg)
PO2 (mmHg) 70-99
Saturasi O2
(%)
Base Excess -2,5-2,5
(mmol/L)
HCO3 21-25
(mmol/L)
TCO2 21-27
(mmol/L)
Konsentrasi
O2 (Vol %)
Na (mmol/L) 135 136-145
K (mmol/L) 4,1 3,5-5,1
Cl (mmol/L) 100 99-111
Ca(mg/dL) 10,2 8,8-10,3
P (mg/dL) 2,5-5
GDS (mg/dL) 119 178 197 < 200
Ureum 45 15-45
(mg/dL)
Kreatinin 0,90 0,7-1,1
(mg/dL)
16
EKG (24/10/18):
Irama : sinus
HR : 100 x/menit
Axis : normal
Gelombang P : p pulmonal
PR interval : normal
QRS kompleks : tidak ada Q patologis
R di V5 < 25 mm
R pada V5 + S pada V1 < 35 mm
R wave progression baik
ST segmen : ST depresi pada lead I, aVL, V5, V6
QT interval : normal
Gelombang T : normal
Kesan: Old miocard infarc lateral
17
DIAGNOSIS KERJA
Penurunan kesadaran
o Susp. et causa ensefalopati metabolik
o DD/ CVD hemoragik
TATALAKSANA
Pada pasien telah diinstruksikan untuk pemberian:
- Inf. I NS 0,9%/24 jam
- Levofloxacin IV 1x 750 mg
- Domperidone IV 3 x 10 mg
- Omeprazole IV 1 x 40 mg
- Amlodipine 1 x 10 mg PO (pagi)
- Candesartan 1 x 16 mg PO (malam)
- Sucralfat syr. 3 x 1 C PO
- Nicardipine 10 mg/jam SP
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia
18
FOLLOW UP
12/11/18 S penurunan kesadaran,
O KU: TSB GCS: E3M4VETT
TD: 115/74 mmHg
N: 95 x/menit
RR: 16 on venti mode V CMV PEEP 5
S: 36,6oC
Rangsang meningen: kaku kuduk (-) , kernig +/+ , laseque +/+
N. Cranialis:
N. I. Olfactorius: sulit dinilai
N. II. Opticus: funduskopi tidak dilakukan
N. III. Occulomotorius, N. IV. Trochlearis, N. VI Abducens:
pupil bulat, isokor, 3 mm / 3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
N. V. Trigeminus: tidak dilakukan
N. VII. Facialis: wajah simetris
N. VIII. Octavius: tidak dilakukan
N. IX. Glossopharyngeus, N. X. Vagus: gag reflex (+), batuk
(+)
N. XI. Accesorius: tidak dilakukan
N. XII. Hypoglossus: tidak dilakukan
Motorik: Lateralisasi ke kiri > kanan
Refleks fisiologis: 2+ 1+
2+ 3+
Refleks patologis: Chaddock +/+ , Babinski +/+
A Penurunan kesadaran ec hipoglikemi
Susp. CVD hemoragik
Pneumonia
P Pasang monitor, pantau tensimeter
Inf. II D10%/24 jam
Levofloxacin IV 1x 750 mg
Omeprazole IV 1 x 40 mg
Ca Gluconas IV 3 x 1 gr
19
Paracetamol IV 3 x 1 gr K/P
Domperidone 3 x 10 mg PO
Amlodipine 1 x 10 mg PO
Candesartan 1 x 16 mg PO
KSR 3 X 3 tab PO
Sucralfat syr. 3 x 1 C PO
Konsul jantung
Konsul paru
CT scan kepala
13/11/18 S penurunan kesadaran (+),
O KU: TSB GCS: E3M4VETT
TD: 153/84 mmHg
N: 120 x/menit
RR: 12 on venti mode VCMC PEEP 5
S: 37,7oC
Saturasi: 94%
N. III, IV, VI: pupil bulat, isokor 2 mm/2 mm, RCL +/+, RCTL
+/+
Motorik: lateralisasi dextra
A penurunan kesadaran e.c. hipoglikemi
susp CVD hemoragik
Pneumonia
P Periksa elektrolit darah, ureum, kreatinin
Periksa GDS /4jam
IVFD II NS 0,9%/24 jam
Inhalasi ventolin+pulmicort 1x/ 24 jam
Levofloxacin IV 1x 750 mg
Omeprazole IV 1 x 40 mg
Ca Gluconas IV 2 x 1 amp (dalam NaCl 100ml)
Paracetamol IV 3 x 1 gr K/P
Domperidone 3 x 10 mg PO
20
Amlodipine 1 x 10 mg PO
Candesartan 1 x 16 mg PO
KSR 3 X 3 tab PO
Sucralfat syr. 3 x 1 C PO
Diet : SV 6 X 150cc
14/11/18 S penurunan kesadaran,
O KU: TSB GCS: E3M5Vafasia
TD: 150 / 80 mmHg
N: 136 x / menit
S: 37,5oC
RR: 24 on venti mode spontan F1O2 50 PEEP 5
Saturasi O2: 100%
Motorik: kesan lateralisasi sinistra
Reflex patologis: Babinski -/+
N. III, IV, VI: pupil bulat, isokor 2 mm/2 mm, RCL +/+, RCTL
+/+
A penurunan kesadaran e.c. hipoglikemik
susp CVD hemoragik
Pneumonia
P Periksa albumin
Konsul mata
Konsul fisiotherapy
Periksa GDS /6 jam
IVFD II NS 0,9%/24 jam
Inhalasi ventolin+pulmicort 3x/ 24 jam
Levofloxacin IV 1x 750 mg
Omeprazole IV 1 x 40 mg
Ca Gluconas IV 2 x 1 amp (dalam NaCl 100ml) - stop
Paracetamol IV 3 x 1 gr K/P
Domperidone 3 x 10 mg PO
Amlodipine 1 x 10 mg PO
Candesartan 1 x 16 mg PO
21
KSR 3 X 3 tab PO
Sucralfat syr. 3 x 1 C PO
Diet : SV 6 X 150ccIntubasi
22
N: 101 x/menit
S: 37,2oC
RR: 21 on venti mode V SIMV
Mata: RCL +/+, RCTL +/+, anisokor 3mm/2mm, lensa OD
terlihat putih
Thoraks: Rh +/+, Wh-/-, bunyi jantung I&II regular,murmur -,
gallop -
A penurunan kesadaran e.c. hipoglikemi
susp CVD hemoragik
Pneumonia
P Periksa H2TL, elektrolit, ureum, creatinin
IVFD III NS 0,9% / 24 jam
Inhalasi ventolin+pulmicort 3x/ 24 jam
Meropenem IV 3 x 1 gr
Omeprazole IV 1 x 40 mg
Paracetamol IV 3 x 1 gr K/P
Domperidone 3 x 10 mg PO
Amlodipine 1 x 10 mg PO
Candesartan 2 x 16 mg PO
KSR 3 X 1 tab PO
Fujimin 3 x 2caps PO
HCT 1 x 25 mg PO
Sucralfat syr. 3 x 1 C PO
Cendo Lyteers 4 x 1 gtt
Cendo Mycos 2 x 1 gtt
Diet : SV 6 X 200 cc
23
RR: 25 x/menit
N. III, IV, VI: pupil isokor, 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+
N. IX, X: gag reflex (-)
N. XII: sikap lidah ditengah
Motorik: kesan lateralisasi sinistra
A penurunan kesadaran e.c. hipoglikemi
susp CVD hemoragik
Pneumonia
P Periksa GDS /hari
Periksa ureum, creatinin /3hari
IVFD III NS 0,9% / 24 jam
Inhalasi ventolin+pulmicort 2x/ 24 jam
Meropenem IV 3 x 1 gr
Omeprazole IV 1 x 40 mg
Paracetamol IV 3 x 1 gr K/P
Domperidone 3 x 10 mg PO
Amlodipine 1 x 10 mg PO
Candesartan 2 x 16 mg PO
KSR 3 X 1 tab PO
Fujimin 3 x 2caps PO
HCT 1 x 25 mg PO
Sucralfat syr. 3 x 1 C PO
Cendo Lyteers 4 x 1 gtt
Cendo Mycos 2 x 1 gtt
Diet : SV 6 X 200 cc
24
Mata: RCL +/+, RCTL +/+, pupil anisokor, 3 mm/2mm
Pulmo: Rhonki -/-, Wheezing -/-
A penurunan kesadaran e.c. hipoglikemi
susp CVD hemoragik
Pneumonia
P IVFD: II NS 0,9% /24 jam
Inhalasi ventolin + pulmicort 2x/hari
Meropenem IV 3 x 1 gr
Omeprazole IV 1 x 40 mg
Paracetamol IV 3 x 1 gr K/P
Domperidone 3 x 10 mg PO
Amlodipine 1 x 10 mg PO
Candesartan 2 x 16 mg PO
KSR 3 X 1 tab PO
Fujimin 3 x 2caps PO
HCT 1 x 25 mg PO
Sucralfat syr. 3 x 1 C PO
Cendo Lyteers 4 x 1 gtt
Cendo Mycos 2 x 1 gtt
Diet : SV 6 X 200 cc
19/11/18 S (-)
O KU: TSB GCS: E2M3Vx
TD: 133/98 mmHg
N: 101 x/menit
S: 36,5oC
RR: 21 x/menit
Saturasi O2: 98%
Mata: RCL +/+, RCTL +/+, pupil isokor, 3 mm/3mm
Pulmo: Rhonki-/-, Wheezing-/-,
A penurunan kesadaran e.c. hipoglikemi
susp CVD hemoragik
Pneumonia
25
P IVFD : II NS 0,9% /24 jam
Meropenem IV 3 x 1 gr
Omeprazole IV 1 x 40 mg
Paracetamol IV 3 x 1 gr K/P
Domperidone 3 x 10 mg PO
Amlodipine 1 x 10 mg PO
Candesartan 2 x 16 mg PO
KSR 3 X 1 tab PO
Fujimin 3 x 2caps PO
HCT 1 x 25 mg PO
Sucralfat syr. 3 x 1 C PO
Cendo Lyteers 4 x 1 gtt
Cendo Mycos 2 x 1 gtt
Diet : SV 6 X 200 cc
P Sesuai DPJP
21/11/18 S keadaan belum baik
O KU: TSB GCS: E2M3VETT
TD: 116/66 mmHg
26
N: 103 x/menit
S: 37,8oC
RR: 26 ventilator : spontan
Pulmo: Rhonki -/-, Wheezing -/-
N. III, IV, VI: pupil isokor, 3 mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+
A penurunan kesadaran e.c. hipoglikemi
susp CVD hemoragik
NIDDM
Pneumonia
P Sesuai DPJP
22/11/18 S keadaan belum baik
O KU: TSB GCS: E3M3VETT
TD: 114/67 mmHg
N: 100 x/menit
S: 36,3oC
RR: 20
Pulmo: Rhonki -/-, Wheezing -/-
N. III, IV, VI: pupil isokor, 3 mm/3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
A penurunan kesadaran e.c. hipoglikemi
susp CVD hemoragik
NIDDM
Pneumonia
P Sesuai DPJP
27
BAB III
ANALISA KASUS
Penurunan Kesadaran
Pada instalasi gawat darurat, analisis klinis pasien dengan penurunan
kesadaran menjadi suatu hal yang penting. Selalu ada kebutuhan mendesak untuk
menentukan penyakit yang mendasari dan arah perkembangannya, terutama untuk
melindungi otak terhadap kerusakan yang lebih serius atau tidak dapat dipulihkan.
Pada kasus dengan penurunan kesadaran, diperlukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan penunjang yang terarah untuk menentukan diagnosis penyebab
penurunan kesadaran pasien, selain menatalaksana kegawatdaruratannya.1 Pada
pasien kasus ini yang datang dengan keluhan kejang setelah sebelumnya
mengalami muntah-muntah dan penurunan kesadaran yang dicurigai sebagai
akibat stroke hemoragik. Pada pasien dengan penurunan kesadaran perlu
diperhatikan risiko terjadinya aspirasi akibat kontrol menelan yang berkurang.
Oleh sebab itu, apabila memungkinkan diperlukan pemasangan NGT untuk
menunjang pemberian nutrisi pada pasien.
Penyebab potensial dari penurunan kesadaran dapat dibagi menjadi
beberapa kategori umum. Penyebab koma metabolik atau sistemik dapat
mencakup hipoksia, hipoperfusi, infeksi, efek obat, atau gangguan elektrolit.
Hipoksia dapat merupakan hasil dari gagal jantung kongestif (CHF), emboli paru,
keracunan karbon monoksida, atau kompromi paru berat seperti yang terjadi pada
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis kistik, dan asma. Berbagai
penyebab syok yang dapat menyebabkan keadaan hipoperfusi global yang
mengarah ke penurunan kesadaran, termasuk anafilaksis, septik, syok
hipovolemik, syok kardiogenik, dan syok neurogenik. Setiap jenis syok memiliki
karakteristik uniknya sendiri. Infeksi, baik sistemik (sepsis) dan fokal, dapat
menjadi penyebab umum lainnya dari penurunan kesadaran.2
Hal lain yang sering menyebabkan penurunan kesadaran antara lain
keterlibatan susunan saraf pusat (SSP), seperti pada meningitis, encephalitis, atau
abses SSP. Efek obat mulai dari penggunaan narkoba dan overdosis yang
disengaja maupun akibat dosis terapeutik dapat terjadi dan umum ditemukan pada
28
instalasi gawat darurat. Pada lansia, efek samping yang merugikan dari obat
umum terjadi. Selain itu, kelainan elektrolit dan glukosa dapat disebabkan oleh
beberapa kondisi, termasuk diabetes, disfungsi ginjal, keganasan, dan interaksi
obat atau kesalahan dosis. Trauma kepala, stroke, tumor, dan infeksi adalah
penyebab struktural koma dan depresi yang paling umum. Penyebab traumatik
dapat mencakup hematom subdural dan epidural, perdarahan intraparenchymal
atau subarachnoid, atau hanya contusio atau edema serebri. Stroke terjadi dengan
mekanisme embolik, trombotik, atau hemoragik, tetapi pada stroke iskemik jarang
terjadi penurunan kesadaran, kecuali terjadi iskemik luas pada kedua hemisfer,
stenosis, atau terdapat oklusi arteri basilar. Penurunan kesadaran akibat infeksi
SSP dapat disebabkan oleh efek massa dan sering terjadi pada meningitis bakteri
berat, abses serebri atau empiema, atau massa parasit. Keganasan, juga dapat
menyebabkan penurunan kesadaran jika massa tumor menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) atau mengurangi aliran darah otak, atau jika edema
sekitarnya berkembang dengan cepat.2
29
Hematoma intracerebral
Hematoma subdural
Infark serebri
Tumor otak
Abses otak
Hematoma epidural
Infark thalamus
Apopleksi pituitari
Trauma kepala tertutup
Lesi subtentorial
Infark batang otak
Perdarahan pontine
Perdarhan serebelar
Tumor serebelar
Infark serebelar
Demielinasi batang otak
Abses serebelar
Perdarahan fosa subdural posterior
Migraine basilar
Gangguan psikiatri
30
Gambar 3. Alur Diagnosis Pasien dengan Penurunan Kesadaran
Alkalosis Respiratorik
Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan pada pasien dengan penurunan
kesadaran adalah analisis gas darah. Pada pasien ini, pada pemeriksaan analisis
gas darah didapatkan hasil adanya alkalosis respiratorik. Alkalosis respiratorik
didefinisikan sebagai penurunan PaCO2. Mekanisme ini terjadi akibat adanya
peningkatan ventilasi alveolar. Pada alkalosis respiratorik, biasanya terjadi
penurunan HCO3. Penyebab alkalosis respiratorik, antara lain3:
31
1. Stimulasi sistem saraf pusat
- Nyeri
- Ansietas
- Iskemia
- Stroke
- Tumor
- Infeksi
- Demam
- Induksi obat (salisilat, progesterone, analeptic)
2. Stimulasi perifer
- Hipoksemia
- Penyakit paru (gagal jantung kongestif, edema pulmoner non-
kardiogenik, asma, emboli paru)
- Anemia berat
3. Mekanisme yang tidak diketahui
- Sepsis
- Ensefalopati metabolik
4. Iatrogenik
- Induksi ventilator
Koreksi proses yang mendasari adalah satu-satunya pengobatan untuk alkalosis
respiratorik. Untuk alkalemia berat (pH arteri > 7,60), asam klorida intravena,
arginin klorida, atau amonium klorida dapat diindikasikan.3
32
berat atau syok). Secara umum, pasien yang dirawat di ICU harus memenuhi satu
atau lebih dari kriteria berikut4:
1. Perlu perawatan yang melibatkan kompetensi khusus staf ICU yang tidak
tersedia secara luas di tempat lain di rumah sakit (misalnya, ventilasi
mekanik invasif, manajemen syok, oksigenasi membran ekstrakorporeal,
dan pompa balon intraaortik).
2. Memiliki ketidakstabilan klinis (mis., status epileptikus, hipoksemia, dan
hipotensi).
3. Berada pada risiko tinggi untuk kemunduran dalam waktu dekat (mis.,
memerlukan intubasi).
33
Output urin Berkurang sedikit Berkurang Berkurang
banyak
Nadi Normal atau Meningkat > 100 Meningkat > 120
meningkat kali / menit kali / menit
Tekanan darah Normal Sedikit menurun Menurun
dengan variasi
respirasi
34
Gambar 4. Komposisi Cairan Kristaloid
Hipoglikemi
Definisi hipoglikemi adalah kadar plasma glukosa <70 mg/dl. Gejala-gejala
hipoglikemi biasanya muncul ketika kadar glukosa plasma <60 mg/dl. Episode
hipoglikemi yang sering terjadi (sekali dalam sehari) menyebabkan adaptasi otak
terhadap kadar glukosa dan gejala hipoglikemi akan muncul pada kadar yang
lebih rendah dari seharusnya. Kondisi tersebut didefinisikan sebagai
hypoglycemic unawareness, yaitu kegagalan saraf simpatis dalam meresponi
hipoglikemi. Gejala hipoglikemi dibagi menjadi 2 kategori antara lain gejala
neurogenic (autonomic) dan gejala neuroglikopenik. Gejala neurogenic terjadi
karena penurunan kadar glukosa darah dan menebabkan pasien sadar bahwa ia
sedang mengalami episode hipoglikemik. Gejala ini di aktivasi oleh autonomic
nervous system (ANS) dan dimediasi oleh katekolamin (epinefrin dan
norepinefrin) dari adrenal medulla dan asetilkolin dari post synaptic nerve
endings. Gejala dari neuroglikopenik biasanya disadari oleh keluarga atau teman
pasien. Gejala yang termasuk antara lain gangguan mental dan penurunan
kesadaran, iritabilitas, sulit berbicara, ataksia, sakit kepala, dan bila tidak
ditangani kejang, koma, dan bahkan meninggal.8,9
35
Pentalaksanaan hipoglikemi pada pasien tidak sadarkan diri:
- Pemberian larutan dekstrosa 40% sebanyak 50 ml dengan bolus intravena (iv)
- Pemberian cairan Dekstrosa 10% per infus, 6 jam per kolf (500 cc).
- Periksa GDS setiap 1 jam setelah pemberian Dekstrosa 40%, bila:
GDS <50
mg/dl, berikan bolus Dekstrosa 40% 50 ml IV . GDS <100 mg/dl, berikan bolus
Dekstrosa 40% 25 ml IV
GDS 100-200 mg/dl, tanpa bolus Dekstrosa 40%. GDS
>200 mg/dl, pertimbangkan menurunkan kecepatan drip Dekstrosa 10%
- Setelah poin no (4), dilakukan 3 kali berturut-turut hasil GDS > 100 mg/dl,
lakukan pemantauan GDS setiap 2 jam dengan protokol no (4).
- Setelah poin no (5) dilakukan 3 kali berturut-turut hasil GDS > 100 mg/dl
lakukan pemantauan GDS setiap 4 jam dengan protokol no (5).
- Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, sliding scale setiap 6
jam: GDS < 200 mg/dl, jangan berikan insulin GDS 200-250 mg/dl,
berikan 5 unit insulin GDS 250-300 mg/dl, berikan 10 unit insulin
GDS
300-350 mg/dl, berikan 15 unit insulin
GDS > 350 mg/dl, berikan 20
unit insulin
36
BAB IV
KESIMPULAN
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Plum, F. Posner, JB. Saper, CB. Schiff, ND. (2007). Plum and Posner’s Diagnosis
of Stupor and Coma. Oxford University Press. New York. Hal. 5-9
2. Lumbantobing SM. 2010. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Balai
penerbit FKUI. Jakarta.
38